Jenderal Ryamizard Ryacudu (sumber : liputan6.com)
Pagi tadi penulis diundang dalam sebuah
acara gathering Golf sebagai purnawirawan Pati senior TNI AU di sebuah
lapangan Golf yang sangat terkenal di Bogor. Karena penulis sering
diundang Metro TV dan TV One sebagai narasumber tentang raibnya Malaysia
Airlines MH370 yang hingga kini belum juga ditemukan, beberapa senior
menanyakan dan mengajak diskusi dari soal pencarian, pembajakan,
terorisme terkait pesawat tersebut, pengamanan pilpres serta cawapresnya
Jokowi.
Diskusi Masalah Hilangnya MH370
Dalam pencarian Malaysia Airlines MH370, semua setuju bahwa pencarian tanpa sinyal emergency locator beacon
(ELB) pada kedalaman 4.500 m bawah laut akan sangat sulit, disamping
koordinat pesawat masih belum dipastikan. Pencarian kotak hitam pesawat
kini difokuskan di areal yang berjarak 1.670 km barat laut kota Perth,
tempat dimana alat pelacak bunyi disebar Rabu lalu. Para senior (Marsma
hingga Marsdya) faham betapa gundah PM Australia yang menyatakan,
“Mencoba menelusuri sesuatu di kedalaman 4,5 kilometer di bawah
permukaan laut yang terletak 1000 km dari daratan, adalah tugas yang
berat, dan membutuhkan proses yang tidak singkat,” katanya.
Penulis mengatakan bahwa tim dari AS
juga mulai mengeluh merasakan betapa sulitnya posisi team dalam
pencarian. Daily Mail, Sabtu (12/4/2014) memberitakan bahwa tim US Navy
(Captain Mark Matthews) menyatakan tim bisa menyerah apabila tidak ada
sinyal dari black box. "Pasti akan datang waktunya kami
melempar handuk putih saat sinyal kotak hitam benar-benar hilang," kata
Matthews. Tim pencari selama ini mengerahkan 19 pesawat dan 17 kapal
laut di wilayah laut seluas 16.000 mil persegi. Matthews berada di
kapal Australian Ocean Navy Shield yang mendeteksi sinyal ELB dengan pinger locator (TPL-25).
Yang menarik, seorang penulis (mantan
Senator) yang berasal dari Negara bagian Indiana AS, Dr Kevin
Barret menyatakan mulai dikaitkannya markas CIA di Alice Spring
Australia dengan MH370. Mirror melaporkan, pada hari Minggu
(13/4/2014), Barret menyatakan, “CIA yang berbasis di Alice Spring,
Australia tahu persis apa yang terjadi pada penerbangan MH370,” katanya.
Entah dari mana sumber informasi tersebut, tetapi perlu disimak lebih
lanjut. Ada apa dengan statement tersebut?
Kesimpulannya, menurut penulis, rahasia
dan motif dibelakang aksi pembajakan tersebut nampaknya akan terkubur
dan membutuhkan waktu lama untuk mencarinya. Persoalan tidak sesederhana
seperti yang diberitakan, tim harus bergulat dengan kecerdasan dan
kecerdikan pembajak yang memang sangat ahli dan menguasai penuh
pengetahuan menerbangkan Boeing 777, pengetahuan manuver tempur udara,
desepsi, serta pengetahuan tentang aksi terorisme yang akan terus
membuat cemas dan kerugian tak terkira. Kesulitan kedua tim dihadapkan
dengan tidak adanya informasi dari wilayah pencarian (belum dipetakan).
Itulah kesimpulan yang penulis utarakan.
Diskusi Cawapres Militer Jokowi
Sebagai narsum, penulis diminta
memberikan pandangan soal pengamanan pemilu dan pilpres. Penulis
sampaikan seperti yang juga disampaikan oleh Kepala BIN dan Kapolri,
bahwa ada sebuah ancaman yang perlu diperhatikan yaitu ancaman
terorisme. Bersyukur bahwa dalam pemilu legislatif, umumnya berjalan
lancar dan aman. Beberapa tidak kekerasan bersenjata menjelang pemilu di
hot spot (Aceh, Papua dan Poso), pada saat pileg aman. Menurut
penulis, teroris akan berfikir ulang untuk menyerang kegiatan
masyarakat, karena mereka selama ini selalu menghidarinya, agar tidak
dijadikan musuh bersama. Nampaknya sistem monitoring, pembinaan wilayah,
pengerahan kekuatan aparat keamanan berjalan sesuai rencana dan sesuai
dengan perkiraan intelijen.
Yang kini perlu diperhatikan bersama
justru pelaksanaan pilpres yang akan dilaksanakan pada 9 Juni 2014,
dimana persaingan nyata akan terjadi. Konsentrasi pengamanan nampaknya
perlu di fokuskan kepada kemungkinan rasa tidak puas koalisi serta
penggerakan mereka yang berfikiran radikal. Konflik horizontal mungkin
bisa terjadi antar para pendukung yang fanatis atau yang digerakan.
Dari hasil penghitungan cepat (quick
count) Litbang Kompas, PDIP unggul dengan 19,24 persen, kedua Golkar
15,01 persen, disusul Gerindra 11,77 persen, Demokrat 9,43 persen, PKB
9,12 persen, PAN 7,51 persen, PKS 6,99 persen, Nasdem 6,71 persen, PPP
6,68 persen, Hanura 5,51 persen, PBB 1,5 persen dan PKPI 0,95 persen.
Menurut peneliti Lingkaran Survei Indonesia, Aji Alfarabi, Tingkat
partisipasi pemilih pada pemilu legislatif tanggal 9 April 2014
diperkirakan hanya mencapai sekitar 63%. "Kalau mengacu pada tren
tersebut, pemenang sebenarnya dari pemilu legislatif hari ini adalah
pemilih yang tidak menggunakan hak pilihnya alias golput yakni di atas
sekitar 37%," kata Aji.
Yang terlihat kini, para elit parpol
mulai melakukan pertemuan untuk membahas koalisi dalam rangka pengajuan
pasangan capres-cawapres. Langkah cepat Capres PDIP Jokowi yang dikenal
dengan istilah blusukan, mulai dilakukannya. Dia telah bertemu dengan
Surya Paloh, yang menyatakan Nasdem akan berkoalisi dengan PDIP. Dengan
perolehan sementara 6,71 persen, maka gabungan PDIP dan Nasdem sudah
mencapai sekitar 25,95 persen. Dengan jumlah ini saja PDIP dan Nasdem
sudah mendapat boarding pass.
Jokowi juga sudah bertemu dengan Ketua
Umum Partai Golkar Aburizal Bakrie (ARB) dan sepakat masing-masing akan
mengajukan capres, tetapi nanti di parlemen PDIP dan Golkar akan saling
bekerja sama. Menurut penulis ini bagian terpenting, karena kalaupun
nanti Jokowi terpilih sebagai presiden, PDIP akan membutuhkan Golkar
sebagai parpol pendukung. Justru Golkar sebagai parpol sangat senior
sebaiknya dipegang sebagai kawan dengan kehati-hatian. Para politisinya
banyak makan asam garam. Lepasnya Golkar dimasa datang bisa
mengakibatkan munculnya ganjalan serius kelangsungan pemerintahan
(apabila Jokowi menang).
Paling tidak, setelah Golkar menyetujui
koalisi di masa mendatang, kemungkinan besar PKB akan ikut berkoalisi
dengan PDIP. Berarti kekuatan koalisi di parlemen diukur dari perolehan
suara nasional sudah mencapai 40,96 persen. dan apabila ditambah PKB
9.12 persen, sudah tercapai suara nasional 50,07 persen. Nanti hanya
dilihat berapa perkiraan kursi yang diperoleh gabungan koalisi empat
parpol. Kini PDIP menjadi partai paling sexy untuk didekati parpol lain,
karena faktor Jokowi.
Menurut lembaga survei Indikator Politik
pimpinan Burhanuddin Muhtadi yang menggelar survei seputar tingkat
elektabilitas capres pada Februari 2014, elektabilitas Jokowi mencapai
22,4 persen pada saat masyarakat ditanya langsung sosok capres pilihan
mereka. Sementara pada wawancara semi terbuka elektabilitas Jokowi
mencapai 37,8 persen. Nah, pada saat dilakukan simulasi 6 capres
elektabilitas Jokowi menembus angka 41,5 persen. Dominasi Jokowi sangat
terlihat, dimana elektabilitas Prabowo Subianto 12 persen, Wiranto 5,9
persen dan Aburizal Bakrie 4,9 persen. Menurut penulis, saat pileg,
PDIP hanya memperoleh suara dibawah 20 persen, memang Jokowi effect
hanya kecil, ini disebabkan pendukung Jokowi belum tentu simpatisan
PDIP. Penulis percaya bahwa pada saat pilpres, maka perolehan Jokowi
akan melonjak, karena para "lover Jokowi" juga berada di parpol lain dan kemungkinan besar mereka yang Golput akan ikut aktif mencoblos memilih Jokowi.
Saat ditanya siapa cawapres Jokowi yang
ideal calon militer, penulis menyampaikan Jenderal TNI (Purn) Ryamizard
Ryacudu, mantan Kepala Staf TNI AD. Mengapa penulis menyebut yang
bersangkutan, sedang purnawirawan ini dari TNI AD? Inilah beberapa
pertimbangan penulis dari sisi cara pandang intelijen.
Mengenal Ryamizard
Pada awal penulis mengenal Ryamizard
terjadi sekitar awal Tahun 1991, saat penulis bertugas di Lanud Halim
Perdanakusuma sebagai Kepala Seksi Intelijen Udara. Pada pagi hari
sekitar jam 02.00 WIB, penulis melakukan patroli memeriksa Ring-1
Pangkalan dimana diparkir beberapa pesawat C-130 Hercules yang akan
menerjunkan penyegaran Batalyon Linud 305/Tengkorak Hitam. Saat itu
dilaporkan Danyon 305 (Letkol Inf Ryamizard Ryakudu) sudah memasuki
Ring-1. Penulis langsung mendatangi dan bertemu.
Apa yang dia tanyakan, "Bang, dimana
saya bisa menumpang sholat?." Penulis menunjukkan tempatnya di skadron
31, dan dia melaksanakan sholat tahajud. Penulis menanyakan rajin
sekali, datang lebih awal dan untuk sholat, dijawabnya, sebagai
komandan, salah satu tugas saya selain memimpin adalah juga mendoakan
seluruh anggota pasukan, agar selamat pada acara penerjunan, mereka itu
anak-anak saya. Disitulah penulis mengamati ini perwira selain perwira
tempur juga agamanya kuat, perhatian dan mencintai anak buahnya.
Ternyata dalam perjalanan karirnya
Ryamizard yang lichting Akabri 4 tahun dibawah penulis terus berjalan
karirnya. Karirnya yang menonjol adalah , Panglima Divif 2/Kostrad (15
Maret 1998), Kepala Staf Kostrad (15 Juni 1998), Pangdam V/Brawijaya (14
Januari 1999–4 November 1999), Pangdam Jaya/Jayakarta (4 November
1999–1 Agustus 2000), Pangkostrad (1 Agustus 2000–4 Juni 2002)Kepala
Staf Angkatan Darat (4 Juni 2002–5 Februari 2005). Perwira yang
berpenampilan dan selalu bersikap tentara ini pernah berugas juga
sebagai Komandan Kontingen Garuda XII-B ke Kamboja (1992).
Ryamizard terus menarik perhatian
penulis, karena sikapnya, kesetiaan, tidak goyah dengan buaian. Yang
menonjol, dia adalah perwira yang memegang prinsip, jujur, setia hormat
kepada atasan. Tidak pernah macam-macam, berbicara apa adanya dan selalu
memegang prinsip NKRI adalah harga mati.
Nah, kini apabila dilihat, di sisi
manakah kekuatan Jokowi sebagai capres? Penulis pernah membuat artikel
"Antara Jokowi dan Kejujuran, Kunci di 2014" (
http://ramalanintelijen.net/?p=7805),
kejujuran, kesederhanaan adalah kekuatan Jokowi. Capres PDIP ini
dikenal menjadi bagian dari rakyat, bukan pemimpin yang duduk di kursi
emas.
Disinilah, penulis menyarankan,
sebaiknya Jokowi mengambil cawapresnya purnawirawan TNI, karena masih
ada ATHG terhadap Indonesia yang perlu dipikirkan oleh wapresnya dalam
sebuah kebijakan tingkat tinggi. Ryamizard sebagai mantan KSAD mempunyai
pengalaman memimpin, dan dia disegani serta dihormati oleh para
purnawirawan (termasuk Jenderal yang galak sekalipun) karena sikapnya
yang apa adanya, sederhana, jujur, tidak pernah bermain dalam politik
praktis yang merugikan bangsa dan negara ini. Disinilah menurut penulis
adanya kesamaan chemistri dengan Jokowi.
Jokowi akan mempunyai wakil yang
sikapnya akan mirip dengan Ahok tetapi dalam tataran yang jauh lebih
tinggi dan lebih luas. Indonesia kini membutuhkan pemimpin yang jujur,
mencintai bangsa, negara dan rakyatnya. Kabinet akan diisi oleh para
profesional yang menguasai bidangnya, bukan karena dagang sapi,
menempatkan elit politik yang tidak jelas. Jokowi akan diuji keberanian
menjaga kejujuran para pemegang amanah dan memberantas korupsi,
disinilah Ruyamizard akan tandem bersama dan menjaga di sisinya dengan
setia.
Inilah masukan dari penulis yang perlu
disampaikan kepada Jokowi dan Ibu Megawati. Melihat dan mengukur
Jenderal Purn Ryamizard, hanya purnawirawan TNI yang memahaminya.
Spotting penulis terhadap beliau seperti itulah adanya. Semoga berkenan,
dan mohon maaf kepada cawapres-cawapres lain yang penulis belum tahu
siapa mereka. Salam hormat untuk Ibu Mega, juga Pak Jokowi. Ini hanyalah
sebuah masukan dari Old Soldier, semoga bermanfaat.
Oleh : Marsda TNI (Pur) Prayitno Ramelan, Pengamat Intelijen
www.ramalanintelijen.net