Sabtu, 29 Maret 2014

Gelaran Operasi Trikora Pembebasan Irian Barat

TRIKORA AURI - TNI AU




Enlarge this image Click to see fullsize



Enlarge this image Click to see fullsize



Enlarge this image Click to see fullsize



Enlarge this image Click to see fullsize



Enlarge this image Click to see fullsize



Enlarge this image Click to see fullsize



Enlarge this image Click to see fullsize



Enlarge this image Click to see fullsize



Enlarge this image Click to see fullsize













MIG 19


MIG 21


MI-4 Heli angkut personel


Sebuah truk masuk ke dalam helikopter MI-6


Bomber TU-16 Badger AURI


Ilyushin IL-28 Beagle AURI


Missile SA-2 AURI


P-51 Mustang AURI


Pesawat Firefly Koninklijke Marine di Sorong


Bomber B-25


B-25 TNI-AU (AURI) Low Pass


Bomber B-26 AURI


TU-16


Gannet



Mig-17 AURI


SA-2 AURI


TU-16 dan Crew AURI


F-86 Sabre AURI


Antonov An-12B


C-130 Hercules


F-86 Sabre AURI



Mymil.

Prajurit TNI tak Bisa Didikte Negara Lain


Kepala Staf Angkatan Darat (Kasad) Jenderal TNI Budiman menyatakan, posisi Tentara Nasional Indonesia (TNI) di kawasan regional ASEAN maupun internasional sangat strategis. Sehingga, negara-negara super power merasa butuh berkawan dan menjalin kerjasama dengan Indonesia, karena di kawasan ASEAN kekuatan TNI sangat besar.
"Kasad Inggris secara khusus datang ke Indonesia dan saya sebagai Kasad dua kali diundang Kasad AS, karena mereka ingin berkawan dan menjalin kerjasama. Sekarang ini ada delapan negara besar yang menjalin kerjasama militer dengan Indonesia, yaitu Amerika Serikat, Australia, Rusia, Republik Rakyat Tiongkok, India, Korea Selatan, Jepang dan New Zealand. Inggris sendiri sejauh ini belum bekerjasama tetapi sudah berkawan," ujarnya kepada wartawan, seusai memberi pengarahan di depan 600-an prajurit Batalyon Infanteri (Yonif) 413 Bremoro, di markas Mojolaban, Solo, Jumat (28/3/2014) siang.
Dalam kaitan hubungan kerjasama militer tersebut, menurut Jenderal Budiman, sekarang bukan lagi zamannya negara super power mendikte Indonesia.
Dia menegaskan, dalam urusan pertahanan dan militer hanya negara miskin yang mau didikte negara lain. Indonesia tidak bisa didikte karena di kawasan Asia Tenggara TNI yang punya kekuatan sangat besar.
"Sekarang bukan masanya mendikte. No! Tidak ada yang mendikte Indonesia. Tapi negara super power itu butuh kawan untuk bekerjasama," tandasnya.
Menyinggung Batalyon Infanteri (Yonif) 413 Bremoro yang akan ditingkatkan menjadi batalyon infanteri mekanis dengan kelengkapan kendaraan lapis baja, Kasad menjelaskan, program itu terkait dengan pembelian alat utama sistem persenjataan (Alutsista) berupa tambahan 50 unit tank tempur Leopard.
Sebagian di antara kendaraan tempur infanteri yang disebut Infanteri Fighting Vehicle (IFV) itu, akan ditempatkan di Yonif 413 Bremoro Solo.
"Jadi fungsi Yonif 413 tetap hanya dilengkapi dengan fasilitas IFV sehingga menjadi batalyon infanteri mekanis. Sedang selain batalyon itu ada juga batalyon infanteri motoris dengan kendaraan tempur Anoa. Kendaraan lapis baja itu untuk melindungi prajurit karena nyawa orang itu mahal," jelasnya.
Saat ini, sambungnya, persiapan terus dilakukan di Yonif 413 sampai tank Leopard datang memperkuat jajaran TNI-AD pada Oktober 2014 mendatang.
Kasad memproyeksikan di tiap kota besar ada batalyon mekanis. Tapi saat ini dari 100 batalyon lebih di seluruh Indonesia, yang sudah ada batalyon mekanis baru enam kota, yakni Jakarta ditempatkan satu brigade, di Surabaya dan tahun ini di Solo satu batalyon.
Di depan para prajurit Yonif 413 itu, Kasad mengungkapkan, TNI AD diberi peralatan tempur luar biasa dengan kemampuan bertempur prajurit yang tidak dimiliki negara lain harus terus dipelihara dan dibangunn dengan latihan.
Dia mengingatkan, yang lebih penting dari peralatan canggih itu adalah jangan kehilangan kecintaan rakyat.
"Selama ini, yang ditakuti musuh dari TNI hanya dua hal, yaitu kemampuan bertempur dan kesatuan TNI dengan rakyat. Ditambah alutsista modern, tingkat kepandaian dan semangat tempur prajurit, menjadikan Indonesia menjadi negara yang dihormati," tuturnya.
 

Latihan Bersama Komodo 2014 resmi dibuka



 Kapal pendarat amfibi Changbaishan 989 milik AL China lego jangkar di perairan Batuampar, Batam, Kamis (27/3). Sebanyak 120 personil AL China tiba di Batam dengan Changbaishan untuk mengikuti latihan gabungan Multilateral Naval Exercise Komodo (MNEK) 2014 yang digelar TNI AL di Kepri. (ANTARA FOTO/Joko Sulistyo)

Menteri Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan Djoko Suyanto resmi membuka Latihan Bersama Multilateral Naval Exercise Komodo 2014 di Batam, Sabtu, yang akan digelar hingga 3 April 2014.

Pembukaan acara yang melibatkan 18 negara tersebut dihadiri Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro, Panglima TNI Jenderal Moeldoko, Kapolri Jenderal Pol Sutarman, Kepala Staf angkatan Laut (KSAL) Laksamanan Marsetio, Gubernur Kepulauan Riau Muhammad Sani, dan duta besar perwakilan negara peserta.

Selain seluruh negara ASEAN, Multilateral Naval Exercise Komodo 2014 juga diikuti India, Jepang, Korea Selatan, Selandia Baru, Amerika Serikat, Tiongkok, Rusia, Australia.

Menkopolhukam mengatakan kegiatan yang mengambil tempat di Batam Natuna dan Anambas, Provinsi Kepri, tersebut melibatkan 24 kapal perang TNI AL dan 16 kapal perang negara peserta yang akan melakukan simulasi penanggulangan bencana.

"Kegiatan ini juga akan merumuskan kebijakan penanganan bencana di laut baik disebabkan alam atau buatan," kata dia.

Ia mengatakan, Latihan Bersama Multilateral Naval Exercise Komodo 2014 merupakan latihan penanganan bencana terbesar yang pernah diselenggarakan di Indonesia.

"Kami berharap kegiatan ini akan menyatukan bangsa-bangsa dalam penanganan bencana. Itu yang menjadi target besar Indonesia sebagai penyelenggara," kata menteri.

Usai mengikuti rangkaian persiapan simulasi pengamanan bencana di Batam, kata dia, Senin (31/3) peserta dan kapal perang bertolak ke Anambas dan Natuna dengan menyinggahi delapan tempat.

"Simulasi akan dilakukan diperairan Natuna dan Anambas. Sejumlah personil juga sudah melakukan berbagai kegiatan pada dua wilayah tersebut bidang kemanusaiaan seperti memperbaiki seklolah, fasilitas umum dan rumah warga," kata dia.

Kepala Staf angkatan Laut (KSAL) Laksamanan Marsetio mengatakan, meski melibatkan 40 kapal perang namun kegiatan ini murni simulasi penanganan bencana dan tidak ada latihan perang.

"Ini murni latihan penanganan bencana. Tidak ada latihan perang sama sekali," kata dia.

650 prajurit diberangkatkan ke perbatasan RI-Timor Leste



 ilustrasi - pasukan TNI berpatroli di suatu perbatasan (ANTARA FOTO/Zabur Karuru)

Sebanyak 650 prajurit TNI yang didominasi Batalyon Infanteri 742/SWY diberangkatkan ke perbatasan Republik Indonesia dengan Timor Leste, di Nusa Tenggara Timur, untuk tugas pengamanan kedaulatan negara.

Upacara pelepasan pasukan pengamanan kawasan perbatasan itu, dipimpin Komandan Korem 162/Wira Bhakti Kolonel Arh Kuat Budiman, di Pelabuhan Lembar, Kabupaten Lombok Barat, sekitar 25 kilometer selatan Kota Mataram, ibu kota Provinsi Nusa Tenggara Barat, Sabtu.

Prajurit TNI yang diberangkatkan ke perbatasan RI-Timor Leste itu, merupakan batalyon penuh pasukan Yonif 742/SWY ditambah personel perkuatan.

Prajurit TNI itu, akan menggantikan posisi Yonif 743/SYB di perbatasan RI-Timor Leste, selama enam bulan atau dipercepat dari rencana semula selama satu tahun.

Mereka diangkut menggunakan Kapal Republik Indonesia (KRI) 509 dari Pelabuhan Lembar menuju Pelabuhan Tenau Kupang, NTT.

Selanjutnya, menempuh perjalanan darat dari Kupang menuju kawasan perbatasan di wilayah Kabupaten Belu, NTT, sekitar 450 kilometer atau tujuh jam perjalanan dari Kupang, ibu kota Provinsi NTT.

Yonif 742/SWY merupakan satuan tempur di jajaran Kodam IX/Udayana, yang bertugas membantu pemerintah daerah di wilayah NTB dalam menegakkan stabilitas keamanan wilayah.

Sebagian besar prajurit Yonif 742/SWY itu, sudah pernah bertugas di kawasan perbatasan RI-Timor Leste, yakni sejak 18 Nopember 2006 hingga 2 Nopember 2007, dan pertengahan Oktober 2009 hingga pertengahan Oktober 2010.

Saat ini, mereka akan bertugas lagi selama enam bulan di kawasan perbatasan RI-Timor Leste yang akan berakhir September 2014.

Kisah Heroik KKO Dwikora yang Tercecer


Kisah Peltu Manaor Nababan (64 tahun)

Kenangan 42 tahun silam itu kembali berputar di kepala Pembantu Letnan Satu (Purnawirawan) Manaor Nababan, 64 tahun, ketika menuturkan nostalgia itu kepada Tempo, pekan lalu. Ia beruntung pulang dengan utuh seusai konfrontasi Ganyang Malaysia. Tapi teman-temannya? Jangankan nyawa, kerangka pun tidak. “Saya berat bicara soal ini,” ujarnya sembari terisak.

Manaor adalah anggota intelijen tempur Korps Komando (KKO) Angkatan Laut. Ia salah satu dari 30 marinir yang mendapat latihan intelijen di Pulau Mandul, selatan Tarakan, Kalimantan Timur. Mereka disaring dari sekitar 3.000 marinir yang bersiaga di perbatasan-menunggu titah untuk mengganyang Malaysia.

Tugas pun datang kepadanya pada akhir 1964. Pria dari Dolok Sanggul, Tapanuli, ini diperintahkan untuk memetakan posisi dan menghitung kekuatan lawan di sekitar Tawao. Seorang anggota KKO lain dan satu sukarelawan menemani Manaor. Mereka juga bertugas mencari tempat pendaratan terbaik-di wilayah yang berstatus protektorat Inggris kala itu.

Misi ini sejatinya one way ticket alias tak ada jaminan pulang dengan selamat. Maka, “Malam sebelum berangkat, saya dipestakan. Kami makan-makan dan diberi semangat,” kata bapak enam anak ini. “Barangkali juga itu perpisahan.”

Manaor dan kedua rekannya berhasil menyusup ke Tawao. Namun karena penghubungnya tertangkap, mereka masuk hutan. Dua bulan di belantara, Hendrik-sukarelawan TNI bekas bajak laut-tertangkap saat berbelanja makanan. Mereka tak berkutik ketika dikepung tentara Inggris dan Malaysia.

Sebelum Manaor, sekitar empat kompi marinir berhasil menyusup hingga ke Kalabakan, sekitar 50 kilometer di belakang perbatasan Sabah. Pasukan kecil itu dipimpin dua anggota KKO paling disegani, Kopral Rebani dan Kopral Subronto. Keduanya adalah anggota Ipam (Intai Para Ampibi, sekarang disebut Detasemen Jalamangkara) dan sudah kenyang asam-bergaram dalam aneka operasi tempur.

Pada 29 Desember 1963, unit kecil itu berhasil melumpuhkan pos pertahanan tentara Malaysia di Kalabakan. Dalam sejarah militer Malaysia, kejadian ini dikenang sebagai Peristiwa Kalabakan. Dari 41 anggota Rejimen Askar Melayu Diraja yang bersiaga di pos , 8 tewas dan 18 lainnya luka-luka. Salah satu yang mati adalah Mayor Zainal Abidin, komandan kompi. Tapi ajal juga menghadang Rebani dan Subronto di saat pulang.

Januari 1964. Di perairan Tawao, kapal patroli Inggris memergoki rakit mereka. Haram untuk menyerah kepada Inggris. Di bawah bulan yang sedang purnama, perang pecah: rakit versus kapal, senapan melawan meriam. Rebani, Subronto, dan 22 anggota KKO gugur. Tiga tentara berhasil meloloskan diri, yakni Kelasi Satu Rusli, Suwadi, dan Bakar, dicokok pasukan Gurkha di pantai.

Saat ditangkap, mereka sedang mengumpulkan mayat rekan-rekannya yang dapat diseret ke darat. Para Gurkha tak memberi mereka kesempatan untuk menguburkannya. Jenazah dibiarkan tergeletak di pantai!

Adalah Rusli yang menyampaikan cerita itu kepada Manaor. Ia bertemu Rusli sekilas saat keduanya diterbangkan dari kamp tawanan Jesselton (Kinibalu) ke Johor Bahru, Semenanjung Malaysia, awal 1966.

Di Semenanjung, keduanya ditahan di tempat terpisah. Rusli dan 21 tentara yang dijatuhi hukuman 11-13 tahun dibui di Negeri Sembilan. Manaor dikerangkeng di Detention Camp Johor. Sekitar 502 prajurit Indonesia dari berbagai angkatan dikurung di sini untuk digantung karena menjadi penceroboh (pengacau-Red)


Kisah Marahnya KKO di Karang Unarang

KKO kalo lagi marah serem banget

21 Februari 2005. Setelah beberapa hari bekerja untuk melaksanakan proyek pembangunan menara suar di Takat Unarang (wilayah blok migas Ambalat), tiba-tiba 17 pekerja proyek dari PT Azza Mandiri ditangkap oleh awak kapal Kapal Diraja (KD) Malaysia Sri Malaka. Mereka diintimidasi untuk tidak melanjutkan konstruksi. Setelah 4 jam dijemur di bawah terik matahari di geladak KD Sri Malaka, mereka pun dilepaskan. Menerima laporan peristiwa tersebut, KRI Rencong dan KRI Tongkol meninggalkan patrolinya di Laut Sulawesi Selatan untuk meronda di Takat Unarang. Selanjutnya datang pula 5 kapal perang TNI AL yang lain yaitu KRI KS Tubun, KRI Wiratno, KRI Tedong Naga, KRI Nuku dan KRI Singa.

Beberapa kali terjadi bentrok mulut dan kucing-kucingan antara KRI Rencong dengan KD Kerambit. Akhirnya, untuk memberi ketenangan kepada para pekerja proyek maka dikirimlah 10 anggota pasukan katak (kopaska) dan Taifib. Mereka siaga di atas platform menara suar maupun di kapal tongkang Lius Indah.

Ternyata proyek tidak berjalan lancar. Beberapa kali tiang pancang patah sehingga harus diulang lagi untuk menancapkan tiang pancang pengganti. Situasi semakin bertambah parah karena mereka selalu diganggu oleh kapal-kapal Malaysia, baik oleh Kapal Diraja Malaysia maupun kapal polisi marine Malaysia. Kapal-kapal ini berputar-putar membuat ombak yang mampu mengombang-ambingkan platform tempat proyek melakukan konstruksinya.

KRI Tedong Naga sempat secara sengaja menggesekkan dirinya dengan salah satu kapal Malaysia yang mendatanginya sebagai usaha provokasi terhadap kapal-kapal TNI AL. Karena emosi dan geram, salah seorang prajurit pasukan katak yang bernama Serka Ismail memerintahkan kapal tug boatnya untuk mengejar kapal Malaysia tersebut lalu melempar kaca kapal dengan batu yang ada di geladak kapal tongkang tersebut. Dilaporkan beberapa kaca kapal Malaysia pecah karena insiden tersebut.

20 Maret 2005. kapal polisi Malaysia PX-29 lego jangkar 100 meter dari lokasi proyek. Karena lego jangkar posisi kapal tersebut sering berubah-ubah, posisi moncong senjata mereka pun sering mengarah ke posisi kapal tongkang Lius Indah. Hal ini membuat kuatir para pekerja dan tentu saja membuat geram dan senewen para hantu laut (sebutan untuk anggota pasukan katak) yang saat itu berjaga-jaga.

Lalu Serka Ismail bersama Serda Muhaji dan Pratu Yuli dengan hanya menggunakan senjata pisau komando dan bercelana pendek menggunakan kapal karet mendekati kapal polisi Malaysia itu lalu naik ke atasnya. Dilaporkan bahwa awak kapal polisi Malaysia itu mungkin agak terkejut melihat kenekadan para hantu laut tersebut. Akibatnya mereka tidak menunjukkan permusuhan. Malah mereka menawarkan kopi kepada ketiga hantu laut tersebut.

Serka Ismail menolak tawaran kopi tersebut lalu berkata dengan keras, “Siapa komandan kapal ini ? Saya minta kalian segera meninggalkan perairan Karang Unarang ini. Kalau tidak pergi, kami akan potong rantai jangkarnya.” Setelah ketiga hantu laut meninggalkan kapal polisi Malaysia tersebut, tidak lama kemudian kapal polisi tersebut meninggalkan arena. 
 
 
Kisah KKO Dwikora di Nongsa Batam
 
Pada suatu waktu di tanggal 24 Juli 1964. Dalam atmosfer konfrontasi dengan Malaysia di bawah komando Dwikora, berangkatlah 1 regu patroli KKO (Korps Komando AL, sekarang Korps Marinir) dari Nongsa, Batam dengan menggunakan motorboat. Patroli terdiri dari 4 orang. Sebagai komandan regu adalah Prako (prajurit komando) Suratno, memimpin Prako Wahadi, Prako Riyono dan Parko Muhani

Saat di tengah laut mesin tiba-tiba mogok, akibatnya motorboat terseret arus ke arah Singapura. Menyadari hal itu, mereka mendayung hampir 6 jam melawan arus untuk menjauhi wilayah Singapura - Malaysia.

Jam 19.15. Hari semakin gelap. Dalam keremangan malam datanglah ke arah mereka sebuah kapal yang mereka kira sebagai kapal bea cukai Indonesia. Kapal tersebut akhirnya sampailah dan menempellah motorboat KKO tersebut ke dinding kapal.

Terdengarlah teriakan dari kapal tersebut, “Awak siapa ?”

“Kami KKO, mau pulang”, teriak prajurit KKO tersebut. Tiba-tiba mereka sadar bahwa kapal tersebut bukan kapal bea cukai Indonesia, tapi kapal Diraja Malaysia Sri Selangor, mungkin mereka melihat tulisan di lambung kapal dalam keremangan malam itu.

“Angkat tangan !” begitu teriakan dari salah satu awak kapal Sri Selangor. Lalu mereka mengarahkan lampu sorotnya ke arah motorboat KKO. Agak kesulitan karena motorboat sudah terlanjur dalam posisi menempel. Tapi kapal Sri Selangor sudah merasakan kemenangan ada di tangannya, tidak sulit menangkap segelintir KKO itu, begitu mungkin pikir para awak kapal Sri Selangor.

Untuk beberapa lama tidak ada reaksi dari 4 prajurit KKO tersebut. Suasana tegang sekian lama. Tiba-tiba secara serempak 4 prajurit KKO tersebut menembakkan senjatanya ke arah kapal Sri Selangor. Karena kaget, awak kapal Sri Selangor segera melarikan kapalnya untuk menjauh dari posisi motor boat KKO supaya bisa menembak mereka.

Prajurit KKO berusaha tetap menembak sampai peluru terakhir, tapi usaha mereka terhenti karena awak Sri Selangor menabrakkan kapalnya ke motorboat KKO sampai terguling. Setelah melakukan pengecekan sekilas pada motorboat yang terguling itu dan tidak menjumpai mayat satu pun, segeralah Kapal Sri Selangor meninggalkan lokasi insiden kembali ke pangkalannya.

Ternyata, beberapa saat setelah menyadari bahwa mereka akan ditabrak oleh Sri Selangor, keempat prajurit KKO melompat ke dalam laut lalu setelah motorboat ditabrak dan terbalik mereka segera bersembunyi di bawah motor boat yang terbalik itu.

Akhir dari insiden ini, 3 prajurit KKO ditemukan selamat sementara komandan regunya, Prako Suratno tidak pernah ditemukan lagi. Ada kemungkinan almarhum tewas karena terseret arus laut yang memang sangat kencang.
 

Kisah menakjubkan Kapal Selam Indonesia

Kisah Kapal Selam Hiu Kencana (II)


semua kisah ini merupakan kisah asli yang dituturkan para saksi sebagaimana ditulis dalam 
buku 50 Tahun Pengabdian Hiu Kencana 1959 - 2009.

  • Tugas Rahasia ke Pakistan

Menjelang HUT Angkatan Perang RI Tanggal 5 Oktober 1965, sebagian kapal besar kapal-kapal perang RI berkumpul di Tanjung Priok, termasuk beberapa kapal selam, saya mendapat tugas sebagai komandan divisi kapal selam. Semula HUT akan dilaksanakan dengan meriah namun karena a
a peristiwa G 30 S maka acara pun dibatalkan.Hampir semua kapal perang kembali ke pangkalan Surabaya.

Begitu kapal merapat di dermaga kapal selam ujung, saya bersama kapten RM Handogo mendapat perintah segera ke jakarta untuk menghadap Komodor L.M Abdulkadir, sampai di Jakarta dijemput langsung oleh Komodor L.M Abdulkadir beliau membawa sendiri toyota hardtop dan membawa kami ke gedung Gita Bahari, Kami dipertemukan dengan dua orang yang belum kami kenal.

Pada pertemuan di gedung Gita Bahari itu saya dan Kapten Handogo mendapat tugas sebagai pimpinan RI Nagarangsang dan RI Bramasta untuk membawa kapal tersebut ke Karachi yang waktu itu masih ibukota Pakistan. Perintah Pak Kadir waktu itu :
  • Tugas ini Rahasia 
  • Tarik haluan ke Karachi, hindari jalur pelayaran kapal - kapal niaga
  • Anak buah tidak boleh tahu tujuan kapal selanjutnya dalam surat menyurat dari rumah menggunakan alamat konjen kasel, sedangkan dari kapal harus dikumpulkan pada komandan kapal.
Sementara kami di Jakarta, Di Surabaya kedua kapal sudah di siap tempurkan lengkap dengan personilnya, Sesampai di Surabaya ternyata saya ditunjuk sebagai komandan RI Nagarangsang sedangkan RI bramastha di komandani Kapten Pelaut Yasin Sudirjo, Kapten pelaut Handogo ternyata ditunjuk sebagai kepala staf gugus tugas X. Ternyata gugus tugas X yang dibentuk sebagai tugas latihan tersebut, tugas utamanya adalah untuk membantu negara Pakistan yang sedang di serang India, serta merendam perang yang waktu itu sedang berlangsung.

  • Pelayaran Jakarta Karachi

Setelah RI Nagarangsang dan RI Bramastha siap tempur, kapal diberangkatkan dari Surabaya menuju Jakarta. Sebelum bertolak ke Karachi ada dua perwira angkatan laut Pakistan yang ikut sebagai liaison officer, Mayor Yastur Malik untuk RI Nagarangsang sedangkan Kapten M.Sultan untuk RI Bramasta (kelak Mayor Yastur Malik diangkat sebagai KSAL Pakistan Navy dan Kapten M.Sultan menjadi KSAL Bangladesh Navy).  

Tanggal 17 oktober 1965 kapal bertolak menuju Karachi. Lepas selat Sunda kapal dikemudikan ke arah 270 derajat menyusur barat Sumatera. Garis haluan menerobos kepulauan maldiv, Lepas dari kepulauan maldiv garis haluan ditarik ke pantai Persia untuk menjauhi India kurang lebih 300 mil, kemudian setelah jarak dari pantai Iran 50 mil haluan kapal ditarik menuju Karachi, Pakistan.

Pertengahan bulan November 1965 kapal merapat di Pakistan Navy Naval Base, suasana perang tiidak terlalu terasa karena sedang terjadi gencatan senjata. Latihan militer perang dengan AL Pakistan dilaksanakan beberapa kali setelah kapal roket ALRI datang, kami menggunakan prosedur royal navy sebagaimana AL India. Lokasi latihan di lepas pantai Pakistan yang berbatasan dengan India, latihan melibatkan 2 kapal selam dan dua kapal roket cepat ALRI dari ALRI sedangkan AL pakistan menggunakan satu kapal selam serta dua destroyer.

  • Kegiatan yang lain-lain

Sebelum kapal melakukan latihan dengan AL Pakistan, kapal mengalami beberapa kerusakan antara lain radio DK maka diputuskan kapal melakukan perbaikan besar dulu dan menunggu
 kiriman dari Indonesia, sambil menunggu kapal selesai diperbaiki, kami memanfaatkan waktu untuk melakukan kunjungan - kunjungan kehormatan, tak dapat dipungkiri sepanjang jalan banyak poster - poster Presiden Soekarno yang dijual dan banyak yang menyanjung bantuan kami.
RI Pasopati di Museum, Surabaya















 Saat latihan dengan AL pakistan mereka sama sekali tidak bisa mendeteksi keberadaan kami, pengalaman yang sama dikemudian hari saya dapatkan ketika berlatih dengan AL Australia saat saya mengomandani RI Pasopati.  

Sebagian kelasi kami bahkan berkelakar kalo kapal rusia tahan sonar, tapi masa iya? mungkin ada lapisan air laut yang dinamakan layer yang membuat pantulan sonar memantul kembali. Tapi bagaimana pun itu membuat kami bangga, di samping itu dalam tugas ini juru sonar kami mendapat pengalaman baru yaitu mengenali suara baling - baling kapal Inggris.

  • Patroli bersama Malaysia

Tahun 1974 GUSPURLA (Gugus Tempur Laut) ALRI mendapat perintah dari Mabes ABRI untuk operasi pengamanan Selat Malaka bekerja sama dengan TLDM (Tentera Laut Diraja Malaysia), dalam Gugus Tempur tersebut terdapat KS RI Pasopati dengan komandan Kapten (P) Soentoro dengan Komandan Guspurla Laksamana Pertama Mardiono.  

Pada saat pembicaraan Rencana Operasi dengan perwira TLDM di Belawan, Medan mereka sudah tidak suka ada unsur Kapal Selam yang ikut dalam operasi itu "untuk apa...!?"kata mereka. Mungkin mereka khawatir KS kita bisa dengan mudah menyelinap kedaerah mereka karena dalam rencana operasi tsb setiap armada tempur masing-masing negara berpatroli di wilayahnya masing masing setelah itu baru berkumpul disuatu titik kumpul dan berkonvoi masuk ke Penang, Malaysia pada etape I dan Sabang, Indonesia pada etape II.  

Dengan penolakan secara tidak etis tsb komandan KS RI Pasopati merasa panas, tetapi diredakan oleh Dan Guspurla demi persahabatan kedua negara, tapi diam - diam Komandan
 KS ingin memberi pelajaran kepada TLDM.

Pada etape I setelah selesai berpatroli maka semua kapal perang berkumpul di titik kumpul dan berkonvoi menuju Penang ... dan menjelang pintu masuk pelabuhan Penang, tiba - tiba KS RI Pasopati sudah muncul dulu disana dan membuat panik rombongan konvoi yang dipimpin oleh TLDM. Hal tersebut membuat kesal Panglima TLDM Kolonel Laut Sidiq dan berkata KS tidak usah ikut campur urusan patroli dan agar keluar dari formasi dan area patroli.
 KS RI Pasopati mendekati kapal TLDM
Pada etape II KS KRI Pasopati kelakukan free hunting (tidak mengikuti) pola patroli tetapi bebas menentukan sasaran sendiri dan setelah selesai seluruh kapal berpatroli masuk ke pelabuhan Sabang. Di sini awak KS KRI Pasopati ingin memberikan kejutan dan sekedar pamer kepada TLDM. Dengan ketelitian yang tinggi KS masuk alur pelabuhan dengan cara menyelam padahal kedalam alur pelabuhan hanya 20m, dari periskop terlihat awak Kapal TLDM jenis LST yang menjadi kapal komando tidak menyadari disekati oleh KS secara diam diam dan ... setelah tinggal jarak beberapa meter dari lambung kapal mereka ... 

Muncullah dengan tiba-tiba KS RI Pasopati dan membunyikan gauk (sirine) tanda kedatangan mereka ... maka gemparlah pelabuhan Sabang terutama awak kapal TLDM yang kapalnya sudah ditempel sama KS RI Pasopati.  

Malamnya Komandan Guspurla datang kepada Komandan KS RI Pasopati dan menyalaminya sambil tersenyum dan berkata "Jangan Sembrono lagi ya...", dijawab "Siap Laksamana".... 

  • Bikin marah komandan fregat RAN

Tahun 1975 diadakan latihan anti kapal selam antara ALRI dengan RAN (Royal Australian Navy) sehubungan dengan muhibah fregat RAN ke Surabaya. 
Area latihan dilakukan di selat Madura sebelah utara Pulau Bali dengan area latihan sebesar 10 Mil persegi, sebagai sasaran adalah KRI Pasopati dan yang mengejar adalah fregat kapal ALRI dan RAN.

Dalam latihan, kedua fregat tidak dapat mendeteksi KS kita, jadi mereka membom laut (dengan bom latihan) secara membabi buta, padahal di bawah laut awak KS kita tertawa-tawa karena mereka tepat berada dibawah lunas fregat RAN. 

LO (Liaison Officer) dari ALRI yang ditempatkan di fregat RAN Letkol Laut (P) Saeran melihat komandan fregat RAN marah dan complain bahwa KS kita sebenarnya tidak ada disitu tapi sudah pulang ke pangkalan karena alat deteksi kapal RAN yang sudah canggih pada jaman itu tidak bisa menemukan KS kita di area yang cukup sempit itu. Tapi kemudian dijawab dengan perintah KS agar timbul kepermukaan dan dengan sekejap KRI Pasopati sudahmuncul dekat fregat RAN ... Ketika balik kepangkalan dan berlayar dipermukaan masih terdengar "ping" dari sonar fregat RAN rupanya masih penasaran mereka...kenapa KS RI Pasopati bisa menghindari Sonar mereka.

  • Operasi Seroja

Ini cerita waktu Operasi Seroja, integrasi Timtim antara 26 Feb 1976 s/d 26 Mar 1976. Pada saat itu KS RI Pasopati sedang menyelam di pantai utara dekat kota Baucau, tiba - tiba ada laporan dari Juru Sonar ada suara baling-baling mendekat ke KS kita, untuk itu komandan kapal memerintahkan KS naik ke kedalaman periskop dan mengintip cakrawala, ternyata cakrawala bersih tanpa ada satu kapalpun disana.  

"Juru sonar, berapa baringan dan kecepatan?" tanya komandan. "Baringan 040 kecepata
n 10 knots ... ndan" jawab juru sonar. Komandan mengecek lagi arah itu tidak terdapat kapal disitu. Komandan mengambil kesimpulan itu adalah KS asing yang mendekat. Untuk itu secara diam-diam peran tempur disiapkan di KS kita dan haluan kapal diubah menyongsong arah KS asing itu.

"Siapkan torpedo untuk ditembakkan" perintah komandan, tetapi tiba-tiba Juru sonar berkata "Baringan 000, suara menjauh, kecepatan 30 knots!"

Ternyata KS itu menjauh tidak mau berkonfrontasi dengan KS kita diperairan Timtim ... dari hasil analisa kemungkinan KS itu adalah KS USN milik Armada VII karena kecepatannya cukup tinggi 30 knots dan diketahui hanya mereka yang KS-nya bisa secepat itu pada masa itu...
 
  • Pernah bertemu di Pasifik?

Pada tahun 1978 saya diangkat menjadi Athan (Atase Pertahanan) RI untuk Iran yang berkedudukan di Teheran, alkisah pada suatu resepsi kemiliteran saya dan isteri hadirsebagai undangan , dan begitu pula dengan Athan dari Negara lainnya, saya mengenakan dinner jacket lengkap beserta tanda jasa dan tak lupa brevet Hiu Kencana yang saya banggakan.

Tampak asyik berkumpul para Athan dari USSR, USA, Jepang, dan Belanda. Saya pun bergabung dengan mereka. rupanya mathan USA matanya jeli menangkap kilatan brevet Hiu Kencana yang saya pakai, tampak dia mencolek Athan Belanda yang aku lupa namanya sebut saja si jan(yan),“yan, kau pernah bertemu santo di pasifik kan?”

Sudah menjadi kebiasaan orang barat bila sudah merasa dekat akan menyapa dengan nama panggilannya saja tanpa embel2 apapun, spontan saya menjawab
“ya , si yan pernah mengirim roti saat itu tapi rotinya gak sampai”.

Saya mengetahui itu karena saya mengetahui bahwa si yan adalah komandan kapal fregat Belanda yang menjatuhkan bom laut pada kami (RI Nagabanda) tapi tidak tepat sasaran, sedangkan kami harus terus menerus menyelam selama 36 jam, bahkan salah satu kelasi kami berkelakar pada saya, "tenang saja pak , komandan kapal diatas (fregat Belanda) itu teman komandan kita saat di Belanda”.
 
Ya, memang komandan kapal kami adalah alumnus AAL (Akademi Angkatan Laut) nya belanda, tapi beda angkatan dengan komandan kapal fregat itu. Tidak dapat dipungkiri kehadira kapal selam RI waktu itu terasa sebagai efek deterrence yang sangat hebat, apalagi 6 kapal selam yang baru dilengkapi torpedo SUT (homing torpedo) yang tercanggih di jamannya sudah di siagakan di lapis kedua atau lingkar dalam yang sewaktu - waktu dapat di perintahkan bergerak.
  • Armada VII USN

Dulu ada Armada VII USN (United State Navy) yang mau lewat selat Sunda tapi tanpa permisi, pas kehadirannya sudah diketahui oleh gugus tempur selam di wilayah itu sekitar selat Sunda ... lalu diberi peringatan radio ... tapi tetap sombong dan acuh saja ... lalu setelah ada perintah dari pejabat berwenang yang tertinggi dalam hal ini ... dengan perintah ..."Lakukanlah segala sesuatu yang menurut kalian adalah benar, demi menjaga kehormatan
 NKRI (Negara Kedaulatan Republik Indonesia), semuanya terserah kalian!"...

Lalu setelah beberapa saat kontak tidak ditanggapi ... KS RI melakukan jibaku (dengan maksud untuk mendekati, mau mengawal biar tidak macam - macam, tetapi ternyata terjadi kepanikan di kapal induk Armada VII USN) ... pergerakan KS yg semakin mendekat kapal induk dan mematikan sinyal radio ... sangat menggentarkan mereka ...karena dipikirnya kapal induk akan ditubrukan secara frontal oleh KS RI tersebut ... pada detik - detik kritis kapal induk Armada VII berserta rombongan pengawalan berbalik arah putar haluan tidak jadi lewat selat Sunda tapi ambil arah ke Australia ... akhirnya semua crew KS RI berteriak "Hore ... kita menang ... Jalesveva Jaya Mahe...Jayalah Negeriku Indonesia Dilaut"!!!.

Memang benar ini adalah pengalaman mendebarkan dan membanggakan dengan manuver nekad anggota crew Hiu Kencana KS RI dengan berbaliknya Armada VII Amerika, maka kemenangan politis ada pada negara kita RI tercinta, setelah itu kalo tidak salah komandan crew mendapat anugrah bintang sakti!!! .


“ Sekali menyelam, maju terus – tiada jalan untuk timbul sebelum menang. Tabah
 Sampai Akhir “ Bagian pidato Presiden Soekarno di atas kapal selam RI Tjandrasa pada 
6 Oktober 1966 di dermaga Tanjung Priok, Jakarta.

Mereka bertugas dalam senyap jauh dari publikasi … Wira Ananta RudhiroTabah Sampai 
Akhir… !

Latihan Multinasional Komodo 2014 susun protokol penanggulangan bencana


Latihan Multinasional Komodo (Multilateral Naval Exercise Komodo/ MNEK) 2014 akan menyusun protokol kerjasama antar negara dalam penanggulangan bencana, terutama yang terjadi di wilayah perairan. 

Direktur Latihan Multinasional Komodo 2014, Laksamana Pertama TNI Amarullah Oktavian,  di Batam, Jumat,  menyatakan, "Pelatihan ini akan menetapkan standar penanggulangan bencana."

Satu kasus terkini yang menyita perhatian internasional tentang itu adalah pencarian MH370 Malaysia Airlines yang melibatkan 26 negara, puluhan kapal perang dan pesawat terbang intai militer, dan satelit. 

Angkatan laut dari berbagai negara menyiapkan kapalnya membantu mencari. Namun untuk izin memasuki wilayah Malaysia perlu izin khusus, yang dalam kondisi normal membutuhkan waktu. Hal itulah yang akan diatur kembali, agar tidak menghambat misi kemanusiaan.

Perlu aturan tetap mengenai cara berkoordinasi dan berkomunikasi antar angkatan laut dalam menanggulangi bencana, agar kehadiran kapal perang asing di suatu negara lain dipastikan hanya untuk misi kemanusiaan, tidak yang lainnya.

Selama ini, aturan yang berlaku masih bersifat insidentil, sehingga perlu dibuat standar operasional yang baku.

"Itu hanya insidentil. Seperti kapal Indonesia yang mencari pesawat Malaysian Airlines, minta izin memasuki wilayah Malaysia harus menunggu," kata dia.

Nantinya, standar yang akan dirumuskan dan ditetapkan dalam latihan multinasional inisiasi dari TNI AL ini, akan berlaku untuk angkatan laut dari sisi militer dan SAR.

"Protokol itu yang dicita-citakan Indonesia. Indonesia ingin memberikan kontribusi pada dunia," kata dia.

Latihan Multinasional Komodo 2014 diikuti 17 negara peserta. 10 negara ASEAN turut, ditambah Rusia, Amerika Serikat, Jepang, Korea Selatan, China, India, dan Selandia Baru. Selain itu, juga negara pengamat, yaitu Australia, Uni Eropa, PBB, Belanda, dan Spanyol, serta diikuti sekitar 4.800 orang prajurit.

Ia mengatakan, selama ini belum ada kesepakatan antara negara untuk standar baku untuk penanganan bencana yang ditanggulangi banyak negara.

Protokol yang akan dibahas, terutama terkait tata cara komunikasi, frekuensi yang digunakan dan pemberian izin bagi kapal perang suatu negara memasuki wilayah negara lain yang terkena bencana.