semua kisah ini merupakan kisah asli yang dituturkan para saksi sebagaimana ditulis dalam
buku 50 Tahun Pengabdian Hiu Kencana 1959 - 2009.
- Tugas Rahasia ke Pakistan
Menjelang HUT Angkatan Perang RI Tanggal 5 Oktober 1965, sebagian kapal besar kapal-kapal perang RI berkumpul di Tanjung Priok, termasuk beberapa kapal selam, saya mendapat tugas sebagai komandan divisi kapal selam. Semula HUT akan dilaksanakan dengan meriah namun karena aa peristiwa G 30 S maka acara pun dibatalkan.Hampir semua kapal perang kembali ke pangkalan Surabaya.
Begitu kapal merapat di dermaga kapal selam ujung, saya bersama kapten RM Handogo mendapat perintah segera ke jakarta untuk menghadap Komodor L.M Abdulkadir, sampai di Jakarta dijemput langsung oleh Komodor L.M Abdulkadir beliau membawa sendiri toyota hardtop dan membawa kami ke gedung Gita Bahari, Kami dipertemukan dengan dua orang yang belum kami kenal.
Pada pertemuan di gedung Gita Bahari itu saya dan Kapten Handogo mendapat tugas sebagai pimpinan RI Nagarangsang dan RI Bramasta untuk membawa kapal tersebut ke Karachi yang waktu itu masih ibukota Pakistan. Perintah Pak Kadir waktu itu :
- Tugas ini Rahasia
- Tarik haluan ke Karachi, hindari jalur pelayaran kapal - kapal niaga
- Anak buah tidak boleh tahu tujuan kapal selanjutnya dalam surat menyurat dari rumah menggunakan alamat konjen kasel, sedangkan dari kapal harus dikumpulkan pada komandan kapal.
Sementara kami di Jakarta, Di Surabaya kedua kapal sudah di siap tempurkan lengkap dengan personilnya, Sesampai di Surabaya ternyata saya ditunjuk sebagai komandan RI Nagarangsang sedangkan RI bramastha di komandani Kapten Pelaut Yasin Sudirjo, Kapten pelaut Handogo ternyata ditunjuk sebagai kepala staf gugus tugas X. Ternyata gugus tugas X yang dibentuk sebagai tugas latihan tersebut, tugas utamanya adalah untuk membantu negara Pakistan yang sedang di serang India, serta merendam perang yang waktu itu sedang berlangsung.
- Pelayaran Jakarta Karachi
Setelah RI Nagarangsang dan RI Bramastha siap tempur, kapal diberangkatkan dari Surabaya menuju Jakarta. Sebelum bertolak ke Karachi ada dua perwira angkatan laut Pakistan yang ikut sebagai liaison officer, Mayor Yastur Malik untuk RI Nagarangsang sedangkan Kapten M.Sultan untuk RI Bramasta (kelak Mayor Yastur Malik diangkat sebagai KSAL Pakistan Navy dan Kapten M.Sultan menjadi KSAL Bangladesh Navy).
Tanggal 17 oktober 1965 kapal bertolak menuju Karachi. Lepas selat Sunda kapal dikemudikan ke arah 270 derajat menyusur barat Sumatera. Garis haluan menerobos kepulauan maldiv, Lepas dari kepulauan maldiv garis haluan ditarik ke pantai Persia untuk menjauhi India kurang lebih 300 mil, kemudian setelah jarak dari pantai Iran 50 mil haluan kapal ditarik menuju Karachi, Pakistan.
Pertengahan bulan November 1965 kapal merapat di Pakistan Navy Naval Base, suasana perang tiidak terlalu terasa karena sedang terjadi gencatan senjata. Latihan militer perang dengan AL Pakistan dilaksanakan beberapa kali setelah kapal roket ALRI datang, kami menggunakan prosedur royal navy sebagaimana AL India. Lokasi latihan di lepas pantai Pakistan yang berbatasan dengan India, latihan melibatkan 2 kapal selam dan dua kapal roket cepat ALRI dari ALRI sedangkan AL pakistan menggunakan satu kapal selam serta dua destroyer.
Sebelum kapal melakukan latihan dengan AL Pakistan, kapal mengalami beberapa kerusakan antara lain radio DK maka diputuskan kapal melakukan perbaikan besar dulu dan menunggu
kiriman dari Indonesia, sambil menunggu kapal selesai diperbaiki, kami memanfaatkan waktu untuk melakukan kunjungan - kunjungan kehormatan, tak dapat dipungkiri sepanjang jalan banyak poster - poster Presiden Soekarno yang dijual dan banyak yang menyanjung bantuan kami.
|
RI Pasopati di Museum, Surabaya |
Saat latihan dengan AL pakistan mereka sama sekali tidak bisa mendeteksi keberadaan kami, pengalaman yang sama dikemudian hari saya dapatkan ketika berlatih dengan AL Australia saat saya mengomandani RI Pasopati.
Sebagian kelasi kami bahkan berkelakar kalo kapal rusia tahan sonar, tapi masa iya? mungkin ada lapisan air laut yang dinamakan layer yang membuat pantulan sonar memantul kembali. Tapi bagaimana pun itu membuat kami bangga, di samping itu dalam tugas ini juru sonar kami mendapat pengalaman baru yaitu mengenali suara baling - baling kapal Inggris.
Tahun 1974 GUSPURLA (Gugus Tempur Laut) ALRI mendapat perintah dari Mabes ABRI untuk operasi pengamanan Selat Malaka bekerja sama dengan TLDM (Tentera Laut Diraja Malaysia), dalam Gugus Tempur tersebut terdapat KS RI Pasopati dengan komandan Kapten (P) Soentoro dengan Komandan Guspurla Laksamana Pertama Mardiono.
Pada saat pembicaraan Rencana Operasi dengan perwira TLDM di Belawan, Medan mereka sudah tidak suka ada unsur Kapal Selam yang ikut dalam operasi itu "untuk apa...!?"kata mereka. Mungkin mereka khawatir KS kita bisa dengan mudah menyelinap kedaerah mereka karena dalam rencana operasi tsb setiap armada tempur masing-masing negara berpatroli di wilayahnya masing masing setelah itu baru berkumpul disuatu titik kumpul dan berkonvoi masuk ke Penang, Malaysia pada etape I dan Sabang, Indonesia pada etape II.
Dengan penolakan secara tidak etis tsb komandan KS RI Pasopati merasa panas, tetapi diredakan oleh Dan Guspurla demi persahabatan kedua negara, tapi diam - diam Komandan
KS ingin memberi pelajaran kepada TLDM.
Pada etape I setelah selesai berpatroli maka semua kapal perang berkumpul di titik kumpul dan berkonvoi menuju Penang ... dan menjelang pintu masuk pelabuhan Penang, tiba - tiba KS RI Pasopati sudah muncul dulu disana dan membuat panik rombongan konvoi yang dipimpin oleh TLDM. Hal tersebut membuat kesal Panglima TLDM Kolonel Laut Sidiq dan berkata KS tidak usah ikut campur urusan patroli dan agar keluar dari formasi dan area patroli.
|
KS RI Pasopati mendekati kapal TLDM |
Pada etape II KS KRI Pasopati kelakukan free hunting (tidak mengikuti) pola patroli tetapi bebas menentukan sasaran sendiri dan setelah selesai seluruh kapal berpatroli masuk ke pelabuhan Sabang. Di sini awak KS KRI Pasopati ingin memberikan kejutan dan sekedar pamer kepada TLDM. Dengan ketelitian yang tinggi KS masuk alur pelabuhan dengan cara menyelam padahal kedalam alur pelabuhan hanya 20m, dari periskop terlihat awak Kapal TLDM jenis LST yang menjadi kapal komando tidak menyadari disekati oleh KS secara diam diam dan ... setelah tinggal jarak beberapa meter dari lambung kapal mereka ...
Muncullah dengan tiba-tiba KS RI Pasopati dan membunyikan gauk (sirine) tanda kedatangan mereka ... maka gemparlah pelabuhan Sabang terutama awak kapal TLDM yang kapalnya sudah ditempel sama KS RI Pasopati.
Malamnya Komandan Guspurla datang kepada Komandan KS RI Pasopati dan menyalaminya sambil tersenyum dan berkata "Jangan Sembrono lagi ya...", dijawab "Siap Laksamana"....
- Bikin marah komandan fregat RAN
Tahun 1975 diadakan latihan anti kapal selam antara ALRI dengan RAN (Royal Australian Navy) sehubungan dengan muhibah fregat RAN ke Surabaya. Area latihan dilakukan di selat Madura sebelah utara Pulau Bali dengan area latihan sebesar 10 Mil persegi, sebagai sasaran adalah KRI Pasopati dan yang mengejar adalah fregat kapal ALRI dan RAN.
Dalam latihan, kedua fregat tidak dapat mendeteksi KS kita, jadi mereka membom laut (dengan bom latihan) secara membabi buta, padahal di bawah laut awak KS kita tertawa-tawa karena mereka tepat berada dibawah lunas fregat RAN.
LO (Liaison Officer) dari ALRI yang ditempatkan di fregat RAN Letkol Laut (P) Saeran melihat komandan fregat RAN marah dan complain bahwa KS kita sebenarnya tidak ada disitu tapi sudah pulang ke pangkalan karena alat deteksi kapal RAN yang sudah canggih pada jaman itu tidak bisa menemukan KS kita di area yang cukup sempit itu. Tapi kemudian dijawab dengan perintah KS agar timbul kepermukaan dan dengan sekejap KRI Pasopati sudahmuncul dekat fregat RAN ... Ketika balik kepangkalan dan berlayar dipermukaan masih terdengar "ping" dari sonar fregat RAN rupanya masih penasaran mereka...kenapa KS RI Pasopati bisa menghindari Sonar mereka.
Ini cerita waktu Operasi Seroja, integrasi Timtim antara 26 Feb 1976 s/d 26 Mar 1976. Pada saat itu KS RI Pasopati sedang menyelam di pantai utara dekat kota Baucau, tiba - tiba ada laporan dari Juru Sonar ada suara baling-baling mendekat ke KS kita, untuk itu komandan kapal memerintahkan KS naik ke kedalaman periskop dan mengintip cakrawala, ternyata cakrawala bersih tanpa ada satu kapalpun disana.
"Juru sonar, berapa baringan dan kecepatan?" tanya komandan. "Baringan 040 kecepatan 10 knots ... ndan" jawab juru sonar. Komandan mengecek lagi arah itu tidak terdapat kapal disitu. Komandan mengambil kesimpulan itu adalah KS asing yang mendekat. Untuk itu secara diam-diam peran tempur disiapkan di KS kita dan haluan kapal diubah menyongsong arah KS asing itu.
"Siapkan torpedo untuk ditembakkan" perintah komandan, tetapi tiba-tiba Juru sonar berkata "Baringan 000, suara menjauh, kecepatan 30 knots!"
Ternyata KS itu menjauh tidak mau berkonfrontasi dengan KS kita diperairan Timtim ... dari hasil analisa kemungkinan KS itu adalah KS USN milik Armada VII karena kecepatannya cukup tinggi 30 knots dan diketahui hanya mereka yang KS-nya bisa secepat itu pada masa itu...
- Pernah bertemu di Pasifik?
Pada tahun 1978 saya diangkat menjadi Athan (Atase Pertahanan) RI untuk Iran yang berkedudukan di Teheran, alkisah pada suatu resepsi kemiliteran saya dan isteri hadirsebagai undangan , dan begitu pula dengan Athan dari Negara lainnya, saya mengenakan dinner jacket lengkap beserta tanda jasa dan tak lupa brevet Hiu Kencana yang saya banggakan.
Tampak asyik berkumpul para Athan dari USSR, USA, Jepang, dan Belanda. Saya pun bergabung dengan mereka. rupanya mathan USA matanya jeli menangkap kilatan brevet Hiu Kencana yang saya pakai, tampak dia mencolek Athan Belanda yang aku lupa namanya sebut saja si jan(yan),“yan, kau pernah bertemu santo di pasifik kan?”
Sudah menjadi kebiasaan orang barat bila sudah merasa dekat akan menyapa dengan nama panggilannya saja tanpa embel2 apapun, spontan saya menjawab “ya , si yan pernah mengirim roti saat itu tapi rotinya gak sampai”.
Saya mengetahui itu karena saya mengetahui bahwa si yan adalah komandan kapal fregat Belanda yang menjatuhkan bom laut pada kami (RI Nagabanda) tapi tidak tepat sasaran, sedangkan kami harus terus menerus menyelam selama 36 jam, bahkan salah satu kelasi kami berkelakar pada saya, "tenang saja pak , komandan kapal diatas (fregat Belanda) itu teman komandan kita saat di Belanda”.
Ya, memang komandan kapal kami adalah alumnus AAL (Akademi Angkatan Laut) nya belanda, tapi beda angkatan dengan komandan kapal fregat itu. Tidak dapat dipungkiri kehadira kapal selam RI waktu itu terasa sebagai efek deterrence yang sangat hebat, apalagi 6 kapal selam yang baru dilengkapi torpedo SUT (homing torpedo) yang tercanggih di jamannya sudah di siagakan di lapis kedua atau lingkar dalam yang sewaktu - waktu dapat di perintahkan bergerak.
Dulu ada Armada VII USN (United State Navy) yang mau lewat selat Sunda tapi tanpa permisi, pas kehadirannya sudah diketahui oleh gugus tempur selam di wilayah itu sekitar selat Sunda ... lalu diberi peringatan radio ... tapi tetap sombong dan acuh saja ... lalu setelah ada perintah dari pejabat berwenang yang tertinggi dalam hal ini ... dengan perintah ..."Lakukanlah segala sesuatu yang menurut kalian adalah benar, demi menjaga kehormatan
NKRI (Negara Kedaulatan Republik Indonesia), semuanya terserah kalian!"...
Lalu setelah beberapa saat kontak tidak ditanggapi ... KS RI melakukan jibaku (dengan maksud untuk mendekati, mau mengawal biar tidak macam - macam, tetapi ternyata terjadi kepanikan di kapal induk Armada VII USN) ... pergerakan KS yg semakin mendekat kapal induk dan mematikan sinyal radio ... sangat menggentarkan mereka ...karena dipikirnya kapal induk akan ditubrukan secara frontal oleh KS RI tersebut ... pada detik - detik kritis kapal induk Armada VII berserta rombongan pengawalan berbalik arah putar haluan tidak jadi lewat selat Sunda tapi ambil arah ke Australia ... akhirnya semua crew KS RI berteriak "Hore ... kita menang ... Jalesveva Jaya Mahe...Jayalah Negeriku Indonesia Dilaut"!!!.
Memang benar ini adalah pengalaman mendebarkan dan membanggakan dengan manuver nekad anggota crew Hiu Kencana KS RI dengan berbaliknya Armada VII Amerika, maka kemenangan politis ada pada negara kita RI tercinta, setelah itu kalo tidak salah komandan crew mendapat anugrah bintang sakti!!! .
“ Sekali menyelam, maju terus – tiada jalan untuk timbul sebelum menang. Tabah
Sampai Akhir “ Bagian pidato Presiden Soekarno di atas kapal selam RI Tjandrasa pada
6 Oktober 1966 di dermaga Tanjung Priok, Jakarta.
Mereka bertugas dalam senyap jauh dari publikasi … Wira Ananta Rudhiro, Tabah Sampai
Akhir… !