Sabtu, 22 Maret 2014

Please, Indonesia “darurat” Helikopter AKS

Eurocopter AS565 Panther. photo: wiki

Luasnya wilayah perairan Indonesia membutuhkan perhatian tersendiri. Utamanya menyangkut pertahanan dan kedaulatan negara. Hanya saja, jumlah kapal perang yang dimiliki TNI Angkatan Laut untuk menjaga seluruh perairan, masih jauh dari ideal. Realitas pepereangan modern menuntut bahwa sebuah kapal perang mampu untuk bertarung sendiri di tengah lautan menghadapi segala ancaman yang ada.
Saat ini Negara kita masih mengandalkan Van Speijk Class dan Sigma Class untuk menghadapi tuntutan tersebut. Pemerintah pun melakukan kerjasama dengan Damen Schelde Naval Shipbuilding (DSNS) Belanda untuk pembuatan 2 Kapal PKR/Fregate. Dalam kerjasama ini akan disertakan dengan Transfer Of Technology kedepan Negara kita sudah bisa membangun Kapal perang besar secara mandiri.
Kembali lagi ke perang modern, untuk memenuhi kualitas kapal perang tersebut diperlukan radar yang mampu mendeteksi kapal dalam radius tertentu, rudal SSM, dan SAM. Dan jangan lupa, dalam filosofi TNI AL helikopter juga penting untuk kepanjangan mata dan telinga KRI.
Saat ini negara-negara tetangga mulai menambah armada kapal selam mereka. Seperti Australia yang berencana menambah 12 kapal selam dan Singapura dengan tipe 218SG buatan Jerman. Untuk menjaga KRI kita jika terjadi ancaman maka diperlukan Helikopter ASW/AKS (Anti Kapal Selam).
Pada pagelaran demo alutsista Koarmatim TNI AL pada beberapa waktu lalu, Skadron 400  Anti Kapal Selam Penerbal menunjukan atraksi memburu kapal selam menggunakan helikopter Dauphin buatan Eurocopter. Padahal sejak era 90-an kita sudah tidak memiliki lagi helicopter AKS.
Pada tahun 1960-an, negara kita memiliki helicopter pemburu kapal selam seperti MI-4 buatan Mil OKB, Uni Soviet (sekarang Rusia) dan Westland Wasp HAS MK1 buatan Inggris. Melalui pertunjukan kemarin bisa diartikan bahwa saat ini negara kita darurat helicopter AKS.
Dalam MEF pertama direncanakan Kemenhan akan membeli 11 helikopter AKS untuk Puspenerbal. Berbagai tipe sudah menyebar di media seperti AW 159 buatan Lynx Wildcat Inggris atau AS-565 Panther Eurocopter adalah calon kandidat alutsista Skadron 100 yang akan dihidupkan kembali. KSAL, Laksamana Marsetio pada 22 Februari 2013 menargetkan Helikopter AKS akan meramaikan HUT TNI pada bulan Oktober 2014 ini.
SONY DSC
Aksi Satkopaska Koarmatim
Aksi Satkopaska Koarmatim

“Kami harapkan helikopter anti kapal selam tersebut sudah bisa menjadi kebanggan pada saat peringatan hari jadi TNI tahun 2014,” kata Marsetio di Sidoarjo.
Sayangnya, pada beberapa hari lalu, melalui juru bicaranya, Laksamana Pertama Untung Suropati mengatakan bahwa pengadaan Helikopter AKS terkendala masalah anggaran karena mahalnya peralatan dan persenjataan. Namun, Untung menuturkan Helikopter AKS mutlak atau wajib mengisi TNI AL.
“Karena apapun kita ini negara maritim yang begitu luas. Laut kita bayangin aja 5.8 juta kilometer, ini bukan pekerjaan mudah untuk angkatan laut, untuk mengawal sekaligus melindungi lautnya.  Padahal filosofi kita khususnya pesawat udara dalam hal ini helikopter AKS sebagai kepanjangan mata dan telinga dari KRI,” ungkap Untung.
Pada beberapa hari lalu, penulis bertemu dengan orang nomer dua di Kemenhan. Saat ditanya masalah helicopter AKS, bapak ini pun mengatakan bahwa hingga kini belum ada bentuk permintaan dari Mabes TNI. Namun, rencana pengadaan helicopter AKS tetap berjalan.
“Sampai sekarang belum masuk, prosedurnya itu dari tim analisa dan evaluasi pengadaan membawa proposal spesifikasinya ke Mabes TNI lalu dari Mabes TNI dibawa ke Kemenhan. Nah disini kita akan mencocokan dengan kebutuhan dan anggaran yang ada,” tuturnya.
Negara-negara tetangga Indonesia pun telah melengkapi helikopter AKS di kapal perangnya seperti Singapura menggunakan Sikorsky S-70B Seahawk, Australia Sikorsky MH-60R dan Malaysia dengan Super Lynx. Filipina sendiri berencana membeli Helikopter AKS AgustaWestland 159 (AW-159). (By Jalo)

Jumat, 21 Maret 2014

Prajurit Indonesia Berpartisipasi Dalam Serah Terima Jabatan Force Commander MINUSTAH

Prajurit Indonesia Berpartisipasi Dalam Serah Terima Jabatan Force Commander MINUSTAH
Force Commander yang merupakan pucuk pimpinan  tertinggi seluruh kontingen Militer yang tergabung dalam MINUSTAH (United Nations Stabilization Mission In Haiti), melakukan serah terima jabatan. Letnan Jenderal Edson Leal Puyol yang telah menjabat sebagai Force Commander MINUSTAH di Haiti selama lebih kurang 1 tahun, pada beberapa waktu lalu menyerahkan komando pimpinannya kepada penggantinya Letnan Jendral Jose Luiz Jaborandy Junior, bertempat di Markas Brasil Batalyon di Charlie Camp, Port au Prince.
Satgas Kizi TNI Kontingen Garuda XXXII-C/Minustah Haiti yang merupakan kontingen militer wakil Indonesia, turut berpartisipasi dalam Upacara baik parade maupun defile yang diikuti oleh 20 Negara yang tergabung di dalam misi MINUSTAH.
Dalam sambutannya mewakili SRSG (Special Representative of Secretary General) Sandra Honore, Deputy SRSG Carl Alexandre dan juga dalam sambutan terakhir Force Commander Lt. Gen Edson Leal Pujol, kedua pejabat tersebut saling memberikan pujian serta ucapan terima kasih, apresiasi yang tinggi atas kerjasama yang telah diberikan baik kepada komponen sipil maupun komponen militer yang tergabung dalam misi pemulihan stabilitas di Haiti Pasca Gempa pada tahun 2010 lalu. Diharapkan seluruh komponen tetap memelihara kerjasama dan kordinasi yang erat, saling bahu membahu untuk kemanuasiaan yang selama ini telah ditunjukkan dengan baik oleh seluruh individu yang tergabung dalam MINUSTAH.
Dalam acara ramah tamah, ditampilkan pagelaran kesenian oleh beberapa perwakilan kontingen serta menampilkan kuliner dari berbagai Kontingen termasuk Kontingen Militer Indonesia yang menampilkan beberapa jenis jajanan pasar karya dan kreasi para prajurit seperti diantaranya lemper, bakwan, kue lapis, kelepon yang begitu diminati oleh para tamu hadirin. Kuliner khas Indonesia tersebut disajikan dengan sentuhan keramahtamahan Indonesia yang ditampilkan beberapa prajurit dengan berpakaian tradisional khas Indonesia.

TNI. 

TNI AD Kembangkan Tekonologi Nano Satelit dan Solar Cell

Kepala TNI Angkatan Darat (KASAD) Jenderal TNI Budiman (tengah) yang hadir bersama Kadispenad Brigjen TNI Andika Perkasa (kedua dari kiri)  sedang memberi keterangan kepada Redaksi BeritaSatu Media Holdings dalam acara Media Visit TNI Angkatan Darat di BeritaSatu Plaza, Jakarta, Rabu (19/3) Kedatangan (KASAD) Jenderal TNI Budiman ke Redaksi BeritaSatu Media Holdings menyampaikan bahwa Pihak TNI siap untuk mengamankan dan menciptakan suasana damai  PEMILU 2014 di Indonesia.

Tentara Nasional Indonesia (TNI) Angkatan Darat (AD) telah mengembangkan teknologi Nano Satelit. Selain itu, AD juga mengembangkan teknologi Solar Cell.
"Saya sudah kembangkan dengan Universitas Surya untuk riset. Sudah 16 riset yang akan dibuka ke media tanggal 30 Maret nanti. Antar lain Nano Satelit, Surveillance sebesar Capung, ada sebesar Burung Garuda dan Kelelawar," kata Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Budiman saat berkunjung ke redaksi Beritasatu Media Holding (BSMH) di Jakarta, Rabu (19/3).
Dia menjelaskan pihaknya juga sedang membangun Peluncur Roket yang murah, Sollar Cell, satelit Base Transceiver Station (BTS), dan Radio CNI. Total anggaran untuk 16 riset tersebut mencapai Rp 30 miliar.
"Semua dibuat dari bahan yang sangat murah. Peluncur Roket sangat murah. Solar Cell akan menjadi yang termurah di dunia. Kami harapkan Solar Cell untuk rakyat karena costnya masih mahal. Tinggal buat mencari bateri yang tahan lama dan murah," tuturnya.
Mengenai pembangunan BTS, dia tegaskan kedepan tidak lagi komunikasi melalui satelit. BTS itu pemakaiannya gratis dan dijamin keamanannya.
Menurutnya, kebijakan melakukan riset-riset tersebut untuk mendorong industri pertahanan di tanah air. Di sisi lain, agar bangsa ini tidak bergantung pada produk-produk dari luar negeri. Padahal anak-anak bangsa ini bisa memproduksinya.
"Di Kementerian Pertahanan (Kemhan), Cybermedia, 96 persen komponen lokal yang buat oleh mereka yang di bawah 30. Ada 35 hecker. Mereka ditakuti dunia," tuturnya.

KSAU: Pesawat F-16 Hibah Amerika Serikat Tiba Oktober


F 16
F 16
 
Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU) Marsekal TNI IB Putu Dunia mengatakan pesawat tempur F-16 hibah dari pemerintah Amerika Serikat dijadwalkan tiba pada Oktober 2014.
"Direncanakan F-16 sudah datang sebelum 5 Oktober peringatan Hari TNI," kata Marsekal TNI IB Putu Dunia kepada Antara saat meninjau persiapan fasiltias di Lanud Roesmin Nurjadin, Pekanbaru, Rabu (19/3).

Ia mengatakan, jet tempur tersebut akan tiba secara bertahap ke Indonesia. "Untuk tahap awal, ada delapan pesawat yang akan datang," ujarnya.

Dalam kunjungannya, IB Putu Dunia meninjau persiapan fasilitas untuk F-16 yang akan ditempatkan di Lanud Pekanbaru. Kasau dalam kunjungan tersebut didampingi oleh Panglima Komando Operasi I TNI AU Marsekal Muda TNI M Syaugi dan Komandan Lanud Roesmin Nurjadi Kolonel Pnb Andyawan.

"Kita memantau langsung pembangunan skuadron 16, dan sejauh ini sangat memuaskan. Semua peralatan lengkap, dan kedepan kita berharap, Skuadron F-16 ini sebagai pilar terdepan kita untuk mengamankan kawasan kedaulatan NKRI," ujarnya.

Menurut dia, direncanakan akan ada 16 pesawat tempur F-16 di Lanud Pekanbaru. Komandan Lanud Roesmin Nurjadin Kolonel Pnb Andyawan mengatakan fasilitas untuk skuadron F-16 berdiri di lahan seluas sekitar 7 hektare. Fasilitas tersebut meliputi hanggar, hanggar perawatan, arena parkir pesawat terbang dan naungannya, gudang amunisi, asrama dan rumah tinggal pilot dan awak darat, perkantoran, dan lain-lain.

Ia mengatakan Mabes TNI memilih Pekanbaru sebagai lokasi jet tempur itu karena dinilai sebagai daerah strategis di Sumatra, untuk pengamanan wilayah barat Indonesia terutama di Selat Malaka. Sebab, selama ini pesawat-pesawat tempur Angkatan Udara Singapura hanya memerlukan waktu kurang dari satu menit untuk bisa berpapasan dengan garis batas wilayah kedaulatan Indonesia di Selat Philips dan Selat Singapura.

TNI AU mendatangkan F-16 Fighting Falcon blok 25 bekas Perang Irak, yang direncanakan akan ditingkatkan kapasitasnya (upgrade) ke blok 52+. Meskipun hibah dari Amerika Serikat, pemerintah tetap mengeluarkan biaya upgrade dengan biaya total sekitar 400 juta dolar AS memakai skema pembayaran foreign military sales.

Jika berjalan lancar, maka akan ada dua skuadron udara di Lanud Pekanbaru, yang kini sudah memiliki Skuadron Udara 12 berintikan Hawk 109 dan Hawk 209 buatan British Aerospace.
 

Arah Kebijakan NKRI


photo: aktual.co

Saya tetap melihat tidak ada sesuatu yang benar-benar luar biasa dalam pengembangan alutsista TNI saat ini, dibandingkan dengan potensi ancaman dan segala dinamikanya ke depan. Karena penguatan kekuatan pertahanan NKRI tidak dimulai dari pangkal persoalannya, tetapi dengan cara potong Kompas, pasca lepasnya Sipadan-Ligitan & kasus Ambalat, yang berakibat dengan kurang jelasnya arah dari pengembangan pertahanan NKRI, terutama untuk jangka panjang.
Lalu apa yang menjadi pokok permasalahan dari arah kebijakan NKRI saat ini dan ke depan? Sudah banyak lembaga think tank dan maupun hasil kajian studi dari pemerhati pertahanan di negeri ini yg menghasilkan rekomendasi sebagai berikut:
  • Membuat ambang batas terendah, medium & maksimum terhadap anggaran pertahanan nasional. Saat ini untuk tahun 2014 menganggarkan Rp 86,376 triliun, atau 0,8 persen dari persentase ideal GDP. Padahal sudah banyak studi pertahanan yang menjelaskan, Indonesia minimal harus menganggarkan 2% dari GDP, 5% dari GDP untuk kondisi ideal & 10% dari GDP untuk kondisi maksimum. Tetapi hingga kini untuk peningkatan 1% dari GDP untuk anggaran pertahanan pun Indonesia belum bisa menyisihkannya. Argumen klasik selalu menjadi alasan, pemerataan, pendidikan, dll. Padahal kalau RI punya platform pertahanan jangka panjang, itu semua bisa diatasi. Kita bisa belajar dari China, setelah 35 tahun secara konsisten terus meningkatkan anggaran militer mereka perlahan2, baru pada tahun 2010 lah dunia mulai memperhatikan militer mereka, padahal kondisi ekonomi mereka pada dekade 80 hingga 90 an tidak lebih baik dari negara kita, dan sekarang hasil dari kerja keras mereka berhasil, bukan hanya bisa menjadi salah satu yg terkuat secara militer, tetapi juga bisa menghasilkan uang dari hasil kerja keras tsb, atau kalau perbandingannya terlalu tinggi, kita bisa contoh India, berapa persen rakyat mereka yg miskin dan lebih miskin dari kita, tetapi negara mereka tetap konsisten untuk memperkuat negara mereka.
  • Meninjau ulang dan memperbaikinya buku putih pertahanan NKRI. Buku putih pertahanan NKRIyang pasca orde lama hingga kini lebih menekankan kepada sistem bertahan, yang oleh petinggi TNI dianggap hanya membatasi ruang gerak dan mengebiri potensi maupun kemampuan TNI dalam mempertahankan NKRI. Sudah saatnya Indonesia kembali mengembangkan jangkauan pertahanan TNI kita, tidak ada salahnya TNI memukul terlebih dahulu, daripada Harus terpukul duluan. Pada zaman Orde lama, NKRI bisa membuat sebuah hegemoni dan Geopolitik, dan mampu mempengaruhi negara2 dunia, tetapi sekarang tidak, apa yg terjadi??
  • Penguatan kembali sistem pertahanan semesta. Pembentukan Kogabwilhan sebenarnya adalah buah dari rencana pemekaran Komanda Armada, yang saat ini dari 2 komando Armada, yakni komando Armada timur (Koarmatim) dan komando Armada barat (Koarmabar), dengan penambahan komando Armada utara (Koarmata) dan komando Armada selatan (koarmala). Tetapi ini tidak juga terbentuk, dengan alasan anggaran, kemudian diputuskan dibentuk 3 komando Armada, yakni penambahan komando Armada tengah, tetapi tidak juga terbentuk dengan alasan lagi2 masalah anggaran pertahanan. TNI & kemenhan sudah menjelaskan, & jauh-jauh dekade mengatakan, pembentukan 4 komando Armada adalah wajib hukumnya untuk meng-cover seluruh NKRI dalam kondisi darurat perang. Tetapi hingga kini belum juga terbentuk. Pembentukan Kogabwilhan diharapkan bisa menjadi embrio dari pembentukan 4 komando Armada tersebut. Tapi Ini pun masih ada berdebatan tentang struktur dan lain sebagainya.Sekadar informasi, sebentar lagi pasukan komando Cadangan (PasKomcad), akan segera terbentuk, rencananya akan sedikit dipercepat, karena paskomcad diperuntukkan juga untuk Kogabwilhan. Saat ini Pemerintah untuk gelombang pertama menargetkan 2 juta pasukan paramiliter Paskomcad, yang akan diambil dari kalangan PNS, swasta, dll, dari usia 18 tahun hingga 45 tahun. Paskomcad adalah sistem pertahanan yang bersifat sel-sel, dari tingkat RT, RW, Kelurahan Kabupaten, kota, provinsi dan negara. Dengan sistem pergerakan/mobilisasi 3 jam, 6 jam, 12 jam, 1 x 24 jam, 3 hari dan 1 minggu, sesuai kondisi darurat perang yang terjadi.Kalangan pemerhati pertahanan & studi, meyakini kalau sistem pertahanan semesta bisa kembali diperbaiki, akan mampu membuat Indonesia menjadi negara terkuat sistem pertahanannya. Tapi apakah ini semua berjalan mulus?? Kita akan perhatikan.
  • 4. Meningkatkan riset teknologi tingkat tinggi terutama untuk alutsista. Indonesia, India, China, Korea, pada tahun 60-an memulai Start yang sama dalam pengembangan riset pertahanan, tetapi kenapa hingga kini Indonesia masih jauh tertinggal dari negara2 tersebut? Saat ini, Walaupun terlambat, daripada tidak sama sekali, mulai sadarnya negara kita untuk kembali memperkuat riset pertahanan patut kita hargai, sekarang yang tinggal dipertahankan tingkat konsistensinya, apakah hanya bersifat proyek rezim, seperti selama ini sudah terjadi, atau benar2 lahir dari kesadaran Indonesia untuk membangun sistem pertahanan dari akarnya?? Dan masih ada beberapa rekomendasi hasil kajian studi lainnya terhadap sistem pertahanan negara kita. Jadi tidak ada yang perlu dieuforia-kan terhadap perkembangan TNI saat ini, selama struktur pertahanan tersebut belum menyentuh pangkal persoalannya, yakni, anggaran, riset, dll. Saat ini moncong senjata mulai mengarah ke Asia Pasifik, pastinya kita tidak mengharapkan Indonesia menjadi pecundang di kawasan sendiri. Ada yang perlu dipahami juga bahwa inspirasi pembentukan MEF adalah bertujuan mengembalikan kekuatan tempur TNI seperti pada zaman Trikora & Dwikora, dan hal ini sudah sering kali disampaikan oleh MenHan maupun TNI, bahkan Kapuspen TNI, pak Iskandar Sitompul dalam sebuah wawancara Televisi juga sudah menjelaskan hal tersebut.

Kekuatan Tempur TNI pada era tahun 60 an, adalah kekuatan ideal TNI, dan bukanlah kekuatan maksimumnya. Karena dengan kekuatan tersebut mampu meng-cover wilayah NKRI secara baik, dengan adanya kapal penjelajah, kapal destroyer, kapal pemburu, dan kapal selam terbaik di eranya pada Matra laut, dan pesawat pemburu maupun bomber pada matra udara. Kekuatan TNI pada masa itu adalah “maksimum defensif”, belumlah lagi maksimum ofensif, oleh karena itulah dianggap sebagai kekuatan ideal TNI, sehingga mampu membuat sekutu & Belanda mundur teratur.
Pembentukan MEF bertujuan untuk mengembalikan kekuatan TNI pada taraf maksimum defensif, seperti pada era 60 an, karena ini sesuai dengan doktrin politik maupun doktrin pertahanan NKRI. Terkait kekuatan TNI, Kan banyak selorohan dari beberapa perwira TNI kita, “kalau belum bisa seperti jamannya pak Karno, gak usah sok kuat deh”. Jadi ini bukanlah proyek mercusuar.
Saya juga ingin mengoreksi, diatas saya tidak pernah sekalipun mengatakan bahwa hasil yg telah dilakukan oleh Pemerintah selama ini untuk memperkuat pertahanan NKRI sebagai omong kosong. Tapi saya hanya mengatakan kita harus realistis. Misalkan, anggaran pertahanan untuk 2014 ini, secara angka memang terlihat besar, tetapi ketika dialokasikan baru diketahui bahwa sebagian besar habis hanya untuk dana peningkatan kesejahteraan prajurit TNI, yg memang jauh dari kata sejahtera. Lalu berapa porsinya untuk pembelian alutsista? Berapa porsinya untuk pengembangan riset? Apa yg sudah kita miliki saat ini? Seberapa besar kekurangan/gapnya? Dll. Kalau ini semua dibuka & ditelaah, akan terlihat tidak ada yang terlalu istimewa disini. Padahal ancaman terhadap keutuhan NKRI kedepannya “semakin istimewa”
Saya akan merasa lebih jumawa kalau Pemerintah kita berani meningkatkan anggaran pertahanan hingga 2% saja dari ideal GDP, karena dari situlah bisa menilai tingkat keseriusan Pemerintah untuk memperkuat otot-otot pertahanan NKRI. Kalau alasannya pendidikan, kita bisa meniru China & Korea yg mengintegrasikan Riset dengan pendidikan bangsa mereka. Pendidikan naik, keberhasilan riset juga naik, begitu juga sebaliknya. Itulah makanya saya katakan, langkah2 yg dilakukan Pemerintah kita untuk memperkuat TNI selama ini masih sebatas “menebus dosa”. Umpama seorang anak yg sudah lama tidak pernah dipakaikan baju, sering masuk angin & sakit2an, sekarang mulai dipakaikan baju beberapa stel, yang mungkin hanya cukup untuk 2 atau 3 hari saja, habis itu telanjang lagi… Ehhhmm…..
Skandal Ambalat telah membukakan mata Pemerintah & petinggi negara ini, bahwa betapa lemahnya sistem pertahanan Indonesia. Bahkan baru pada era itulah Mahatir Muhammad & Badawi, berani berbicara kata “perang”, kata yg sebelumnya begitu mereka hindari. Kita patut berterima kasih kepada para prajurit TNI kita pada saat konflik Ambalat terjadi, karena TNI dengan kapal perang yg sudah berkarat disana sini, berhasil mengusir Armada laut malaysia dengan teknologi terbaru mereka. keberhasilan tersebut terjadi karena “nyali & aksi nekat” prajurit kita, sehingga bangsa kita tidak sampai dipermalukan dalam kasus tersebut dimata internasional. Tapi, realistis saja, dalam perang modern, sampai kapan nyali yg selalu menjadi tumpuan??
Satu hal lagi yang juga perlu dipahami adalah, awal terbentuknya Indonesia, negara ini langsung bisa memiliki hegemoni & geopolitik yg kuat. Bagaimana mungkin Indonesia, yg masih seumur jagung mampu mempecundangi Jagoan2 perang dunia ke II, seperti Jepang & gerombolan Sekutu?? Mengusir mereka semua dari benua nusantara dengan kepala tertunduk. Berapa banyak negara-negara di dunia saat itu yang mencapai kemerdekaannya karena terinspirasi & terbantukan oleh Indonesia. KAA, GNB, dll. Hanya Indonesia satu2nya negara yang pernah keluar dari PBB, hanya Indonesia satu2nya negara yg pernah menantang PBB dengan membentuk lembaga tandingan (The New Emerging Forces). Kekuatan hegemoni Indonesia ketika itu mampu membuat negara2 jajahan di seluruh dunia berani mengangkat kepala mereka untuk menantang tuan-tuan penjajah mereka sebelumnya.
Oleh karena itu, mau kita berteriak2 dengan slogan “million friends, Zero enemy” sekalipun, negara2 kuat seperti US, Sekutu/NATO, dll, hanya menganggapnya sebagai lelucon. Karena mereka tahu apa yang bisa diperbuat oleh Indonesia dulu & di masa depan. Itulah makanya negara kita disebut “Raksasa tidur”. Ada beberapa kajian studi Pentagon tentang hal ini, saya harap suatu saat nanti saya bisa mengangkatnya di blog ini.
Soekarno adalah seorang Visioner & bukan seorang megalomaniak. Apa yg dianggap proyek mercusuar pada masa itu, baru bisa dinikmati & dirasakan kebanggaannya pada saat ini. Sulit kita menemukan pemimpin yang memiliki visi begitu jauh ke depan, di saat bangsanya sendiri masih meng-olok olok nya.
Bicara kondisi ekonomi pada masa orde lama juga harus membuka diskusi yg lebih luas. Harus dibuka juga dengan gamblang bagaimana kondisi ekonomi dunia ketika itu? Bagaimana kondisi geopolitik ketika itu? Salah satu senjata orde baru untuk menghantam Soekarno adalah dengan isu ekonomi, dengan janji2 kemakmuran dan kesejahteraan. Padahal itu semua tidak lebih dari hasil penjualan sumber daya alam dengan harga “Obral”, pinjaman-pinjaman internasional yang selalu membengkak setiap dekadenya, yang bahkan “dosanya” masih bisa kita rasakan hingga era reformasi saat ini.
Berpikirlah realistis, di masa depan musuh potensial kita bukan Malaysia, Singapura atau Australia, terlalu kecil mereka bagi kita, tetapi musuh potensial negara kita adalah negara-negara yang memiliki hegemoni & geopolitik yg kuat seperti US, NATO, China & persemakmuran Rusia/Ex Eropa timur. Jadi ayo lah berpikir ke depan.
Salam NKRI. (By Garuda Hitam)

Menhan Tugasi TNI AL Cari "Usman-Harun" yang Muncul di JIDD

Kemunculan "Usman" dan "Harun" ini membuat Singapura berang.

Dua prajurit TNI AL mengenakan seragam khas Korps Komando Angkatan Laut (KKO AL) bernama
Dua prajurit TNI AL mengenakan seragam khas Korps Komando Angkatan Laut (KKO AL) bernama (ANTARA FOTO/Andika Wahyu)
Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro mengaku tidak tahu soal 'insiden' dua marinir yang mengenakan  seragam khas Korps Komando Angkatan Laut (KKO AL) dengan nama "Usman" dan "Harun" di sebuah stan pada acara Jakarta International Defence Dialogue (JIDD) di Jakarta. Kemunculan "Usman" dan "Harun" itu membuat Singapura kembali berang.

Purnomo mengaku sudah memerintahkan TNI AL untuk menyelidiki siapa prajurit yang menyaru jadi "Usman-Harun" itu. "Kami akui itu memang tidak appropriate (pantas) dan kami sedang cek siapa itu. Yang jelas, bukan dari kami," kata Purnomo di Istana Negara, Jakarta, Jumat 21 Maret 2014.

Purnomo yakin, kemunculan "Usman-Harun"  bukan atas perintah Kepala Staf Angkatan Laut. KSAL, kata dia, sudah berkomunikasi dengan Singapura.

Di hari pertama pagelaran JIDD, Purnomo mengaku berkeliling melihat pameran senjata milik TNI bersama Wakil Presiden Boediono dan Perdana Menteri Timur Leste Xanana Gusmao. Saat itu, Purnomo mengaku tak melihat ada dua orang yang mengenakan seragam Usman-Harun. "Siapa itu kita pun nggak ngerti. Saya dapat laporan, kami mau lihat dulu laporannya," kata dia.
Purnomo juga membantah bahwa delegasi Singapura menarik perwakilannya dari acara JIDD. "Saya dapat laporan masih ada delegasi Singapura dari Aspam mereka kalau ngak salah," kata dia.

Sampai saat ini, Purnomo mengaku tidak ada gangguan hubungan antara Indonesia dan Singapura atas kemunculan "Usman-Harun" di acara dialog pertahanan maritim secara multilateral itu. "Itu di luar konteks JIDD. JIDD kan memberi kontribusi soal maritime security, promosikan industri pertahanan Indonesia. Orang itu ada kita dapat laporan itu. Semua orang kan bisa masuk kalau ke pameran gitu," kata dia.

Diberitakan sebelumnya, Usman dan Harun merupakan prajurit KKO AL (kini marinir) yang menjadi pahlawan bagi Indonesia. Namun, tidak bagi Singapura.
Atas perintah TNI tahun 1965. keduanya meledakkan bom di salah satu sudut Singapura pada 10 Maret 1965. Tiga orang tewas dan 33 lainnya luka-luka. 
Kala itu, Indonesia sedang berkonfrontasi dengan Malaysia. Dan, Singapura merupakan bagian dari Malaysia. 
 

Kamis, 20 Maret 2014

[Gallery] APSDEX 2014, Untuk ke-4 Kalinya

Rabu (19/03) Asia Pacific Security and Defense Expo (APSDEX) kembali dibuka. Kali ini pembukaan dilakukan oleh Wakil Presiden Boediono di Jakarta Convention Centre. Gelar acara yang tergabung dalam Jakarta International Defence Dialog ini merupakan pameran tahunan, dan tahun ini merupakan edisi keempat. Kali ini APSDEX mengambil tema “Driving Indonesian Industries and Partnerships in Support of Regional Maritime Collaborations”.


Dan seperti biasa, APSDEX menampilkan produk terbaru, inovasi, dan teknologi dari sektor pertahanan Indonesia. Peserta pameran termasuk Kementerian Pertahanan RI (Kemhan RI), Badan SAR Nasional (BASARNAS), Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), IKAHAN, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Datacomm, Dirgantara Indonesia, Bakorkamla, Saba Wijaya Persada, Persada Aman Sentosa, dst. Dan berikut adalah beberapa diantara inovasi tersebut.