Kamis, 13 Maret 2014

M-30 Howitzer 122mm: Meriam Tarik Legendaris Korps Marinir TNI AL

576153_10200340336422737_586117179_n
Banyak hal yang membuat nama Korps Marinir TNI AL begitu lekat di hati masyarakat, selain sifat prajuritnya yang solid, Korps baret ungu ini juga identik dengan beragam alutsista eks era Uni Soviet. Sebut saja seperti tank PT-76, pansam BTR-50, dan Kapa K-61, usia ranpur tersebut sudah dipastikan jauh lebih tua dari anggota aktif Marinir yang paling senior sekalipun. Tapi hebatnya, ranpur-ranpur tadi dapat serviceable hingga saat ini dengan beragam program retrofit.
Tapi alutsista eks Uni Soviet di lingkungan Korps Marinir tak hanya berwujud ranpur, di Resimen Artileri Marinir ada roket BM-14/17, yang merupakan generasi self propelled MLRS (multiple launch rocket system) di Armed Korps Marinir. Lainnya masih ada, yaitu meriam M-30 (M1938) dari jenis howitzer kaliber 122 mm. Bila dibilang tua, ya jelas meriam ini sangat tua, karena diproduksi pada awal tahun 1939, dan masuk ke etalase Korps Marinir (d/h KKO AL) pada tahun 1961. Kedatangan meriam ini digadang sebagai perkuatan dalam masa operasi Trikora dan Dwikora.
Selepas dari haluan politik yang berubah pasca 1965, meriam M-30 masih tetap eksis dengan beragam retrofit. Wujudnya yang mudah dilihat adalah penggantian roda ban, model yang digunakan sekarang mirip dengan roda pada meriam LG-1 MK II kaliber 105 mm yang juga dimiliki Korps Marinir. Penggantian roda ini selain menjadikan meriam lebih garang, mobilitas meriam pun lebih mantap untuk menyambangi medan off road. Dalam operasionalnya, M-30 Korps Marinir TNI AL ditarik dengan truk Unimog 4×4.
Versi asli M-30
Versi asli M-30, perhatikan rodanya.
M-30 retrofit milik Korps Marinir TNI AL dengan adopsi roda baru.
M-30 retrofit milik Korps Marinir TNI AL dengan adopsi roda baru.
600px-BitvaZaMoskvu-M30
Bagaimana dengan kehandalan howitzer ini? Dengan kaliber 122 mm, proyektilnya mampu melesat sejauh 11,8 km pada sudut laras 49 derajat. Secara keseluruhan, sudut laras dapat diarahkan mulai dari -3 hingga 63,5 derajat. Secara umum, komponen meriam ini terdiri dari laras, recoil dengan penyangga hidrolik, gunshield (perisai/pelindung) awak, panoramic sight sebagai pembidik, pangkal laras dengan mekanisme piston, roda, dan spilt trails untuk ditarik oleh kendaraan. Untuk urusan ditarik ada batasannya, M-30 maksimum bisa ditarik hingga kecepatan 10 km per jam.
Bicara tentang amunisi, untuk melibas sasaran berupa infanteri, meriam ini tentu tak bisa melakukan perkenaan langsung ke target. Sebagaimana sifat howitzer, senjata ini mengandalkan lintasan melambung, bahkan lintasan proyetilnya ampuh untuk melintasi perbukitan. Jenis amunisi yang digunakan mulai dari HE (high explosive), dengan fragmentasi amunisi ini dapat menembus lapisan baja setebal 20 mm pada ranpur. Sementara untuk melibas sasaran berupa tank, ada pilihan berupa munisi HEAT (high explosive anti tank). Menurut catatan, HEAT sudah digunakan sejak era Perang Dunia Kedua, tepatnya dikembangkan pada 1943. Kabarnya beberapa tank Tiger NAZI Jerman ada yang rusak berat akibat terjangan HEAT M-30.
Gelar M-30 Howitzer dalam operasi Trikora
Gelar M-30 Howitzer dalam operasi Trikora
M-30 ditarik truk Unimog dalam defile HUT ABRI ke-50
M-30 ditarik truk Unimog dalam defile HUT ABRI ke-50
Pasmar06
M-30 terbilang laris dipasaran, setidaknya 40 negara telah menggunakan meriam ini. Dirunut dari sejarahnya, M-30 memang sudah ekstra sepuh. Pertama kali dirancang tahun 1938 oleh Design bureau of Motovilikha Plants, Rusia. Kemudian masuk masa produksi saat berlangsungnya Perang Soviet melawan Jerman pada tahun 1939. Karena dibuat untuk kebutuhan perang, produksi M-30 terbilang luar biasa, yakni 19.266 pucuk. Produksi meriam ini baru berakhir pada tahun 1955. Seperti sudah menjadi kebiasaan, sista Uni Soviet ini pun dicomot oleh Cina, dan kemudian diberi label Type 54.
Secara teori ,M-30 dengan bobot tempur 2,5 ton ini dioperasikan oleh 8 awak. Bila Korps Marinir biasa menarik meriam ini dengan truk Unimog, maka saat Perang Dunia Kedua, tentara Uni Soviet kerap menarik meriam ini dengan kuda. Dalam pola operasi amfibi, M-30 biasa dibawa dari LST (landing ship tank)/LPD (landing platform dock) ke daratan dengan kendaraan angkut amfibi seperti Kapa K-61 atau PTS-10. Bagi Anda sekalian yang penasaran ingin melihat dari dekat sosok merian ini, mudah saja mencarinya, M-30 bersama dengan tank PT-76 telah dijadikan monumen di gerbang masuk Ksatriaan Marinir Cilandak, Jakarta Selatan. (Haryo Adjie)



Spesifikasi
Tipe : Field Howtizer
Kaliber : 122 mm
Berat Tempur : 2.450 kg
Berat dalam mobilitas : 3.100 kg
Panjang laras : 2,8 meter
Panjang keseluruhan : 5,9 meter
Lebar : 1,98 meter
Tinggi : 1,82 meter
Rate of fire : 5 – 6 proyektil per menit
Jarak tembak max : 11,8 km

Pembangunan dermaga Pangkalan TNI AL Balikpapan mendesak



 Seorang anggota provos TNI AL melintas di dekat KRI Cakra-401 yang berlabuh di Pangkalan TNI AL Palu, Watusampu, Sulawesi Tengah, Minggu (12/5), dalam rangka mengisi bahan bakar dan perbekalan. Pangkalan ini diproyeksikan menjadi pangkalan khusus kapal-kapal selam TNI AL. (ANTARA FOTO/Basri Marzuki)

Tokoh masyarakat Kalimantan Timur, Ichlas Hasan, menyatakan, pembangunan pelabuhan dermaga TNI AL di Balikpapan, Kalimantan Timur, bersifat mendesak segera diwujudkan

"Perlu gerak cepat dalam menjaga kedaulatan dan keamanan NKRI di perbatasan," kata dia, dalam keterangan tertulis di Jakarta Kamis.

Balikpapan merupakan daerah perbatasan yang strategis terkait menjaga kedaulatan dan keamanan negara kesatuan Indonesia, sehingga diharus didukung berbagai hal, di antaranya dermaga khusus militer untuk mempercepat pergerakan kapal TNI AL.

Dermaga ini, kata dia, tidak bisa digabung dengan dermaga pelabuhan sipil. 

"Terlebih TNI AL memerlukan latihan dengan ruang lebih besar," ujar calon legislator DPRPartai Demokrat Daerah Pemilihan Kalimantan Timur itu.

Pangkalan TNI AL memiliki empat fungsi dasar, yaitu tempat mereparasi kapal dan peralatan pendukung, penggantian suku cadang, amunisi, dan personel, rekreasi, serta pengisian bekal ulang.

Kapal Selam Mana Lagi yang Akan Memperkuat Indonesia?

Kapal selam

Wilayah Indonesia mengangkangi salah satu wilayah titik kritis kapal selam yang paling penting di dunia. Sebagian besar perdagangan dunia harus melewati Selat Malaka dan perairan dangkal di pesisir sekitar kepulauan Indonesia. Hal ini menjadi alasan betapa pentingnya bagi Indonesia untuk menempatkan armada kapal selam di wilayah ini, tapi Indonesia hanya memiliki 2 kapal selam dari Kelas Cakra (U209) selain armada permukaan lainnya seperti frigat, korvet dan kapal serang cepat.

Galangan kapal Daewoo Korea Selatan, yang cukup memiliki pengalaman dalam membangun kapal selam Tipe U209, telah dikontrak untuk mengupgrade kapal selam Kelas Cakra dan pekerjaan sudah selesai. Meskipun sudah diupgrade, tekanan lambung Kelas Cakra tetap saja memiliki batas terkait keamanannya mengingat kapal selam ini sudah cukup berumur.

Sejak tahun 2007, Indonesia sudah serius untuk menambah armada kapal selam dari 3 sampai 6 unit. Galangan-galangan kapal yang berharap memperoleh kontrak pembangunan kapal selam dari Indonesia antara lain dari Perancis, Jerman, Rusia, Korea Selatan, dan bahkan Turki. Namun tampaknya prioritas anggaran kala itu masih untuk sektor lain, sehingga pembelian kapal masih tertunda. Seiring membaiknya pertumbuhan ekonomi Indonesia dan sektor pertahanan menjadi prioritas utama anggaran, akhirnya pembelian pun jadi. Dan Korea Selatan lah yang beruntung memperoleh kontrak pembangunan 3 kapal selam dari Indonesia.

MEF dan Tawaran Kapal Selam

Kekuatan Pokok Minimum (MEF) Indonesia sampai tahun 2024 adalah minimal memiliki 10 kapal selam. Pada saat itu, 2 kapal selam Kelas Cakra (KRI Cakra 401 dan KRI Nanggala 402) sudah memasuki masa-masa kritis, artinya untuk memenuhi MEF, tentu tidak cukup untuk penambahan 8 kapal selam saja. Pada 2011 lalu, Indonesia membeli 3 kapal selam dari Korea Selatan (kontrak yang disebutkan sebelumnya) dengan disertai transfer teknologi.

Secara umum, Indonesia bisa saja membeli kapal dalam selam diesel-listrik dalam jumlah yang diinginkan dari 5 galangan kapal yang dikait-kaitkan selama ini. Namun ada pertanyaan teknis, apakah Indonesia menginginkan sistem Air-Independent Propulsion (AIP) dilengkapkan pada kapal selam yang memungkinkan bagi kapal selam untuk beroperasi di bawah air tanpa muncul selama 3 minggu?. AIP juga menjadikan kapal selam diesel listrik lebih sulit dideteksi, tapi konsekuensinya adalah biaya yang lebih dan akan memprovokasi negara-negara tetangga. Berbeda dengan kapal selam konvensional yang sering menunjukkan benderanya di permukaan, tentu lebih terlihat bersahabat. Tapi kita tentu menginginkan kemampuan TNI AL yang optimal, tetangga tidak perlu risau dengan kekuatan apa yang kita miliki, toh kita bukan bangsa Bar Bar. Dan tampaknya kapal selam ketiga (kontrak dengan Korsel) yang akan dibangun oleh PT PAL ditargetkan akan dilengkapi dengan AIP.

Berbicara soal kapal selam U209 yang merupakan produk Korea lisensi dari Thyssen/Howaldtswerke-Deutsche Werft (HDW) Jerman, produk terbaru HDW adalah U214 yang sudah dilengkapi dengan sistem AIP. Kapal selam ini lebih canggih dari U209 dan tentunya juga lebih mahal. Beberapa varian dan desain khusus dari kapal selam tipe ini telah diorder oleh Italia (U212A), Yunani, Korea Selatan, Turki dan Jerman Sendiri.

Indonesia sudah mengoperasikan Tipe U209, dan salah satu pilihan awal Indonesia adalah untuk membeli lebih banyak U209 dengan sistem internal yang sepenuhnya modern. Dari segi biaya dan teknis, sebenarnya pilihan ini masih cukup tepat untuk Indonesia saat ini.

Kapal selam dari Thyssen/Howaldtswerke-Deutsche Werft (HDW) diproduksi oleh Jerman, Korea Selatan dan Turki. Turki tampaknya mencoba mendekati negara-negara Islam untuk mendapatkan pekerjaan bagi galangan kapalnya. Namun disisi lain Korea Selatan sudah memiliki hubungan yang baik dengan armada kapal selam Indonesia, ditambah lagi dengan klausul transfer teknologi, akhirnya Korea Selatan memenangkan kontrak awal pembangunan 3 kapal selam, namun Turki tentu tetap berminat dan siap menerima kontrak bila ada lagi pesanan dari Indonesia.

Ada pula galangan kapal DCNS Perancis yang menawarkan 3 hasil karyanya. Yang paling menonjol adalah kapal selam Kelas Scorpene yang telah dibeli oleh Malaysia dan India (India merakit sendiri namun pembangunannya molor). Scorpene bisa dibeli dengan atau tanpa sistem AIP, seperti pendahulunya Agosta 90B yang sedang dibangun untuk Pakistan dalam dua konfigurasi. Hingga saat ini, Scorpene yang diorder adalah varian CM-2000 standar (konvensional/non AIP).

Salah satu pilihan unik lainnya dari DCNS adalah kapal selam Kelas Andrasta. Kapal selam kecil dengan bobot benaman 855 ton lebih ditujukan untuk dioperasikan di pesisir atau lingkungan perairan dangkal seperti Indonesia. Kapal selam kecil ini banyak menggunakan teknologi Scorpene, namun daya jelajahnya lebih pendek dan 6 tabung torpedonya hanya bisa dimuat di dock. Kapal selam kecil ini dibuat sebagai ganti bagi yang menginginkan kapal selam silent namun dengan biaya yang rendah. Tapi tampaknya Indonesia tidak tertarik dengan tawaran DCNS.

Vietnam, wilayah lautnya mirip Indonesia dan memiliki anggaran pertahanan yang minim, lebih memilih untuk membeli kapal selam Kelas Kilo dari Rusia dan dari pemberitaan yang beredar tampaknya Indonesia juga semakin dekat akan memiliki kapal selam dari Rusia.

Secara "diam-diam," Rusia sudah menancapkan kakinya di Indonesia. Rusia sudah mulai menyuplai alutsista ke Indonesia dalam beberapa tahun terakhir. Utamanya adalah pembelian jet tempur Sukhoi dan kendaraan lapis baja, tidak hanya itu, TNI AL juga sudah diperkuat dengan rudal supersonik jarak jauh P-800/SS-N-26 (Yakhont) yang daya hancur dan keakuratannya mengkhawatirkan musuh.

Indonesia tentu mengapresiasi tawaran kapal selam dari Rusia, ditambah lagi "sikap" Rusia yang tidak mengintervensi peralatan-peralatan tempur buatan mereka akan digunakan untuk apa oleh operatornya. Kapas selam Kelas Kilo atau (mungkin Kelas Lada) buatan Rusia merupakan pilihan teknis yang baik untuk lingkungan Indonesia. Negara-negara terdekat yang telah mengoperasikan kapal selam ini (Kelas Kilo) adalah India, China dan Vietnam.

Yang menjadi pertanyaan adalah apakah ekonomi Indonesia akan terus tumbuh, dan sektor pertahanan terus menjadi prioritas untuk menunjang pencapaian MEF ini? Kita semua berharap, semoga saja.
 

TNI AL Batal Beli 2 KS Kilo Hibah Rusia

TNI AL Tinjau Kapal Selam Rusia (photo: kenyot10)
TNI AL Tinjau Kapal Selam Rusia (photo: kenyot10)

TNI AL lebih mempercayakan pembuatan kapal selam kepada industri dalam negeri. “Jika dibandingkan memesan dari luar negeri, akan lebih cepat, efektif, dan efisien dari berbagai aspek apabila dibuat di dalam negeri,” kata Kepala Staf AL Laksamana TNI Marsetio kepada wartawan di Komando Armada RI Kawasan Timur, Ujung, Surabaya, Rabu, 12 Maret 2014.
Hal itu diputuskan TNI AL setelah melakukan fact finding ke pangkalan angkatan laut di Rusia bagian utara. Dua kapal selam jenis Kilo Class yang ditawarkan Rusia ternyata dalam kondisi tidak berfungsi. “Ternyata kapal itu sudah tidak digunakan sejak dua tahun lalu. Dari luar bagus, tapi mesin di dalam tidak fungsi,” kata Marsetio.
Apabila diperbaiki dipastikan akan memerlukan biaya yang sangat besar. Dengan demikian hal itu menjadi pertimbangan TNI AL untuk tidak membelinya.
Kapal selam baru juga sempat ditawarkan, tapi ditolak TNI AL lantaran TNI AL mempertimbangkan rencana pemerintah yang ingin meningkatkan industri pertahanan dalam negeri.
Saat ini Indonesia membuat dua unit kapal selam di Korea Selatan dan satu unit kapal selam dibuat PT PAL. Marsetio mengatakan, apabila anggaran tersedia dan mencukupi, kebutuhan 12 kapal selam TNI AL akan diutamakan diproduksi di dalam negeri.
Komite Kebijakan Industri Pertahanan (KKIP) yang diketuai Presiden juga akan melihat mana dari 12 kapal selam itu yang dianggap lebih menguntungkan untuk dibuat.
Dalam master plan pembangunan industri pertahanan tahun 2010-2029, pemerintah Indonesia ingin mewujudkan kemandirian pertahanan. Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro mengatakan ada dua target utama, yaitu alat utama sistem persenjataan dan industri pertahanan. “Target alutsista yang akan dicapai adalah alutsista yang memiliki mobilitas tinggi dan daya pukul,” kata Purnomo.
Sedangkan target industri pertahanan yang ingin dicapai adalah terwujudnya kemampuan memenuhi permintaan pasar dalam negeri, kemampuan bersaing di pasar internasional, serta kemampuan mendukung pertumbuhan ekonomi. (tempo.co /AGITA SUKMA LISTYANTI)

Gelar Alutsista di Mako Armatim

SONY DSC
Pasukan TNI AL unjuk kekuatan alat utama sistem persenjataan (Alutsista) di hadapan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Gelar kekuatan ini dilaksanakan di Dermaga Madura Komando Armada RI Kawasan Timur (Koarmatim), Ujung Surabaya, Jawa Timur, 12/03/2014.
Presiden SBY mengatakan penambahan kekuatan TNI Angkatan Laut bertujuan untuk mempertahankan kedaulatan, bukan karena Indonesia ingin berperang. Namun demikian, Indonesia siap berperang jika diharuskan untuk mempertahankan kedaulatan negara.
“Kita tidak ingin perang. Namun jika harus bertempur dan mempertahankan kedaulatan, kita sudah siap. Kekuatan TNI AL kita bertambah lagi,” ujar Presiden.
Didampingi oleh Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro, Presiden SBY meninjau gelar alutsista hasil pengadaan pada program pembangunan kekuatan matra laut periode Rencana Strategis 2005-2009 dan 2010-2014.
Sejumlah alutsista yang digelar antara lain empat kapal perang korvet kelas Sigma, empat KRI kelas LPD (Landing Platform Dock), empat Kapal Cepat Rudal (KCR) tipe 40 M, dan dua kapal Patroli Cepat (PC) tipe 43 M.
Untuk Korps Marinir ada tank amphibi jenis BMP-3F, satu BREM-L (Tank Recovery), 15 Panser LVT 7 A1 (Landing Vehicle Tank), dua pesawat CN 235-220 MPA (Maritime Patrol Aircraft), empat pesawat latih Bonanza G-36, dan tiga helikopter Bell-412 EP.
SONY DSC
Kapal Selam TNI AL di Mako Armatim, Surabaya, Jawa Timur, Rabu (12/3/2014).
SONY DSC
Kapal Selam 402 TNI AL
SONY DSC
Kapal Selam KRI Cakra 401
SONY DSC
Kapal Selam TNI AL
SONY DSC
Helikopter Anti-Kapal Selam di Korvet Sigma KRI Sultan Iskandar Muda
SONY DSC
Helikopter ASW TNI AL Unjuk Kemampuan
SONY DSC
SONY DSC
Panther ASW Tembakkan Rudal Anti-Kapal Selam
Aksi Satkopaska Koarmatim
Aksi Satkopaska Koarmatim
Presiden SBY Inspeksi Alat Tempur
Presiden SBY Inspeksi Alat Tempur
Torpedo SUT
Torpedo SUT
Presiden SBY Amati Rudal Exocet
Presiden SBY  dan Menhan Amati Rudal Exocet
Rudal Exocet Anti-Kapal Permukaan
Rudal Exocet Anti-Kapal Permukaan
Rudal Exocet
Rudal Exocet
Rudal C 802
Rudal C 802
Rudal Yakhont
Rudal Yakhont
Quadcopter
Quadcopter

Selain melakukan peninjauan dan menyapa prajurit, Presiden juga menyaksikan demo kekuatan alutsista TNI AL, antara lain demo penyebaran ranjau dari pesawat udara patroli maritim Umar 623 TNI Angkatan Laut, demo penembakan roket RBU dari Kapal Republik Indonesia (KRI) dengan nomor lambung 385 dan 381, demo peperangan anti kapal selam oleh KRI dengan menggunakan helikopter Anti Kapal Selam, demo pembebasan pembajakan kapal oleh Komando Pasukan Katak dan Intai Amphibi dengan metode Visit Board Search and Seizure (VBSS), ‘Sailing Pass’ Kapal TNI Angkatan Laut, dan ‘Flying Pass’ pesawat udara dan helikopter TNI Angkatan Laut.
KSAL dan Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro mengatakan, Kapal Selam hibah Kilo yang ditawarkan pihak Rusia tidak jadi diambil oleh TNI AL, karena kondisi mesin dan peralatan di dalam kedua KS tersebut sudah rusak dan butuh banyak biaya jika jadi diambil. KSAL Laksamana Marsetuio, lebih memilih untuk serius membangun kekuatan kapal selam secara mandiri di dalam negeri setelah sukses mendapat ToT dari Korea Selatan. ( by WB untuk rekan-rekan di JKGR)

(Photo) Gelar Kekuatan TNI di Armatim

 
jalo5
Jalo1
jalo4

jalo3

jalo2

Unsur-unsur gelar kekuatan terdiri dari :
a. Kapal perang berbagai jenis sebanyak 68 unit, antara lain Kapal Selam, Fregat, Korvet, KCR, LPD, Kapal ranjau(buru ranjau dan penyapu ranjau), FBP (Fast Patrol Boat), LST, Patroli cepat, kapal tanker, TD (Tunda Samudera), KAL, Combat Boat dan Sea Rider.
b. Pesawat udara berbagai jenis sebanyak 14 unit, antara lain heli NBell 412 dan NBO 105, serta CN 235, Cassa NC 212 dan Bonanza.
c. Gelar Marinir sebanyak 78 unsur yang terdiri dari tank BMP-3F, Tank LVT 7a 1, Roket multilaras RM 70 Grad, Tetra, Opleger, Taifib dan denjaka serta perlengkapannya.
d.Gelar peralatan material khusus dan peluru kendali yang terdiri dari Diver Propulsion Device, Sea BOBS 414, Cheetah, alat penjinak bahan peledak, alat selam, peralatan PARA, pasukan khusus TNI AL dan perlengkapannya, rudal Yakhont, Torpedo SUT dan Trailer (By Jalo)

Rabu, 12 Maret 2014

Dibentak Kopaska, tentara laut Malaysia kabur dari Ambalat


Ada lagi cerita menarik soal Komando Pasukan Katak (Kopaska) TNI AL. Peristiwa ini terjadi sekitar tahun 2005, saat ketegangan RI-Malaysia di Blok Ambalat.

Saat itu pemerintah RI membangun mercusuar Karang Unarang yang terletak di titik terluar. Upaya ini selalu diganggu oleh Tentara Laut Diraja Malaysia maupun Marine Police. Mulai dari bermanuver yang menimbulkan gelombang, hingga menganiaya pekerja mercusuar.

Kisah ini ditulis dalam buku Kopaska, Spesialis Pertempuran Laut Khusus yang diterbitkan dalam rangka 50 tahun Kopaska.

1 April 2005, dua kapal TLDM dan Marine Police Malaysia buang jangkar di dekat mercusuar. Upaya kapal patroli TNI AL KRI Tedong Naga mengusir mereka tak digubris.

Komandan KRI pun meminta bantuan dari personel Kopaska yang memang disiagakan di sana. Serka Ismail meminta izin komandan Tim Kopaska Lettu Berny untuk meluncur ke Kapal Malaysia.

Lettu Berny mengizinkan. Namun dia meminta Ismail tak membawa senjata agar tak terjadi kontak tembak.

Serka Ismail melaju dengan motor boat bersama Serda Muhadi dan Kelasi Satu Yuli Sungkono. Ismail memerintahkan motor boat itu melaju zigzag dengan kecepatan tinggi.

Tujuannya agar perhatian anak buah kapal (ABK) Malaysia tertuju pada motor boat. Sementara itu Ismail melompat dan berenang senyap menuju kapal Malaysia.

Tanpa diketahui satu pun ABK, Ismail naik ke atas kapal. Dia mendobrak pintu samping kapal sambil berteriak.

"Di mana kapten kapal," bentak Ismail hingga ABK Malaysia ketakutan.

Serka Ismail pun sempat membentak seorang petugas meriam kapal Malaysia.

Kapten Kapal keluar. Dengan nada tinggi Ismail bertanya apa keperluan kapal Malaysia di tempat itu. Sang kapten menjawab normatif, hanya menjalankan perintah.

"Baiklah kalau begitu. Daerah ini adalah wilayah saya (Indonesia). Jadi setelah saya turun dari kapal ini, segera pergi dari wilayah ini. Kalau tidak jangkar akan saya putuskan," sergah Ismail pada komandan kapal Malaysia.

Walau tak bersenjata, keberanian Ismail rupanya membuat nyali para ABK Malaysia ciut. Begitu Ismail lompat ke perahu karet, kapal pertama langsung angkat jangkar dan kabur dari Karang Unarang.

Namun kapal kedua tak mau pergi. Serka Ismail dan Tim Kopaska segera melaju. Aksi mereka dihalangi sehingga Ismail tak bisa naik kapal.

Ismail segera menuju tali jangkar. Dia berteriak sambil menggoyang-goyangkan tali jangkar.

"Kalau tidak pergi, tali jangkar ini saya ledakkan," ancamnya.

Berhasil. Aksi ini pun membuat kapal Malaysia meninggalkan wilayah Karang Unang.

Rupanya cukup tiga orang Kopaska untuk mengusir dua kapal Malaysia.