Jumat, 07 Maret 2014

Pasukan Katak dan Drama Pembebasan Sinar Kudus dari Pembajak Somalia


Ketenaran Komando Pasukan Katak (Kopaska) kembali mencuat menyusul ledakan di gudang amunisi miliknya di Pondok Dayung, Tanjung Priok, Jakarta Utara, meledak. Salah satu pasukan elite TNI AL yang dibentuk tahun 1962 ini telah menjalankan banyak misi di dalam dan luar negeri.

Salah satu operasi yang dijalankan Kopaska adalah misi Merah Putih untuk membebaskan ABK MV Sinar Kudus dari pembajak Somalia pada Maret-Mei 2011. Kopaska bergabung dalam pasukan khusus yang ditugaskan oleh Presiden SBY bersama dengan Marinir dan Kopassus.

Pembajakan MV Sinar Kudus, kapal milik  PT Samudra Indonesia, terjadi di perairan Somalia pada 16 Maret 2011. Kapal itu  dibajak perompak Somalia untuk digunakan sebagai kapal induk pembajak yang beroperasi ke utara sampai Teluk Oman.

Seusai menerima laporan tentang kejadian tersebut, Presiden SBY memberikan perintah langsung pembebasan pada tanggal 18 Maret 2011. Usai rapat di Kemenko Polhukam, pada pukul 19.00 disampaikan tiga tindakan. Tindakan tersebut adalah membebaskan kapal dengan operasi khusus bila kapal Sinar Kudus di tengah laut, menyiapkan rencana cadangan bila kapal telah turun jangkar di wilayah Somalia dengan mempelajari perkembangan, serta mengirimkan 2 kapal fregat dan pasukan khusus.


Panglima TNI  Laksamana TNI Agus Suhartono kemudian menerima persetujuan dari Presiden tentang kekuatan yang akan diturunkan yaitu 2 kapal fregat, 1 helikopter, serta pasukan khusus dari Marinir, Kopassus, dan Kopaska.

Pasukan lalu tiba di Somalia melalui Kolombo secara bertahap. Informasi terakhir kala itu adalah MV Sinar Kudus telah turun jangkar di perairan Somalia. Namun ada kemungkinan masih digunakan sebagai kapal induk pembajak.

Pada tanggal 4 April 2011, pasukan menerima info bahwa MV Sinar Kudus tak sendiri namun ada 8 kapal negara lain yang dibajak. Nasib ABK tidak diketahui secara jelas karena mereka sering dipindah dan jumlahnya di kapal berubah-ubah. Pasukan mengawasi lewat helikopter dan terlihat bahwa setiap kapal dijaga oleh pembajak. Ada 15-20 kelompok perompak yang terorganisir dan tak ada akses langsung untuk melaporkan perkembangan setiap saat.

Negosiasi pada 13 April 2011 mendapat titik terang yaitu penyesesuaian tebusan dengan tindakan. Para ABK dijamin selamat dan setelah pembebasan akan dilakukan tindakan militer. Namun para perompak itu ternyata tak semudah itu melepaskan para ABK. Pada tanggal 28 April 2011 para perompak menaikkan nilai tebusan.

Pengawasan oleh semua elemen pasukan termasuk Kopaska terus dilakukan. Pengantaran uang tebusan akhirnya dilakukan pada tanggal 30 April 2011 menggunakan pesawat dispanser. Tebusan dibawa ke MV Sinar Kudus untuk dicek asli atau tidak. Lalu dibagi ke perompak, investor, tokoh informal 10 persen, dan penjaga 10 persen. Perhitungan dilakukan di kapal selama 20 jam hingga malam.  Berdasar informasi seorang pembajak kepada Reuters, uang tebusan dengan mata uang dollar itu itu jika dirupiahkan senilai  Rp38,7 miliar.

Paginya, perompak turun dari MV Sinar Kudus. Setelah tidak ada lagi perompak, baru dilakukan aksi tindakan militer pengamanan untuk melakukan pengejaran perompak. Karena perompak tahu tindakan itu, perompak ikut menyerang. Akhirnya baku tembak pun tak terelakkan.

Empat perompak yang terkena tembakan lalu jatuh ke laut. Mayat mereka tidak ditemukan dan hanya speedboatnya yang berhasil dibawa ke Indonesia. Setelah itu, TNI mengecek keamaan MV Sinar Kudus dan sterilisasi perompak dan bahan peledak. Setelah diketahui aman, kapal dibawa ke Oman dikawal dengan 2 fregat.

Operasi Lain

Selain di Somalia, Kopaska juga menyukseskan operasi  meringkus sindikat perompak di perairan sebelah timur pulau Sumatera bagian utara. Seperti dikutip dari website TNI.mil.id, Satuan Pasukan Katak (Satpaska) Armabar bekerja sama dengan satuan gabungan Spam Mabes TNI Angkatan Laut dan Lantamal I Belawan meringkus 6 tersangka pada Juli 2006.

Para perompak tersebut sering menggunakan senjata api laras panjang dan pelontar granat dalam aksinya dan sering menyamar menjadi nelayan dari  kapal ke kapal. Peringkusan sindikat terorganisasi itu sendiri berawal dari adanya perompakan KM Ulandari. Mereka kemudian menyandera nakhoda kapal dan meninggalkan kapal beserta ABK-nya. Keesokan harinya, mereka ditemukan oleh aparat TNI Angkatan Laut. Para perompak kemudian meminta tebusan kepada pemilik kapal sebesar Rp 400 juta.

Dari hasil penyidikan dan penyelidikan, para perompak terus berusaha meminta paksa uang tebusan sehingga disepakati untuk membayar Rp 15 juta. Pembayaran uang tebusan dilakukan melalui transfer di Bank Mandiri cabang Lhokseumawe, NAD. Pada saat itu, salah seorang tersangka perompak diringkus. Tersangka lainnya berhasil ikut diringkus dalam beberapa hari berikutnya.

Kopaska juga menjadi bagian dari tim pencari KM Senopati Nusantara yang hilang pada Januari 2007. Seperti dikutip dari website TNI, saat itu TNI AL mengerahkan pasukan elite dari Komando Pasukan Katak (Kopaska) dan penyelam untuk mencari keberadaan KM Senopati Nusantara karena di lokasi yang diduga tempat karamnya kapal itu penuh dengan ranjau sisa perang dunia.

"Sinyal yang ditangkap kapal TNI AL ada di atas Lasem hingga Rembang, Jateng. Karena disitu banyak ranjau, maka perlu kehati-hatian dengan melibatkan pasukan khusus," kata Kadispen Koarmatim, Letkol laut (KH) Drs Toni di Surabaya, Selasa (9/1/2007).

Ia mengemukakan, sebanyak 12 anggota Kopaska, enam penyelam dan empat personel dari Dinas Hidros dan Oceanografi TNI AL itu, dibawa KRI Untung Suropati dari Surabaya menuju lokasi. Mereka menyelam secara manual.

Kopaska juga terlibat berbagai misi PBB di Irak, Darfur, Kongo, dan Libanon, serta perburuan perompak di berbagai wilayah di Indonesia. Pasukan berseragam merah marun ini juga melakukan pengamanan di blok Ambalat dan objek vital lainnya.

Pembentukan

Dikutip dari Wikipedia, Komando Pasukan Katak diresmikan oleh Presiden Soekarno pada 31 Maret 1962 oleh Presiden Soekarno untuk mendukung kampanye militer di Irian Jaya. Tugas utama Kopaska adalah untuk menyerbu kapal dan pangkalan musuh, menghancurkan instalasi bawah air, serta penyiapan perebutan pantai dan operasi pendaratan kekuatan amfibi.

Kopaska terbagi menjadi dua satuan komando yaitu Armada Barat di Jakarta dan Armada Timur di Surabaya. Masing-masing satuan komando memiliki 6 detasemen.

Dalam menjalankan tugas operasi amfibi, pasukan yang memiliki motto Tan Hana Wighna Tan Sirna (Tidak Ada Rintangan yang Tak Dapat Diatasi) ini harus melakukan pengintaian pantai, pengintaian pos, sterilisasi pantai, serta observasi selancar.

Kopaska juga memiliki tugas khusus anti sabotase, pengiriman agen rahasia, serta save and rescue. Jika tidak bertugas dalam suatu operasi, tim Detasemen Paska dapat ditugaskan menjadi pengawal pribadi VIP seperti Presiden dan Wakil Presiden Indonesia.

Detiknews. 

Pasukan Katak risau berangkat perang karena kekurangan kondom


Sekitar tahun 1962, Presiden Soekarno kesal luar biasa. Belanda masih membandel tak mau menyerahkan Irian Barat ke pangkuan Republik Indonesia.

Saat itu TNI telah menggelar Operasi Trikora untuk merebut Irian Barat. Namun belum ada penyerangan besar-besaran secara terbuka. Baru sebatas penyusupan gerilyawan untuk berjuang di Tanah Papua.

Maka TNI mempersiapkan operasi amfibi untuk merebut Irian Barat. Operasi yang dinamakan Djadjawidjaja ini dipusatkan di Pantai Biak. 100 kapal perang dan sekitar 15.000 personel TNI akan dikerahkan merebut pantai lalu merangsek ke daratan Papua. Sepanjang sejarah inilah operasi terbesar yang direncanakan TNI.

Pasukan Katak ikut dalam misi ini. Namanya pasukan khusus, tugas yang dibebankan pasti berat. Mulai dari pengintaian, menghancurkan ranjau dan menyiapkan pantai pijakan di Biak.

Selain itu mereka juga ditugaskan melakukan operasi komando, menyusup ke belakang garis belakang lawan.

Dibebani tugas berat, namun ternyata persenjataan yang tersedia tak banyak tersisa. Maklum Pasukan Katak adalah salah satu tim terakhir yang diberangkatkan dari Surabaya.

Kisah ini ditulis dalam buku Kopaska, Spesialis Pertempuran Laut Khusus yang diterbitkan dalam rangka 50 tahun Kopaska.

Saat itu di gudang senjata Angkatan Laut yang tersisa tinggal Sub-machine Gun (SmG) M50 Madsen kaliber 9 mm buatan Denmark dan beberapa pucuk senjata laras panjang. Tapi ini tak menyurutkan semangat mereka. Toh, bila terjadi kontak senjata dipastikan hanya dalam jarak dekat. SmG dianggap sudah cukup.

Kerisauan tim Paska justru datang dari keterbatasan kondom yang dibagikan. Jangan heran dulu, kondom ini bukan digunakan untuk alat kontrasepsi.

Perlengkapan berbahan karet ini sangat berguna untuk mendukung operasi bawah air. Kondom digunakan untuk membungkus detonator (pemicu bahan peledak) maupun sambungan tertentu sehingga kedap air (waterproof).

Tim juga tak diberi hellbox, alat pembangkit listrik untuk meledakkan bahan peledak. Namun tim masih membawa beberapa gulung firecord yang merupakan kabel berisi bahan peledak berkekuatan tinggi.

Tim Paska diberangkatkan ke Teluk Peleng. Mereka ditugaskan menculik Panglima Pasukan Belanda Laksamana Reeser.

Selain itu, tugas paling monumental adalah menjebol lambung kapal Induk Belanda Karel Doorman dengan torpedo manusia. Perintah ini baru didapat di Teluk Peleng. Benda ini masih asing buat mereka. Bahkan belum pernah ada ujicoba torpedo manusia sebelumnya.

Saat itu semua pasukan Indonesia sudah siap tempur. Begitu diperintah, ribuan pasukan akan menyerbu Belanda di Biak dan merebut Irian Barat.

Namun perang besar urung terjadi. Desakan internasional memaksa Belanda duduk di meja perundingan. Kesepakatan penyerahan Irian Barat dari Belanda pada pemerintah Indonesia ditandatangani 15 Agustus 1962.

Janji Presiden Soekarno Irian Barat akan kembali ke pangkuan RI sebelum ayam berkokok tanggal 17 Agustus 1962 pun terwujud.

BTR-4: Intip Ranpur Amfibi Generasi Mendatang Korps Marinir TNI AL

OLYMPUS DIGITAL CAMERA
Bila dicermati, sistem senjata pilihan Korps Marinir TNI AL sebagian berkiblat pada Eropa Timur, tidak hanya bicara sejarah sejak era 60an, melainkan ranpur yang hadir agak baruan, seperti BVP-2 dan BMP-3F juga berasal dari Eropa Timur, tepatnya Slovakia dan Rusia. Seolah meneruskan tradisi yang ada, ranpur generasi mendatang Korps Marinir juga dicanangkan dari belahan Eropa Timur, tepatnya kali ini melirik Ukraina, negara pecahan Uni Soviet yang kampiun dalam industri alat-alat berat.
Meski saat tulisan ini dibuat tengah terjadi pergolakan politik di Ukraina, tapi kemasyuran pengembangan alutsista di Ukraina masih cukup diperhitungkan, salah satunya lewat rancang bangun ranpur BTR (Bronetransporter)-4 yang diproduksi Kharkiv Morozov Machine Building Design Bureau (SOE KMDB). BTR-4 mengambil basis platform APC (armoured personnel carrier) alias kendaraan lapis baja angkut personel. BTR-4 dapat digolongkan sebagai panser dengan penggerak roda 8×8. Merujuk dari tampilannya, desain panser ini rupanya buah perpaduan rancang bangun BTR-80A dan APC asal Jerman, TPz Fuchs. Dimana kedua ranpur tersebut juga mengandalkan penggerak roda 8×8 dan punya kemampuan amfibi.
Korps Marinir TNI AL punya kesan mendalam pada sosok ranpur berpenggerak roda 8×8, buktinya meski hanya memiliki 12 unit BTR-80A yang dibeli dari Rusia, tapi BTR-80A begitu diandalkan untuk mendukung misi batalyon mekanis TNI dalam kontingen pasukan penjaga perdamaian PBB di Lebanon (UNIFIL). Kemudian kabar berlanjut dari komentar KSAL Laksamana TNI Marsetio, seperti dikutip dari situs http://koarmatim.mil.id, “Pada tahap awal sebagai pengganti PT-76 akan didatangkan sebanyak 55 unit BTR-4. Dengan demikian Korps Marinir akan memilki satu batalyon ranpur BTR-4. Pada Renstra dua dan tiga akan ditambah lagi satu Batalyon BTR-4”, kata KSAL.

BTR-4 dapat mengarungi air tanpa persiapan.
BTR-4 dapat mengarungi air tanpa persiapan.

Menanggapi komentar KSAL, banyak pihak kemudian mempertanyakan, mengapa tank roda rantai seperti PT-76 diganti ranpur beroda ban? Ditambah platform BTR-4 adalah APC. Lepas dari itu, perlu diketahui BTR-4 dihadirkan dalam beberapa varian, mulai dari varian angkut personel, intai komando, ambulans, sampai versi kanon 120 mm. Di negara asalnya, BTR-4 lebh kondang sebagai IFV (infantry fighting vehicle). Sejauh ini, belum jelas varian apa yang akan diadopsi Korps Marinir. Meski bila dinalar, bila asasinya menggantikan perang PT-76 yang dibekali kanon Cockerill 90 mm, mestinya Korps Marinir juga mendapatkan BTR-4 varian penggebuk yang punya fire power dengan dukungan kanon berkaliber sedang.
Berdasarkan informasi yang dirilis pihak pabrikan, BTR-4 terdiri dari varian:

- BTR-4K
Merupakan varian komando yang dilengkapi dengan kanon 30 mm dan senapan mesin coaxial kaliber 7,62 mm. Diawaki oleh 7 orang (komandan, pengemudi, penembak kanon, dan 4 personel infanteri). Varian ini juga didukung perangkat komunikasi yang cukup canggih. Bobot varian komando yakni 20,2 ton.
command
- BTR-4Ksh
Merupakan varian kendaraan komando dan staf perhubungan. Punya bobot 18,5 ton dengan 7 awak (komanda, pengemudi, mekanik, dan 4 staf). Kendaraan ini dibekali beberapa perangkat komunikasi pendukung operasi tempur, sebut saja T-173M radio sets, R-173PM radio receivers, R-163-50K radio sets, R-163-KP radio receivers, R-159 radio sets, Severok-K radio set, AVSK-1 crew intercom system, oral and written information cryptographic protection equipment, TA-57-U telephone sets, TK-2 telephone spool. Sementara perangkat navigasinya ada TIUS-NM satellite navigation system, Inertial navigation support system, dan SN-3003 Bazalt portable satellite navigation support system. Mendukung observasi dalam pertempuran, panser ini dilengkapi teropong dan long-distance night vision device. Di varian ini hanya dibekali senapan mesin berat TKB-01-1 kaliber 12,7 mm.
ksh
- BRM-4K
Merupakan varian intai, diawaki oleh 6 personel (komanda, pengemudi, juru tembak kanon, navigator, dan dua orang observer). Sebagai varian intai, awak pengamat dibekali perangkat TKN-3MU combined day/night periscopic binocular. Sebagai senjata utama yaitu kanon 30 mm. Bobot varian ini adalah 20,7 ton.
recon
- BREM-4K
Merupakan varian repair and recovery vehicle. Punya bobot 19 ton. Awak terdiri dari 4 orang (komandan, pengemudi, rigger dan welder/pengelas). Untuk menunjang misinya, panser ini dilengkapi crane yang punya bisa meng-handle bobot 3 ton. Selain itu ada winch dengan kabel yang dapat menarik bobot 6,8 ton. Untuk fasilitas perbaikan, ada kemampuan pengelasan dan alat penarik kendaraan (towing).
repair
- BSEM-4K
Merupakan varian ambulan dengan bobot 18,6 ton. Awak terdiri dari 3 orang (komandan, pengemudi, dan seorang petugas medis).
ambulance
- MPO-4K
Merupakan varian paling sangar dari keluarga BTR-4. Dengan bobot 21 ton, dibekali kanon kaliber 120 mm yang dapat menghantam MBT (main battle tank). Selain juga dibekali SMB (senapan mesin berat) kaliber 12,7 mm. Kapasitas kanon 120 mm dapat membawa 40 amunis, sementara SMB 12,7 mm punya bekal hingga 450 peluru. Varian ini diawaki 4 orang (komandan, pengemudi, juru tembak, dan loader amunisi)
mop
- BTR-4 BAU
Merupakan varian kombat yang dilengkapi modul BAU 23 x 2, terdiri dari kanon laras ganda kaliber 23 mm dan senapan mesin kaliber 7,62 mm. Kanon beroperasi secara coaxial. Kanon kaliber 23 mm dapat memuat 400 amunisi dan senapan mesin 7,62 mm dengan 2.000 amunisi. Selain komanda, pengemudi, dan juru tembak, varian ini dapat membawa 8 pasukan infanteri.
BTR-4 BAU sedang berenang.
BTR-4 BAU sedang berenang.

- ShKval Module
Serupa dengan varian BTR-4 BAU, hanya diganti modul kubahnya dengan paduan kanon 30 mm dengan 360 amunisi, pelontar granat otomatis kaliber 30 mm dengan 150 amunisi, dan senapan mesin kaliber 7,62 mm dengan 2.000 amunisi. Dalam kubah juga terdapat dua rudal anti tank 9P135M Konkurs. Varian ini juga dapat membawa 8 pasukan infanteri.
shkval
- GROM Module
Kombinasi senjata pada kubahnya serupa dengan ShKval Module, hanya saja di GROM module cantelan peluncur rudal anti tank 9P135M Konkurs ada 4 unit. Varian ini juga dapat membawa 8 pasukan infanteri.
BTR-4 GROM module
BTR-4 GROM module

Pada dasarnya, awak inti BTR-4 ada 3, yaitu komandan, pengemudi, dan penembak. Dalam versi APC, maksimum bisa membawa hingga 9 personel infanteri. Nah, soal jumlah personel infanteri yang bisa dibawa sangat bergantung pada modul senjata yang dipasang. Format modul dan pilihan senjata yang dipasang, sejatinya bisa diracik berdasarkan permintaan negara pemesan.
Bila diamati dari rancang bangunnya, BTR-4 terdiri dari 3 kompartemen utama. Kompartemen bagian depan menjadi area pengendara dan komandan. Sementara kompartemen bagian tengah diperuntukkan bagi mesin dan perangkat transmisi. Dan, kompartemen bagian belakang dirancang sebagai area untuk penempatan pasukan.
btr-4_2l
Personel infanteri keluar masuk lewat pintu dua pintu dibelakang, model ini menjadikan pasukan lebih terlindung saat pertempuran. Selain itu, pasukan infanteri juga dapat keluar masuk lewat roof hatches, sekaligus dapat memberikan bantuan tembakan bila diperlukan. Untuk posisi komandan dan pengemudi ada di bagian depan, untuk keluar masuknya disediakan pintu disisi kanan dan kiri.
btr-4_lb_1l
BTR_0030

Untuk elemen perlindungan, seluruh lapisan body BTR-4 mampu menahan terjangan proyektil kaliber 7,62 mm dan sisa serpihan proyektil artileri, termasuk pada kaca jendela pengemudi. Pada bagian depan, proteksi diperkuat dengan mampu menahan proyektil kaliber 12,7 mm. BTR-4 juga dirancang mampu menahan efek ledadakan dari ranjau anti tank seberat 6 kg. Dalam misi tertentu, BTR-4 dapat pula dipasangkan perlengkapan anti NBK (nuklir, biologi dan kimia) untuk perlindungan bagi para awaknya.
Dari sisi tenaga, BTR-4 mengusung mesin standar diesel KMDB 3TD dengan dua langkah. Mesin ini dapat menghasilkan tenaga maksimum 500HP. Selain itu, BTR-4 dapat pula dipasang dengan mesin diesel Deutz EBPO III dengan empat langkah, performa mesin ini dapat menghasilkan tenaga hingga 598HP.

Masih Minim Order
Sosok BTR-4 pertama kali ditampilkan ke public pada Juni 2006 pada pameran Aviasvit di dekat kota Kiev, ibukota Ukraina. Sementara uji kemampuan amfibinya dirampungkan pada Januari 2007. Produksi BTR-4 secara komersial baru dimulai pada tahun 2008 setelah pihak KMDB mendapat persetujuan dari Kementrerian Pertahanan Ukraina. Semenjak itu BTR-4 mulai mendapat pesanan secara terbatas dari AD Ukraina.
Salah satu BTR-4 milik Irak.
Salah satu BTR-4 milik Irak.
0c60d7131d23d0890e8495a8523ecd3d
Oleh pabrikannya, BTR-4 dirancang dengan sistem modular, dan sudah dipersiapkan untuk ‘ramah’ pada adopsi pilihan senjata yang diinginkan konsumen. Selain dilirik oleh Indonesia, nyatanya BTR-4 baru digunakan oleh Ukraina, Kazakhstan dan Irak. Irak memesan 420 BTR dalam berbagai varian pada akhir 2009. Beberapa gelombang pengiriman BTR-4 telah dilakukan ke Irak, tapi ada kabar yang kurang menyenangkan dari Janes.com (29/12/2013), disebutkan pada 27 Desember 2013, ada 40 BTR-4 yang dipulangkan kembali ke Ukraina sebelum dikeluarkan dari kapal, pasalnya pihak Irak kurang puas terhadap kualitas ranpur ini. (Gilang Perdana)




Spesifikasi BTR-4
Negara asal : Ukraina
Manufaktur : Kharkiv Morozov Machine Building Design Bureau
Berat : 17,5 – 25 ton (tergantung pada varian)
Mesin : 3TD diesel engine
Suspensi : 8×8
Jarak tempuh max : 690 km
Kecepatan max : 110 km/jam di jalan raya dan 10 km/jam di air

Rantis Berpeluncur Roket Terbaru Diuji coba

Inilah pertama kalinya kendaraan taktis (Rantis) 5 ton 6x6 "peluncur roket" produksi Balitbang Kemhan beraksi. Rantis berikut roketnya ini beraksi di kawasan pantai santolo indah pameungpeuk, garut jawa barat pada kamis (06/03).

(photo: Kemhan)

Rantis hasil karya anak bangsa ini berhasil meluncurkan 2 buah roket RHAN 1220 produksi bersama konsorsium roket nasional tanpa kendala apapun. Dengan sudut elevasi 50 derajat dan azimut 250 mengarah ke laut selatan roket mampu meluncur sejauh 14 kilometer.Bersamaan dengan itu, RHAN- 1220 B yang merupakan varian baru dari RHAN dengan kaliber 122, juga berhasil diluncurkan dari laras GRAD pada peluncur Perkasa.

Menurut Kepala pusat Peneltian dan pengembangan litbang alat peralatan pertahanan (kapuslitbang Alpalhan Balitbang kemhan) Brigjen TNI yul Afiandi, Rantis 5 ton 6x6 peluncur roket  ini merupakan produksi dalam negeri yang dihasilkan dari penelitian Balitbang Kemhan bekerjasama dengan Pindad dan mitra kerja swasta lainnya.Sebelum digunakan dalam kagiatan peluncuran, rantis tersebut juga sudah diadakan uji coba kelayakan berbagai medan di wilayah jawa barat. Meski sudah berhasil meluncurkan roket, Rantis ini tetap akan dikembangkang lebih lanjut baik dari sisi kendaraan ataupun peluncur roket.

ARC. 

EKSISTENSI STASIUN RADIO PHB AURI PC-2 PLAYEN DALAM SERANGAN UMUM 1 MARET 1949

 

Stasiun Radio PHB AURI PC-2 yang berada di Playen memiliki peran strategis dalam catatan sejarah perjuangan Bangsa Indonesia. Melalui  stasiun radio AURI itu, nota-nota dan radiogram berita-berita tentang perjuangan bangsa Indonesia, terutama radiogram Serangan Umum 1 Maret 1949 yang dikenal dengan “Enam Jam di Yogya” sampai ke perwakilan RI di New Delhi dan diterima PBB. Hasilnya Yogyakarta diserahkan kembali kepada Pemerintah RI. 

Kurang lebih 37 km arah selatan kota Yogyakarta, tepatnya di Desa Banaran, Kecamatan Playen, Kabupaten Gunung Kidul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta terdapat sebuah monumen bersejarah yang memiliki catatan penting dalam perjuangan bangsa Indonesia pasca Kemerdekaan Republik Indonesia 17 Agustus 1945. Monumen tersebut kini dikenal dengan nama Monumen Stasiun Radio PHB AURI PC-2 Playen. Monumen ini dibangun pada tahun 1982 oleh Yayasan 19 Desember 1948, dan diresmikan pada 10 Juli 1984 oleh Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta, Sri Sultan Hamengkubuwono IX.

Keberadaan dan aktivitas Stasiun Radio PHB AURI PC-2 Playen dimulai pada awal Januari 1949, ketika Opsir Udara III Boedihardjo dibantu Basir Surya dan Sersan Udara Soeroso, masing-masing Komandan dan Kepala Bagian PHB Pangkalan Udara Gading, Wonosari membangun sebuah stasiun radio rahasia di Dusun Banaran, Kecamatan Playen. Tipe radio pemancar yang dipakai saat itu adalah People Cooperation, dengan callsign PC-2.
Pada awalnya radio PHB AURI ini ditempatkan di Desa Bandung yang letaknya berdekatan dengan Pangkalan Udara Gading, Wonosari. Setelah Kota Yogyakarta diduduki Belanda, seiring dengan kegiatan pergerakan politik, militer, dan komunikasi dalam perjuangan, peralatan PHB AURI ini kemudian dipindahkan ke Desa Banaran, Playen, Wonosari Gunungkidul. Pemilihan lokasi didapat berkat  jasa SU Soeroso, yang pada waktu itu menjabat sebagai Kepala Bagian PHB Pangkalan Udara Gading. Stasiun ini berkedudukan di rumah Ibu Prawirosetomo yang memiliki anak bernama Martono dan seorang gadis yang membantu para gerilyawan dalam menyelamatkan peralatan radio peninggalan Jepang ini dari serangan Belanda.

Di tempat baru ini instalasi radio disesuaikan dengan kondisi setempat. Pembangkit listriknya disembunyikan di sebuah tungku tanah dan ditutupi kayu bakar, sedangkan antenanya dibentangkan antara dua batang pohon kelapa dan dipasang hanya pada malam hari saat akan melakukan siaran. Pada pagi hari perlengkapan tersebut disembunyikan, sehingga aktivitas siaran ini tidak diketahui Belanda. Pemancar dan penerimanya diletakkan di dalam dapur dekat kandang sapi milik Prawirosoetomo. Pembangkit listriknya disembunyikan di sebuah lubang dalam tanah dan ditutupi kayu bakar. Kamuflase yang dilakukan pada saat itu dianggap sudah mencukupi, dan yang paling mendukung aktivitas tersebut adalah kekompakan penduduk setempat dalam menyimpan rahasia keberadaan PHB AURI  Playen selama Yogyakarta diduduki Belanda.

Kekompakan dan dukungan penduduk setempat dirasa sangat membantu tugas penyiaran dalam merahasiakan keberadaan Stasiun Radio PHB AURI PC-2 Playen. Terutama istri Pawirosetomo dan kedua anaknya, yang selalu membantu para pejuang/gerilyawan. Kegiatan yang dilakukan adalah melaksanakan pertukaran informasi tentang berbagai kegiatan pejuang di Jawa maupun di Sumatera serta menyiarkan keberhasilan perjuangan ke luar negeri. Nota-nota yang sifatnya rahasia, pengirimannya disalin dengan huruf sandi. Dengan demikian, aktivitas perhubungan radio dapat berlangsung secara aman dan lancar.

Aktivitas dan peranan radio AURI ini berfungsi aktif saat para pejuang AURI mulai menggunakan dan menguasai beberapa mobile transmitter, yang secara terus-menerus melakukan monitoring jalannya perjuangan kemerdekaan. Alat perhubungan ini digunakan sebagai sarana untuk melakukan komunikasi antargerilyawan dan pengiriman berita antara pemimpin dari daerah dengan pemerintah maupun komunikasi dengan dunia internasional.

Stasiun Radio PHB AURI PC-2 yang berada di Playen memiliki peran strategis dalam catatan sejarah perjuangan Bangsa Indonesia. Melalui  stasiun radio AURI itu, nota-nota dan radiogram berita-berita tentang perjuangan bangsa Indonesia, terutama radiogram Serangan Umum 1 Maret 1949 yang dikenal dengan “Enam Jam di Yogya” sampai ke perwakilan RI di New Delhi dan diterima PBB, sehingga Yogyakarta harus diserahkan kembali kepada Pemerintah RI. 

Melalui Stasiun Radio PHB AURI yang mengudara dari rumah sederhana milik keluarga Pawirosetomo di Playen, eksistensi perjuangan bangsa Indonesia yang berhasil mengusir Belanda dari Yogyakarta tersiar ke mancanegara. Sehingga dunia internasional mengetahui eksistensi Pemerintah Darurat Republik Indonesia (PDRI).  Bahkan tokoh perjuangan Mr. Sjafruddin Prawiranegara pernah berkomentar, “Andai saja waktu itu tidak ada PHB AURI, maka eksistensi perjuangan Pemerintah Republik Indonesia mungkin tidak akan pernah diketahui dunia internasional”.

Terbentuknya PHB AURI PC-2 Playen
Pada tanggal 17 Desember 1945, Panglima Divisi III Yogyakarta secara resmi menyerahkan wewenang dan tanggung jawab bidang keudaraan kepada TKR Jawatan Penerbangan. Sejak itu pula kegiatan dalam menghimpun kekuatan udara mulai meningkat. Urusan komunikasi dan personel dipercayakan kepada Sabar Wiryonomukti yang kemudian ia menghimpun teman-temannya yang berpengalaman di bidang radio komunikasi. Di antaranya terdapat nama Opsir Udara III Boedihardjo yang diberi tugas menyiapkan sumber daya manusia, khususnya untuk Dinas Perhubungan atau PHB-AURI. Boedihardjo kemudian mengajak 16 siswa Sekolah Radio Telegrafis dari Bugis Malang, untuk dijadikan tenaga inti PHB-AURI. Dengan datangnya Adi Soemarmo Wirjokoesoemo, mantan Flight Radio Operator dari The Netherland East Indies Air Force (NIA), kinerja dan eksistensi PHB-AURI menjadi semakin baik.

Pada 9 April 1946, diterbitkan Penetapan Pemerintah Nomor 6 tentang Pembentukan Angkatan Udara, yang menetapkan Raden Surjadi Suryadarma sebagai Kepala Staf Angkatan Udara (Kasau) dengan dua orang wakil, yaitu R.Soekarnaen Martokoesoemo dan Adisoetjipto. Dua tahun kemudian, Opsir Udara III Boediardjo diangkat menjadi Kepala Jawatan Perhubungan AURI.

Pada saat penyerbuan Belanda ke Yogyakarta, 19 Desember 1948, untuk menduduki ibukota negara serta menangkap pemimpin bangsa, Wakil Presiden Mohammad Hatta pernah mengirimkan sebuah pesan berbentuk radiogram. Pesan tersebut kemudian disampaikan Sabar Wijoyomukti ke seluruh stasiun radio AURI yang ada di Indonesia, melalui stasiun radio AURI yang berada di Terban Taman Yogyakarta. Bunyi pesan tersebut adalah :
“PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DI YOGYA DIKEPUNG MUSUH DAN TIDAK DAPAT MELAKUKAN TUGAS KEWAJIBANNYA (KOMA) TETAPI PERSIAPAN TELAH DIADAKAN UNTUK MENERUSKAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DI SUMATERA (TTK) APAPUN YANG TERJADI DENGAN ORANG-ORANG PEMERINTAH YANG ADA DI YOGYAKARTA (KOMA) PERJUANGAN DITERUSKAN (TTK HBS)”.

Selesai pengiriman berita tersebut, untuk menghilangkan jejak dan melindungi para pejuang dari serbuan Belanda, stasiun radio perhubungan AURI yang berada di Terban Taman Yogyakarta tersebut kemudian dihancurkan Opsir Udara III Boediardjo. Para pejuang kemudian kembali bergerak ke luar kota menghimpun kekuatan untuk bergerilya melanjutkan perjuangan. Di Desa Dekso, Kulonprogo, tempat para pejabat militer berkumpul dan berkoordinasi, didirikan Markas Besar Komando Djawa pimpinan Nasution, yang kemudian dikenal dengan sebutan MBKD. Sedangkan di Sumatera berdiri Markas Besar Komando Sumatra (MBKS) di bawah Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI) yang dipimpin oleh Mr. Syafruddin Prawiranegara.
Setelah bergabung dalam MBKD, Opsir Udara III Boediardjo yang saat itu menjabat sebagai Kepala Perhubungan AURI berusaha meyakinkan Pimpinan MBKD, bahwa ia dapat melakukan hubungan komunikasi dengan Markas Besar Komando Sumatera dan markas komando lainnya. Pada waktu itu AURI memiliki sekitar 39 stasiun radio perhubungan lain yang tersebar di berbagai tempat di Indonesia.

Salah satu jasa radio PHB-AURI PC-2 Playen yang monumental adalah keberhasilannya menyiarkan berita tentang Serangan Umum 1 Maret 1949. Siaran berita itu dilaksanakan pada pukul 02.00 WIB tanggal 2 Maret 1949 ke seluruh jaringan radio AURI yang akhirnya sampai ke Perwakilan RI di New Delhi dan diterima PBB. Dengan adanya kerjasama yang baik antara Pemerintah RI dan Pemerintah India, nota-nota penting untuk perwakilan Indonesia di PBB pusat disalurkan melalui Kotaradja (sekarang Banda Aceh) ke India dan diteruskan ke Amerika. Sehingga perwakilan RI di PBB, LN Palar senantiasa dapat mengikuti perkembangan berita perjuangan di Indonesia.

Radiogram berita Serangan Umum tersebut dikirimkan oleh Sersan Basukihardjo, seorang operator stasiun PHB AURI PC-2 Playen, dan diterima oleh Sersan Udara Kusnadi operator radio Bidar Alam. Keesokan harinya, pada 3 Maret, berita tersebut dilaporkan Opsir Udara III Dick Tamimi dan Umar Said kepada Ketua PDRI Mr. Sjafruddin Prawiranegara.  Berita tersebut segera diteruskan ke stasiun-stasiun radio “NBM” Tangse, “ZZ” Kototinggi. Melalui radio “NBM” Tangse berita dikirim ke stasiun radio “SMN” di Rangoon kemudian dilanjutkan ke New Delhi dan perwakilan RI di PBB di Washington, Amerika. Pejabat perwakilan RI di PBB membeberkan berita itu di depan sidang Dewan Keamanan PBB pada 7 Maret 1949, sehingga membuka mata dunia tentang eksistensi perjuangan bangsa Indonesia dalam memperjuangkan kemerdekaannya.

Radiogram Serangan Umum
Salah satu radiogram yang menjadi topik dalam kelanjutan diplomasi antara Republik Indonesia dan Belanda di PBB, adalah diterimanya radiogram serbuan pasukan Indonesia di siang hari ke Yogyakarta pada tanggal 1 Maret 1949. Sampai dengan hari ini tidak banyak yang mengetahui pengirim gerilya yang mengirim radiogram berita, mengenai serbuan Pasukan Indonesia ke Yogyakarata keluar negeri, yang akhinya sampai ke Perwakilan RI di New Delhi dan PBB.

Radiogram Serangan Umum Tentara Republik ke Kota Yogyakarta yang diterima Stasiun Radio AURI "UDO" di Bidar Alam, dikirim oleh Opsir Udara III Dick Tamimi langsung kepada Ketua Menteri Syafruddin pada pagi hari 3 Maret 1949. Setelah diterima dan dibaca, Ketua Menteri menginstrusikan agar radiogram tersebut segera dikirim ke New Delhi dan New York sesuai alamat. Bapak Danu Sekretaris PDRI dan Teuku Hassan Menteri Dalam Negeri kebetulan berada di rumah Ketua Menteri, sewaktu Tamimi menghadap Ketua.

Radiogram berita tersebut diterima oleh Stasiun Radio "UDO" pada larut malam 3 Maret 1949 menjelang pagi hari tanggal 4 Maret 1949. Telegrafis yang menerima adalah telegrafis Koesnadi. Radiogram tersebut dikirim dari Stasiun Radio PHB AURI PC-2 Playen, Yogyakarta oleh telegrafis Sersan Mayor Udara Basukiharjo. Seperti biasa radiogram-radiogram ke luar negeri dikirim melalui Stasiun Radio PHB AURI "NBM" Tangse. Radiogram mengenai 1 Maret 1949 tersebut di Tangse diterima oleh Sersan Udara Nurbaman.

Khusus mengenai radiogram Serangan Umum 1 Maret 1949 tersebut dibuat oleh MBKD Pusat Pimpinan Angkatan Darat di Banaran. Radiogram tersebut dikirim dengan kurir ke Stasiun Radio "POP" PHB  AD di Desa Dukuh, sekitar 3 Km dari Banaran. Pimpinan stasiun radio tersebut adalah Perwira Angkatan Darat bernama Koesoemo Dartojo. Radiogram lalu dikirim (istilahnya pada waktu itu diketok) ke Stasiun Radio PHB-AURI PC-2 Playen. Dari Stasiun Radio AURI tersebut radiogram seterusnya dikirim ke Bidar Alam, nama sebuah desa yang ditempati Pimpinan Pusat PDRI Mr. Syafruddin Perwira Negara melalui Stasiun Radio PHB AURI UDO dan selanjutnya dikirim ke luar negeri melalui jalur radio seperti diuraikan di atas.

Berita-berita pertempuran disiarkan melalui Radio Siaran biasa, seperti halnya berita mengenai masuknya Tentara RI ke Yogyakarta, menjadi berita penting pula bagi Radio Siaran biasa. Radio Siaran Belanda misalnya, dengan versinya menyiarkan berita tersebut paling dahulu, kemudian Radio Siaran Luar Negeri yang biasanya mendahului Radio Siaran dalam negeri. RRI Jawa Tengah sebagai Radio Siaran RI juga tidak ketinggalan menyiarkan berita tersebut.

Sedangkan Stasiun Radio AURI yang bukan merupakan Radio Siaran dan pada waktu itu melayani pemerintah baik di Jawa maupun di Sumatera bahkan ke luar negeri (Ranggoon), mengirim berita 1 Maret dengan surat radiogram resmi dari Pemerintahan Sipil Militer di Jawa ke Perwakilan RI baik yang berada di New Delhi maupun di PBB. Sementara radio-radio Siaran seperti Radio Siaran NICA di Jakarta, BBC di London, ABC di Australia, serta lain-lain menyiarkan warta berita melalui Radio Siaran lebih dahulu sebelum radiogram yang ditujukan ke suatu alamat, seperti halnya radiogram mengenai Serangan Umum 1 Maret 1949.

Sebelum radiogram sampai di Perwakilan-perwakilan RI di PBB atau New Delhi, kota-kota tersebut sudah mendengar terlebih dahulu berita mengenai Serangan Umum 1 Maret 1949 melalui berbagai radio siaran seperti tersebut di atas. Pejabat-pejabat RI di luar negeri baru mengambil aksi setelah menerima radiogram resmi yang dikirim oleh Pemerintah RI di Indonesia (Jawa/Sumatera), dengan kata lain bukan bersumber dari berita Radio Siaran berupa warta berita. Radiogram mengenai Serangan Umum 1 Maret 1949 yang dimaksud, dikirim dari Playen ke UDO PDRI Bidar Alam, dan melalui Stasiun Radio AURI di Tangse dan Kotaraja dikirim ke Ranggoon dan dari Ranggoon selanjutnya ke New Delhi dan PBB.

Menurut tulisan Aboe Bakar Lubis yang pada Perang Kemerdekaan RI II menjabat sebagai salah seorang Staf Penerangan Perwakilan Republik Indonesia di New Delhi dalam bukunya Kilas Balik Revolusi pada halaman 316 dan 318 dikatakan sebagai berikut:

Pertama, Pendirian PDRI, diperoleh melalui radio yang diterima dari Ranggoon dan diteruskan ke New Delhi yang kemudian diteruskan ke Paris tempat Dewan Keamanan berada dan kepada seluruh dunia. (Kolonel Sus M. Akbar Linggaprana)

Ini alasan Panglima TNI bentuk Grup D Paspampres



 Panglima TNI Jenderal TNI Moeldoko pada 3 Maret 2014 saat memeriksa pasukan ketika menjadi inspektur upacara pengesahan validasi organisasi dan tugas Paspampres di Mako Paspampres Tanah Abang, Jakarta.(ANTARA FOTO/Wahyu Putro A)

Panglima TNI Jenderal Moeldoko mengatakan pembentukan Grup  D Pasukan Pengamanan Presiden merupakan salah satu upaya meningkatkan standarisasi pengamanan bagi para mantan presiden dan wakil presiden.

"Dengan adanya organisasi ini jadi jelas, pengendaliannya Paspampres. Kebutuhan-kebutuhan mereka dicukupi oleh Panglima TNI. Daripada sekarang, ada mantan presiden sekian orang, mantan wapres sekian orang," kata Panglima TNI kepada wartawan di Kantor Presiden Jakarta, Jumat.

Ia mengatakan tengah menunggu jawaban dari Megawati Soekarnoputri, B.J Habibie, dan mantan Wapres Jusuf Kalla mengenai pengamanan dari Grup D.

"Sangat personal, kalau bilang tidak perlu tidak apa-apa. Yang penting tugas kami sudah menyiapkan, secara aturan sudah disiapkan. Kalau beliau-beliau tidak perlu, tidak apa-apa," katanya.

Opsi Laut Cina Selatan Bagi Indonesia

Armada perang USN (photo: Jayme Pastoric)
Armada perang USN (photo: Jayme Pastoric)
Indonesia memiliki potensi untuk membela kepentingan maritim , tapi untuk saat ini akan membutuhkan partner.
Selama beberapa tahun terakhir China telah terus meningkat ketegasan di Laut Cina Selatan. Klaim terbaru atas hak mengelola hasil perikanan atas sebagian besar wilayah ini membuat negara-negara lain di kawasan alasan khawatir bahwa China akan segera mencoba menerapkan Identifikasi Zona Pertahanan Udara ( ADIZ ) di Laut China Selatan sambil mencoba untuk menegaskan klaim nine-dash line yang kontroversial. Hal ini akan menempatkan yurisdiksi Cina berada tepat di lepas pantai sebagian besar negara Asia Tenggara.
Sementara ketika negara-negara yang terancam dengan klaim China khawatir terhadap ancaman terhadap kedaulatan mereka, beberapa memiliki sarana untuk menantang itu, terutama pada ancaman kedaulatan mereka sendiri. Indonesia mungkin adalah negara yang bisa melakukannya dengan bantuan sekutu yang substansial. Indonesia juga memiliki sumber daya untuk mendanai angkatan lautnya untuk mempertahankan teritorial perairannya. Meskipun demikian , masih harus dilihat apakah Indonesia bisa memanfaatkan potensi ekonomi dan mengubah dirinya menjadi kekuatan regional yang berpengaruh.
Sudah muncul indikasi serius bahwa China mungkin mencoba untuk menerapkan ADIZ atas Laut Cina Selatan dalam waktu dekat. Seorang perwira senior dari Akademi Militer Rakyat China Tentara Pembebasan Angkatan Laut, Li Jie, telah menggulirkan isu pada tanggal 21 Februari, dalam menanggapi pernyataan militer Amerika yang mengatakan bahwa China berencana untuk menerapkan ADIZ atas Laut Cina Selatan pada tahun 2015. Li menjawab bahwa penerapan ADIZ di LCS diperlukan untuk kepentingan jangka panjang China.

Potensi Indonesia
Baik PDB maupunn PDB per kapita Indonesia tumbuh kuat selama 10 tahun terakhir, dengan PDB meningkat lebih dari 400 persen menjadi $878.000.000.000 pada tahun 2012 dan PDB per kapita melonjak menjadi $3.557 pada tahun 2013. Kenaikan per kapita tetap terjadi meskipun pertumbuhan populasi hampir 40 juta orang. Ini akan berarti bahwa pemerintah memiliki populasi dan pendapatan dasar yang sehat dan menghasilkan potensi pendanaan militer.
Minyak, gas , dan industri pertambangan telah menjadi pendorong utama keberhasilan ekonomi Indonesia. Namun, industri ini tidak bebas masalah, dan beberapa dari masalah tersebut diakibatkan oleh kebijaksanaan pemerintah Indonesia sendiri. Ladang minyak negara itu akan jatuh tempo dan mungkin sudah melewati masa puncak produksi. Namun, cadangan gas Indonesia masih besar, dan kebangkitan industri Coalbed Methane ( CBM ) berpotensi sangat menguntungkan.
Masalah yang dihadapi industri primer di Indonesia sudah pasti membatasi pilihan pemerintah untuk menangani masalah-masalah keamanan regional. Sektor minyak dan gas memiliki kerangka peraturan stabil yang menarik investasi, tapi ladang migas yang sudah setengah menuju habis dan peningkatan konsumsi domestik berarti keuntungan menurun. Minyak dan gas menyumbang 22 persen dari pendapatan pemerintah pada tahun 2011. Jika angka itu terus turun maka sumber baru harus ditemukan, atau dana bagi pendanaan militer akan juga menurun. Indonesia sudah memeras pendapatan pemerintah sebanyak dari sumber pendapatan ini dengan cukup bijaksana, dengan penerapan tarif pajak efektif sebesar 44 persen pada 2013. Dengan menurunnya produksi minyak, gas alam yang akan diandalkan hingga sumber energi yang signifikan berikutnya dapat dikembangkan.
Dengan diperkirakan menguasai 6 persen dari cadangan global, CBM bisa menjadi penggerak berikutnya bagi Indonesia dalam investasi energi. Cadangan CBM Indonesia diperkirakan dua kali lebih besar dari cadangan gas alamnya. Tapi industri ini, bagaimanapun masih baru. BUMN Bukit Asam mengklaim Tanjung Enim dapat menghasilkan cukup CBM setiap hari untuk memasok pembangkit listrik 200MW pada tahun ini. Namun, kesepakatan dengan perusahaan utilitas masih merupakan perkiraan. Bahkan dengan regulasi pasar yang menguntungkan dan formasi geologi, industri ini tidak akan segera menjadi bagian penting dari perekonomian Indonesia dalam waktu dekat.
Iklim regulasi seputar industri pertambangan di Indonesia menimbulkan masalah besar lain. undang-undang pertambangan yang kontroversial tahun 2009 mulai diberlakukan sedikit demi sedikit pada tanggal 12 Januari 2014, mengharuskan perusahaan tambang untuk memperkaya mineral di Indonesia dan tidak mengirim bahan mentah segera setelah dikeruk. Tujuannya adalah untuk menjaga keuntungan pertambangan di dalam negeri bukan mengekspor kekayaan negara. Namun, sebagian besar perusahaan asing utama sangat khawatir tentang aplikasi peraturan yang tidak merata di seluruh komoditas, serta ambiguitas apakah kontrak sebelumnya akan juga ikut terpengaruh.
Dua perusahaan pertambangan terbesar di Indonesia, Freeport dan Newmont, mengklaim peraturan batu itu akan membuat mereka terpaksa memberhentikan ribuan pekerja dan hilangnya miliaran pendapatan ekspor. Mereka mengancam untuk mengajukan tuntuan hak kontrak-kontrak sebelumnya sebelum pemberlakuan undang-undang baru pada arbitrase internasional. Manambah masalah yang ditimbulkan oleh undang-undang baru adalah melemahnya harga komoditas dan kurangnya infrastruktur untuk memperkaya dan mengangkut mineral ke pasar. Target penerimaan pajak sektor pertambangan adalah $90.5 miliar pada tahun 2013, namun per September baru $56 miliar yang tercapai. Sektor pertambangan negara mendapat $ 3.37 miliar untuk periode waktu yang sama, 25,7 persen penurunan YoY.
Kelas konsumen yang terus tumbuh adalah potensi penggerak lain untuk perekonomian Indonesia. Populasi ini diperkirakan akan tumbuh menjadi 150 juta orang selama 10 tahun ke depan. Tidak saja merangsang perekonomian Indonesia, juga diharapkan menjadi faktor stabilisasi agar tidak tergantung pada harga komoditas. Salah satu alasan ketahanan ekonomi Indonesia terhadap tapering yang dilakukan Federal Reserve AS, dikaitkan dengan semakin berkembangnya kelompok konsumen ini.
Jika bisa terus tumbuh, kelas konsumen akan menjadi bagian penting dari perekonomian Indonesia. Namun, hal tersebut tidak secara langsung jadi keuntungan bagi pertambahan anggaran pemerintah sampai setidaknya akhir dekade ini (2020). Memperoleh keuntungan dari pertumbuhan kelas konsumen dalam bentuk nyata ketersediaan dana untuk upgrade besar-besaran angkatan laut akan membutuhkan antara lima sampai sepuluh tahun. Artinya, pemerintah tidak dapat bergantung pada sumber pendapatan ini untuk membiayai kebutuhan militer secara langsung saat ini.

Opsi Aliansi
Tanpa adanya kebebasan anggaran untuk membangun angkatan laut yang akan mampu mempertahankan perairan teritorialnya, Indonesia hanya mempunyai beberapa pilihan tersisa untuk pertahanan. ASEAN telah jelas terlihat tidak membantu dalam hal ini, karena bahkan setelah China menerapkan hukum baru pelarangan mencari ikan di LCS, ASEAN tidak mampu berbuat sesuatu kecuali mengeluarkan merekomendasikan solusi diplomatik untuk masalah tersebut.
Beberapa negara-negara di wilayah ini mempunyai kapasitas angkatan laut yang cukup signifikan untuk bekerja dengan Indonesia menyediakan alat pencegah yang efektif bagi agresi, dengan dua pengecualian : Australia dan Jepang.
Meskipun ada masalah dalam hubungan Indonesia – Australia, muncul dari isu pencari suaka dan akibat bocornya kejadian Australia memata-matai musyawarah perdagangan Indonesia dengan Amerika Serikat, namun tidak merupakan ancaman strategis untuk hubungan kedua negara. Namun, isu-isu seperti ini menghambat kerjasama selama postur China tidak terang-terangan militeristik. Jika China memutuskan untuk menerapkan ADIZ di Laut Cina Selatan, hubungan saja bisa berubah. Australia tidak memiliki klaim teritorial di Laut Cina Selatan, namun China dengan dukungan militer mengklaim hak atas jalur laut paling berharga di dunia, tercatat 50 persen dari pengiran kapal tanker minyak dunia merupakan ancaman bagi Australia, terutama karena Australia mengirimkan cadangan gas alam dan ekspor yang meningkat lewat jalur laut tersebut.
Sayangnya untuk Indonesia, ketegangan dalam hubungan ini berarti bahwa aliansi dengan Australia hanya mungkin terjadi jika dipicu oleh sebuah insiden cukup besar yang akan memaksa menyelaraskan kepentingan mereka. Kondisi semacam itu berarti bahwa aliansi apapun anatar Indonesia-Australia akan terlambat, dan China mungkin sudah mendiktekan arah peristiwa dan mengambil keuntungan strategis.
Jepang memiliki kebutuhan dan alasan strategis mendesak untuk membantu setiap negara Asia Tenggara untuk ikut menjadi counterbalance bagi China. ADIZ Cina di Laut Cina Timur dan sengketa pulau-pulau Diaoyu/Senkaku telah membuat Jepang sangat sensitif terhadap sikap keras Cina. Jepang juga punya kekhawatiran terhadap keamanan jalur perdagangan energi mereka yang dikirim melalui Laut Cina Selatan.
Namun, konstitusi Jepang tidak memungkinkan Pasukan Bela Diri Jepang untuk melakukan sesuatu kecuali melindungi wilayahnya sendiri. Perdana Menteri Shinzo Abe dan partai LDP yang berkuasa ingin mengubah konstitusi untuk memungkinkan militer Jepang untuk membantu melindungi sekutunya Perubahan Pasal Jepang 9 akan membuat aliansi militer formal dengan bangsa Asia Tenggara akan sangat menarik. Namun potensi kemungkinan pemerintah Jepang mampu mengubah konstitusi bukanlah sesuatu yang strategi militer yang Indonesia bisa andalkan, terutama mengingat betapa kontroversialnya perubahan postur militer Jepang baik di dalam negeri Jepang sendiri maupun di kawasan.
Hal ini membuat AS jadi satu-satunya negara lain yang bisa menjadi sekutu Indonesia dalam waktu dekat dan secara substansial dapat mempengaruhi perilaku Cina di Laut Cina Selatan. AS telah mengatakan kepada Filipina bahwa mereka akan menempatkan lebih banyak kapal di teater LCS. Namun, AS mempunyai banyak kepentingan di seluruh dunia. Dorongan dan tindakan nyata militer AS ke Laut Cina Selatan hanya akan terjadi jika Cina lebih agresif daripada tindakan mereka saat ini. Bahkan ADIZ baru akan tidak akan signifikan mengubah postur AS tanpa “insiden” yang signifikan dalam teater untuk memaksa AS bertindak terhadap China.
Penekanan pentingnya “Poros Asia” oleh AS tidak berarti berupa tindakan langsung. Dalam jangka pendek AS akan membiarkan peristiwa-peristiwa terjadi, dan kemudian baru bereaksi sesuai dengan hal tersebut untuk menjaga keseimbangan kekuasaan di wilayah.
Ini berarti Indonesia tidak dapat sepenuhnya bergantung pada AS untuk membangun kehadiran nyata, atau bahkan kemitraan dengan kawasan, sebelum kedaulatan wilayah Indonesia dilanggar secara signifikan. Diperlukan aktor regional lain dengan motivasi yang sama dan juga punya potensi kerugian dari agresivitas Cina. Kemungkinan Indonesia akan sulit untuk bisa meyakinkan negara lain di kawasan untuk melakukan aksi segera terhadap agresi Cina, tapi itu adalah satu-satunya pilihan dalam jangka pendek dan menengah. (Clint RichardsThe Diplomat)
Clint Richards adalah manajemen risiko berbasis di Tokyo dan konsultan geopolitik.