Jumat, 28 Februari 2014

MiG-17 Fresco: Kebanggaan AURI Era Soekarno

Dogfight antara F-4 Phantom dan MIG-17 Fresco di perang Vietnam
Dogfight F-4 Phantom dan MIG-17 Fresco di perang Vietnam

Tengah hari bolong, 9 Maret 1960, sebuah MiG-17F Fresco dari skadron udara 11 AURI, menukik ke arah Istana Merdeka. Sejurus kemudian rentetan tembakan terdengar memecah udara siang yang panas itu. Berondongan peluru menghunjam ke beberapa bagian Istana. Asalnya dari moncong kanon 23 mm Fresco bernomor 1112 yang diterbangkan Letnan II Penerbang Daniel Maukar. Untungnya Presiden Soekarno sedang tak berada di Istana ketika itu.
Berbagai spekulasi memang merebak di balik insiden yang mencoreng AURI tersebut. Yang jelas, Letnan Daniel memang sudah merencanakan aksi nekatnya itu. Ia bahkan sudah menetapkan target dan jalur pelarian. Begitu lepas landas dari bandara Kemayoran, ia membawa pesawatnya memutar menuju Plumpang, mencoba menembak depot minyak milik Shell, setelah itu banting setir ke kanan menuju Istana Merdeka. Dari sana, Daniel ngebut ke Bogor untuk memberondong Istana Bogor, baru kemudian kabur ke arah Garut. Ia mendarat darurat di pesawahan di daerah Kadungora, Garut, untuk tak lama kemudian ditangkap aparat keamanan.
MIG-17 TNI-AU di pintu masuk Lanud Iswahyudi, Madiun
MIG-17 TNI-AU di pintu masuk Lanud Iswahyudi, Madiun

Meskipun gagal meledakkan depot minyak Shell, serta hanya menyebabkan lecet tak berarti di Istana Merdeka, dan menuai cercaan, tapi banyak kalangan penerbang mengakui bahwa aksi itu hanya bisa dilakukan oleh pilot brilian, mengingat tingkat kesulitan manuver-manuver yang harus dilakukannya. Sekaligus juga sebagai ajang pembuktian kemampuan manuver MiG-17F Fresco, yang disebut-sebut sebagai penempur lincah ini.
Tampilan kokpit MIG-17 Fresco
Tampilan kokpit MIG-17 Fresco

Tapi ironis juga, mengingat Fresco yang masuk jajaran AURI tersebut adalah pesawat gres yang baru didatangkan dari Uni Soviet dalam rangka persiapan Operasi Trikora, operasi pembebasan Irian Barat dari cengkeraman Belanda. Alih-alih menunjukkan kehebatannya dalam Palagan Irian, yang tak kesampaian karena konflik akhirnya diakhiri di meja diplomasi, justru Fresco unjuk gigi menembaki Istana sendiri.
Fresco termasuk di antara jajaran pesawat tempur modern (pada saat itu) yang pernah dimiliki angkatan udara Indonesia. Datang dalam satu paket bersama MiG-15 Fagot, MiG-21 Fishbed, Tu-16 dan lain-lain, sebagai hasil hubungan mesra Indonesia dengan Uni Soviet. Mulai masuk AURI pada 1960 dan pensiun pada 1969, usia operasional yang sangat singkat untuk sebuah jet tempur.

Kelahiran Fresco
MiG-17 yang oleh pihak NATO dijuluki “Fresco” dibuat oleh Mikoyan-Gurevich, salah satu pabrikan pesawat perang tersukses di Uni Soviet. Pesawat yang dirancang sebagai fighter ini, merupakan penyempurnaan dari pendahulunya, MiG-15 Fagot. Dari bentuk dan spesifikasi, nyaris semuanya mirip dengan “kakak”nya itu. Kecuali semacam sirip kecil yang membelah sayap. Pada Fagot, sirip itu hanya dua, sementara di Fresco ada tiga.
MIG-17 dengan afterburner
MIG-17 dengan afterburner

Kelahiran jet tempur berkecepatan subsonik ini, sedikit banyak juga dipicu dengan kehandalan F-86 AVON Sabre, buatan Amerika, yang jadi seteru bebuyutannya Soviet. Pada perang Korea, terbukti Sabre lebih ampuh dan mampu mengatasi kegesitan MiG-15. Belajar dari kekurangan MiG-15 itulah, kemudian Soviet mulai merancang Fresco.
Pada dasarnya, pesawat ini dirancang sebagai pesawat penempur (fighter), yang nantinya bakal ditugaskan meladeni penempur-penempur Amerika. MiG-15 sendiri secara struktur aerodinamisnya sebenarnya sudah sangat memenuhi syarat dan sudah teruji kegesitannya di kancah perang udara. Maka itu, dari sisi rancang bentuk aerodinamika, tak banyak pengembangan yang dilakukan. Bahkan mesinnya pun sama-sama menggunakan mesin Klimov VK-1.
Prototipenya yang dinamai SI terbang perdana pada Januari 1950. Dua bulan kemudian, SI mengalami kecelakaan terbang saat uji coba. Itu membuat para insinyur MiG bekerja keras, mengevaluasi kembali titik-titik lemah SI, dan memperbaiki kekurangan tersebut. Hasilnya memuaskan. Prototipe selanjutnya, SI-2, berhasil melalui rangkaian uji terbang. Meski dengan mesin sama, pesawat baru ini terbukti mampu terbang lebih cepat dari pendahulunya, dan memiliki kemampuan manuver jauh lebih baik saat terbang tinggi (high altitude).
Produksi pertama dimulai pada September 1951. Generasi pertama Fresco dirancang sebagai penempur subsonik siang, dan memiliki tiga kanon untuk persenjataannya. Dua kanon NR-23 kaliber 23 mm (100 rounds) serta satu NR-37 kaliber 37 mm (40 rounds). Persenjataan itu ditempatkan di bawah moncong pesawat, persis di bawah air intake. Selain itu, Fresco juga mampu menggendong bom 100 kg, yang dicantelkan di bawah sayapnya. Itu membuat pesawat ini juga bisa berfungsi sebagai fighter-bomber. Namun pada prakteknya, cantelan bom tersebut lebih sering dipakai untuk mengangkut tangki bahan bakar cadangan (external tanks).
MIG-17 Uni Soviet
MIG-17 Uni Soviet

Dalam pengembangannya, Fresco memiliki sejumlah varian dengan penambahan kemampuan atau konversi fungsi. Seperti pada varian MiG-17P yang dilengkapi radar Izumrud-1 (RP-1), yang dirancang sebagai pesawat pencegat (interceptor). Varian ini juga dirancang sebagai penempur segala cuaca (all weather fighter). Pengembangan lain melahirkan varian MiG-17F, yang mesin VK-1F nya sudah mengadopsi teknologi afterburner, yang membuat pesawat melejit lebih cepat. Sementara varian MiG-17PM, sudah mampu menggendong empat misil udara ke udara jenis K-5 (AA1-Alkali), tapi konsekuensinya tak punya kanon. Varian ini juga dilengkapi radar pembidik pesawat lawan. Varian lain difungsikan sebagai pesawat pengintai.

Pengalaman Perang
silvermig17

Meski dirancang untuk menandingi F-86 Sabre, toh Fresco tak sempat diterjunkan ke kancah perang Korea di tahun 50-an. Padahal, dalam kancah perang di semenanjung Korea itulah Sabre merajalela, menerkam pesawat-pesawat MiG-15 Korea. Bentrokan antara Fresco dan Sabre, dilaporkan pertama kali terjadi di selat Taiwan. Saat itu, Fresco milik angkatan udara Cina terlibat dule udara dengan F-86 Sabre Taiwan.
Fresco sendiri baru meraih nama harum ketika terjun di palagan udara Vietnam. Dengan joki-joki handal dari VPAF (angkatan udara Vietnam Utara), Fresco menjadi momok menakutkan bagi pilot-pilot angkatan udara maupun angkatan laut Amerika. Padahal, di situ Fresco menghadapi lawan yang jauh lebih modern, semacam F-4 Phantom dan jet serang darat F-105 Thunderchief. Padahal lagi, kedua pesawat andalan Amerika itu punya kelebihan mampu terbang super sonik, sementara Fresco “cuma” pemburu sub-sonik. Namun, pilot-pilot VPAF mampu memaksimalkan kelincahan Fresco, sehingga banyak pesawat Amerika yang rontok dibuatnya. Terutama pada periode awal-awal perang. Top ace VPAF untuk pilot MiG-17 adalah Nguyen Van Bay, yang berhasil merontokkan 7 pesawat Amerika. Di antara pesawat yang dijatuhkan Van Bay, ada satu Phantom dan satu Thunderchief.
MIG-17 AURI jadi monumen di obyek wisata Sarangan, Magetan
MIG-17 AURI jadi monumen di obyek wisata Sarangan, Magetan

Pesawat pencegat yang pernah jadi andalan angkatan udara Blok Timur (Pakta Warsawa) ini, sebagian besar sudah pensiun dari operasional. Namun begitu, masih ada pula negara yang mengoperasikan Fresco hingga kini. Sebagian besar adalah negara-negara Afrika, semacam Sudan, Angola, Mali, dan lain-lain. Korea Utara juga masih mengoperasikan pencegat lincah ini. Sementara Indonesia, sejak akhir 1969 silam sudah memensiunkan Fresco. Kini, sosok Fresco yang bulat terpajang menjadi koleksi museum dirgantara dan menjadi monumen di pangkalan udara TNI-AU. (Aulia Hs)
Spesifikasi:
• Crew: One
• Length: 11.36 m (37 ft 3 in)
• Wingspan: 9.63 m (31 ft 7 in)
• Height: 3.80 m (12 ft 6 in)
• Wing area: 22.6 m² (243.2 ft²)
• Empty weight: 3,930 kg (8,646 lb)
• Loaded weight: 5,354 kg (11,803 lb)
• Max takeoff weight: 6,286 kg (13,858 lb)
• Powerplant: 1× Klimov VK-1F afterburning turbojet, 33.1 kN with afterburner (7,440 lbf)
Performance
• Maximum speed: 1,144 km/h at 3,000 m (711 mph at 10,000 ft (3,000 m))
• Range: 1,080 km, 1,670 km with drop tanks (670 mi / 1,035 mi)
• Service ceiling: 16,600 m (54,500 ft)
• Rate of climb: 65 m/s (12,795 ft/min)
• Wing loading: 237 kg/m² (48 lb/ft²)
• Thrust/weight: 0.63
Armament
• 1x 37 mm Nudelman N-37 cannon (40 rounds total)
• 2x Nudelman-Rikhter NR-23 cannons (80 rounds per gun, 160 rounds total)
• Up to 500 kg (1,100 lb) of external stores on two pylons, including 100 kg (220 lb) and 250 kg (550 lb) bombs or fuel tanks.

Indomil.

Panglima TNI: Indonesia bisa menjadi macan asia


Panglima TNI, Jenderal TNI Moeldoko menyatakan, Indonesia bisa kembali menjadi macan Asia tidak saja di bidang pertahanan militer tetapi juga ekonomi.

"Sangat bisa doong (menjadi macan Asia, red)," katanya dalam perbincangan dengan ANTARA di sela-sela kunjungan lima hari kerjanya di Beijing.

Moeldoko menuturkan Indonesia telah mengalami kemajuan di beragam bidang.

"Meski banyak yang kurang sreg, kalau indikatornya adalah ekonomi, tapi harus diakui ekonomi kita pertumbuhannya positif," katanya.

Selain itu, makin meningkatnya kelompok masyarakat menengah ke atas, yang otomatis sangat adaptif dengan globalisasi.

"Artinya, masyarakat kita semakin memahami pekembangan dan persaingan global yang dihadapi, dan tahu bagaimana menyikapinya," kata Moeldoko.

Selain itu, lanjut dia, daya beli masyarakat juga masih dapat dipertahankan pada tingkatan yang positif.

"Dari sisi situasi politik, pertahanan dan keamanan, Indonesia juga relatif kondusif. Jika ada gejolak pun, itu hanya di tingkat elit. Dengan kondisi yang positif itu Indonesia sangat kondusif bagi investor dari luar. Artinya, ekonomi Indonesia terus mengalami pertumbuhan," tutur Panglima TNI.

Moeldoko yang memiliki motto soldier by choice, a general by career and patriot by nature itu yakin, di bidang pertahanan dan militer Indonesia juga akan semakin besar, modern dan profesional, tanpa kehilangan jati dirinya.

"Saat ini kekuatan pokok minimum kita sekitar 32 persen dan akan meningkat menjadi 42 persen. Ini menunjukkan Indonesia serius dan konsisten meningkatkan kemampuan pertahanan militernya, sesuai perkembangan dan dinamika ancaman yang dihadapi," katanya.

Pada 2014 persenjataan TNI semakin bertambah, seperti 102 alat utama sistem senjata (alutsista) baru pada rencana strategis pembangunan TNI Angkatan Udara 2010-2014, berupa pesawat tempur F-16, T-50i, Sukhoi, Super Tucano, CN-295, pesawat angkut Hercules, Helikopter Cougar, Grob, KT-1, Boeing 737-500 dan radar.

TNI Angkatan Darat, selain membeli 114 unit tank Leopard, pemerintah juga mengadakan 28 unit helikopter dan delapan unit Apache tipe AH-64E. Tepatnya sebanyak 30 unit Leopard dan 21 Marder akan tiba sebelum bulan september 2014.

Tak hanya itu meriam Caesar, dimana dari 37 unit, 4 unit diantaranya akan tiba sebelum Oktober 2014. Sementara untuk roket MLRS Astros II akan tiba 13 unit sebelum Oktober 2014. TNI AD juga akan dilengakpi rudal pertahanan udara jenis Starstreak serta Mistral dijadwalkan juga tiba sebelum Oktober 2014, khususnya Mistral akan datang sebanyak 9 unit pada Juni 2014.

Untuk matra laut, terdapat peningkatan Kapal perang korvet kelas Fatahillah, Kapal latih pengganti KRI Dewaruci, pengadaan 2 unit Kapal Hidro Oceanografi, dan lain lain. Untuk tank amfibi BMP-3F sebanyak 37 unit, beberapa diantaranya sedang dalam proses uji terima.

Sementara panser amfibi BTR-4 sebanyak lima unit, dimana dua unit diantaranya akan tiba di tanah air pada September 2014.

"Menjadi kekuatan yang diperhitungkan, sebagai macan di Asia, tidak bisa sekadar bersandar pada pertumbuhan ekonomi saja, atau kekuatan militer saja. Tetapi Indonesia harus benar-benar kuat dan solid di berbagai bidang, ya ekonomi, politik, hukum, pertahanan, militer dan seterusnya," ujar Moeldoko menekankan.

Diplomasi yang dilakukan semua pihak juga harus kuat, lanjut dia.

"TNI sebagai bagian dari Pemerintah Indonesia juga menjalankan misi diplomasi, antara lain memberikan gambaran, jaminan bahwa Indonesia kuat, aman, dan kondusif bagi pertumbuhan ekonomi, bagi para investor asing yang akan menanamkan modalnya di Indonesia dan seterusnya," tutur Moeldoko.

Pesawat Tempur Golden Eagle Alami Kendala di Langit Pemalang

Ada empat jet T-50i yang akan terbang menuju Madiun.

Pesawat Tempur T-50i Golden Eagle di Halim Perdanakusumah
Pesawat Tempur T-50i Golden Eagle di Halim Perdanakusumah (VIVAnews/Muhamad Solihin)
Jet tempur T-501 "Golden Eagle" milik TNI Angkatan Udara yang akan menuju Bandara Iswahjudi, Madiun, Jawa Timur, mendarat darurat di Penerbad Bandara Ahmad Yani, Semarang, Jawa Tengah, akibat mengalami kendala pada indikator generator. Pesawat buatan Korea ini baru 10 hari tiba di Indonesia.

Menurut Kepala Dinas Penerangan Umum TNI Angkatan Udara, Marsma Hadi Tjahjanto, ada empat jet T-50i Golden Eagle yang terbang menuju Madiun. Satu pesawat terpaksa memisahkan diri dari rombongan karena indikator genarator pesawat menyala.

"Bukan karena mesin mati. Pesawat ini hanya memiliki satu mesin, tapi ada indikator sistem kelistrikan yang menyala. Pesawat mengalami kendala di Pemalang, Jawa Tengah," katanya.

Menurut Hadi, pesawat bisa saja terus terbang hingga ke Madiun bila dalam kondisi perang, tapi dalam kondsisi normal saat ini dan untuk keamanan, pesawat harus turun di Semarang.

"Pesawat ini kami terbangkan karena landasan baru bisa dibuka akibat erupsi Gunung Kelud. Tiga pesawat terus ke Madiun, satu turun di Semarang sekitar  pukul 08.30 WIB," katanya lagi.

Hadi mengungkapkan setelah tiba di Halim Perdanakusumah pada Kamis 13 Februari 2014 pagi dari Korea, jet ini memang tidak masuk hanggar karena keterbatasan tempat.

"Iya baru dari Korea kemarin, pesawat itu tidak dimasukkan dalam hanggar, kemungkinan ada kelembaban udara. Ada indikator yang menyala," katanya.

Saat ini T-50i Golden Eagle yang mendarat darurat sudah diparkir dan sedang dalam pengecekan. Bila tidak ada kendala akan kembali terbang ke Pangkalan Udara Iswahjudi.

"Kita akan cek dengan tester yang sedang dibawa dari Madiun dengan Hercules. Bila tidak ada kendala, sore bisa langsung terbang," katanya.

Sebagai pesawat tempur, T-50i Golden Eagle dilengkapi mesin General Electric F404-GE-102 yang mampu menghasilkan daya dorong 17.700 pounds dengan after burner dan 11.000 pounds dengan tenaga mil power. Bahkan, bila dibutuhkan, kecepatan maksimal bisa mencapai 1,5 mach atau 1,5 kali kecepatan suara.

Dalam konfigurasi lengkap pada bobot maksimal 27.322 pounds (14 ton) pesawat ini mampu dengan mudah menanjak hingga ketinggian mencapai 55.000 kaki dari permukaan laut.

Desain dan penampilannya sekilas mirip F16. Sebagai pesawat tempur, T-50i memiliki kelincahan, kepraktisan, dan kemampuan persenjataan untuk digunakan sebagai misi multirole. Sanggup bertempur di udara dan cukup mematikan terhadap sasaran bawah. Total kapasitas angkut persenjataan sekitar 10.500 pounds atau 15 ton.

Pesawat ini juga dilengkapi cannon gatling internal 3 laras general dynamics 20 mm yang mampu menyemburkan 2.000 peluru per menit. Canon ini ditempatkan di sisi kiri kokpit. Lima external station pada bagian under fuselage dan under wing serta dua missile laucher rail pada wing tip untuk membawa semua jenis bom, rudal maupun roket.
 

Pesawat Tempur Golden Eagle Mendarat Darurat di Semarang

Pesawat buatan Korea ini baru sepuluh hari tiba di Indonesia.

 Pesawat Tempur T-50i Golden Eagle di Halim Perdanakusuma
Pesawat Tempur T-50i Golden Eagle di Halim Perdanakusuma (VIVAnews/Muhamad Solihin)
Sebuah pesawat tempur TNI Angkatan Udara T-50i mendarat darurat di Lapangan Udara Penerbad Bandara Ahmad Yani, Semarang, Jawa Tengah, Jumat, 28 Februari 2014. Pesawat mendarat darurat, karena mengalami kerusakan mesin yang membuat salah satu mesin mati.

"Salah satu mesinnya mati. Kemudian, pesawat itu mendarat darurat di Lanud Penerbad (TNI AD)," kata Sudiono, petugas Air Traffic Control (ATC) Bandara Ahmad Yani, Semarang.

Peristiwa tersebut tidak mengganggu aktivitas Lanud Penerbad. "Saat pesawat mendarat, sudah bisa langsung ditarik dan dilakukan perbaikan," ujar Sudiono.

Pesawat tempur itu terbang dari Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur. Semula, ada 2 pesawat tempur T-50i yang terbang dari Jakarta. Satu pesawat kemudian mendarat di Bandara Madiun untuk pengisian bahan bakar.

Satu pesawat lain akhirnya mendarat darurat di Bandara Ahmad Yani. Saat ini, sedang dilakukan penambahan oli dan perbaikan wiper. Direncanakan sore ini juga akan langsung melanjutkan perjalanan. (art)
 

Anggaran Alutsista Rp 27 T Ditolak Menkeu, Ini Tanggapan Menhan

http://images.detik.com/content/2014/02/27/4/204419_alut2.jpg Anggaran Alat Utama Sistem Persenjataan (Alutsista) Rp 27 triliun tahun ini ditolak Menteri Keuangan Chatib Basri. Apa tanggapan Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro soal hal ini?
Menurut Purnomo, sejak awal kabinet Indonesia Bersatu Jilid II dimulai, nilai anggaran Alutsista mencapai Rp 150 triliun. Namun tahun ini masih ada sisa Rp 27 triliun.

"Itukan diberikan dalam bentuk Perpres 35/2010. Artinya total Rp 150 triliun. Dalam perjalanannya itu kan kita belanjakan untuk pembangunan Alutsista. Angkatan Udara sudah kita gelar kemarin, habis itu Laut dan Darat. Untuk menyampaikan kepada publik pertanggungjawaban terhadap dana yang kita anggarkan. Dari Rp 150 triliun itu, kelihatannya belum kepakai Rp 27 triliun, dan itu memang tak diberikan (ditolak0," ujar Purnomo di kantor Presiden, Jalan Medan Merdeka Utara, Jakarta, Kamis (27/2/2014).

Purnomo menegaskan, hal tersebut tidak membuat pertahanan milik Indonesia menjadi melempem ataupun berkurang. Menurutnya, dana Alutsista yang selama ini sudah dibelanjakan cukup kuat membangun infrastruktur pertahanan Indonesia.

"Karena yang kita lakukan itu, misalkan F-16, itu bujetnya beli 6, ternyata kita bisa dapat 24. Enam itu kan bujet beli baru, kita dapat sekarang yang second hand, tapi kita upgrade lebih bagus lagi," terang Purnomo.

Mantan Menteri ESDM ini mengaku, Indonesia sudah mendapat banyak peralatan tempur dari dana yang terpakai selama ini. Bahkan dalam perencanaan, awalnya Indonesia yang tidak memasukan pesawat Hercules, namun karena adanya kelebihan dana maka Indonesia bisa membeli Hercules bekas dari Australia.

"Bahkan Apache (helikopter) yang tadinya tidak masuk dalam daftar untuk renstra (rencana strategi), sekarang kontraknya sudah jalan. Hercules Australia yang dulunya tak masuk daftar, sekarang bisa masuk karena kita butuh heli transportasi. Jadi walaupun Rp 27 triliun tidak diberikan, saya kira ini salah satu bentuk efisiensi yang kita lakukan," tutup Purnomo.

Il-28T Beagle: Sang Rajawali Laut Pengumbar Torpedo

il-28-83p06
Sudah lumrah bila angkatan udara punya pesawat pembom, tapi agak terdengar beda bila yang punya pembom adalah angkatan laut. Faktanya, memang hanya beberapa kekuatan terpilih di dunia yang punya pembom pada etalase penerbangan angkatan lautnya. Dan, Indonesia pernah menjadi salah satu kekuatan tersebut, yakni pada dekade 60-an.
Selain publik di Indonesia terbetot dengan kemasyuran sosok pembom berat jarak jauh Tu-16 Badger milik TNI AU (d/h AURI), Indonesia juga kebagian pembom kelas sedang, Il-28, bomber buatan Ilyushin Design Bureau, jenis pesawat pembom multirole yang dicipitakan Uni Soviet pasca Perang Dunia Kedua. Karena momen meluncurnya pesawat ini bertepatan dengan masuknya era Perang Dingin, maka seperti sudah menjadi tradisi, Il-28 pun diberi sebutan oleh NATO sebagai Beagle, dan jadilah sebutan yang populer Il-28 Beagle hingga saat ini.
Di luar Uni Soviet, Cina, dan negara-negara Eks Pakta Warsawa, Indonesia termasuk operator Il-28 dengan jumlah yang lumayan banyak. Il-28 dalam catatan digunakan oleh TNI AU dan TNI AL (d/h ALRI). Di lingkup TNI AU, Il-28 masuk dalam Skadron Udara 21 yang bermarkas di Lanud Kemayoran, Jakarta. Dari segi jumlah, ada dua versi, menurut Wikipedia Il-28s TNI AU ada 12 unit. Sementara dikutip dari Edisi Koleksi Angkasa “Operasi Udara Trikora,” disebutkan TNI AU menerima 18 unit Il-28. Sementara TNI AL lewat Puspenerbal (Pusat Penerbangan Angkatan Laut), menurut Wikipedia disebut-sebut menerima lebih daro 30 unit Il-28T torpedo bomber dan 6 unit Il-28U sebagai pesawat latih (trainer). Tapi ada info lainnya, bahwa TNI AL hanya ketempatan 10 unit Il-28T dan 2 unit Il-28U.
Il-28T TNI AL
Il-28T ALRI
Il-28U (trainer) milik ALRI
Il-28U (trainer) milik ALRI

Sebagai medium bomber era jet pertama, Il-28 dirancang untuk mengusung bom-bom konvensional. Bila TNI AU menggunakan versi Il-28s yang kemampuannya standar. Lain halnya dengan TNI AL yang mengoperasikan Il-28T yang punya kemampuan melepaskan torpedo. Masuk dalam etalase Skadron Udara 500, menjadikan kekuatan penerbangan AL Indonesia menjadi yang terkuat di belahan Asia Selatan pada era 60-an. Pasalnya, armada Penerbal TNI AL tidak sebatas pada peran angkut dan intai maritim, tapi juga mencakup peran penindakan pada target di lautan, baik kapal permukaan dan kapal selam.
Pada masa Trikora, porsi pelibas kapal perang Belanda dari udara memang dipersiapkan cukup beragam. Sebut saja dari Tu-16 dengan rudal anti kapal AS-1 Kennel dan Gannet yang bisa melempar torpedo hingga bom laut. Kebetulan Soviet pun punya porsi yang besar pada varian AKS (anti kapal selam) pada Il-28, maklum pada era Perang Dingin terjadi psy war di lingkup kekuatan di samudera. Dari belasan varian Il-28 yang diproduksi Soviet, ada dua tipe yang dirancang untuk peperangan di lautan, yaitu Il-28T dan Il-28PL.
il 28 tni al

Il-28T
Sebagai varian untuk mengejar target di lautan, Il-28T di dapuk punya sista tersendiri, yaitu dapat membawa dua torpedo ukuran kecil atau satu torpedo ukuran besar. Untuk torpedo ukuran besar, yang dimaksud adalah RAT-52 rocket propelled torpedo. Torpedo ditempatkan pada bomb bay. Sayangnya tidak ada informasi, mengenai bekal radar dan perangkat elektronik untuk pengindraan di lautan.
Dikutip dari Angkasa.co.id, salah satu pilot Penerbal yang juga saksi hidup sejumlah misi tempur yang dilaksanakan para pilot Penerbal, Kolonel (Purn) H. Dana Is (70), para sejawatnya memang terkenal pemberani. Dana yang pernah menerbangkan pesawat pengebom torpedo Il-28 dan Dakota telah kehilangan beberapa senior karena keberanian sekaligus kenekatan mereka.
0891675
Ilyushin_IL_28U_Mascot_by_QmP3L
Il-28U

“Penerbal pernah memiliki pesawat Il-28 sebanyak 12 unit. Sepuluh unit Il-28T untuk pengebom torpedo dan dua unit lainnya Il-28U untuk pesawat latih. Saat itu sebagai pilot muda para senior semangat sekali untuk berperang sehingga kadang-kadang sikap berani mengalahkan akal sehat,’’ papar Dana yang juga alumni Akademi Angkatan Laut tahun 1967 itu. “Oleh karena itu meskipun suku cadang makin menipis akibat renggangnya hubungan RI dan Rusia, para pilot IL-28 masih berani terbang sehingga sejumlah kecelakaan pun tidak bisa dihindari,” tambahnya.

Mendarat Darurat
Selama melaksanakan misi penerbangan baik dalam latihan maupun pertempuran dari 12 Il-28 yang tergabung dalam Skuadron 500, lima di antaranya mengalami kecelakaan (accident). Satu pesawat mendarat darurat di Pantai Banyuwangi, Jawa Timur. Tiga awak Il-28, Letnan Muda (LMU) Wulang Sutekowardi dan seorang navigator, Suyono berhasil mendarat selamat tapi pesawatnya rusak total. Satu pesawat Il-28 lainnya hilang dan tidak kembali ke pangkalan pada waktu latihan terbang navigasi di atas Pulau Masalembo, Madura.
IL-28-14
Ruang navigator
Ruang navigator
p-38
Ironisnya penerbang yang hilang di Masalembo adalah LMU Wulang yang pernah mendarat selamat di pantai. Dua awak Il-28 yang hilang bersama LMU Wulang adalah navigator Gatot Mulyohadi dan operator persenjataan di pesawat, Kopral Sudjati. Kecelakaan berikutnya ketiga, keempat, dan kelima adalah kecelakaan saat mendarat. Dua kali terjadi di Pangkalan Udara Kemayoran, Jakarta dan satu lagi terjadi di Pangkalan Udara Makassar, Sulawesi Selatan. Beruntung dalam tiga kecelakaan terakhir tidak terjadi korban jiwa.
“Menjadi pilot Penerbal memang banyak tantangannya karena kehidupan para pilotnya berada dalam situasi high risk. Kondisi itu sangat kami pahami maka latihan dan sikap disiplin dan teliti dalam menerbangkan menjadi sangat penting. Kami kemudian hanya berani terbang setelah menandatangani dokumen kelaikan terbang. Khsususnya untuk terbang malam,’’ tambah Dana.

RAT-52 Aircraft Torpedo
Bila Tu-16KS punya AS-1 Kennel untuk mengkaramkan kapal induk, maka Il-28T punya senjata pamungkas berupa torpedo RAT-52. Torpedo ini secara khusus dirancang untuk dilepaskan dari pesawat udara atau helikopter, dan pertama kali dirilis pada tahun 1952. RAT-52 punya diameter 450 mm dengan panjang 4 meter. Bobot ‘lontong baja’ ini mencapai 627 kg dengan hulu ledak seberat 200 kg. Sebagai pemandu, torpedo ini mengandalkan passive acoustic homing.
Il-28T Uni Soviet saat proses loading torpedo RAT-52
Il-28T Uni Soviet saat proses loading torpedo RAT-52
Torpedo Yu-2 buatan Cina
Torpedo Yu-2 buatan Cina

Torpedo dengan solid rocket ini dapat memburu sasaran dengan kecepatan maksimum 400 knots. Sementara jangkauan maksimumnya mencapai 10.000 meter. Sebagaimana sudah jadi tradisi, setiap produk andalan Uni Soviet selalu ‘dicontek’ oleh Cina. Dan jadilah Negera Tirai Bambu ini punya Yu-2 yang mulai diproduksi pada tahun awal tahun 70-an. Sebagai informasi, Cina juga membuat lisensi Il-28 yang diberi label H-5 buatan Harbin Aircraft Manufacturing. Bahkan H-5 menjadi versi Il-28 yang paling akhir mengudara, yaitu digunakan sampai tahun 2011.

The Bomber Armament
Pembom ini dibangun Uni Soviet pasca Perang Dunia Kedua, tepatnya pada tahun 1947 prototipe Il-28 diluncurkan dengan kemampuan membawa muatan bom seberat 3 ton pada kecepatan 800 km per jam. Il-28 dirancang untuk diawaki oleh 3 orang (pilot, navigator dan penembak senapan mesin/tail gunner). Khusus untuk penembak senapan mesin, posisin ya berada terpisah, yakni ada di ekor dalam kompartemen bertekanan. Sementara navigator yang juga berperan sebagai pengebom posisinya berada di dalam area kaca di hidung pesawat. Sebagai juru bombing, awak navigator dibekali dengan pembidik OPB-5 peninggalan Perang Dunia Kedua. Sementara posisi pilot duduk dibawah kanopi berbentuk gelembung. Kanopi dibuka menyamping dengan kaca yang punya kualifikasi mampu menahan terjangan proyektil.
Kembali ke juru tembak pada bagian ekor (tail gunner), kelengkapan senjata yang diandalkan adalah dua pucuk kanon Nudelman Suranov-23 NS kaliber 23 mm. Setiap pucuk dibekali dengan kapasitas 250 amunisi. Dalam beberapa operasi, keberadaan kanon ini dilepas untuk meringanka bobot pesawat. Tapi itu baru pertahanan dari sisi belakang, Il-28 nyatanya juga dibekali dua pucuk kanon kaliber 23 mm dengan laras sudut tetap, yakni posisinya ada kiri dan kanan, tepatnya dibawah hidung pesawat, dan langsung dioperasikan oleh pilot.
Deretan Il-28s milik AURI
Deretan Il-28s milik AURI
Bomb bay (bomb rack) Il-28
Bomb bay (bomb rack) Il-28

Sebagai pesawat pembom, Il-28 seperti halnya pembom berat legendaries Tu-16 Badger, juga dibekali dengan bomb bay (ruang khusus bom). Bomb bay terletak di bagian perut dengan penutup yang dapat dikendalikan secara hidrolik. Bomb bay dapat memuat bom dengan bobot total 3 ton. Bagian sayap juga bisa diberi cantolan empat bom, yang masing-masing berbobot 100 kg.
Dari segi desain, Il-28 terbilang unik, pasal sayap dan ekor dibagi secara horizontal melalui pusat sayap, sementara badan pesawat terbelah secara vertikal di centerline. Pola tersebut memudahkan dalam perakitan dan ekonomis dalam produksi, tapi berdampak pada peningkatan pada berat struktur pesawat.




kanon Nudelman Suranov-23 NS kaliber 23 mm
kanon Nudelman Suranov-23 NS kaliber 23 mm
Tail gunner dengan pintul palka di ekor pesawat
Tail gunner dengan pintul palka di ekor pesawat

Prototipe pertama Il-28 terbang perdana pada 8 Juli 1948. Pada penerbangan perdana Il-28 menggunakan mesin Rolls Royce Nene. Pengujuan perdana dilakukan oleh Vladimir Kokkinaki dan mampu terbang hingga kecepatan 833 km per jam. Kemudian pada 30 Desember 1948, meluncur prototipe kedua yang menggunakan mesin RD-45. Lewat beragam pertimbangan, akhirnya pada 14 Mei 1949, il-28 resmi diproduksi dalam jumlah missal untuk pesanan AU Uni Soviet dan sekutunya. Dalam versi resminya, Il-28 mengusung jenis mesin Klimov VK-1 Turbojet. Setelah resmi meluncur, Il-28 dipindahkan posisi radar navigasinya dari belakang pesawat ke area roda hidung.
Dalam hal keselamatan, pilot dan navigator duduk dalam kursi berpelontar, sementara nasib tail gunner agak sial, karena jika dalam keadaan darurat hanya bisa menyelamatkan diri menggunakan parasut dan keluar dari pintu di dasar lantai.(Gilang Perdana)
data-1 

Penyadapan AS-Australia, RI Perlu Bentuk Angkatan Keempat?

Ke depannya perang bukan semata-mata adu senjata.

Ilustrasi skema penyadapan oleh NSA
Ilustrasi skema penyadapan oleh NSA (spiegel.de)
Dengan berbagai isu penyadapan yang melanda pejabat teras dan operator telekomunikasi belakangan ini, Pemerintah Indonesia diusulkan untuk segera mengambil langkah sigap. 

Pakat telekomunikasi Institut Teknologi Bandung (ITB), Agung Harsoyo, Rabu 26 Febuari 2014 dalam keterangan tertulisnya mengatakan mengingat rentannya perang di dunia siber.

Ia berpendapat Indonesia perlu memiliki angkatan keempat, selain Angkatan Darat, Angkatan Laut dan Udara. Agung mencontohkan Amerika Serikat memiliki 5 Angkatan pertahanan, Darat, Udara, Laut, Antariksa, dan Cyber War, salah satu badan keamanan tersebut adalah National Security Agency (NSA).

"Pengamanan NSA meliputi komunikasi militer, diplomatik, serta komunikasi-komunikasi rahasia atau sensitif pemerintah. Lembaga ini memang dibentuk khusus untuk masalah ini,” kata Agung.

Sayangnya, tambah dia, pemerintahan belum melihat persoalan siber sebagai persoalan strategis. Padahal, ke depannya perang bukan semata-mata adu senjata, melainkan perang siber.

Ditambahkannya, Indonesia harus dapat mengambil pelajaran dari lumpuhnya Estonia, dikarenakan matinya pusat listrik nasional, dan hanya karena terserang hacker dari negara Rusia. 

"Akibat dari matinya listrik tersebut menyebabkan kekacauan seperti penjarahan, putusnya transportasi dan sebagainya. Kita harus menyadari bahwa  perang cyber tidak kalah dahsyatnya,” tambah dia.

Terkait dengan dugaan keterlibatan operator telekomunikasi Indonesia, Agung merasa yakin operator dalam negeri tidak terlibat dalam penyadapaan itu. Sebab menurutnya logika ini tak menguntungkan bisnis operator. 

Ia mengakui secara teknis, penyadap bisa memanfaatkan celah yang tak dalam kendalai operator. 

Untuk itu, Agung meminta pemerintah berkaca dari kasus penyadapan yang menimpa Kanselir Jerman Angela Merkel oleh AS. Kantor Federal untuk Keamanan Informasi Jerman telah mengembangkan sendiri software antisadap.
Para politikus dan pejabat tinggi Jerman nantinya hanya boleh memakai ponsel yang ditanami software antisadap.