Rabu, 19 Februari 2014

Kelebihan Helikopter Dauphin Made in Bandung


Helikopter Dauphin AS-365N3+ produksi PT Dirgantara Indonesia (PTDI) dan Eurocopter telah dipakai pasukan penjaga pantai Amerika Serikat (AS) atau US Coast Guard. Helikopter ini memiliki beberapa keunggulan daripada helikopter sejenis.

"Ini biasa dipakai US Coast Guard," kata Direktur Teknologi dan Pengembangan PTDI Andi Alisyahbana usai acara penyerahan heli Dauphin pesanan Basarnas di Lanudal Pondok Cabe Tangerang Selatan, Selasa (18/2/2014).

Dauphin merupakan heli kelas medium dengan bobot 5 ton yang diproduksi bersama PTDI dengan Eurocopter. Helikopter ini dilengkapi alat canggih berupa radar cuaca dan sensor infra merah atau Forward Looking Infrared Camera.

Dengan peralatan canggih tersebut, Heli Dauphin mampu terbang dalam cuaca buruk dan bisa terbang saat malam hari untuk melakukan evakuasi.


"Ini juga dipasang oleh kita. Ada Weather Radar atau radar cuaca. Lalu hoist, alat komunikasi ke kapal juga bisa. Nanti juga akan dipasang namanya forward looking infrared camera. Itu kamera infra merah yang bisa deteksi panas. Kalau malam dia nggak bisa liat manusia tapi tubuh manusia kalau masih ada di air, kan ada panas jadi dia bisa terdeteksi," jelasnya.

Helikopter Dauphin yang dibandrol seharga US$ 12 juta atau sekitar Rp 120 miliar ini memiliki kemampuan untuk terbang stabil di atas laut atau air saat melakukan evakuasi menggunakan tali atau peralatan hoist (pengerek). Selain itu, helikopter ini dilengkapi dengan roda sehingga bisa berjalan saat mendarat.

"Helikopter (jenis) Bell nggak ada roda. Ini pakai roda. Keuntungan roda. Dia bisa jalan," jelasnya.
 
MIA. 

China Merupakan Ancaman Utama Australia

 
Australia sejak beberapa dekade lalu menyatakan bahwa musuh mereka akan datang dari Utara, oleh karena itu design pertahanan Australia lebih fokus diarahkan ke Utara. Australia membangun Over the Horizon Radar, yang mampu memonitor beberapa ribu kilometer kearah Utara, melewati batas wilayah Indonesia. Walaupun akurasi radar ini tidak tinggi, dalam sebuah sistem pertahanan udara, prinsip early warning merupakan kebutuhan mutlak. Kini Australia memutuskan akan membeli alutsista berupa pesawat tanpa awak MQ-4C Triton untuk intai maritim. Pada PD-II, akibat kegagalan sistem early warning, Amerika Serikat menderita kerugian yang besar,  sekitar 20 kapal-kapal perang dan 188 pesawat terbangnya rusak atau hancur, dan tercatat korban meninggal  2.403  jiwa saat Pearl Harbour diserang oleh AL Jepang.
Dalam peristiwa aktual yang terjadi akhir-akhir ini, Australia melakukan penyadapan dalam operasi pulbaket tertutup (spionase) terhadap beberapa sumber penting di Indonesia. Australia menurut mantan agen NSA/CIA Edward Snowden tergabung dalam kelompok 5-Eyes bersama AS, Inggris, NZ dan Canada. Pertanyaannya, apakah Indonesia merupakan ancaman hingga disadap? Ternyata bukan. Setelah diteliti secara ilmiah, ancaman utama Australia adalah China. Sebuah laporan dari Australian Strategic Policy Institute (ASPI) yang dikeluarkan pada hari Kamis (13/2/2014) dan ditayangkan media Autralia Newscom, menyatakan bahwa risiko terbesar bagi keamanan Australia di masa depan adalah kombinasi dari pertumbuhan ekonomi yang menakutkan dari China dan kemungkinan penarikan peran AS dari kawasan Asia Timur.
Skenario ASPI menyatakan bahwa dimasa mendatang, Australia akan lebih rentan terhadap agresi asing dibandingkan bentuk-bentuk  ancaman sejak tahun 1942. Laporan yang ditulis oleh ekonom AS David Hale dengan judul "China's New Dream," menggambarkan keajaiban perekonomian China. Hale tidak menyebutkan China sebagai agresor penyerang, tetapi memberikan gambaran kekhawatirannya dengan pertumbuhan luar biasa dari China dan adanya kemauan untuk menggunakan kekuatan militer yang tumbuh untuk mencapai tujuan-tujuannya. Ditegaskan oleh Hale, “The re-emergence of China as a great power will be Australia’s greatest foreign policy challenge during the 21st century."
Munculnya kembali China sebagai kekuatan besar di dunia akan menjadi tantangan kebijakan luar negeri terbesar Australia pada abad ke-21. Menurutnya, Canberra harus hati-hati menyeimbangkan pertumbuhan  hubungan ekonomi antara Australia dengan China disamping tetap berjalannya aliansi tradisional dengan AS . Ancaman utama terhadap tindakan penyeimbangan ini akan muncul  jika muncul masalah fiskal, dan Amerika dipaksa untuk memangkas pengeluaran bidang pertahanan sehingga  terpaksa  menarik diri dari kawasan Asia Timur.
Hale mengatakan, bahwa satu-satunya negara Asia yang mampu mengimbangi pertumbuhan China adalah India, karena itu disamping hubungannya dengan AS dan China, sebaiknya harus Australia menjaga serta  memelihara hubungannya dengan India.
Sebagai dampak pertumbuhan perekonomiannya, anggaran pertahanan China terus meningkat, terbesar kedua setelah AS. Tahun 2000, China (USD 22,2 milyar), dibandingkan AS (USD 166,2 milyar), tahun 2012, China (USD 166,2 milyar), AS (USD 660 milyar).
Laporan juga menyebutkan, bahwa China membutuhkan lebih dari setengah produksi semikonduktor dunia dan menghasilkan 75 persen dari output global ponsel , 87 persen dari komputer pribadi dan 52 persen dari televisi berwarna. China merupakan mitra dagang terkemuka bagi 124 negara , dibandingkan dengan 76 yang dimiliki oleh AS. Investasi asing langsung ke China telah meningkat menjadi USD 832 milyar. Hanya tiga negara yang mampu menyainginya, yaitu  Amerika Serikat, Perancis dan Inggris yang memiliki nilai lebih.
Cadangan devisa China merupakan yang terbesar di dunia, pada tahun 2013 sebesar USD 3,7 trilyun. Dengan kekuatan perekonomian yang berdampak semakin menguatnya kekuatan pertahanan, China semakin berani bertindak. China menyatakan penerapan ADIZ (Air Defence Identification Zone) dikawasan Laut China Timur (LCT) dan kini sedang mempersiapkan pernyataan ADIZ ke kawasan Laut China Selatan (LCS). China memprovokasi kawasan LCS, mengklaim kepulauan Spratly dan Paracel,  juga memprovokasi perselisihan batas wilayah dengan Vietnam dan Filipina. Menurut Hale, resiko terbesar dari agresi China adalah terjadinya kecelakaan militer. Tindakan China dimasa mendatang bisa memprovokasi ketegangan dan menciptakan kekhawatiran timbulnya perang.
Dari perkembangan China tersebut, maka Australia disarankan agar lebih menyeimbangkan pola hubungan politik, ekonomi dan pertahanan dengan negara India, dan tidak hanya tergantung hanya dengan AS. Hubungan tradisional Australia-AS telah dibangun dalam beberapa dekade, dan para ahli strategi AS dan Australia justru kini mulai menyarankan membangun hubungan yang lebih erat dengan India. Pada waktu lalu, hubungan dengan India kurang baik, sebagai contoh, kini disaat Australia menginginkan pesawat F-22 untuk pertahanan dalam negerinya, AS tidak mengijinkan. AS hanya akan memberikan ijin pembelian pesawat tempur F-35. Para ahli pertahanan di Australia beberapa waktu lalu justru menyarankan, dario sisi kekuatan udara saja, dibandingkan dengan negaranya saja saja, kemampuan AU Australia berada dibawah Indonesia yang menggunakan Flanker Family. Belum lagi apabila dibandingkan dengan AU  China.
Mereka menyarankan agar Australia meniru India mengadopsi Flanker untuk meningkatkan kekuatan udaranya. Dalam perbandingan kekuatan udara kini, Australia jauh dibawah China, dan kesempatan penyeimbangan kiranya hanya akan didapat apabila bekerja sama dan meniru India. Australia akan bisa mendapatkan SU-35 yang merupakan pesawat masa depan, disamping peluang mendapatkan pesawat tempur  T-50 PAK-FA generasi kelima, hanya inilah peluangnya untuk mengimbangi China.
Nah, fokus Australia kini kepada China, tetapi bagaimana menyeimbangkan, membangun balance of power di kawasan? Saat ini hanya AS yang mampu, karena itu memang Australia harus realistis, juga dalam membangun hubungan dengan Indonesia sebagai negara yang selama ini dianggap sebagai bumpernya. Yang jelas Australia akan menjumpai kesulitan apabila AS terpaksa mengundurkan diri dari kawasan. Inilah kesimpulan terpenting bagi Australia.
Selain itu ada hal penting yang harus dipikirkan oleh Australia. Akan lebih rumit lagi bagi Australia, apabila dari hasil pemilu 2014, pemerintah Indonesia mendatang sangat erat hubungannya dengan China. Karena itu sebaiknya kini Australia berbaik-baik dengan Indonesia. Harus disadari posisi geografisnya kurang baik. Terkunci di Selatan. Karena itu memang bisa dimengerti, apabila Australia  berusaha keras  terus menyadap para pejabat, elit dan juga para capres Indonesia, untuk mengetahui cara berfikir serta posisi para pengambil keputusan. Nah, dengan kesimpulan penelitian ASPI, dan dikaitkan dengan analisis, kini Australia akan lebih khawatir  apabila ada capres Indonesia yang pro atau dibina oleh China, maka akan semakin terancam dan gundahlah negara kanguru ini. Apakah begitu?
Oleh : Prayitno Ramelan, www.ramalanintelijen.net

“Tutup Telkomsel dan Indosat, Jika Terbukti Bantu Penyadapan AS- Aussie”

Edward Snowden (ist)
Edward Snowden (ist)

Jika operator  telekomunikasi terbukti membantu secara aktif penyadapan ilegal, sesuai UU 36/1999, operator telekomunikasi bisa ditutup. Operator bisa didakwa menyalahgunakan kewenangan.
Pernyataan itu disampaikan Menkominfo Tifatul Sembiring, menanggapi  tudingan bahwa operator  telekomunikasi Telkomsel dan Indosat terlibat dalam tindak penyadapan yang dilakukan intelijen Amerika Serikat dan Australia.
Tudingan itu muncul setelah bocornya dokumen Badan Keamanan Nasional  Amerika Serikat (NSA) dan Direktorat Intelijen Australia  yang menyadap jutaan pelanggan Telkomsel dan Indosat.
Menurut Tifatul, saat ini sedang dilakukan investigasi terkait penyadapan itu. Jika operator telekomunikasi, BUMN atau swasta terbukti melanggar UU 36/1999, akan ditutup.
Diberitakan sebelumnya, New York Times dan Canberra Times membeberkan data terkait penyadapan yang dilakukan NSA dan Direktorat Intelijen Australia terhadap pelanggan Telkomsel. Data itu berdasarkan bocoran dari mantan agen CIA, Edward Snowden.
Menghadapi tudingan itu, pihak Telkomsel telah memberikan klarifikasi. VP Corporate Communication Telkomsel, Adita Irawati, menegaskan bahwa Telkomsel dalam operasionalnya selalu patuh terhadap semua perundang-undangan yang berlaku.

Latihan Perang China Lewati Selat Sunda, di Balik Protes Singapura?

1392436247436283194
Ilustrasi/ Admin (shutterstock)

Aksi provokativ tiga negara tetangga pada Indonesia adalah terstruktur dengan rapi dan satu komando. Tujuan ketiga negara itu dalam satu koridor kerjasama pertahanan yang saling mendukung sesuai piagam Commonwealth atau persemakmuran. Memang ada teori “kebetulan” dalam pandangan awam ketika Australia menggebah pencari suaka ke wilayah Indonesia. Atau munculnya sekoci berwarna oranye di perairan selatan, kemudian Singapura tiba tiba melakukan protes penamaan KRI Usman Harun. Bersahutan kemudian dengan pembakaran kapal nelayan asal Papua di perairan Papua New Guinea (PNG).
Setelah Malaysia gagal melakukan tugasnya dengan baik, tiga negara lain yang sesama bertuan pada Ratu Elisabeth di Buckingham mengambil alih. Yang menjadi pertanyaan dan seolah tidak terpikirkan oleh masyarakat Indonesia adalah,
” Apakah ada skenario kebetulan - kebetulan yang bukan merupakan sebuah kebetulan? “
Pertama, pemberian nama Kapal Perang Indonesia sebagai KRI Usman - Harun sebenarnya tidak seketika, perlu waktu dan sejak awal pembangunan kapal sudah dirumuskan. Lalu diputuskan tepatnya pada 12 Desember 2012 setelah melalui diskusi yang panjang. Singapura sebenarnya sejak awal juga sudah tahu, lalu mengapa mempermasalahkannya saat ini?
Kedua, Australia yang mengalami pergantian tampuk pimpinan, sejak Tony Abbott menjadi Perdana Menteri memang terlihat bertolak belakang dengan Kevin Rudd atau Julia Gillard. Namun Abbott tidak punya pilihan selain memainkan perannya, setidaknya sampai misi terselesaikan. Sampai jelas siapa yang menjadi koleganya di Jakarta.
Ketiga, PNG yang selama ini nyaris tidak pernah tercetak dalam berita di koran koran Indonesia, yang tidak ingin belahan barat Cendrawasih lebih makmur, hanya memainkan peran yang jadi bagian mereka. Kenapa mereka melakukan aksi yang sadis disaat sekarang?
Keempat, Indonesia sedang menjalani proses pergantian kepala negara dan akan menghadapi pemilu parlemen dalam tahun ini. Ini adalah tahun yang krusial dan menentukan bagi Indonesia dan kawasan. Pemimpin Indonesia terpilih adalah yang paling “berkuasa dan menentukan” di Asia Tenggara serta berpengaruh di Asia Pasifik, situasi politik Indonesia akan menjadi hitungan kebijakan politik luar negeri setiap pemerintahan, khususnya kawasan Pasifik. Sekali lagi… ini bukan narsisme, ini adalah kenyataan tentang bagaimana dunia memandang posisi Indonesia sejak jaman Bung Karno.

Sekali dayung, dua tiga pulau terlampaui.
Amat disayangkan jika nama Usman - Harun dipandang sebagai masalah ketidaknyamanan Singapura pada Indonesia. Demikian pula dengan pelecehan oleh Australia atas teritorial Indonesia hanya sebatas Aussie versus RI karena imigran gelap semata. Atau aksi barbar PNG pada nelayan kita hanyalah pelanggaran batas laut dalam kebetulan yang bersamaan?. Tidak..!
Ada pola yang tidak terdeteksi umum, sebab kita diarahkan agar melihat masalah dengan setiap negara itu adalah hitam putih, berdiri sendiri dan masing masing. Padahal, kita harusnya bersikap kritis dan jeli dalam memantau perkembangan negara ini dan kaitannya dengan hubungan antarbangsa. Kepentingan blok blok global atas keberadaan Indonesia sering tidak menjadi bagian analisis awal, sehingga kita hampir selalu terlambat bereaksi dan menentukan posisi.
Singapura, Australia dan PNG serta Malaysia bekerja dalam irama yang sama dan terpola dengan baik dalam satu dirigen orkestra. Tujuannya adalah memastikan beberapa hal yang ingin diketahui dan dipastikan sesuai keinginan dengan memanfaatkan momentum poin keempat tadi ( pemilu 2014 ). Apa saja tujuannya?
1. Memancing informasi kekuatan Militer Indonesia sesunggunya.
Data yang dikumpulkan secara berkesimbungan oleh AS, Singapura, Malaysia hingga Australia NewZealand (ANZ) dianggap tidak presisi. Ada perbedaan antara anggaran yang minim, jumlah Alutsista dengan daya tempur TNI yang dipantau. Dukungan dana dan teknologi persenjataan yang minimal berbanding terbalik dengan daya pukul TNI. Militer Indonesia selama ini dianggap masih misterius oleh kekuatan utama dunia.
Seperti juga militer negara lain, memang seperti itulah seharusnya TNI menjaga kerahasiaan kekuatannya. Namun, misteri kekuatan militer Indonesia dianggap lebih penting untuk diukur karena faktor sejarah penggagas Non Blok yang disandangnya.
Australia yang selalu mengarahkan matanya pada militer Indonesia sering merasa tertipu ketika melihat kemampuan para prajurit TNI. Malaysia sendiri harus merasakan malu ketika manuver kapal TLDM di laut Ambalat terusir bukan saja oleh KRI yang lebih kecil, tetapi oleh keberadaan dua prajurit marinir di anjungan kapal mereka. Entah bagaimana keduanya bisa naik dan entah sejak kapan, tetapi keduanya sukses memaksa kapal TLDM berbalik arah meninggalkan Ambalat.
Dengan provokasi ini diharapkan akan muncul banyak informasi tentang jumlah kekuatan tentara indonesia dan persenjataannya secara resmi baik di media media terpercaya maupun dari pihak Indonesia sendiri. Daya gertak TNI tidak sehebat China atau Iran , namun disinilah letak rasa penasaran para tetangga kita.
2. Memancing reaksi sahabat lama.
Singapura sukses jalankan misinya, setidaknya saat ini karena Rusia muncul ke permukaan dalam memandang masalah yang dianggap cukup hangat. Indonesia mungkin tidak berminat berperang dengan Singapura, namun Rusia memandang perlu memberi sinyal bantuan jika sesuatu berjalan tidak kondusif. Kemunculan Rusia ini tidak biasa dan bukan hal gegabah, karena si beruang merah cenderung menjauh selama Orde Baru dan menjaga jarak selama SBY berkuasa. Moskow sengaja menanggapi keusilan Singapura, namun mereka juga memberi pesan jelas akan posisinya yang melihat pola satu komando pada kelakuan PNG dan Australia.
Bukan berarti Rusia terjebak pada permainan Singapura, melainkan permainan selanjutnya, yang lebih panas sedang menjadi sasaran Rusia, yaitu Indonesia tidak akan dibiarkan seperti Mesir atau Suriah. Artinya, pesan jelas Rusia ditujukan bagi “dirigen” kuartet (Malaysia, Singapura, PNG dan Australia), agar tidak mencoba memaksakan pemimpin sesuai pilihan mereka di Indonesia seperti yang sudah mereka lakukan di Mesir atau coba paksakan di Suriah.
3. Pemimpin pesanan sang Dirijen.
Indonesia diharapkan memilih pemimpin yang sesuai selera adidaya, seseorang yang berpihak pada kelangsungan hidup sekutunya di kawasan. Singapura yang kecil tidak akan bisa hidup makmur jika Indonesia tidak memberi keistimewaan, demikian pula Australia apalagi hegemoni Amerika akan jauh surut tanpa Indonesia. Penting juga diketahui posisi tentara indonesia akan berpihak kemana kepada siapa dalam hal sengketa dengan China soal Laut China Selatan.
Semua kepentingan di atas butuh seseorang yang sesuai keinginan dan menguntungkan sang Adidaya, dan itu adalah seseorang yang sebaiknya mirip SBY atau Pak Harto. Meski dari kalangan militer, bahkan keduanya adalah Jenderal, namun mereka adalah anak emas yang tidak segan tunduk pada Amerika. Amerika sangat tidak menyukai pemimpin yang idealis seperti Gusdur atau Megawati apalagi Soekarno yang Non Blok.
Kriteria presiden Indonesia yang diinginkan oleh Washington adalah latar belakang pengusaha atau militer, idealisme liberal, dan bukan nasionalis Sukarnois atau Islamis. Singapura sangat inginkan sosok Prabowo atau Wiranto yang memimpin Indonesia, keduanya adalah sahabat dekat Singapura.
Gangguan gangguan yang bernuansa kekerasan dan militer tiga negara tetangga itu ditujukan untuk memberi gambaran potensi perang Indonesia. Dalam keadaan kondisi geopolitik kawasan yang tegang, diharapkan rakyat Indonesia memilih pemimpin dari kalangan militer. Apa yang dilakukan oleh Singapura, PNG dan Australia adalah provokasi untuk menggiring opini bahwa Indonesia kini dan kedepan masih butuh presiden dari kalangan militer.
4.  Laut China Selatan.
Beberapa hari yang lalu, China melakukan latihan perang di wilayah perairan internasional yang dekat dengan Pulau Christmas setelah melintasi Selat Sunda. Pihak Australia pun mengakui hal tersebut seperti diberitakan Sidney Morning Herald, Kamis (13/2/2014).
13924319521829184441
AL China/okezone.com

Apa yang dilakukan China di laut selatan Jawa itu adalah legal menurut hukum Internasional karena latihan berlangsung di perairan internasional. Selain itu latihan mereka hanya bentuk manuver dan membidik tetapi tidak menggunakan amunisi persenjataan. Namun tindakan China ini disinyalir untuk menunjukkan kekuatan angkatan lautnya kepada dunia internasional. Dan itu semua dilakukan di tengah kebijakan pertahanan Australia lebih banyak berfokus kepada Indonesia dan kekuatan lain di Asia Timur.
Hal ini semakin menarik ketika posisi Indonesia yang tidak memihak pada konflik laut sengketa di Laut China Selatan, sementara China selalu mengingatkan dukungannya pada Indonesia terkait Papua. Kampanye kekuatan armada China memang tidak hanya ditujukan kepada Australia tetapi juga kepada wilayah Asia Pasifik secara keseluruhan. Ini juga termasuk memberikan pesan kepada Amerika Serikat (AS) dan India, bahwa kedua negara itu tidak bisa memblokir jalur laut yang vital melalui Selat Malaka.
Langkah China dianggap mendapat ijin restu dari Indonesia sebagai pemilik alur laut [ALKI] menuju perairan Samudera Hindia yang menjadi prioritas strategis baru mereka. Hal ini sekaligus menunjukkan kesiapan China dalam mengerahkan militer untuk melindungi kepentingannya di wilayah tenggara bila dibutuhkan. Termasuk membantu kepentingan geopolitik bersama Rusia di Indonesia khususnya.
China sebagai pemain utama baru yang menandingi dominasi Amerika perlu terus meningkatkan kekuatan di Asia dan secara global. Indonesia perlu melihat tindakan China, tanggapan Dubes Rusia dan provokasi tiga negara sebagai bentuk tarik menarik “perhatian” Indonesia sebagai negara seksi nan besar. Keberpihakan pemimpin yang akan dipilih, menakar kekuatan militer sesungguhnya, siapa pembela Indonesia selain Rusia hingga mengarahkan opini pemilih adalah “sekali dayung, dua tiga pula terlampaui”. Itulah tujuan keusilan tiga negara tetangga tadi.
Mentalitas kita yang inferior sering menghambat rasa percaya diri, sehingga terjebak pada pemikiran bahwa masalah yang terjadi dengan negara tetangga hanyalah masalah antar dua negara (bilateral). Kita tidak terbiasa berpikir dan mencantumkan analisa betapa kita disegani dan ditakuti oleh pihak asing. Ini bukan bentuk narsisme, bukan pula superioritas, tetapi bentuk penghargaan dan rasa percaya pada diri sendiri.
Adakah kita mau terjebak permainan negara tetangga itu dengan mengumbar keinginan perang karena amarah? Atau kita mengikuti keinginan mereka dengan tergiring opini agar memilih pemimpin dari kalangan militer karena menganggap situasi tidak kondusif? Itu semua ditangan anda .
=Sachs™=

TNI Siapkan Satgas Komposit Konga XXXV-B ke Darfur


TNI Siapkan Satgas Komposit Konga XXXV-B ke Darfur
Tentara Nasional Indonesia (TNI) kembali menyiapkan Satuan Tugas (Satgas) Batalyon Komposit TNI Kontingen Garuda (Konga) XXXV-B/UNAMID (United Nations Mission In Darfur) yang akan bertugas sebagai pasukan pemelihara perdamaian Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) selama satu tahun di wilayah Darfur-Sudan.

 Upacara pembukaan Latihan Penyiapan Satgas Batalyon Komposit TNI Konga XXXV-B/UNAMID digelar dalam suatu upacara militer, dengan Inspektur Upacara Asisten Operasi (Asops) Panglima TNI Mayjen TNI Ridwan, di Bukit Santi Dharma PMPP (Pusat Misi Pemeliharaan Perdamaian), Sentul-Bogor, Selasa (18/2/2014).

 Asops Panglima TNI dalam amanatnya menyampaikan bahwa, partisipasi prajurit TNI dalam misi pemeliharaan perdamaian PBB merupakan kesempatan sekaligus tantangan bagi TNI untuk menunjukkan perannya di dunia internasional. "Berdasarkan permintaan dari PBB dalam upaya pemeliharaan perdamaian di wilayah Darfur, TNI menyiapkan Satgas Batalyon Komposit TNI Konga XXXV-B/UNAMID dengan kekuatan 800 personel TNI, 24 Panser ANOA 6x6, 30 Truk dan 34 Jeep", ujarnya.

 Lebih lanjut Mayjen TNI Ridwan mengatakan, materi latihan yang akan didapatkan meliputi materi umum berupa CPTM (Core Pre Deployment Training), materi teknis, materi pendukung dan beberapa materi aplikasi yang dirancang khusus guna mendukung kelancaran pelaksanaan tugas. "Personel Satgas harus memahami karakterisitik wilayah Darfur yang tentu saja berbeda dengan negara kita, baik dari sudut geografis, demografis maupun kondisi sosial budayanya", katanya.

 Sebelum mengakhiri amanatnya, Asops Panglima TNI memberikan beberapa penekanan kepada seluruh anggota Satgas, diantaranya : Pertama, meningkatkan iman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa agar senantiasa mendapat perlindungan-Nya dalam setiap pelaksanaan tugas. Kedua, melaksanakan latihan ini dengan penuh rasa tanggung jawab, kesungguhan, dedikasi dan disiplin yang tinggi sehingga mendapatkan hasil yang optimal. Ketiga, memperhatikan faktor keamanan dan keselamatan selama pelaksanaan latihan, baik personel dan materiil.

 Usai upacara pembukaan, Asops Panglima TNI Mayjen TNI Ridwan didampingi Komandan PMPP TNI Brigjen TNI A.M. Putranto, S.Sos, meninjau perlengkapan Satgas.  Rencana penempatan Satgas Konga XXXV-B/UNAMID di wilayah Darfur-Sudan, yaitu : di El Geneina (3 Kompi + HQ/Head Quarter) dan di Masteri (1 Kompi) yang berbatasan dengan negara Chad.

TNI. 

Singapura Larang KRI Usman Harun Melintas

kri-usman-harun-140210c
KRI Usman Harun 359, KRI John Lie 358 dan KRI Bung Tomo 357 (photo: TNI AL)

Singapura melarang KRI Usman Harun melintas di wilayah mereka. Pernyataan ini tegas disampaikan Menteri Pertahanan Singapura Ng Eng Hen. Apa jawaban Indonesia?. “Ya biar saja,” kata Menko Polhukam Djoko Suyanto saat dikonfirmasi detikcom, Selasa (18/2/2014).
Djoko enggan berpolemik soal itu. Dia sendiri heran mengapa soal KRI Usman Harun dipersoalkan. Kapalnya saja masih dibuat di Inggris.
“Kapalnya saja belum datang kok ribut. Lagian siapa yang bilang mau bawa kapal itu ke Singapura? Aya aya wae,” tambah Djoko.
Sebelumnya, seperti dilansir kantor berita AFP, Selasa (18/2/2014), Menteri Pertahanan Singapura Ng Eng Hen mengatakan , KRI Usman Harun akan dilarang masuk ke pelabuhan-pelabuhan dan pangkalan-pangkalan Angkatan Laut Singapura.
“Singapura tak akan mengizinkan kapal militer bernama Usman Harun ini untuk meminta masuk ke pelabuhan-pelabuhan dan pangkapan-pangkalan Angkatan Laut,” tutur Ng dalam pidatonya di depan parlemen Singapura.
Ditambahkan Ng, militer Singapura alias SAF juga tak akan bisa melakukan latihan bersama kapal militer Indonesia itu.
“Mustahil bagi SAF (Singapore Armed Forces) sebagai pelindung negara ini untuk berlayar berdampingan atau melakukan latihan bersama kapal ini,” imbuhnya.
Dalam pidatonya yang emosional, Ng menyatakan bahwa Kementerian Pertahanan dan SAF kecewa atas penamaan Usman Harun tersebut. Dikatakannya, meskipun tanpa maksud buruk, penamaan menggunakan nama dua pengebom tersebut tak akan bisa membangun hubungan baik kedua negara.
Ditandaskan pejabat tinggi Singapura itu, keberadaan KRI Usman Harun di lautan akan menjadi pengingat agresi militer dan kejahatan keji yang dilakukan kedua marinir Indonesia itu, yang menewaskan dan merusak kehidupan warga sipil tak bersalah dan keluarga mereka di Singapura.
Reaksi Singapura ini terkait dengan rencana TNI Angkatan Laut memberi nama Usman-Harun untuk kapal perangnya. Usman dan Harun merupakan dua pahlawan nasional Indonesia berdasarkan Surat Keputusan Presiden 050/TK/1968.
Usman bin Said dan Harun bin Muhammad Ali adalah prajurit KKO (kini Korps Marinir TNI AL) yang dihukum mati Singapura karena mengebom gedung perkantoran di kawasan Orchard, MacDonald House pada 10 Maret 1965 silam. Serangan itu menewaskan tiga orang dan melukai 33 orang lainnya. (detik.com)

Rahasia Alutsista Indonesia 2014


Rudal Krypton Kh-31 diusung Fighter Sukhoi Indonesia (photo: FB Jiwa Merah Putih)
Rudal Krypton Kh-31 diusung Fighter Sukhoi Indonesia (photo: FB Jiwa Merah Putih)

Perdebatan kiblat dari pembelian alutsista militer selama ini, menarik untuk dicermati. Kalau ditelaah semenjak kejadian embargo oleh USA dan konco-konconya tahun 1999 sampai 2004, sepertinya sudah menjadi pengalaman pahit dan berharga bagi TNI. Seperti kita semua tahu selama 30 tahun berkuasa Pak Harto selalu berkiblat ke blok barat dalam hal pengadaan alutsista. Yang berdatangan pun boleh dibilang alakadarnya mulai pemaksaan pemakaian F.86 Sabre dan T.33 ex RAAF medio tahun 1970-an sampai penjatahan jenis, spesifikasi dan jumlah unit yang bisa dibeli dalam medio 1980-an.
Pada akhirnya pewaris tahta alias presiden-presiden kita selanjutnya mengalami betul yang namanya pelecehan yang diakibatkan rendahnya daya gedor alutsista kita. Puncaknya adalah pelecehan paling parah di ambalat yang dilakukan oleh sonora.

Kita Marah ?
Ya, kita rakyat Indonesia tentu marah dan Pak SBY geram betul tapi beliau sadar, kalau kekuatan alutsista TNI kita saat itu masih tertinggal jauh dari negara-negara tetangga yang sok jaguh. Sejumlah langkah beliau lakukan dalam langkah penguatan alutsista TNI. Selain kontrak-kontrak warisan penguasa sebelumnya yaitu pengadaan 4 buah korvet SIGMA, pengadaan 4 unit LPD kelas Banjarmasin, pembelian beberapa unit pesawat latih KT-1 B Wong bee yang di dalamnya ada skema hibah beberapa unit LVT 7 (landing Vehicle Tank) dari Korea Selatan untuk Marinir TNI AL, Pembelian beberapa unit baterai peluncur roket RM 70 Grad dari Ceko, pembelian beberapa Helicopter Colibri untuk TNI AU dan TNI AL, Rudal QW 3 dari China dan beberapa kontrak pembelian lain, maka diperlukan juga pembelian alutsista strategis yang lebih gahar dari blok timur yaitu blok sahabat lama yang kemungkinan mengembargo kita kedepannya kecil sekali, antara lain :

1. Kontrak pengadaan Alutsista berupa fasilitas kredit senilai 1 miliar dolar tahun 2007 (seperti yang diumbar kemedia massa) dari RUSIA, yang digunakan untuk membeli 3 Sukhoi 27 SKM dan 3 Sukhoi 30 MK2 senilai $ 300 juta (untuk melengkapi 4 unit Sukhoi kita yang dipesan tahun 2003) dan $ 700 juta lainnya digunakan untuk membeli 2 unit kapal selam kelas Kilo.
Apakah Indonesia hanya mengajukan fasilitas kredit senilai 1 miliar dolar kepada Rusia ? Menurut saya jawabannya tidak, alias Indonesia mengajukan fasilitas kredit dengan nilai lebih dari 1 miliar dolar.
Kenapa ? Karena pada tahun setelahnya mulai berdatangan alutsista dari RUSIA selain dua yang disebut di atas. Mulai dari beberapa unit Helicopter Mi 35 Hind E dan Hind P dan beberapa unit Helicopter Mi 17 buat TNI AD. Beberapa unit Panser BTR 80 buat Marinir TNI AL, 17 unit Tank BMP 3F buat marinir TNI AL, pembelian beberapa rudal termasuk rudal yakhont (ini yang dipublish dan diperlihatkan barangnya ke publik walaupun tidak dirilis berapa unit sebenarnya yang dibeli).
Kalau begitu ada kemungkinan dong saat itu kita pesan Sukhoi lebih dari enam unit ? Atau berarti dua Kapal Selam Kilo yang dulu kita pesan itu, sekarang sudah menyelam jalan-jalan dong di perairan kita ?.
Benar, bisa jadi seperti itu. jumlah Sukhoi kita sesungguhnya adalah lebih dari 16 unit. (tidak seperti yang dipublish) kenapa, karena sukhoi kita ini termasuk alutsista yang sangat strategis sampai-sampai rudal-rudalnya saja, baru dimunculkan secara resmi saat latihan Angkasa Yudha 2013.
Begitupun dengan KS Kilo dua unit, pastinya sudah berkeliaran di perairan nusantara kita.
Sebagai bahan analisa saja, kenapa Sukhoi datangnya masih dibungkus dan diangkut pakai pesawat Antonov Rusia dan dirakit di sini ?
Kenapa tidak terbang ferry saja dari negara pembuat ke Indonesia macam T. 50 I atau F. 16 zaman tahun 1989-1990 dulu. Kalau jaraknya jauh ya memang tidak masuk dilogika juga, secara Super Tucano saja yang jarak Brazil ke Indonesia lebih jauh tetap terbang ferry.
Seperti berita yang saya kutip. “karena sesuai amanat UU Kebebasan Informasi Publik, Mengenai tudingan Indonesian Corruption Watch (ICW) soal pemerintah yang tidak transparan soal pengadaan alutsista, Andi mengatakan berdasarkan UU proses pembelian senjata termasuk hal yang dikecualikan”.
Andi menambahkan, “Dalam UU Kebebasan Informasi Publik proses pengadaan senjata memang termasuk dalam hal-hal yang dikecualikan. Kementerian Pertahanan tidak wajib mempublikasikan, bahkan harus menerapkan prinsip kehati-hatian.
Apalagi Sukhoi dan KS Kilo merupakan produk buatan blok timur, yang notabene gampang banget dijaga kerahasiaannya karena kita sudah mempunyai perjanjian kerjasama militer dengan Rusia. Berbeda dengan produk buatan blok barat yang walaupun sudah kita jaga kerahasiaannya, tetap saja ketahuan (malahan kita ditertawai) karena negara calon musuh kita seperti Sonotan tinggal tanya doang ke negara pembuatnya.
Makanya tahun 2012, sebelum latihan “Pitch Black” Kepala Staf RAAF sampai datang langsung ke sarang Thunder di Hasanuddin, untuk memeriksa dan menghitung satu-satu sukhoi kita. Ada berapa sih ?. Dan alhamdulilah yang dipajang di apron dan hanggar tetap 10 unit dan yang dikirim buat latihan cuma 4 (empat) unit.
Soalnya menurut data intelejen mereka, sukhoi TNI AU termasuk 6 biji yang dipesan tahun 2011 dan diterima 2013, jumlahnya total ada 24 biji. Makanya meraka mati-matian menyadap kita karena ingin memperoleh informasi akurat tentang alutsista apa saja yang sudah dibeli dan jumlahnya dari Rusia.
Begitupun dengan Kapal Selam Kilo sudah berapa banyak pemberitaan media luar dari tetangga-tetangga kita yang mengkonfirmasikan keberadaan “mahluk halus” Hiu Kencana itu. Makanya atas dasar inilah mereka mati-matian, melakukan penyadapan lebih intensif kepada indonesia.

Presiden SBY memandangi model kapal selam Kilo Rusia (photo: setneg)
Presiden SBY memandangi model kapal selam Kilo Rusia (photo: setneg)

2. Pembantukan dan pelaksanaan program Minimum Essential Force (MEF) mulai dari tahap I sampai III.
Di sini jelas sekali dalam memenuhi kekuatan minimum tersebut Indonesia memainkan peran cantiknya sebagai negara non blok dengan baik. Berbagai macam alutsista dari Blok Barat dan Blok Timur dibeli dan dipublikasikan kepada masyarakat umum. Antara lain :

Blok Barat :
- Pembelian 6 unit F. 16 Block 60 / berubah menjadi hibah 24 unit F. 16 Block 25 (upgrade Block 32++) + 4 unit F.16 Block 25 sebagai cadangan sparepart dan 2 unit F. 16 Block 15 OCU cadangan sparepart (sepertinya ini diupgrade juga).
- Pembelian 16 unit T. 50 I dari korsel, disertai skema hibah beberapa unit LVT 7 (landing Vehicle Tank) buat marinir dan beberapa unit F.5 tiger II untuk TNI AU (belum jelas diambil atau tidak walaupun ada berita TNI AU menolak karena tidak sesuai).
- Pembelian 16 unit Super Tucano dari EMBRAER Brazil.
- Pembelian 18 unit Pesawat Latih G 120tp Grob dari Jerman.
- Pembelian beberapa unit UAV Searcher II dan Heron dari Israel (dibeli melalui perusahaan yang berdomisili di Filipina)
- Pembelian 9 unit pesawat angkut ringan CN. 295.
- Pembelian 9 unit pesawat angkut C. 130 Hercules ex RAAF (4 biji hibah/retrofit + 5 biji beli dengan harga murah).
- Pembelian 6 unit Helicopter EC 725 Cougar.
- Pembelian 2 unit Fregat Sigma 10514.
- Pembelian 3 unit Fregat kelas Nakhoda Ragam.
- Pembelian 3 unit KS Changbogo
- Pembelian MBT Leopard
- Pembelian Medium Tank Marder
- Pembelian beberapa baterai RM 70 Grad
- Pembelian 36 unit Astros II
- Pembelian 8 AH-64 E Apache
- Pembelian beberapa rudal seperti Helfire II, AIM-120, AIM-9, starstreak II, Exocet dan lain-lain.

Helikopter Serang AH-64E Apache (photo: boeing)
Helikopter Serang AH-64E Apache (photo: boeing)

Blok Timur :
- Pembelian 6 unit Sukhoi 30 MK2
- Pembelian 37 Tank BMP 3F
- Pembelian beberapa unit panser amphibi BTR 80A
- Pembelian 55 unit BTR 4 dari Ukraina
- Pembelian rudal C. 802 dan C.705 dari China

btr4-irak
BTR 4

Selain pembelian berbagai jenis alutsista tersebut, dalam MEF I Indonesia juga memperkuat militernya dengan berbagai macam jenis alutsista buatan dalam negeri, antara lain :
- Pembelian Panser Anoa
- Pembelian Panser Komodo
- Pembelian 35 unit heli Bell 412 EP
- Pembelian 3 unit CN. 235 Patmar
- Pengadaan beberapa unit KCR 40
- Pengadaan beberapa unit KCR 60
- Pengadaan beberapa unit perusak Trimaran kelas Klewang
- Pengadaan 2 unit kapal bantu cair minyak
- Pengadaan kapal LST untuk Leopard
- Pengadaan beberapa unit kapal Patroli buatan fasharkan TNI AL
Daftar belanja diatas adalah daftar belanja MEF I yang dipublish oleh Kementerian Pertahanan untuk konsumsi masyarakat Indonesia, sedang daftar belanja yang tidak dipublish tentunya ada (terutama dari Blok Timur), dan biarlah tetap menjadi rahasia sampai nanti pada saatnya akan terbongkar dengan sendirinya. (contoh kasus operasi Alpha pengadaan A.4 Skyhawk dari Israel).
Sebelum berakhirnya MEF pertama, dengan dana pengadaan alutsista yang masih tersisa, Indonesia kembali mendapat tawaran hibah alutsista strategis berupa beberapa kapal selam, fregat sampai destroyer dari Rusia. Dan atas tawaran itu pihak Kementerian Pertahanan dan TNI telah memberangkatkan tim untuk mengevaluasi tawaran menarik ini.
Selain itu tidak lupa pembelian Sukhoi 35 dan tentu saja sistem pertahanan jarak menengah jauh yang saat ini sedang digodok oleh kemenhan.
Mengenai ToT percayalah selain dengan Korea Selatan, sesungguhnya Indonesia juga menjajaki ToT dengan beberapa negara lain terutama dengan Rusia. Kemenhan pun telah mempunyai rencana Plan B apabila pengerjaan rencana Plan A itu gatot, demi kemandirian bangsa ini berswasembada alutsista sendiri.
Pada akhirnya kita berharap bahwa apa yang telah dilakukan oleh pemimpin kita saat ini, dapat dilanjutkan kembali oleh pemimpin kita yang terpilih selanjutnya nanti. Mudah-mudahan saja pemimpin kita nanti itu tetap sekuat tenaga melanjutkan program penguatan alutsista TNI ini sampai pada renstra III jikalau perlu sampai selamanya. (written by pocong syereem).