Minggu, 16 Februari 2014

Indonesia dan China Sasaran Utama Penyadapan di Asia

Intel AS punya fasilitas penyadapan di Australia.

Ilustrasi skema penyadapan oleh NSA
Ilustrasi skema penyadapan oleh NSA (spiegel.de)
Amerika Serikat dilaporkan membangun fasilitas penyadapan canggih di wilayah Australia. Di tempat ini, bekerja sama dengan intel Australia, AS memantau percakapan para petinggi negara-negara di Asia.

Hal ini terbongkar dalam bocoran dokumen badan intel AS, National Security Agency (NSA), oleh Edward Snowden kepada New York Times, 15 Februari 2014. Dikatakan bahwa NSA dan intel Australia Signals Directorate (ASD) membangun fasilitas intelijen di Alice Spring, Australia.

Setengah dari personelnya adalah agen NSA dari Amerika. Kebanyakan kolaborasi intel kedua negara ini fokus pada penyadapan di Asia. Disebutkan bahwa sasaran utama mereka adalah Indonesia dan China.

Untuk Indonesia, disebutkan bahwa NSA telah menyerahkan pada ASD data dalam jumlah besar milik Indosat, untuk menyadap komunikasi pelanggan operator selular itu, termasuk komunikasi para pejabat di sejumlah kementerian di Indonesia.

Selain itu, NSA juga menghibahkan hampir 1,8 juta kunci enskripsi induk yang digunakan operator selular Telkomsel untuk melindungi percakapan pribadi dari pelanggannya. Intelijen Australia juga membongkar semua enskripsi yang dilakukan Telkomsel.

Pada ulasan NYT kemarin, disebutkan bahwa ASD dan NSA telah menyadap percakapan bisnis antara pemerintah Indonesia dan perusahaan AS terkait sengketa dagang rokok dan udang.
Di fasilitas Alice Spring ini juga, dalam memo tahun 2003 disebutkan bahwa intel AS telah memandu agen Australia untuk membongkar enskripsi data milik tentara Papua Nugini.

Indonesia dikatakan menjadi sasaran intel Australia sejak pengeboman di Bali tahun 2002, yang menewaskan 202 orang, 88 di antaranya turis Negeri Kangguru. Negara lainnya yang jadi sasaran ASD adalah Thailand, Vietnam, Malaysia, Timor Leste dan Papua Nugini.

Sementara itu China adalah salah satu negara paling kuat di Asia, baik dari ekonomi dan pertahanan, tidak heran jadi sasaran utama penyadapan. NSA disebut-sebut takut sekali jika isi penyadapan mereka ke China dibocorkan oleh Snowden.

Washington Post tahun lalu mengutip Snowden yang mengatakan bahwa NSA menyadap fasilitas sipil di Hong Kong dan China daratan, namun tidak menyebutkan isi dokumennya.

Telkomsel dan Indosat Soal Penyadapan: Kami Selalu Patuhi UU

AS dan Australia lakukan penyadapan massal pada jaringan komunikasi RI

Skema penyadan oleh NSA
Skema penyadan oleh NSA (spiegel.de)
Telkomsel dan Indosat menegaskan telah menerapkan sistem serta pengamanan jaringan dan IT yang sesuai dengan standar internasional.

Sebelumnya Badan Keamanan Nasional AS (NSA) dan Direktorat Intelejen Australia ternyata menyadap komunikasi lewat telepon seluler yang digunakan pelanggan dari operator telekomunikasi di Indonesia. 

Media di Australia hari ini memuat informasi dari koran New York Times soal bocoran dokumen rahasia dari Edward Snowden.

Informasi itu juga membantah klaim pihak intelijen Australia yang selama ini mengaku hanya menyasar terduga teroris dan tokoh politik penting di Indonesia.

Dokumen Snowden menunjukkan bahwa dinas spionase elektronik Australia melakukan penyadapan secara massal terhadap jaringan komunikasi dan pengumpulan data yang dilakukan oleh penyedia layanan seluler di Indonesia.

Media di Australia termasuk Brisbane Times dan Canberra Times mengulas bahwa berdasarkan dokumen NSA tahun 2012, Australian Signals Directorate, lembaga intelijen siber di Negeri Kanguru, telah  mengakses data dalam jumlah besar dari Indosat, untuk menyadap komunikasi pelanggan operator selular itu, termasuk komunikasi para pejabat di sejumlah kementerian di Indonesia.

Dokumen lain yang diperoleh menunjukkan bahwa pada tahun 2013, Australian Signals Directorate mendapatkan hampir 1,8 juta kunci enskripsi induk yang digunakan oleh operator selular Telkomsel untuk melindungi percakapan pribadi dari pelanggannya.

Adita Irawati, VP Corporate Communications Telkomsel, menegaskan pihaknya selalu mematuhi semua perundang-undangan yang berlaku.

Telkomsel merujuk Permen Kominfo No.11/2006 mengenai Lawful Interception atau Penyadapan Informasi secara sah, sebagai bagian dari proses penyelidikan, penyidikan, penuntutan dan peradilan terhadap suatu tindak pidana.

"Kami tidak pernah melakukan penyadapan tanpa adanya surat resmi dari 5 instansi pemerintah. Kami selalu menaati peraturan dan ketentuan yang ada. Semua peralatan kami juga telah sesuai dengan standart internasional yang berlaku," ujar Adira saat dihubungi VIVAnews, Minggu 16 Februari 2014.

Adita menuturkan, dalam rangka pelaksanaan amanat Peraturan Menteri itu, Telkomsel telah menandatangani nota kesepahaman dengan penegak hukum yang sah sesuai Permen itu dan dalam pelaksanannya selalu patuh (comply) pada ketentuan peraturan yang berlaku.

"Intinya, kami kembalikan ke peraturan khusus penyadapan yang sudah diatur UU," kata dia.

Sementara itu, Alexander Rusli, President Director & CEO Indosat, mengatakan Indosat mendukung komitmen manajemen antara lain melalui tata laksana kebijakan dan pengendalian operasional dalam bentuk penerapan sistem manajemen standard ISO 27001 (Information Security Management) dan ISO 31000(Risk Management) yang juga menyangkut audit keamanan system jaringan.

Menurutnya, Indosat juga mematuhi ketentuan lawful interception sesuai ketetuan dan Indosat menyatakan dengan tegas tidak memiliki kerja sama dengan pihak asing yang bertujuan untuk melakukan penyadapan.

"Kami selalu mematuhi dan memenuhi ketentuan perundangan," ujarnya seperti dikutip dalam keterangan persnya.

Dia menuturkan jaringan dan teknologi telekomunikasi yang digunakan telah mengacu kepada standar ITU mengenai arsitektur jaringan dan perangkat telekomunikasi, termasuk di dalamnya sistem keamanan jaringan yang harus diadopsi oleh seluruh penyedia perangkat telekomunikasi yang digunakan oleh Indosat.

Lebih lanjut dia menjelaskan operasional pengamanan jaringan telekomunikasi Indosat  juga telah mengacu kepada standar ISO 27001 (Information Security Management) sebagai pedoman yang kemudian diimplementasikan dalam kebijakan sistem keamanan informasi (information security policy).

Dia menambahkan seluruh sistem keamanan jaringan juga dievaluasi secara berkala berdasarkan  penilaian resiko (risk assessment) mengacu kepada ISO 31000 (risk management) yang dilakukan oleh internal maupun eksternal auditor.

Lingkup audit meliputi penerapan security control, business process, kepatuhan terhadap kebijakan serta pengujian teknis terhadap kerentanan jaringan, sehingga keamanan jaringan tetap terpelihara.

Dia menambahkan audit terhadap perangkat dan sistem pengoperasian senantiasa dilakukan secara regular, sesuai ketentuan dan standar internasional sebagaimana disebutkan di atas.
“Indosat juga mengelola dan mengoperasikan jaringannya sendiri dan tidak menerapkan Sistem Outsourcing Jaringan,” imbuhnya.
 

Kronologi Penyadapan Sengketa Dagang Indonesia Oleh Australia

Australia tawarkan ke AS hasil sadapan negosiasi sengketa dagang RI.

Ilustrasi
Ilustrasi (REUTERS/ Kacper Pempel)
Hubungan Indonesia-Australia kembali diuji seiring munculnya lagi bocoran dokumen intelijen AS, NSA, oleh Eward Snowden. Australia dilaporkan telah menyadap negosiasi sengketa dagang antara Indonesia dengan Amerika Serikat soal rokok kretek dan udang.

Bocoran yang diulas New York Times, Minggu 15 Februari 2014, itu mengungkapkan bahwa penyadapan pertama dilakukan oleh intelijen Australia, Australia Signals Directorate (ASD). ASD kemudian melaporkan pada NSA bahwa mereka telah menyadap pembicaraan antara pejabat Indonesia dan perusahaan hukum AS yang ditugas menangani sengketa itu.

Dalam dokumen Februari 2013 itu dikatakan bahwa Australia menawarkan untuk membagi hasil penyadapan itu pada NSA. Dalam dokumen tidak disebutkan perusahaan yang menangani kasus tersebut. Namun dalam catatan media, saat itu perusahaan Mayer Brown tengah disewa Indonesia untuk kasus tersebut.    

Dalam laporannya ke kantor perwakilan NSA di Canberra, Australia, ASD mengatakan bahwa "Informasi soal percakapan pengacara-klien akan disertakan" dalam hasil penyadapan. Kantor perwakilan ini lantas menghubungi markas pusat NSA di Fort Meade, Maryland, untuk meminta arahan.

Markas NSA lalu memberikan restu bahwa agen Australia "boleh melanjutkan penyadapan pembicaraan, untuk memberikan laporan intelijen yang sangat bermanfaat untuk konsumen Amerika Serikat."

Disebutkan bahwa ASD telah mengakses data dalam jumlah besar dari Indosat, untuk menyadap komunikasi pelanggan operator selular itu, termasuk komunikasi para pejabat di sejumlah kementerian di Indonesia.

Dokumen lain yang diperoleh menunjukkan, pada tahun 2013, ASD mendapatkan hampir 1,8 juta kunci enskripsi induk yang digunakan operator selular Telkomsel untuk melindungi percakapan pribadi dari pelanggannya. Intelijen Australia juga membongkar semua enskripsi yang dilakukan Telkomsel.

Tidak disebutkan kasus apa yang jadi sasaran Australia. Namun saat penyadapan dilakukan tahun 2010 itu, Indonesia tengah terlibat sengketa rokok kretek dan udang dengan AS.

Sementara itu, pengacara Mayer Brown, Duane Layton, yang menangani dalam sengketa Indonesia-AS itu mengatakan bahwa dia tidak menyadari dirinya dan perusahaannya jadi sasaran penyadapan.
"Saya selalu berpikir ada orang yang mendengarkan saya. Karena kau akan sangat bodoh jika tidak memikirkan soal itu di zaman seperti ini. Tapi saya tidak pernah mengira akan jadi korban," kata Layton.

Layton mengatakan isi penyadapan Australia akan sangat membosankan, karena tidak ada yang penting dalam pembicaraan dia dengan kliennya di Indonesia. "Tidak ada yang 'seksi' dari penyadapan itu. Isinya hanya hal-hal yang biasa saja," kata Layton.

Baik NSA dan ASD membantah laporan ini. Juru bicara perdana menteri Australia Tony Abbott mengatakan bahwa mereka tidak mengomentari urusan intelijen. Bocoran ini tidak ayal akan menambah rumit daftar masalah antara Indonesia dan Australia.
 

Abbott: Penyadapan Indonesia Bukan Untuk Tujuan Komersial

Seperti yang sudah-sudah, Australia tolak mengakui penyadapan.

Perdana Menteri Australia Tony Abbott
Perdana Menteri Australia Tony Abbott (Reuters/David Gray)
Seperti yang sudah-sudah, pemerintah Australia menolak berkomentar soal aksi penyadapan mereka terhadap Indonesia. Laporan terbaru Edward Snowden, Australia dan Amerika Serikat menyadap percakapan soal sengketa dagang Indonesia dengan pemerintah Paman Sam.

Diberitakan ZDNet.com, Minggu 16 Februari 2014, Perdana Menteri Australia Tony Abbott menjawab, "kami tidak mengomentari masalah operasi intelijen", saat ditanya masalah ini. Ditemui di Bourke, New South Wales, dia hanya mengatakan bahwa hasil penyadapan tidak bermaksud "untuk merugikan negara lain."

"Kami menggunakannya untuk negara-negara sahabat kami. Kami menggunakannya untuk menegakkan nilai-nilai kami. Untuk melindungi rakyat kami dan rakyat negara lain," kata Abbott.
"Kami tentu saja tidak menggunakannya untuk tujuan komersial," lanjutnya.

Pernyataan ini sama dengan pernyataan sekutu dekat Australia soal ini, AS, yang menyatakan bahwa penyadapan mereka hanya untuk mencegah tindak terorisme dan keamanan negara.

Namun bocoran Snowden yang diulas tuntas di New York Times kemarin menunjukkan penyadapan agen Australia, Australia Signals Directorate (ASD), dan agen AS, National Security Agency (NSA), tidak sepenuhnya untuk alasan keamanan. Dalam dokumen 2013 itu, intel kedua negara justru menyadap percakapan negosiasi sengketa dagang Indonesia-AS.

Dalam bocoran tersebut dikatakan, ASD meminta arahan dan restu dari NSA untuk menyadap percakapan perusahaan AS yang bekerja untuk Indonesia dalam menyelesaikan sengketa dagang rokok kretek dan udang 2010 lalu.

NSA membantah telah memberikan arahan pada ASD untuk melanjutkan operasi penyadapan tersebut.

Pada pernyataannya, NSA mengatakan bahwa "Kami tidak akan meminta mitra luar negeri kami untuk melakukan aktivitas intelijen yang pemerintah AS sendiri dilarang secara hukum untuk melakukannya."

Selain itu disebutkan bahwa ASD dengan bantuan NSA telah mengakses jutaan data pengguna Indosat dan Telkomsel di Indonesia. Kedua operator ini menguasai 77 persen pelanggan seluler di negara ini.

Monumen Patung Dirgantara: Warisan Terakhir Bung Karno


“Dhi, saya mau membuat Patung Dirgantara untuk memperingati dan menghormati para pahlawan penerbang Indonesia. Kau tahu kalau Bangsa Amerika, Bangsa Soviet, bisa bangga pada industri pesawatnya. Tetapi Indonesia, apa yang bisa kita banggakan? Keberaniannya!!!” (Percakapan Bung Karno dengan Edhi Sunarso di teras belakang Istana Negara, Jakarta, 1964).

            Kehadiran monumen Patung Dirgantara di kawasan Pancoran, Jakarta Selatan sejak tahun 1970-an bukan hanya sebagai salah satu ikon terpenting ibukota. Namun ironisnya, tidak semua orang mengenal penggagas dan pembuatnya, apalagi memahami gagasan dan permasalahan yang melatarbelakangi proses pembuatannya.

Untuk memamahi lebih dalam kisah di balik proses pembuatan Patung Dirgantara, penulis melakukan wawancara langsung dengan Edhi Sunarso (82), pematung legendaris kepercayaan Presiden Sukarno di kediamannya di Jl. Kaliurang Km 5,5 No. 72 Yogyakarta. Edhie yang mantan dosen pasca sarjana Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta ini pada tahun 1945-1950 juga pernah terlibat dalam perjuangan fisik menjaga kemerdekaan RI.

Bertemu Bung Karno 
Dalam kesempatan peresmian “Tugu Muda” Semarang tahun 1953 yang dikerjakan oleh Sanggar Pelukis Rakyat pimpinan Hendra Gunawan, Edhi Sunarso bertemu dengan Bung Karno. Kala itu Bung Karno menghampiri Edhi dan berkata, “Selamat ya, sukses.” Edhi terdiam bingung mendapat ucapan tersebut. Beberapa hari kemudian ia baru tahu kalau dirinya menjadi juara kedua lomba seni patung internasional yang diselengarakan di London dengan judul “Unknown Political Prisoner”.

Usai menyelesaikan pembuatan relief Museum Perjuangan di daerah Bintaran Yogyakarta tahun 1959, Edhi dipanggil Bung Karno untuk menemuinya di Jakarta. Panggilan tersebut sempat membuatnya terkejut. Dalam hati Edhi bertanya-tanya ada kepentingan apa Bung Karno memanggilnya ke Jakarta. Selain dia, dua seniman lainnya, yaitu Henk Ngatung dan Trubus juga mendapat panggilan serupa.

Pagi-pagi Edhi sudah sampai di Istana Merdeka, Jakarta. Ia disambut kepala rumah tangga kepresidenan dan kemudian menuju teras belakang istana. Kira-kira pukul 07.00 pagi Bung Karno yang masih mengenakan piyama datang menemui Edhi.

"Selamat pagi, sudah pada minum teh?" sapa Bung Karno ramah. Tanpa basa-basi Bung Karno kemudian meminta Edhie untuk membuat sketsa Patung Selamat Datang dalam rangka menyambut para atlet dan ofisial Asian Games yang akan datang ke Jakarta. "Saya minta patungnya dibuat dari perunggu setinggi sembilan meter. Nanti akan saya letakkan di bundaran depan Hotel Indonesia," lanjut Bung Karno.

Beberapa saat kemudian Henk Ngantung dan Trubu datang bergabung. Bung Karno kemudian memperagakan ide patung selamat datang yang ia inginkan. "Begini lho," ujar Bung Karno sambil mengangkat tangannya melebar ke atas, ke kanan dan kiri. “Selamat datang, selamat datang para olahragawan ke Indonesia,” demikian Bung Karno menjelaskan.

Bung Karno kemudian meminta Edhie menjadi ketua tim pelaksana serta meminta Henk Ngantung dan Trubus untuk membantu. Edhie yang saat itu baru memiliki pengalaman membuat patung batu, memberanikan diri berbicara. “Pareng matur Pak. Sebenarnya saya belum pernah membuat patung perunggu. Jangankan setinggi sembilan meter, sepuluh sentimeter saja belum pernah,” ujar Edhi terus terang.

"Eeh, saudara Edhi. Kamu punya rasa bangga berbangsa dan bernegara tidak? Saya kira kau punya itu. Saya pernah dengar kalau kamu pernah menjadi pejuang dan dipenjara Belanda. Iya ndak? Iya kan?” kata Bung Karno. Edhi hanya bisa mengiyakan pertanyaan Bung Karno. "Kalau begitu, kamu tidak bisa bilang gak bisa. Kau harus bilang sanggup!” tegas Bung Karno sambil tertawa.

Seperti terkena sihir, akhirnya Edhi menyanggupi permintaan Bung Karno. Usai mengerjakan Monumen Patung Selamat Datang, ia pun masih diminta untuk membuat Monumen Bebaskan Irian Barat di Lapangan Banteng dan diorama Monas. Tahun 1964 Bung Karno kembali meminta Edhi membuat Monumen Patung Dirgantara yang saat ini lebih populer dengan sebutan Patung Pancoran.

Pahlawan Dirgantara
Dari sekian banyak proyek pembuatan monumen dari Bung Karno, Edhie mengakui kalau pembuatan Patung Dirgantara nyaris mandek. Patung Dirgantara dimaksudkan Bung Karno untuk menghormati jasa para pahlawan penerbang Indonesia yang atas keberaniaannya berhasil melakukan pengeboman terhadap kedudukan Belanda di Semarang, Ambarawa, dan Salatiga menggunakan pesawat-pesawat bekas peninggalan Jepang.

"Kita memang belum bisa membuat pesawat terbang, tetapi kita punya pahlawan kedirgantaraan Indonesia yang gagah berani. Kalau Amerika dan Soviet bisa membanggakan dirinya karena punya industri pesawat, kita juga harus punya kebanggaan. Jiwa patriotisme itulah kebanggaan kita!  Karena itu saya ingin membuat sebuah monumen manusia Indonesia yang tengah terbang dengan gagah berani, untuk menggambarkan keberanian bangsa Indonesia. Kalau dalam tokoh pewayangan seperti Gatotkaca yang tengah menjejakkan bumi,” ujar Edhie Sunarso mengenang perkataan Bung Karno panjang lebar.

Bung Karno meminta Edhie untuk memvisualisasikan sosok lelaki gagah perkasa yang siap terbang ke angkasa. Bahkan Bung Kano kemudian berpose sambil berkata, “Seperti ini lho, Dhi. Seperti Gatotkaca menjejak bentala.”

Setelah model Patung Dirgantara selesai, Edhie mengusulkan kepada Bung Karno agar patung yang rencananya berbentuk seorang manusia yang memegang pesawat di tangan kanannya diubah. "Pak, dengan memegang pesawat di tangan kok terlihat seperti mainan," ujar Edhie. "Bagaimana kalau di tangan kanannya tidak usah ada pesawat. Cukup dengan gerak tubuh manusia saja, didukung gerak selendang yang diterpa angin,” lanjut Edhie. “Yo wis Dhi, nek kowe anggep luwih apik yo ora usah dipasang. Ora usah digawe,” jawab Bung Karno.

Pembuatan monumen Patung Dirgantara sempat terhenti karena terjadi peristiwa G30S/PKI. Di satu sisi Edhie juga sudah tidak memunyai bahan-bahan, dan tidak memunyai uang lagi untuk melanjutkan pekerjaan. Ia bahkan menanggung utang kepada pemiliki bahan perunggu dan kepada bank. (Kolonel Sus M. Akbar Linggaprana)

Menembakkan Senjata Udara


Bagaimana menembakkan senjata udara pada sasaran darat dengan akurat dan aman dari ledakan ?


Pesawat penyerang militer sebetulnya memunyai fungsi utama sebagai wahana  pembawa dan peluncur senjata. Khusus untuk serangan terhadap sasaran darat maka pesawat digunakan untuk menembakkan senjata udara berupa kanon, roket, peluru kendali, atau menjatuhkan bom. Penggunaan pesawat tempur modern masa kini sangat berbeda dan jauh lebih kompleks dari masa perang dunia pertama. Pesawat penyerang masa kini nilainya sangat mahal serta para awaknya merupakan investasi sumber daya manusia yang tidak kalah mahalnya.

Pada saat menyerang sasaran di atas permukaan daratan atau perairan terbuka, dengan cuaca baik akan cukup mudah. Lain halnya jika harus menyerang di atas permukaan bumi yang tidak rata, di pegunungan, atau di area terbuka, pada cuaca kurang baik, dan di bawah ancaman senjata antipesawat lawan.

Perangkat pembidikan pesawat  harus bisa menampilkan informasi pada penerbang dengan jelas agar memungkinkan pelaksanakan serangan secara akurat. Pada prinsipnya penembakan senjata oleh komputer berdasarkan penghitungan algoritma balistik senjata disesuaikan dengan parameter kondisi penerbangan terakhir. Perhitungan komputer dibutuhkan karena setiap jenis senjata udara memunyai lintasan  yang berbeda setelah dilepas dari pesawat.

Senjata pintar jatuh bebas seperti bom dengan pengendali laser (laser guided) akan meluncur seperti bom jatuh bebas biasa namun dikendalikan sistem pengendali seperti rudal untuk beberapa detik terakhir lintasan penerbangannya. Berbeda dengan senjata udara jenis roket dan peluru kendali yang memiliki tenaga pendorong namun meluncur pada lintasan relatif lurus menuju sasarannya. Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi agar penembakan sasaran darat bisa akurat :

Teknik Pembidikan. Pembidikan bom secara visual menggunakan beberapa tenik. Baik pada saat terbang mendatar atau menukik menggunakan pembidikan lewat tampilan pada HUD (Head Up Display). Komputer pembidikan mendapat informasi data dari radar pesawat, GPS, INS, radar altimeter, dan pembidik laser di samping data balistik senjata.

Senjatanya sendiri, baik bom, roket, rudal, atau kanon tentunya terletak jauh di belakang, di samping, di bawah perut, atau sayap pesawat sehingga membutuhkan suatu perhitungan yang akurat. Karena posisi dan lokasi senjata berbeda secara horizontal dan vertikal maka kemungkinan senjata tidak mengenai sasaran harus diperhitungkan dalam tampilan pembidikan di HUD. Perhitungan ini disebut kompensasi dari ”kesalahan parallax”, salah satu parameter yang harus dimasukkan dalam komputer pesawat.

Dalam praktiknya penerbang akan mengarahkan pesawatnya ke sasaran, umumnya dengan menukik (dive bombing) bila memiliki ketinggian cukup dan dengan terbang mendatar (level bombing) pada ketinggian rendah.  Bila simbol ”impact point” tepat berada di atas sasaran maka picu bisa di tarik atau ditekan sehingga bom bisa lepas melayang mengenai sasaran. Namun bisa juga dipilih teknik penembakan menggunakan moda ”computed released point”  di mana penerbang cukup terbang lurus ke arah sasaran dan bom secara otomatis akan lepas sendiri saat perhitungan balistik sudah sesuai.

Teknik Penembakan. Pengeboman menggunakan bom konvensional pada prinsipnya dilepaskan secara tunggal. Namun bila harus melepas beberapa bom bersamaan maka bisa digunakan teknik seperti ”stick bombing” di mana terdapat jeda waktu (delay) antara waktu pelepasan bom sehingga bom jatuh dengan berjarak. Bila menginginkan hasil ketepatan yang maksimal maka teknik ini diterjemahkan oleh komputer penembakan dengan menempatkan bom yang ditengah stepat di sasaran.

Bom yang pertama akan dilepas sedikit mendahului dan bom yang di tengah tepat pada sasaran serta bom terakhir sedikit terlambat. Penerbang bisa mengatur interval lepasnya bom sehingga menghasilkan jarak jatuhnya bom berdekatan atau berjauhan sesuai kebutuhan. Teknik penembakan lainnya adalah ”salvo bombing” di mana bom dilepaskan bersamaan sehingga jatuhnya berdekatan. Saat melepas bom penerbang harus mengupayakan pesawat pada kondisi bebas gaya akibat dorongan, tarikan atau gulingan agar bom tidak terpengaruh arah lepasnya.

Keamanan Penembakan. Penerbang harus melepas senjata pada ketinggian dan jarak yang aman. Sedangkan kriteria jarak dan ketinggian aman untuk penembakan ditentukan berdasarkan dua hal. Kriteria pertama aman dari ledakan senjata, di mana pesawat harus tidak boleh melewati batas ketinggian minimum setelah pengeboman untuk menghindari efek ledakan ”explosive blast” dan pecahan ledakan ”debris”.

Efek ledakan membahayakan pesawat bila jaraknya terlalu dekat ditambah bahaya pecahan dari bom serta pecahan dari ledakan sasaran yang terlontar ke atas dan ke samping pada jarak yang cukup jauh. Untuk menentukan agar jangan sampai melewati ketinggian minimum ledakan maka harus ditentukan ketinggian yang tepat untuk ”recover” dari posisi menukik sesudah melepaskan senjata . Berdasarkan berat pesawat dan kecepatannya biasanya membutuhkan ”pull up recovery” antara 3-5 G  sehingga saat pesawat sudah menanjak  berada di atas ketinggian minimum yang aman. 

Kriteria kedua  adalah aman dari jangkauan senjata lawanbaik berupa senjata perorangan, senjata kanon antipesawat hingga rudal hanud jarak pendek atau jarak sedang. Untuk mencapai keamanan serangan tidak cukup dengan menentukan ketinggian yang aman berdasarkan jangkauan tembak senjata lawan tapi juga harus memperhitungkan kewaspadaan lawan, taktik terbang rendah, serangan dadakan dan menggunakan peralatan pernika ECM/ ECCM baik secara aktif dan pasif. (Kol Pnb. Agung "Sharky" Sasongkojati)

Pelanggan Ponsel Disadap AS dan Australia, Kominfo: Kami Belum Tahu

Kominfo percaya dengan sistem keamanan operator telekomunikasi itu.

Ilustrasi skema penyadapan oleh NSA
Ilustrasi skema penyadapan oleh NSA (spiegel.de)
Kementerian Komunikasi dan Infomatika (Kemenkominfo) menegaskan pihaknya belum mengetahui informasi terkait isu penyadapan komunikasi lewat telepon seluler yang digunakan pelanggan dari operator telekomunikasi di Indonesia yang dilakukan Badan Keamanan Nasional AS (NSA) dan Direktorat Intelijen Australia.

"Kami belum mengetahui informasi tersebut. Belum jelas juga siapa-siapa yang disadap, kalau menyadap semua nomor aktif yang digunakan, rasanya tidak mungkin," Gatot S Dewa Broto, Kepala Pusat Informasi dan Humas Kementerian Kominfo, saat dihubungi VIVAnews, Minggu 16 Februari 2014.

Gatot memaparkan, aksi penyadapan telah melanggar UU Telekomunikasi Pasal 40. Dalam UU itu tertulis bahwa setiap orang dilarang melakukan kegiatan penyadapan atas informasi yang disalurkan melalui jaringan telekomunikasi dalam bentuk apa pun. Selain itu, aksi penyadapan turut melanggar UU ITE Pasal 31 Ayat satu dan dua.

Kedua ayat itu, pada dasarnya berisi setiap orang dilarang secara sengaja dan tak memiliki hak melakukan interesepsi atas transmisi informasi elektronik.

Apabila dilanggar, pelaku akan dibui selama maksimal 15 tahun sesuai dengan isi UU Telekomunikasi pasal 56. Belum lagi, UU ITE pasal 47 yang menyebut pelaku juga dapat dipenjara selama 10 tahun atau denda paling banyak Rp800 juta.

"Penyadapan bukan sesuatu yang sulit. Makanya kedua undang-undang itu memberikan perlindungan," imbuhnya.

Lebih lanjut dia menuturkan, sejauh ini pihaknya percaya dengan sistem keamanan yang telah diterapkan oleh operator telekomunikasi yang ada di Indonesia.

"Saat berita penyadapan komunikasi telepon Presiden SBY dan Ibu Ani, mereka (operator telekomunikasi) tidak ada satupun yang terlibat dalam penyadapan itu, tidak ada indikasi apapun juga yang mengarah pada keterlibatan," ungkapnya.

Seperti diketahui, media Australia hari ini memuat informasi dari koran New York Times soal bocoran dokumen rahasia dari Edward Snowden, mantan kontraktor NSA yang tengah menjadi buronan Washington dan kini menetap di Rusia.

NSA dan Direktorat Intelejen Australia ternyata menyadap komunikasi lewat telepon seluler yang digunakan pelanggan dari operator telekomunikasi di Indonesia. 

Informasi itu membantah klaim pihak intelijen Australia yang selama ini mengaku hanya menyasar terduga teroris dan tokoh politik penting di Indonesia.

Dokumen Snowden menunjukkan bahwa dinas spionase elektronik Australia melakukan penyadapan secara massal terhadap jaringan komunikasi dan pengumpulan data yang dilakukan oleh penyedia layanan seluler di Indonesia.

Media di Australia termasuk Brisbane Times dan Canberra Times mengulas bahwa berdasarkan dokumen NSA tahun 2012, Australian Signals Directorate, lembaga intelijen siber di Negeri Kanguru, telah  mengakses data dalam jumlah besar dari Indosat, untuk menyadap komunikasi pelanggan operator selular itu, termasuk komunikasi para pejabat di sejumlah kementerian di Indonesia.

Dokumen lain yang diperoleh menunjukkan bahwa pada tahun 2013, Australian Signals Directorate mendapatkan hampir 1,8 juta kunci enskripsi induk yang digunakan oleh operator selular Telkomsel untuk melindungi percakapan pribadi dari pelanggannya. Intelijen Australia juga membongkar semua enskripsi yang dilakukan Telkomsel.

Data pengguna telepon seluler pada 2012 menunjukkan bahwa  Telkomsel memiliki 212 juta pelanggan atau sekitar 62 persen, smeentara Indosat memiliki 52 juta pelanggan, atau 15 persen. Kedua operator ini menguasai 77 persen pelanggan seluler di Indonesia.