Kamis, 13 Februari 2014

Pesawat Buatan Indonesia-Korsel Lebih Canggih dari F16

Pesawat KFX/IFX akan masuk di pasar premium.

Jet tempur F16
Jet tempur F16 (Reuters/Amir Cohen)
Indonesia melanjutkan kerjasama pembuatan pesawat dengan Korea Selatan hingga 2020. Presiden Korean Aerospace Industries (KAI) Ha Sung Yon optimistis kerjasama dua negara ini akan berhasil.

Program perakitan pesawat tempur ini dinamai  Korea Fighter Xperiment/Indonesia Fighter Xperiment (KFX/IFX). Sung Yon menyatakan, kehebatan pesawat produksi KFX/IFX akan melebihi pesawat F16 buatan Amerika.

"Saat ini pesawat F16 sudah ada di pasaran sebanyak 4.000 sampai 4.500 unit. Kita bisa bayangkan pasar yang menanti," kata Sung Yon. Pesawat buatan KFX/IFX diperkirakan rampung 2025.

Ada beberapa hal yang membuat Sung Yon yakin kerjasama ini berlangsung baik. Pertama, Indonesia dan Korsel memiliki hubungan persahabatan yang istimewa. Kedua, Indonesia dan Korsel memiliki jarak yang dekat sehingga memudahkan untuk bekerjasama.

Selain itu, Indonesia dan Korsel memiliki beberapa kemiripan budaya. "Ini bisa memudahkan menjalin kerjasama dan persahabatan," ujar dia.

Dari sisi teknologi, Indonesia juga memiliki kesamaan dalam mengembangkan pesawat maupun helikopter. Pengalaman tersebut, menurutnya, sama dengan pengalaman KAI.

"Saya percaya dengan persahabatan erat Korea-Indonesia, dengan komunikasi yang baik. Kami bisa memenuhi kebutuhan pengganti F16 yang akan datang," kata dia.

Pesawat buatan KFX/IFX ini, kata Sung Yon, akan dikembangkan di level premium. "Artinya levelnya mirip dengan F16, tapi lebih tinggi lagi," kata dia.
 

Selamat bergabung T-50i Golden Eagle ke TNI AU



16 unit alias satu skuadron udara pesawat tempur T 50i Golden Eagle buatan Korea Selatan resmi memperkuat jajaran TNI AU, seturut serah terima dari Kementerian Pertahanan kepada matra udara TNI itu, di Pangkalan Udara Utama TNI AU Halim Perdanakusuma, Jakarta, Kamis.

Biasanya, penyerahan pesawat terbang atau arsenal kepada militer Indonesia cukup di tingkat menteri saja; namun kali ini berbeda, Presiden Susilo Yudhoyono hadir dan menyaksikan serah terima itu secara langsung.

Mulai tahun ini dan ke depan, akan ramai terjadi penerimaan berbagai jenis arsenal dan sistem kesenjataan baru bagi TNI.

Dengan juga disaksikan Menteri Pertahanan, Purnomo Yusgiantoro, Kepala Staf TNI AU, Marsekal TNI IB Putu Dunia, Kepala Staf TNI AL, Laksamana TNI Marsetio, dan Kepala Staf TNI AD, Jenderal TNI Budiman, seremoni itu terjadi di landas parkir pangkalan udara militer di sisi timur Jakarta itu.

Memakai penerbangan kargo dan ferry, sortie demi sortie Golden Eagle buatan Korea Aerospace Industry yang dibeli Indonesia, mendarat di Tanah Air, sejak beberapa waktu lalu hingga kini lengkap 16 unit.

Yusgiantoro, mengatakan, penyerahan pesawat itu merupakan pelaksanaan kontrak yang ditandatangani pada 25 Mei 2011 dengan nilai kontrak 400 juta dolar Amerika Serikat.

Golden Eagle yang bentuknya nyaris mirip dengan F-16 Fighting Falcon dalam skala lebih mini akan mengganti pesawat Hawk Mk 53 di Skadron Udara 15, bermarkas di Pangkalan Udara Utama TNI AU Iswahjudi Madiun, Jawa Timur.

Di kalangan penerbangan tempur, dia dianggap sekelas dengan kompetitor utamanya, Yakovlev Yak-130 Mitten (Rusia), Aermacchi M-346 (Italia), atau L-159 buatan Ceko.

Semula Indonesia sempat "kesengsem" juga dengan Mitten yang kinerja dan unjuk kemampuan tempurnya lebih mumpuni dan trengginas namun menjelang keputusan akhir, pilihan final jatuh kepada Golden Eagle.

Performansi Golden Eagle masih belum diketahui secara baik karena dia pendatang baru dalam penerbangan militer dunia. Salah satu kaitan penting KAI dalam merancang dan membuat Golden Eagle adalah kesertaan Lockheed Martin dari Amerika Serikat sebagai mitra utamanya.

F-16 Fighting Falcon semula diproduksi General Dynamics dan kini ada di dalam tubuh Lockheed Martin, sehingga wajar jika rancang bangunnya bisa dipergunakan Lockheed Martin.

Golden Eagle yang diklaim KAI masuk dalam generasi pesawat tempur 4+ (salah satunya dicirikan kemampuan menyerap gelombang radar-tidak memantulkan) oleh Indonesia dimasukkan ke dalam kelas latih lanjut-tempur taktis ringan.

Huruf "i" di belakang desainasi T-50 merupakan penanda seri ini telah ditingkatkan spesifikasi dan melompat setara dengan spesifikasi pesawat tempur FA-50 tanpa radar udara aktif (AESA/actively electronic scanned array radar).

Pada masa mendatang, piranti vital ini akan diimbuhkan. Jika ini sudah terpasang, maka misi operasional tempur udara taktis sangat mudah bisa dia tunaikan, selain misi pendidikan pilot tempur TNI AU.

Indonesia juga memiliki satu impian ambisius untuk mengejar ketertinggalan teknologi, yaitu urun serta dalam Proyek K/IFX bersama Korea Selatan. Walau sudah digagas dan dibuatkan peta jalannya sejak bertahun-tahun lalu, namun hingga kini tarik-ulur masih terjadi.

Yang menarik, Golden Eagle dari Korea Selatan ini juga akan didedikasikan untuk menjadi tim aerobatik pancar gas TNI AU berlabel Jupiter Aerobatic Team.

TNI AU telah berkali-kali memiliki tim aerobatik, yang terakhir juga namanya sama, namun memakai tipe pesawat udara yang sama sekali beda, yaitu KT-1B Wong Bee bermesin turboprop.

Perbedaan di antara kedua tim ini juga pada corak pokok pesawat terbangnya; Jupiter Aerobatic Team yang kini berlaga di Singapore Air Show 2014 berkelir dasar merah dengan panah putih.

Sementara Jupiter Aerobatic Team berbasis Golden Eagle ini akan berkelir biru dengan guratan kuning, mirip warna The Blue Angels dari Angkatan Laut Amerika Serikat, yang kini memakai F/A-18 Hornet.

Jadi, nanti tim TNI AU ini juga akan dijuluki Elang Biru, yang seluruh pengawaknya berkualifikasi instruktur penerbang tempur TNI AU. 

Wahai pensiunan jenderal TNI, jangan takut ke Amerika Serikat



Panglima TNI 2007-2010, Jenderal TNI (Purnawirawan) Djoko Santoso, mengingatkan mengapresiasi pernyataan jujur Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra, Hashim Djojohadikusumo, tentang tujuh purnawirawan jenderal TNI yang ditolak Amerika Serikat.

Di antara nama itu, terdapat Letnan Jenderal TNI (Purnawirawan) Prabowo Subianto Djojohadikusumo, dengan posisi terakhir dinas militer panglima Komando Cadangan Strategis TNI AD.

Selain menantu Pak Harto itu, juga ada Letnan Jenderal TNI (Purnawirawan) Sjafrie Syamsudin, Jenderal TNI (Purnawirawan) Wiranto, Jenderal TNI (Purnawirawan) Pramono Wibowo, dan Letnan Jenderal TNI (Purnawirawan) Zacky Anwar Makarim, yang kebanyakan dianggap Amerika Serikat memiliki latar belakang terkait HAM.

Isu ini semakin seksi karena Wiranto, Prabowo Subianto, dan Wibowo (adik ipar Presiden Susilo Yudhoyono) akan bertarung menuju kursi RI 1; masih ditambah Jenderal TNI (Purnawirawan) Endriartono Sutarto.

Santoso kepada pers, Kamis, di Jakarta, mengemukakan, informasi dari Djojohadikusumo itu sangat penting dan menarik walau tidak perlu dikhawatirkan, karena Amerika Serikat bukan musuh Indonesia serta tidak menentukan kiprah politik Indonesia ke depan.

Dikatakan dia, siapapun tokoh Indonesia, termasuk tujuh jenderal yang disebutkan Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra itu tidak perlu khawatir pergi ke luar negeri, termasuk ke Amerika, karena Indonesia adalah negara besar dan hubungan antar negara tidak ditentukan satu aspek saja, misalnya masalah hak-hak asasi manusia (HAM).

"Hanya saja pertanyaan buat Pak Hashim, bagaimana kalau ada gelaran penting di Amerika atau di PBB yang harus dihadiri mereka selaku pejabat tinggi negara misalnya," kata  Santoso.

"Prabowo hanya satu dari tujuh jenderal yang ditolak Amerika. Ada tujuh jenderal yang di-blacklist, tidak hanya Prabowo. Catat itu! Tapi khusus Prabowo tidak ditolak secara personal," kata Djojohadikusumo, saat berkunjung ke salah satu media nasional, di Jakarta, Rabu (12/2).

Sebelumnya pernah diberitakan, Kedutaan Besar Amerika Serikat di Jakarta --meski tidak tertulis-- tidak akan memberikan visa masuk ke Amerika Serikat terhadap para pensiunan jenderal TNI yang dikabarkan didaftarhitamkan itu.

KSAU dan Menkopolhukam Terbang Pakai Pesawat Tempur T50i

Menteri Koordinator Politik, Hukum dan Keamanan (Menkopolhukam) RI Djoko Suyanto dan Kepala Staf Angkatan Udara (Kasau) Marskal TNI Putu Dunia, terbang menggunakan pesawat tempur T 50i Golden Eagle Skadron Udara 15 Wing 3 Lanud Iswahyudi, dengan Call SignGolden Flight, Rabu (12/2/2014).
Menggendarai pesawat berbeda, Djoko Suyanto terbang bersama dengan Komandan Skadron Udara 15 Letkol Pnb Wastu dengan pesawat TT 5004, sementara KSAU Marskal TNI Putu Dunia menggunakan pesawat TT 5008 diterbangkan mayor Pnb Hendra Supryadi.
Terbang dilaksanakan selama satu jam dengan rute Lanud Halim-Pelabuan Ratu-Lanud Halim. Selama terbang melaksanakan manuver seperti Loop, Barrell roll, Formasi dan Cugan 8 dimana ketika melaksanakan manuver tersebut KSAU langsung yang memegang kemudi pesawat.
"Pesawat T 50i Golden Eagle buatan Korea ini yang nantinya akan dioperasikan di Skadron Udara 15 Wing 3 Lanud Iswahyudi Madiun, menggantikan Pesawat Hawk MK 53 setelah dioperasikan sejak tahun delapan puluhan," kata KSAU saat menjawab pertanyaan wartawan, Rabu (12/2/2014).
Dirinya menjelaskan, dengan bertambahnya alutsista ini diharapkan mampu melaksanakan tugas lebih optimal dalam mengamankan dan menjaga keutuhan wilayah NKRI.
Sementara itu, Komandan Skadron Udara 15 Wing 3 Lanud Iswahyudi Letkol Pnb Wastu, merasa bangga memperoleh kesempatan menerbangkan pesawat tempur T 50i Golden Eagle buatan Korea ini.
"Pesawat ini sangat canggih yang dilengkapi dengan sistem avionik digital, persenjataan dan Radar Warning Reciver (RWR) sehingga mampu mendeteksi keberadaan musuh dari segala arah," kata Wastu setelah melaksanakan terbang dengan Menkopolhukam di Suma 2 Lanud Halim.
Lebih lanjut 16 pesawat ini dan 8 pesawat dipersiapkan selain sebagai pesawat tempur juga, untuk mencetak dan melatih para penerbang muda sebelum mereka mengawaki pesawat tempur generasi empat sampai empat setengah yang dimiliki TNI AU.
Sedangkan yang 8 dipersiapkan sebagai Jupiter Aerobatic Team yang pernah dimiliki TNI AU yaitu "Elang Biru"

T-50i di Langit Jakarta

Ada yang tak biasa di Bandara Halim Perdana Kusumah Jakarta pada Jumat pagi ini. Sekelompok pesawat tempur bercorak khusus tampak wara wiri di sekitaran apron bandara. Tak lain tak bukan, pesawat-pesawat itu adalah T-50i Golden Eagle buatan Korea Selatan yang baru saja memperkuat TNI Angkatan Udara.

Redaksi ARC yang kebetulan berada di Halim memantau, setidaknya ada 4 pesawat T-50i berkamuflase aerobatik. Dan menurut informasi yang didapat, memang dalam waktu dekat ini akan dilakukan upacara serah terima T-50i secara resmi dari Kementrian Pertahanan kepada TNI-AU. Nah, bagi anda yang tinggal di sekitaran Bandara Halim, siapkan kamera anda. Siapa tahu pesawat anyar ini melewati kediaman anda.
Beberapa waktu lalu, KAI sebagai produsen T-50i telah tuntas mengirim 16 pesawat pesanan pemerintah Indonesia. Pemerintah sendiri membeli sebanyak 16 unit T-50i, sebagai pengganti HS Hawk Mk 53 yang akan memasuki masa pensiun. Ke-16 pesawat itu dibeli dengan nilai sekitar 400 juta dollar.



ARC. 

Singapura: Soal Usman Harun, Indonesia Tidak Peka

"Kami meminta kepada Indonesia untuk mempertimbangkan kembali."

Atas jasa-jasanya kepada negara, Harun dan Usman dianugerahi gelar Pahlawan Nasional berdasarkan SK Presiden RI No.050/TK/Tahun 1968.
Atas jasa-jasanya kepada negara, Harun dan Usman dianugerahi gelar Pahlawan Nasional berdasarkan SK Presiden RI No.050/TK/Tahun 1968.  
Menteri Luar Negeri Singapura, K Shanmugam, menyarankan kepada Pemerintah Indonesia agar nama Usman Harun tidak disematkan sebagai nama kapal perang.

Dia menyarankan agar nama mantan kedua Korps Komando Operasi (kini disebut marinir) disematkan di sebuah bangunan di Indonesia saja.

Hal ini ucapkan Shanmugam saat diwawancara oleh stasiun berita Channel News Asia, Rabu 12 Februari 2014.
Menurutnya, dengan menyematkan Usman Harun di sebuah kapal perang, pesan dan gaung dari nama tesebut akan terbawa ke mana pun kapal itu berlayar.

"Oleh sebab itu kami meminta kepada Indonesia untuk mempertimbangkan kembali pemilihan nama tersebut sebagai nama kapal perang. Mungkin hal berbeda akan terjadi apabila nama itu disematkan di sebuah bangunan di Indonesia. Atau ketika mereka dimakamkan di taman makam pahlawan," ujar Shanmugam.

Tetapi, kata Shanmugam, pesan yang dikirim akan menjadi berbeda apabila nama tersebut disematkan di kapal perang. Pasalnya kapal itu berlayar ke tujuh samudera dengan bendera nasional berkibar di atasnya.

"Sehingga sulit bagi kami untuk bertindak seolah-olah tidak terjadi apa pun. Hasilnya, para petinggi TNI dan pejabat lainnya tidak menghadiri pameran dirgantara Singapura," kata dia.

Dia pun memahami bahwa hak dan kedaulatan masing-masing negara untuk menamai sebuah kapal perang sesuai dengan pilihan dan siapa pun yang memilihkan. Sayangnya, kata Shanmugam, hal tersebut tidak lantas memberikan jawaban atau solusi dalam kasus ini.

"Keputusan yang didasari kedaulatan dapat turut berdampak ke negara lainnya, dan dalam kasus ini Singapura," kata dia.

Selain itu, dalam kasus ini dapat bermakna bahwa Indonesia tidak menganggap serius masalah ini. Betapa warga Singapura, kata Shanmugam, terluka akibat rencana penamaan kapal perang itu.

"RI kurang peka mempertimbangkan bagaimana warga Singapura dapat mengartikan nama tersebut setelah apa yang dilakukan oleh anggota Angkatan Laut tersebut di Singapura," ujarnya.

Belum lagi, imbuh Shanmugam, warga RI seolah-olah malah mengagung-agungkan aksi pengeboman yang mereka lakukan di Singapura, ketimbang memandangnya sebagai dua orang pahlawan yang hanya menjalankan perintah yang diberikan kepada mereka.

"Oleh sebab itu diperlukan kepekaan di kedua negara untuk benar-benar memastikan bahwa masalah ini memang sudah kami lewati dan tidak kembali diungkit,"ujarnya.

Shanmugam mengatakan menyambut baik komentar yang disampaikan Menlu Marty Natalegawa yang diberikan pada Selasa kemarin.

"Pernyataan yang menyebut bahwa sama sekali tidak ada niat jahat di balik penamaan itu sangat konstruktif. Kami menyambut baik komentar itu. Namun, dalam konteks itu, penting untuk diketahui bagi kami bahwa kedua anggota AL itu tidak dihormati karena telah membunuh warga Singapura," kata dia.

Selain itu, Shanmugam turut meminta pengertian dari RI soal dampak dari penggunaan nama Usman Harun sebagai nama kapal perang.
 

16 Pesawat Tempur Baru TNI Tiba di Halim, Ini Kehebatannya

Pesawat ini mampu menyemburkan 2.000 peluru per menit

Pesawat T-50 Golden Eagle buatan Korea Selatan
Pesawat T-50 Golden Eagle buatan Korea Selatan (asiandefensenews.com)
Indonesia terus memperkuat armada militernya. Kali ini, militer Indonesia mendatangkan 16 pesawat tempur asal Korea Selatan, T-50i Golden Eagle. Pesawat ini diklaim sebagai pesawat tempur canggih dan mematikan.

Hari ini, Kamis 13 Februari 2014, ke-16 pesawat buatan Korean Aerospace itu sudah tiba di Pangkalan Udara Halim Perdanakusumah, Jakarta. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono meninjau langsung kedatangan.

Kepala Dinas Penerangan Angkatan Udara, Marsekal Pertama TNI, Hadi Tjahtjanto, mengatakan 16 pesawat ini bertujuan untuk peremajaan alutsista TNI AU, dari pesawat latih dasar hingga pesawat tempur canggih.

Pesawat T-50i ini didatangkan untuk menggantikan pesawat Hawk MK 53 yang sudah ada sejak 1980. Pesawat ini akan digunakan sebagai pesawat latih calon penerbang tempur.

"Pesawat ini akan memperkuat skuadron udara 15 pangkalan udara Iswahjudi, Madiun, Jawa Timur. Dikirim ke Indonesia dalam beberapa tahap, mulai bulan September 2013-Februari 2014," kata Hadi.

T-50i Golden Eagle dilengkapi mesin general elektrik F404-GE-102 yang mampu menghasilkan daya dorong 17.700 pounds dengan after burner dan 11.000 pounds dengan tenaga mil power.

Bahkan, bila dibutuhkan, kecepatan maksimal bisa mencapai 1,5 mach atau 1,5 kali kecepatan suara. Dalam konfigurasi lengkap pada bobot maksimal 27.322 pounds (14 ton) pesawat ini mampu dengan mudah menanjak hingga ketinggian mencapai 55.000 kaki dari permukaan laut.

Desain dan penampilan pun sekilas mirip F16. Sebagai pesawat tempur, T-50i memiliki kelincahan, kepraktisan dan kemampuan persenjataan untuk digunakan sebagai misi multirole. Sanggup bertempur di udara dan cukup mematikan terhadap sasaran bawah. Total kapsitas angkut persenjataan sekitar 10.500 pound atau 15 ton.

Pesawat ini juga dilengkapi cannon gatling internal 3 laras general dynamics 20 mm yang mampu menyemburkan 2.000 peluru per menit. Canon ini ditempatkan di sisi kiri kokpit.

Lima external station pada bagian under fuselage dan under wing serta dua missile laucher rail pada wing tip untuk membawa semua jenis bom, rudal maupun roktet.

Delapan pesawat memiliki warna biru dan kuning khas tim aerobatik kegendaris TNI AU "Elang Biru". Delapan lainnya memiliki warna kamuflase hijau, sehingga bisa digunakan sebagai misi tempur.

Panjang pesawat ini 43 kaki serta lebar sayap 31 dan tinggi 61 kaki. Desain kokpit pesawat generasi keempat modern.

"Pesawat ini sanggup mengantarkan para penerbang muda TNI AU menjadi kesatria pengawal dirgantara di pesawat-pesawat tempur garis depan kita, yaitu F16 C/D, Sukhoi 27/30 hingga pesawat tempur generasi 4,5," kata Hadi.

Direncanakan, pesawat ini akan dilengkapi radar udara. Sehingga mampu mengubah misi, dari latih jet, langsung bisa digunakan pada semua misi operasi. "Baik misi udara ke udara, udara ke darat dan dalam segala cuaca," kata dia.

Sementara dalam serah terima pesawat di Skuadron 17 Halim Perdanakusuma, Presiden Direktur Korea Aerospace Industries secara simbolis menyerahkan pesawat T-50i kepada Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro.