Kamis, 13 Februari 2014

KSAU dan Menkopolhukam Terbang Pakai Pesawat Tempur T50i

Menteri Koordinator Politik, Hukum dan Keamanan (Menkopolhukam) RI Djoko Suyanto dan Kepala Staf Angkatan Udara (Kasau) Marskal TNI Putu Dunia, terbang menggunakan pesawat tempur T 50i Golden Eagle Skadron Udara 15 Wing 3 Lanud Iswahyudi, dengan Call SignGolden Flight, Rabu (12/2/2014).
Menggendarai pesawat berbeda, Djoko Suyanto terbang bersama dengan Komandan Skadron Udara 15 Letkol Pnb Wastu dengan pesawat TT 5004, sementara KSAU Marskal TNI Putu Dunia menggunakan pesawat TT 5008 diterbangkan mayor Pnb Hendra Supryadi.
Terbang dilaksanakan selama satu jam dengan rute Lanud Halim-Pelabuan Ratu-Lanud Halim. Selama terbang melaksanakan manuver seperti Loop, Barrell roll, Formasi dan Cugan 8 dimana ketika melaksanakan manuver tersebut KSAU langsung yang memegang kemudi pesawat.
"Pesawat T 50i Golden Eagle buatan Korea ini yang nantinya akan dioperasikan di Skadron Udara 15 Wing 3 Lanud Iswahyudi Madiun, menggantikan Pesawat Hawk MK 53 setelah dioperasikan sejak tahun delapan puluhan," kata KSAU saat menjawab pertanyaan wartawan, Rabu (12/2/2014).
Dirinya menjelaskan, dengan bertambahnya alutsista ini diharapkan mampu melaksanakan tugas lebih optimal dalam mengamankan dan menjaga keutuhan wilayah NKRI.
Sementara itu, Komandan Skadron Udara 15 Wing 3 Lanud Iswahyudi Letkol Pnb Wastu, merasa bangga memperoleh kesempatan menerbangkan pesawat tempur T 50i Golden Eagle buatan Korea ini.
"Pesawat ini sangat canggih yang dilengkapi dengan sistem avionik digital, persenjataan dan Radar Warning Reciver (RWR) sehingga mampu mendeteksi keberadaan musuh dari segala arah," kata Wastu setelah melaksanakan terbang dengan Menkopolhukam di Suma 2 Lanud Halim.
Lebih lanjut 16 pesawat ini dan 8 pesawat dipersiapkan selain sebagai pesawat tempur juga, untuk mencetak dan melatih para penerbang muda sebelum mereka mengawaki pesawat tempur generasi empat sampai empat setengah yang dimiliki TNI AU.
Sedangkan yang 8 dipersiapkan sebagai Jupiter Aerobatic Team yang pernah dimiliki TNI AU yaitu "Elang Biru"

T-50i di Langit Jakarta

Ada yang tak biasa di Bandara Halim Perdana Kusumah Jakarta pada Jumat pagi ini. Sekelompok pesawat tempur bercorak khusus tampak wara wiri di sekitaran apron bandara. Tak lain tak bukan, pesawat-pesawat itu adalah T-50i Golden Eagle buatan Korea Selatan yang baru saja memperkuat TNI Angkatan Udara.

Redaksi ARC yang kebetulan berada di Halim memantau, setidaknya ada 4 pesawat T-50i berkamuflase aerobatik. Dan menurut informasi yang didapat, memang dalam waktu dekat ini akan dilakukan upacara serah terima T-50i secara resmi dari Kementrian Pertahanan kepada TNI-AU. Nah, bagi anda yang tinggal di sekitaran Bandara Halim, siapkan kamera anda. Siapa tahu pesawat anyar ini melewati kediaman anda.
Beberapa waktu lalu, KAI sebagai produsen T-50i telah tuntas mengirim 16 pesawat pesanan pemerintah Indonesia. Pemerintah sendiri membeli sebanyak 16 unit T-50i, sebagai pengganti HS Hawk Mk 53 yang akan memasuki masa pensiun. Ke-16 pesawat itu dibeli dengan nilai sekitar 400 juta dollar.



ARC. 

Singapura: Soal Usman Harun, Indonesia Tidak Peka

"Kami meminta kepada Indonesia untuk mempertimbangkan kembali."

Atas jasa-jasanya kepada negara, Harun dan Usman dianugerahi gelar Pahlawan Nasional berdasarkan SK Presiden RI No.050/TK/Tahun 1968.
Atas jasa-jasanya kepada negara, Harun dan Usman dianugerahi gelar Pahlawan Nasional berdasarkan SK Presiden RI No.050/TK/Tahun 1968.  
Menteri Luar Negeri Singapura, K Shanmugam, menyarankan kepada Pemerintah Indonesia agar nama Usman Harun tidak disematkan sebagai nama kapal perang.

Dia menyarankan agar nama mantan kedua Korps Komando Operasi (kini disebut marinir) disematkan di sebuah bangunan di Indonesia saja.

Hal ini ucapkan Shanmugam saat diwawancara oleh stasiun berita Channel News Asia, Rabu 12 Februari 2014.
Menurutnya, dengan menyematkan Usman Harun di sebuah kapal perang, pesan dan gaung dari nama tesebut akan terbawa ke mana pun kapal itu berlayar.

"Oleh sebab itu kami meminta kepada Indonesia untuk mempertimbangkan kembali pemilihan nama tersebut sebagai nama kapal perang. Mungkin hal berbeda akan terjadi apabila nama itu disematkan di sebuah bangunan di Indonesia. Atau ketika mereka dimakamkan di taman makam pahlawan," ujar Shanmugam.

Tetapi, kata Shanmugam, pesan yang dikirim akan menjadi berbeda apabila nama tersebut disematkan di kapal perang. Pasalnya kapal itu berlayar ke tujuh samudera dengan bendera nasional berkibar di atasnya.

"Sehingga sulit bagi kami untuk bertindak seolah-olah tidak terjadi apa pun. Hasilnya, para petinggi TNI dan pejabat lainnya tidak menghadiri pameran dirgantara Singapura," kata dia.

Dia pun memahami bahwa hak dan kedaulatan masing-masing negara untuk menamai sebuah kapal perang sesuai dengan pilihan dan siapa pun yang memilihkan. Sayangnya, kata Shanmugam, hal tersebut tidak lantas memberikan jawaban atau solusi dalam kasus ini.

"Keputusan yang didasari kedaulatan dapat turut berdampak ke negara lainnya, dan dalam kasus ini Singapura," kata dia.

Selain itu, dalam kasus ini dapat bermakna bahwa Indonesia tidak menganggap serius masalah ini. Betapa warga Singapura, kata Shanmugam, terluka akibat rencana penamaan kapal perang itu.

"RI kurang peka mempertimbangkan bagaimana warga Singapura dapat mengartikan nama tersebut setelah apa yang dilakukan oleh anggota Angkatan Laut tersebut di Singapura," ujarnya.

Belum lagi, imbuh Shanmugam, warga RI seolah-olah malah mengagung-agungkan aksi pengeboman yang mereka lakukan di Singapura, ketimbang memandangnya sebagai dua orang pahlawan yang hanya menjalankan perintah yang diberikan kepada mereka.

"Oleh sebab itu diperlukan kepekaan di kedua negara untuk benar-benar memastikan bahwa masalah ini memang sudah kami lewati dan tidak kembali diungkit,"ujarnya.

Shanmugam mengatakan menyambut baik komentar yang disampaikan Menlu Marty Natalegawa yang diberikan pada Selasa kemarin.

"Pernyataan yang menyebut bahwa sama sekali tidak ada niat jahat di balik penamaan itu sangat konstruktif. Kami menyambut baik komentar itu. Namun, dalam konteks itu, penting untuk diketahui bagi kami bahwa kedua anggota AL itu tidak dihormati karena telah membunuh warga Singapura," kata dia.

Selain itu, Shanmugam turut meminta pengertian dari RI soal dampak dari penggunaan nama Usman Harun sebagai nama kapal perang.
 

16 Pesawat Tempur Baru TNI Tiba di Halim, Ini Kehebatannya

Pesawat ini mampu menyemburkan 2.000 peluru per menit

Pesawat T-50 Golden Eagle buatan Korea Selatan
Pesawat T-50 Golden Eagle buatan Korea Selatan (asiandefensenews.com)
Indonesia terus memperkuat armada militernya. Kali ini, militer Indonesia mendatangkan 16 pesawat tempur asal Korea Selatan, T-50i Golden Eagle. Pesawat ini diklaim sebagai pesawat tempur canggih dan mematikan.

Hari ini, Kamis 13 Februari 2014, ke-16 pesawat buatan Korean Aerospace itu sudah tiba di Pangkalan Udara Halim Perdanakusumah, Jakarta. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono meninjau langsung kedatangan.

Kepala Dinas Penerangan Angkatan Udara, Marsekal Pertama TNI, Hadi Tjahtjanto, mengatakan 16 pesawat ini bertujuan untuk peremajaan alutsista TNI AU, dari pesawat latih dasar hingga pesawat tempur canggih.

Pesawat T-50i ini didatangkan untuk menggantikan pesawat Hawk MK 53 yang sudah ada sejak 1980. Pesawat ini akan digunakan sebagai pesawat latih calon penerbang tempur.

"Pesawat ini akan memperkuat skuadron udara 15 pangkalan udara Iswahjudi, Madiun, Jawa Timur. Dikirim ke Indonesia dalam beberapa tahap, mulai bulan September 2013-Februari 2014," kata Hadi.

T-50i Golden Eagle dilengkapi mesin general elektrik F404-GE-102 yang mampu menghasilkan daya dorong 17.700 pounds dengan after burner dan 11.000 pounds dengan tenaga mil power.

Bahkan, bila dibutuhkan, kecepatan maksimal bisa mencapai 1,5 mach atau 1,5 kali kecepatan suara. Dalam konfigurasi lengkap pada bobot maksimal 27.322 pounds (14 ton) pesawat ini mampu dengan mudah menanjak hingga ketinggian mencapai 55.000 kaki dari permukaan laut.

Desain dan penampilan pun sekilas mirip F16. Sebagai pesawat tempur, T-50i memiliki kelincahan, kepraktisan dan kemampuan persenjataan untuk digunakan sebagai misi multirole. Sanggup bertempur di udara dan cukup mematikan terhadap sasaran bawah. Total kapsitas angkut persenjataan sekitar 10.500 pound atau 15 ton.

Pesawat ini juga dilengkapi cannon gatling internal 3 laras general dynamics 20 mm yang mampu menyemburkan 2.000 peluru per menit. Canon ini ditempatkan di sisi kiri kokpit.

Lima external station pada bagian under fuselage dan under wing serta dua missile laucher rail pada wing tip untuk membawa semua jenis bom, rudal maupun roktet.

Delapan pesawat memiliki warna biru dan kuning khas tim aerobatik kegendaris TNI AU "Elang Biru". Delapan lainnya memiliki warna kamuflase hijau, sehingga bisa digunakan sebagai misi tempur.

Panjang pesawat ini 43 kaki serta lebar sayap 31 dan tinggi 61 kaki. Desain kokpit pesawat generasi keempat modern.

"Pesawat ini sanggup mengantarkan para penerbang muda TNI AU menjadi kesatria pengawal dirgantara di pesawat-pesawat tempur garis depan kita, yaitu F16 C/D, Sukhoi 27/30 hingga pesawat tempur generasi 4,5," kata Hadi.

Direncanakan, pesawat ini akan dilengkapi radar udara. Sehingga mampu mengubah misi, dari latih jet, langsung bisa digunakan pada semua misi operasi. "Baik misi udara ke udara, udara ke darat dan dalam segala cuaca," kata dia.

Sementara dalam serah terima pesawat di Skuadron 17 Halim Perdanakusuma, Presiden Direktur Korea Aerospace Industries secara simbolis menyerahkan pesawat T-50i kepada Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro.

Rudal Hellfire II Indonesia Diproduksi

Rudal  HELLFIRE AGM-114R3
Rudal HELLFIRE AGM-114R3

HELLFIRE SYSTEMS, Orlando – Florida, AS mendapatkan kontrak senilai 157 juta USD, untuk memproduksi rudal Hellfire II pada tahun 2014. Pengadaan logistik dari Angkatan Darat AS ini, tercatat dalam kontrak W31P4Q-11-C-2042 di Departemen Pertahanan AS, tanggal 10/ 02/ 2014.
Kontrak ini melibatkan penjualan alutsista Amerika Serikat kepada: Arab Saudi, Yordania dan Indonesia. Dana sebesar 157 juta USD disiapkan untuk tahun fiskal 2012, 2013 dan 2014. Pengerjaan rudal Hellfire II oleh HELLFIRE SYSTEMS, Orlando – Florida diperkirakan selesai tanggal dari 30 November 2016.
Pengadaan misile Hellfire II ini telah diajukan oleh U.S. Army Contracting Command, Redstone Arsenal, Huntsville – Alabama.
Helikopter Apache Longbow mengusung rudal Hellfire
Helikopter Apache Longbow mengusung rudal Hellfire

Hellfire II memiliki tiga hulu ledak pilihan: hulu ledak tandem (untuk menghancurkan advanced/reaktif armor), hulu ledak fragmentasi untuk menghancurkan soft target, lapis baja ringan, kapal kecil, serta hulu ledak thermobaric yang menggunakan logam ditambah bahan peledak, yang digunakan untuk perang kota, bunker, gedung-gedung dan target tersembunyi lainnya. Hulu ledak thermobaric dirancang untuk menimbulkan kerusakan yang lebih besar dalam struktur multi-kamar, dibandingkan hulu ledak Hellfire standar atau hulu ledak fragmentasi.
Kombinasi antara: rudal Hellfire II yang presisi, sistem penembakan Longbow serta kemampuan fire and forget Hellfire yang sangat tajam memindai lawan/sasaran, memberikan fleksibilitas kepada komandan di medan perang, untuk menjalankan berbagai skenario/ misi, memungkinkan respon yang cepat dan mobilitas tinggi yang tidak bisa diberikan oleh senjata anti-armor lainnya. (defense.gov).

Helicopter Fennec Segera Perkuat TNI AD

Helikopter Serang AS-550 Fennec (photo:eurocopter)
Helikopter Serang AS-550 Fennec (photo:eurocopter)

Helikopter serbu ringan AS 550 Fennec akan memperkuat TNI Angkatan Darat (AD). Dari 12 unit yang dipesan TNI AD, beberapa helikopter yang diproduksi Eurocpter melalui PT Dirgantara Indonesia, sudah bisa dioperasikan pada 2014 ini. “Untuk 12 heli Fennec yang akan dibeli TNI AD, rencana tiba tahun 2014 dan 2015,” ujar Kepala Dinas Penerangan TNI AD Brigjen Andika Perkasa dalam keterangan tertulis yang diterima Liputan6.com di Jakarta, Selasa (11/2/2014). Namun Andika belum tahu berapa unit helikopter pesanan yang sudah jadi pada 2014 ini.
Yang jelas, dari 12 unit yang dipesan, 8 unit akan ditempatkan di Squadron-12 Serbu Waytuba, Sumatera Selatan, 3 unit di Squadron-13 Serbu Tanjungredep, Kalimantan Timur, dan 1 unit di Pusdik Penerbangan TNI AD Semarang, Jawa Tengah.
Untuk mengoperasikan helikopter-helikopter serbu itu, TNI AD telah menyiapkan pilot beserta teknisinya. AS 550 Fennec berupa helikopter berbadan kecil dengan single engine ini merupakan bagian dari modernisasi alat utama sistem persenjataan (alutsista) sesuai program Minimum Essensial Force (MEF).
Eurocopter AS 550 Fennec Multirole buatan Perancis (Jetphoto.net/Javier González)
Eurocopter AS 550 Fennec Multirole buatan Perancis (Jetphoto.net/Javier González)

“Kebutuhan SDM untuk operasional Heli Fennec disiapkan 23 penerbang dan 31 teknisi,” tambah dia. Sementara, untuk helikopter Apache yang dipesan dari Amerika Serikat akan tiba pada tahun 2017. Meski belum datang, TNI telah menyiapkan sejumlah personel. “Kebutuhan SDM untuk operasional heli Apache direncanakan 24 penerbang dan 59 teknisi. Gelar heli Apache ini masih belum ditentukan,” ujar Andika. (news.liputan6.com)

Perkiraan Kekuatan Kapal Selam TNI AL 10 Tahun ke Depan


Kapal Selam Kilo Class, Rusia
Kapal Selam Kilo Class
Menghadapi perkembangan situasi geopolitik di kawasan Asia Pasifik yang sering beruba-ubah, maka Indonesia khususnya TNI harus siap menjaga kedaulatan NKRI.
Pada tahun 2008 pemerintah kembali menegaskan komitmennya untuk membangun kekuatan pertahanan Negara dengan memasukan istilah kekuatan pokok minimum (Minimum Essential Forces) dalam Peraturan Presiden Republik Indonesia No.7/2008 tentang Kebijakan Umum Pertahanan Negara.
Point 9 dalam Perpres tersebut yang membahas mengenai kebijakan pembangunan pertahanan nasional menyebutkan bahwa:
“Pembangunan Komponen Utama didasarkan pada konsep Pertahanan Berbasis Kemampuan (Capability-based defence) tanpa mengesampingkan kemungkinan ancaman yang dihadapi serta tahap mempertimbangkan kecenderungan perkembangan lingkungan strategik. Pelaksanaannya diarahkan kepada tercapainya kekuatan pokok minimum (Minimum Essential Force), yakni tingkat kekuatan yang mampu menjamin kepentingan strategis pertahanan yang mendesak, Pengadaan Alat Utama Sistem Senjata (Alutsista) dan peralatan lain diprioritaskan untuk menambah kekuatan pokok minimal dan/atau mengganti Alutsista/alat peralatan yang sudah tidak layak pakai”
Saat ini TNI AL memiliki kekuatan dua armada tempur yaitu armada barat dan timur dengan alutsista utama 154 KRI , 209 KAL, dan dua divisi Marinir. Salah satu kekuatan yang disiapkan adalah armada kapal selam.
Sampai tahun 2014 ini, TNI AL hanya mengandalkan 2 kapal selam Nanggala Class. Salah satu andalan pemukul armada TNI AL ini adalah KRI Nanggala. KRI Nanggala ini pada 4 tahun lalu diperbaiki menyeluruh (overhaul and retrofit) selama 24 bulan di Dermaga Daewoo Shipbuilding & Marine Engineering, Okpo, Korea Selatan. Sistem manajemen tempur dan operasi kapal selam kelas U-209/1300 itu diperbarui memakai sistem dari Norwegia.
Sistem baru KRI Nanggala-402 diterapkan dari teknologi manajemen tempur dan operasi dari Norwegia. Teknologi digital itu memungkinkan komandan kapal mengambil keputusan secara lebih cepat, efisien dan tepat atas posisi dan kedudukan kapal terhadap sasaran yang dituju.
Dengan sistem  baru ini, kapal selam bisa meluncurkan empat torpedo secara salvo pada selang waktu sangat rapat. Kapal selam sepanjang 59 meter ini memiliki delapan tabung peluncur torpedo pada ujung haluan utamanya.
Indonesia juga tengah membangun tiga kapal selam baru bersama Korea Selatan dengan skema transfer of technology(ToT). Kapal selam (KS) kelas Chang Bogo (CBG) milik Korea Selatan aslinya merupakan KS Tipe 209/1200 yang diketahui telah menerima berbagai modifikasi kelas berat, sejak permulaan abad 21 diantaranya, termasuk penambahan panjang lambung kapal menjadi setara KS Tipe 209/1400 dan Tipe 209/1500*, kemampuan untuk meluncurkan rudal sub-Harpoon, penggunaan sistem AIP juga sistem akustik penangkal torpedo baru (Torpedo Acoustic Counter Measures / TACM) yang dikembangkan secara mandiri oleh Korea Selatan.
Selain kemampuan untuk meluncurkan peluru kendali dan perangkat sonar yang lebih canggih, dari segi ukuran fisik Chang Bogo lebih besar 100 ton dibanding KRI Cakra dan KRI Nanggala yang memiliki kelas bobot 1.300 ton. Tidak hanya itu, CBG dapat dilengkapi dengan torpedo kelas berat, buatan Korea Selatan – White Shark (Baek Sang Eo Torpedo) yang juga memiliki kemampuan meluncurkan rudal anti kapal permukaan Hae Sung .  Tidak lupa pemasangan sonar pada sisi lambung kapal selam telah direncanakan untuk pengembangan lebih lanjut.
Harapan Kekuatan Pemukul Bawah Air TNI AL Mendatang.
Menurut  KSAL Laksamana (TNI) Marsetio sebagai negara kepulauan, Indonesia idealnya memiliki 12 kapal selam sesuai target kekuatan pokok minimal (minimum essential force/MEF).
Indonesia tampaknya dalam waktu dekat diperkirakan membeli dua kapal selam kelas 877EKM dari Rusia dengan senjata  andalan Club – S sebelum pergantian Kepemimpinan di Indonesia tahun 2014. Kemungkinan besar mengambil kapal selam kelas 877 punya Angkatan Laut Rusia.
Langkah pemerintah yang mempertimbangkan untuk menerima tawaran kapal selam dari Rusia sangat masuk akal. Pasalnya, kebutuhan alat utama sistem senjata (alutsista) jenis kapal selam mendesak bagi Indonesia, untuk mengamankan tiga jalur laut internasional, yakni alur laut kepulauan Indonesia (ALKI) I, II dan III.
Kebutuhan 2 kapal selam kilo ini sangat mendesak dan pada tahun 2014 akhir atau 2015 awal, diharapkan sudah ready di pangkalan Palu. Termasuk untuk mengantisipasi perkembangan LCS dan 3 antisipasi ancaman dari Selatan.
Kapal Selam kelas 877EKM Rusia
Kapal Selam kelas 877EKM Rusia

Rudal Club S
Rudal Club S

Sampai dengan tahun 2014 ini, kita mempunyai 2 kapal selam  cakra class, pengadaan 3 kapal selam baru bersama Korea Selatan dengan skema transfer of technology(ToT), dan terakhir pengadaan 2 kapal selam  rusia kelas 877EKM (kemungkinan besar bekas Angkatan Laut Rusia bukan versi ekspor /EKM). Diharapkan pada mef 1 ini Indonesia telah memiliki 7 kapal selam dengan rincian: 2 kapal selam cakra class (ready), 3 proses produksi changbogo class dan 2 proses pengadaan kilo class.
Sesuai target MEF yang ingin dicapai, Indonesia masih butuh 5 kapal selam lagi. Walau belakangan ini ada tawaran 10 kapal selam bekas dari Rusia tipe Kilo, alangkah baiknya untuk dipikir masak-masak, karena pada tahun 2020 ke depan, di kawasan ini banyak berkeliaran kapal selam tetangga yang masih  baru, kinyis-kinyis, canggih dan hasil pengadaan baru.
Alangkah baiknya khusus pengadaan 5 KS baru pada MEF 2, bukan dari jenis Kilo, apalagi bekas karena kita harus melihat unsur life time KS tersebut.
Indonesia bisa beralih ke AMUR 1650 SUBMARINE (versi ekspor terkenal nama Lada  class yaitu versi modern dari Kilo class) atau memilih kapal selam  TYPE 214 SUBMARINE  Jerman. China calon penguasa Asia Pasifik saja, memesan KS lada class dan SU-35 dari Rusia pada tahun 2013. Dengan pengadaan kapal selam sekelas Amur 1650, maka In sya’a Allah kita bisa  mengungguli kemampuan alutsista, khususnya kapal selam punya tetangga baik sebelah utara  maupun selatan.
Dengan syarat-syarat tertentu untuk KS dari Rusia, lebih cocok memilih Amur 1650 submarine class dibandingkan Amur 950 class. Hal itu tampak mulai tahun 2007/2008 Indonesia jatuh hati pada 2 KS Kilo 877 EKM dan 5 KS Amur 1650 class.
Kapal Selam Rusia, Lada Class
Kapal Selam Rusia, Lada Class
amur-class
Amur  1650  Class


Selain amur 1650 class, ks type 214 submarine bisa menjadi pilihan utama. Nah di sini  kalau TOT KS changbogo korsel berjalan lancar dan pada tahun 2018 PT PAL bisa membuat sendiri dengan lisensi dari Korea Selatan, maka  untuk produksi kapal selam berikutnya pemilihan  alternatif  KS tipe 214 submarine bisa menjadi pilihan. Dengan demikian ada kesinambungan program kemandirian alutsista, khususnya kapal selam yang diproduksi oleh Bangsa Indonesia sendiri. Apabila kemandirian telah tercapai maka 2 ks cakra class pada tahun 2020 sudah waktunya diturunkan kelasnya menjadi ks latih dan diganti oleh produksi bangsa Indonesia sendiri.
Tipe 214 Submarine Class



Perbandingan Amur 650 Class  Submarine dengan Type  214  Class  Submarine.
performance
firepower
sensorsystem
SIZE
Jumlah ideal sesuai target MEF adalah 12 ks sampai tahun 2024, namun dengan adanya penambahan 5 unit kapal selam (Changbogo dan Kilo) ini merupakan “hawa sejuk” bagi TNI-AL, untuk mencukupi standar kekuatan minimum-nya dalam menjalankan tugas menjaga perairan nusantara. Dan kami harapkan  pengadaan baru pada MEF 2 nanti, kami usul 3 ks amur 1650 class dan 2 ks tipe 214 class.
Semoga kemandirian alutsista yang  diprogramkan Indonesia tetap berjalan sesuai dengan track yang benar dan lurus, dan semoga pergantian Kepemimpinan Nasional Indonesia tetap membawa Bangsa dan Negara Indonesia yang kita cintai, lebih maju dalam semua bidang kehidupan.

JKGR.