Sistem
Pertahanan Keamanan Rakyat Semesta (Sishankamrata) merupakan rujukan sekaligus
dasar dan tujuan pembangunan kekuatan pertahanan secara berkelanjutan yang
mengamanatkan adanya keseimbangan proporsional antara komponen kekuatan
bersenjata (kombatan) dengan komponen kekuatan tak bersenjata (non-kombatan)
yang dibangun dengan mengedepankan prinsip kerakyatan, kewilayahan dan
kesemestaan.
Namun demikian, pembangunan kekuatan pertahanan
ini belum didukung oleh perencanaan kekuatan (force planning) yang
merujuk kepada metoda perencanaan kekuatan yang modern, teratur, terstruktur dan
mengintegrasikan berbagai fungsi yang tercakup dalam organisasi pertahanan. Dalam rangka menggali gagasan untuk memperkuat kesinambungan
pembangunan kekuatan pertahanan, Pusat Pengkajian Strategi Nasional (PPSN)
bekerjasama dengan Kementerian Pertahanan RI dan Forum Pemred menyelenggarakan
Diskusi Panel dengan tema, “Membangun Kemampuan Kekuatan Pertahanan
Berkelanjutan (Sustainable Defence Force Planning)”.
Diskusi panel yang dilangsungkan di Jakarta,
Jumat (29/11) menghadirkan keynote speech, Menteri Pertahanan RI
Purnomo Yusgiantoro yang mengupas tema tersebut dari perspektif pemerintah
dengan topik, “Perkembangan Lingkungan Strategis dan Tantangan Global” dan Ketua
Komisi I DPR RI drs. Mahfudz Siddiq, M.Si yang melihatnya dari perspektif
DPR/legislatif.
Diskusi panel menghadirkan tiga orang panelis
yaitu pertama, pengamat militer Dr. Andi Widjajanto yang memaparkan tentang,
“Trajektori dan Skenario ‘Net Assessment’ untuk TNI Abad XXI”. Panelis
kedua, Direktur Jenderal Strategi Pertahanan (Dirjen Strahan) Kemhan Mayjen TNI
Sonny E.S. Prasetyo, M.A yang mengangkat, “Pembangungan Kekuatan Pertahanan
Minimum Essential Force (MEF) yang berkelanjutan. Panelis ketiga
wartawan senior Kompas sekaligus juga Rektor Universitas Multimedia Nusantara
(UMN) Dr. Ninok Leksono membahas, “Peran Industri Strategis dan Teknologi dalam
Mendukung Pembangunan Kemampuan Pertahanan”.
Dalam kesempatan tersebut Menhan menyampaikan apresiasinya atas penyelenggaraan diskusi panel kali ini karena hal ini merupakan langkah yang tepat sebagai ujung dari Kabinet Indenesia Bersatu II (KIB II). Menhan berharap pada tahun depan yang merupakan akhir KIB II, pembangunan kekuatan pertahanan yang tertuang dalam Rencana Strategis (Renstra) I, II dan III dapat terus berlanjut atau berkesinambungan (Sustainable). Dilanjutkan Menhan, pembangunan kekuatan pertahanan yang berkelanjutan diawali pada tahun 2010 (awal KIB II) berupa penyelarasan doktrin, strategi, postur dan buku putih untuk mengakomodir dinamika perubahan yang terjadi tahun 2008-2010 pada saat KIB I.
Paradigma atau dinamika perubahan yang terjadi dapat berupa ancaman terdiri dari asimetris, simetris, cyber, terorisme dan masih banyak lagi. Setelah anacaman-ancaman tersebut diformulasikan selanjutnya membangun konsep dasar kekuatan pertahanan deterrence diantaranya adalah master list dan salah satu isinya adalah Minimum Essential Forces (MEP).
Diskusi panel yang dimaksudkan untuk melaksanakan diskusi konstruktif antara panelis dengan peserta membahas masalah pertahanan akan dihadiri sekitar 100 peserta yang merupakan perwakilan dari Kemhan,TNI, Kementerian/Lembaga terkait dengan pembangunan pertahanan termasuk diantaranya perwakilan dari industri pertahanan dan pemimpin redaksi (pemred) media massa nasional yang tergabung dalam forum Pemred.
Pusat Pengkajian Strategi Nasional (PPSN) yang dipimpin Marsekal Madya TNI (Purn) Daryatmo, S.Ip adalah yayasan yang didirikan oleh Laksamana (Purn) Widodo AS dan Prof. Juwono Sudarsono dengan didukung beberapa tokoh. Maksud didirikan yayasan adalah untuk memanfaatkan potensi yang ada dalam masyarakat dalam rangka memberikan sumbangan positif bagi perkembangan kehidupan bangsa. Kegiatannya diarahkan untuk melaksanakan serangkaian pengkajian berlanjut terhadap masalah nasional yang strategis dan dikerjakan oleh para ahlinya.
Dalam kesempatan tersebut Menhan menyampaikan apresiasinya atas penyelenggaraan diskusi panel kali ini karena hal ini merupakan langkah yang tepat sebagai ujung dari Kabinet Indenesia Bersatu II (KIB II). Menhan berharap pada tahun depan yang merupakan akhir KIB II, pembangunan kekuatan pertahanan yang tertuang dalam Rencana Strategis (Renstra) I, II dan III dapat terus berlanjut atau berkesinambungan (Sustainable). Dilanjutkan Menhan, pembangunan kekuatan pertahanan yang berkelanjutan diawali pada tahun 2010 (awal KIB II) berupa penyelarasan doktrin, strategi, postur dan buku putih untuk mengakomodir dinamika perubahan yang terjadi tahun 2008-2010 pada saat KIB I.
Paradigma atau dinamika perubahan yang terjadi dapat berupa ancaman terdiri dari asimetris, simetris, cyber, terorisme dan masih banyak lagi. Setelah anacaman-ancaman tersebut diformulasikan selanjutnya membangun konsep dasar kekuatan pertahanan deterrence diantaranya adalah master list dan salah satu isinya adalah Minimum Essential Forces (MEP).
Diskusi panel yang dimaksudkan untuk melaksanakan diskusi konstruktif antara panelis dengan peserta membahas masalah pertahanan akan dihadiri sekitar 100 peserta yang merupakan perwakilan dari Kemhan,TNI, Kementerian/Lembaga terkait dengan pembangunan pertahanan termasuk diantaranya perwakilan dari industri pertahanan dan pemimpin redaksi (pemred) media massa nasional yang tergabung dalam forum Pemred.
Pusat Pengkajian Strategi Nasional (PPSN) yang dipimpin Marsekal Madya TNI (Purn) Daryatmo, S.Ip adalah yayasan yang didirikan oleh Laksamana (Purn) Widodo AS dan Prof. Juwono Sudarsono dengan didukung beberapa tokoh. Maksud didirikan yayasan adalah untuk memanfaatkan potensi yang ada dalam masyarakat dalam rangka memberikan sumbangan positif bagi perkembangan kehidupan bangsa. Kegiatannya diarahkan untuk melaksanakan serangkaian pengkajian berlanjut terhadap masalah nasional yang strategis dan dikerjakan oleh para ahlinya.