Selasa, 12 November 2013

Alutsista TNI dalam Pusaran Modernisasi

 
Kapal Selam Kilo buatan Rusia
Kapal Selam Kilo buatan Rusia

Indonesia kini memasuki era kebangkitan industri pertahanan, setelah sembilan tahun secara serius membangunnya. Indonesia telah mampu memproduksi sejumlah alutsista: Senjata api, Panser, Kapal Laut, dan kini tengah mempersiapkan pembuatan kapal selam dan pesawat tempur.
“Kita harus optimistis bahwa Indonesia bisa membangun industri pertahanan untuk menjaga wilayah NKRI serta menunjang stabilitas politik dan ekonomi,” ujar Wakil Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin dalam dialog dengan masyarakat Indonesia di Seoul, Korea Selatan, Minggu (10/11). Wakil Menteri Pertahanan berada di Seoul hingga Rabu (13/11) untuk mengikuti “Cyber Defence Conference” dan meninjau pabrik pembuatan T-50i Golden Eagle, pesawat tempur pesanan Indonesia yang dibuat Korea Selatan (Korsel).
Indonesia telah memesan satu skuadron -16 unit- pesawat T-50i dan pengiriman sedang berlangsung. Selain pesawat, Indonesia juga memesan kapal selam dari Korea Selatan. Saat ini, Indonesia sudah memiliki lima kapal selam dan sedang memesan tujuh kapal selam lagi. Korsel dipilih karena negara ini sejak awal menggunakan kapal selam buatan Jerman, sama seperti Indonesia. Kapal selam yang diproduksi Korsel merupakan pengembangan dari kapal selam Jerman.
Keputusan bekerja sama dengan Korsel membuat Indonesia akan lebih cepat menguasai teknologi pembuatan kapal selam. Lagi pula, kapal selam buatan Jerman yang kini dipakai akan mudah mendapat suku cadang dan perbaikan. Setelah kerja sama produksi di Korsel, pembuatan kapal selam akan dialihkanke Indonesia. “Kita akan menjadi negara pertama di ASEAN yang memproduksi kapal selam,” kata wamenhan.
Sesuai amanat UU 16/2012 tentang Industri Pertahanan, lanjut Sjafrie, Indonesia harus memproduksi sendiri senjata dan alat utama sistem persenjataan (alutsista) di dalam negeri. Impor hanya untuk senjata dan alusista yang tidak bisa diproduksi di Indonesia. “Itu pun dengan syarat harus ada alih teknologi agar dalam waktu tertentu, semuanya bisa diproduksi di dalam negeri. Alih teknologi sungguh menantang teknokrat dan profesional kita,” katanya.
“Kita tidak akan malu lagi saat latihan bersama sesama negara ASEAN, bahkan dengan negara lain di luar ASEAN, yang lebih maju. Kita bisa menunjukkan bahwa kita punya peralatan militer berat yang bagus. Senjata, panser, kapal, dan pesawat buatan Indonesia sudah diekspor. Semua kemampuan ini tinggal diitngkatkan,” ungkap Sjafrie menjawab pertanyaan para mahasiswa dan profesional asal Indonesia yang datang dari berbagai wilayah di seluruh Korsel.
Dalam 10 tahun terakhir, kata wamenhan, kemajuan persenjataan Indonesia cukup signifikan. Ini juga berkat alokasi anggaran untuk pertahanan yang meningkat. Dalam lima tahun, pemerintah mengalokaskan sekitar Rp 150 triliun untuk pertahanan. “Kita belum pakai semua karena Indonesia masih membutuhkan dana untuk peningkatan kesejahteraan rakyat dan pembangunan infrastruktur,” paparnya.
Seal Carrier Kendaraan Tempur Bawah Laut buatan Swedia, sejenis yang dimiliki Kopaska
Seal Carrier Kendaraan Tempur Bawah Laut buatan Swedia,  yang juga dimiliki Kopaska

Tiga Prinsip Universal
Mengutip Presiden SBY, Sjafrie mengatakan Indonesia memegang tiga prinsip plus satu dalam membangun bangsa dan menjaga kedaulatan negara. Pertama, kalau negara ingin kuat, politiknya harus bermartabat. Kedua, ekonomi harus tumbuh pesat. Ketiga, ada kemampuan pertahanan. “Yang harus mejadi perhatian adalah persatuan. Sepanjang ada persatuan, dalam negeri maupun yang di luar negeri, kita akan kuat,” kata Sjafrie.
Sistem pertahanan memberikan kontribusi terhadap politik dan ekonomi. Saat ini, di era global Indonesia harus meningkatkan pertahanan dan kerja sama. “Jika ingin damai, siaplah perang. Ini bukan berarti Indonesia menyiapkan perang. Tapi, sebagai negara besar dan berdaulat, kita harus mempunyai sistem pertahanan yang baik,” kata Sjafrie.
Indonesia, lanjutnya, menempuh empat kegiatan strategis untuk membangun sektor pertahanan:
Pertama, sistem pertahanan tidak hanya militer, melainkan juga nonmiliter.
Kedua, fokus pada pembangunan sumber daya manusia yang memiliki kemampuan bela negara. Hal ini bisa dijalankan setiap orang lewat pekerjaan masing-masing, tanpa perlu menjadi TNI.
Ketiga, membangun sistem pertahanan setara dengan negara lain untuk melindungi bangsa dan negara. Indonesia harus membangun kekuatan militernya hingga menjangkau seluruh wilayah wilayah. “Peralatan militer dimodernisasi agar high mobility,” papar Sjafrie.
Keempat, membangkitkan kembali industri pertahanan. Indonesia sudah menguasai teknologi menengah dan kini sedang menapak menuju teknologi tinggi. “Untuk yang kemampuan yang tangible, kita masih menengah, tapi kemampuan intangible, kita sudah sangat tinggi,” ujar Wakil Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin. 
 JKGR.

Minggu, 10 November 2013

Hacker Indonesia diakui peretas nomor satu di dunia

Hacker Indonesia diakui peretas nomor satu di dunia
Hacker Indonesia. © Softpedia.com



Dengan lumpuhnya beberapa situs Autralia setelah 'dihajar' para hacker tanah air semalam (8/11), banyak mengakui bahwa Indonesia memiliki kualitas hacker nomor satu di dunia.

Meski tidak valid dari mana penilaian itu diambil, namun dari beberapa fakta yang ada, dapat disimpulkan demikian. Bahkan, dua dari peringkat 20 besar hacker top di dunia ini berasal dari Indonesia.

Diketahui, mereka biasanya menggunakan nickname Hmei7 dan Kamtiez. Tidak hanya itu, salah hacker lain dari Indonesia berinisial Bi4kkob4r berhasil meruntuhkan tembok keamanan Facebook.

Dengan jebolnya sistem keamanan Facebook, Bi4kkob4r berhasil mendapatkan ganjaran uang senilai USD 2000 atau setara Rp 22,7 juta. Hal ini karena Facebook selalu memberikan imbalan uang pada siapa saja yang telah berhasil membobol jaringan keamanannya.

Sementara hacker Indonesia yang menuai prestasi gemilang adalah Jim Geovedi. Dia berhasil mengubah arah gerak dari satelit saat menjadi pembicara di BBC news tahun 2006 silam. Bahkan Amerika mengakui hal tersebut. Setidaknya warga Amerika pernah mengalami dijahili oleh hacker dari tanah air.
Merdeka.

Siapa habisi Jenderal Mallaby?

Siapa habisi Jenderal Mallaby?
Brigadir Jenderal Mallaby (kanan) dan tentara Jepang.. ©2013 blogspot.com



Setelah tercapai kesepakatan damai antara Indonesia dan Inggris di Surabaya, Brigadir Jenderal Aubertin Walter Sothern (A.W.S.) Mallaby, pimpinan pasukan Inggris di kota itu, melakukan kunjungan ke pos-pos pasukannya untuk menyebarkan hasil perundingan. Pihak Indonesia bertemu dengan rombongan Mallaby di Jembatan Merah dekat Gedung Internatio.

Terjadi ketegangan dalam pertemuan itu hingga terjadi baku tembak dan membuat Mallaby tewas dalam mobilnya dengan kondisi hangus. Siapa pembunuh Mallaby dalam insiden itu?

Baik Inggris maupun yang lain mempunyai versi tersendiri. Inggris menyebut Mallaby tewas di tangan tentara atau pemuda Indonesia yang dengan tembakan. Sedangkan versi lainnya menyebut, Mallaby tewas karena granat yang meleset di lemparkan anak buahnya, Kapten R.C. Smith.

Dalam paper JGA Parrot yang berjudul, 'Who Killed Brigadier Mallaby?' Parrot menyebut, bisa saja dua hal itu yang menyebabkan kematian Mallaby. Meski demikian, Parrot melihat kemungkinan kematian disebabkan granat yang dilemparkan anak buahnya. Parrotr tidak memberikan jawaban siapa yang salah dan pihak mana yang membuat tewas Mallaby. Dia hanya memberikan konklusi atas analisanya dari berbagai keterangan bukti dokumen, dan pengakuan yang digunakan.

"Tewasnya Mallaby karena kesalahannya sendiri," tulis Parrot.

Parrot beralasan, Mallaby selaku pimpinan pasukan Inggris di Surabaya tidak memberikan respons cepat saat insiden tembak berlangsung. Selain itu, menurutnya, Mallaby tidak menerapkan standar jalan, seperti saat pasukan Inggris perang mengalahkan Jerman. Rasa sombong pasukan Inggris yang meremehkan pasukan Indonesia membuatnya abai pada keselamatannya.

Penelitian Parrot itu banyak mengumpulkan keterangan dari saksi yang ada saat kejadian. Salah satunya kesaksian Kapten Smith. Smith dalam kesaksian tertulisnya merasakan, setelah sekitar 15-30 detik ditembak oleh pemuda Indonesia, Mallaby kemudian tewas. Namun dia juga mengakui, granat yang dilempar dan meleset mengakibatkan meledak dan terbakarnya bagian jok mobil tempat duduk Mallaby.

Lalu siapa yang memulai melakukan tembakan dalam insiden itu? Dari kesaksian Kapten Smith, Mayor Gopal, dan anggota senat Inggris Tom Driberg, yang mendapatkan keterangan dari ajudan Mallaby, disebutkan yang memulai menembak adalah tentara Inggris di Gedung Internatio atas perintah Mayor Gopal. Dapat disimpulkan, insiden itu yang menewaskan Mallaby adalah anak buahnya sendiri.

Namun dalam papernya, Parrot menyebutkan, dari kesaksian Tom Driberg pada 20 Februari 1946 di parlemen Inggris, dia juga ragu kalau Mallaby dibunuh oleh orang Indonesia. Driberg juga sangsi kalau Mallaby dihabisi dengan licik oleh Indonesia.

Menurut Driberg, itu hanya alasan Inggris untuk membangun ketidaksukaan pihak lain kepada Indonesia dan juga untuk melakukan serangan balik.

"Kenapa Inggris rela merendahkan kematian seorang perwira tingginya dengan alasan dibunuh dengan licik daripada dikatakan tewas dalam pertempuran, yang seharusnya menjadi kehormatan bagi setiap prajurit," kata Driberg, seperti dikutip Parrot.

Kematian Mallaby itu membuat Inggris marah dan mengirim 24.000 pasukan untuk menguasai Surabaya. Inggris mengeluarkan peringatan agar milisi Indonesia menyerahkan senjata pada 9 November. Namun tak dituruti, baru pada 10 November perang besar terjadi dan Inggris mulai mengebom Surabaya. Baru pada 20 November 1945 Inggris menguasai Surabaya.


Ribuan prajurit Inggris tewas dan sekitar 20.000 tentara Indonesia di Surabaya meninggal. Namun pada pertempuran itu, tiga pesawat Mosquito Inggris ditembak jatuh pasukan Republik. Salah satunya berpenumpang Brigadir Jenderal Robert Guy Loder Symonds terluka dan meninggal esok harinya. Selama pertempuran di Surabaya Inggris kehilangan dua jenderalnya. Inggris mengakui itu sebagai perang mereka yang paling berat setelah perang dunia II.

Saking hebatnya perlawanan tentara dan milisi Indonesia di Surabaya, pasukan Inggris menyebut Surabaya sebagai neraka di timur Jawa. Media terkemuka Amerika Serikat, New York Times, edisi 15 November 1945 memasukkan kutipan serdadu Inggris itu dengan sebutan The Battle of Surabaya.

Sedangkan (Alm) Roeslan Abdulgani menyebut peristiwa 10 November itu sebagai malapetaka yang memenggal arah sejarah Surabaya dan rute kemerdekaan Indonesia.
Merdeka.

5 Fakta jatuhnya Helikopter MI-17 TNI AD

5 Fakta jatuhnya Helikopter MI-17 TNI AD
Mi-17 TNI AD. ©wikipedia.com
 
Merdeka.com - Helikopter milik TNI AD kembali mengalami kecelakaan. Kali ini sebuah Helikopter MI-17 jatuh di daerah Kalimantan, yang berbatasan dengan Malaysia, pada Sabtu (9/11). 13 Orang tewas dalam kejadian ini, empat di antaranya tentara.

Dalam kecelakaan Helikopter MI-17 yang mengangkut 19 orang tersebut, enam korban selamat mengalami luka bakar yang cukup serius. Belum diketahui secara pasti penyebab kecelakaan ini. TNI AD membentuk tim investigasi untuk melakukan penyelidikan.

Pihak TNI AD berjanji akan bertanggungjawab sepenuhnya terhadap korban. Berikut lima fakta menarik terkait kecelakaan helikopter nahas TNI itu.

1. Jatuh di Kalimantan

Helikopter jenis MI-17 milik TNI Angkatan Darat mengalami kecelakaan saat melakukan perjalanan terbang. Pesawat ini mengangkut 19 orang penumpang yang diantaranya tentara dan beberapa warga sipil.

Seperti dilansir dari Antara, Sabtu (9/11), pesawat tersebut diketahui jatuh di wilayah Punjungan, Kabupaten Malinau, Kalimantan Utara. Kecelakaan itu terjadi sekitar pukul 11.00 WITA.

Informasi yang diperoleh dari Badan SAR Nasional (Basarnas) Kabupaten Nunukan, Octavianto, saat kecelakaan helikopter tersebut tengah mengangkut barang-barang logistik.

Barang tersebut rencananya akan diberikan kepada prajurit pengamanan perbatasan yang tengah bertugas di daerah Indonesia-Malaysia.

2. Empat prajurit dan sembilan warga sipil tewas

Merdeka.com - Dalam kecelakaan helikopter ini, 13 Orang penumpang yang terdiri dari empat prajurit TNI dan sembilan warga sipil ditemukan tewas.

"Helikopter yang jatuh dan menewaskan 13 orang di wilayah perbatasan Indonesia-Malaysia di Kabupaten Malinau, membawa logistik dan material bangunan," kata Komandan Kodim Malinau Kalimantan Utara, Letkol Inf M Yamin Dano di Nunukan, Kalimantan Utara, Sabtu (9/11), seperti dilansir dari Antara.

Empat prajurit yang tewas dalam kecelakaan tersebut merupakan kru helikopter nahas tersebut. masing-masing atas nama Kapten CPN Wahyu Ramdan, Lettu CPN Agung Budiarjo, Lettu CPN Rokhmat dan satu orang anggota Batalion Zipur Kodam VI Mulawarman, Kapten CZI Sardi.

Sementara itu, sembilan orang penumpang mengalami luka bakar. Sampai saat dievakuasi ke rumah sakit, belum ada korban tewas.

"Dua orang kru dan tujuh sipil luka bakar. Mereka sudah di evakuasi ke rumah sakit terdekat," kata Kapuspen Mabes TNI, Laksamana Muda Iskandar Sitompul kepada merdeka.com, Sabtu (9/11).

3. Jatuh karena kehilangan power

Merdeka.com - Dari penyelidikan sementara, helikopter buatan Rusia ini diduga jatuh karena kehilangan power saat melakukan penerbangan menuju lokasi.

"Sedang terbang mau menuju ke sana, mendadak ada loss instal power, power hilang," kata Kapuspen TNI Laksamana Muda Iskandar Sitompul saat dihubungi merdeka.com, Sabtu (9/11) WIB.

Karena kehilangan power, pesawat turun dengan cepat dan langsung terbakar.

Menurut Iskandar, pesawat Mi-17 ini tergolong pesawat baru. Usianya baru 2-3 tahun.

"Ini baru, tanggal pastinya mulai dioperasikan saya tidak tahu," jelasnya.

4. Jatuh saat angkut bahan bangunan

Merdeka.com - Menurut keterangan dari Kadispen TNI AD Brigjen Ruman Ahmad, saat kecelakaan terjadi pesawat itu sedang mengangkut bahan bangunan untuk pendirian pos di wilayah Punjungan, Kabupaten Malinau, Kalimantan Utara.

"Pesawat mengangkut personel TNI AD dan sejumlah pekerja. Jumlahnya masih kita data," kata Ahmad saat dihubungi merdeka.com, Sabtu (9/11).

TNI AD mengaku masih menyelidiki penyebab kecelakaan. Begitu juga dengan jumlah korban yang jatuh akibat kecelakaan pesawat buatan Rusia ini.

"Saat ini Panglima Kodam menuju ke lokasi untuk menyelidiki," kata Rukman.

5. Jatuh diperbatasan Indonesia-Malaysia

Merdeka.com - Dari informasi yang berhasil diperoleh merdeka.com, helikopter yang dipiloti Lettu CPN Agung ini seharusnya tiba di Long Bulan sekitar pukul 10.06 WITA. Namun, hingga pukul 10.30 WITA, heli berisi 21 penumpang termasuk kru tersebut belum juga tiba di lokasi.

Tepat pukul 10.42 WITA, heli kehilangan kontak dengan radar terdekat hingga diketahui telah jatuh di kawasan Punjungan, Kabupaten Malinau, Kalimantan Utara. Dari pengamatan dari peta, wilayah tersebut berada dekat dengan perbatasan Malaysia.

Akibat kecelakaan tersebut, 13 orang tewas dan 9 orang mengalami luka bakar cukup serius.

Merdeka.

Serang asio.gov.au, hacker Indonesia didukung peretas se-Asia

Serang asio.gov.au, hacker Indonesia didukung peretas se-Asia
peretas. Gizmodo.com



Hacker Indonesia berhasil mematikan situs http://asis.gov.au hingga status 404 Not Found. Sasaran berikutnya adalah situs http://asio.gov.au yang juga sama-sama situs intelijen yang telah melakukan penyadapan kepada Indonesia.

Berbeda dengan malam sebelumnya, malam ini (10/11), hacker Indonesia mendapat dukungan dari hacker lain se-Asia. Setidaknya demikian komentar yang dibaca dari laman www.status.ws mengenai status jatuhnya server situs Badan Intelijen Australia atau Australian Intelligence Service yang beralamat di www.asis.gov.au.

"All Asia Support you Indonesia," tulis Rachel yang berasal dari Thailand. Dukungan yang dimaksud adalah dukungan untuk menyerang situs pemerintahan Australia sebagai dampak aksi mata-mata dan penyadapan yang dilakukan pemerintah itu terhadap pemerintah Indonesia.

Dan menindaklanjuti serangan kemarin, walaupun situs www.asis.gov.au sudah down, namun para hacker nampaknya masih ingin memastikan bahwa situs ini benar-benar mati. Apalagi sebelumnya, situs yang dibuat down oleh para peretas Indonesia sesekali hidup kembali. "Kita mau kasih 404 not found," kata seorang hacker.

Setidaknya, terdapat dua kelompok hacker Indonesia dengan anggota lebih dari 500 orang yang tengah menyerang situs www.asio.gov.au. Om-Jin selaku komandan serangan hacker Indonesia malam ini meminta para hacker untuk jangan sampai menghentikan serangan walaupun DOWN, karena belum tentu sudah 404 Not Found.

"Persiapkan diri kalian. Ini Bukan tempat untuk mencari ketenaran, siapa hebat dan siapa master , kita semua sama. Kita hanya membuktikan kepada seluruh masyakat Indonesia, bahwa hacker, DDOSER, caridinger, terserah orang mengatakan apa, kita melakukan hal ini hanya semata-mata agar privasi Indonesia tidak terusik," ujar Om-Jin.

Grup hacker lain, Suram-Crew juga menyasar sasaran yang sama, yaitu http://asio.gov.au yang dimotori oleh Zombie-Root. Berdasarkan situs http://www.zone-h.org/archive, setidaknya sudah lebih dari 100 ribu website Australia dan Amerika Serikat yang disasar para hacker Indonesia.
Merdeka.

Kisah perebutan Don Bosco, gudang peluru terbesar di Asia

Kisah perebutan Don Bosco, gudang peluru terbesar di Asia
Pertempuran Surabaya. ©istimewa

Serangan bom atom yang dijatuhkan Amerika Serikat (AS) di Hiroshima dan Nagasaki pada 9 dan 15 Agustus 1945, membungkam ambisi Jepang untuk menguasai kawasan Asia Pasifik. Negeri Matahari Terbit menyerah tanpa syarat pada 2 September sekaligus mengakhiri perang dunia kedua.

Menyerahnya Jepang membuat daerah jajahannya di berbagai kawasan Asia, termasuk Indonesia mulai bergolak. Dwitunggal Soekarno Hatta langsung memproklamasikan kemerdekaan pada 17 Agustus, serta membuat sejumlah pemuda ikut mengangkat senjata.

Dalam buku yang diterbitkan Balai Pustaka berjudul 'Pertempuran Surabaya' tahun 1998 milik Pusat Sejarah ABRI menceritakan perjalanan panjang rakyat dalam mempertahankan kemerdekaan.

Di saat bersamaan, pemerintah Jepang di Hindia Belanda berupaya melucuti tentara Pembela Tanah Air (PETA) yang terdiri dari para pemuda pribumi. Untuk memenuhi keinginannya, mereka membohongi serdadu PETA agar menyerahkan senjatanya ke polisi Jepang, atau Keibodan.

Ternyata, rencana itu diketahui Moestopo, seorang dokter gigi yang juga pejuang. Dia menghubungi Moh Yasin selaku kepala polisi agar tak tertipu rayuan serdadu Jepang untuk melucuti tentara PETA.

Tak hanya itu, dia juga menyadari kemampuan persenjataan para pejuang masih kalah jauh dibandingkan tentara sekutu. Sebab, sebagian besar senjata yang dimiliki hanya bambu runcing, klewang, celurit dan senjata tajam lainnya.

Salah satu cara untuk mendapatkan senjata adalah dengan merebut persenjataan milik Jepang. Apalagi, mereka mengetahui balatentara Jepang memiliki gudang peluru terbesar se-Asia Tenggara di Don Bosco. Gudang ini dijaga Dai 10360 Butai Kaitsutiro Butai di bawah pimpinan Mayor Hazimoto dengan kekuatan 16 orang Jepang, 1 peleton pasukan heiho.

Keberadaan ini diketahui setelah 150 karyawan pribumi bekerja untuk menginventarisir persenjataan yang akan diserahkan kepada sekutu. Dari mereka, para tokoh mengetahui gudang tersebut bersifat strategis karena menyimpan banyak senjata dan peluru.

Mengetahui isi di dalam gudang, sekelompok pemuda, pelajar dan rakyat lantas melakukan pengepungan. Sebelum terjadi tembak-menembak tiga pemuda yang terdiri dari Subianto Notowardojo, Mamahit dan seorang wartawan Sutomo (Bung Tomo) yang ditemani perwakilan guru datang menemui Mayor Hazimoto. Mereka bernegosiasi agar Jepang menyerahkan senjata kepada rakyat Indonesia.

Permintaan lantas diamini Hazimoto. Namun dengan syarat, disaksikan polisi.

Syarat itu dipenuhi oleh ketiganya dengan memanggil Kepala Polisi Istimewa, Moh Jasin serta anak buahnya. Tak butuh waktu lama, Mayor Hazimoto menyerahkan kekuasaan gudang dengan menandatangani surat penyerahan.

Di tempat lain, tentara PETA yang dilucuti senjatanya marah. Bekas Cudanco (komandan kompi), Suryo bersama Shudanco (komandan peleton), Isa Idris menuju Kohara Butai di Gunungsari, Surabaya. Mereka menemui Kolonel Kohara untuk menyerahkan seluruh senjata yang dimiliki Jepang.

Kohara langsung mengiyakan, namun tetap meminta agar pedang samurai miliknya tidak ikut dibawa. Mendengar permintaan itu, keduanya sepakat untuk memenuhinya. Alhasil, 100 pucuk senjata berat dan ringan dibawa pasukannya.

Tak berhenti, keduanya juga menuju ke bekas markas tentara PETA di Gunungsari. Bersama pasukannya, mereka membawa 514 pucuk senjata yang terdiri dari 400 pucuk karabin, 14 pistol vickers, 50 mortir, 50 granat, dan 30 senapan berat dan ringan.

Berbeda dari ketiga tempat di atas, upaya diplomasi lain yang dilakukan Moestopo kepada pimpinan Tobu Jawa Butai (Komando Pertahanan Jawa Timur) menemui kegagalan. Padahal, di saat bersamaan lokasi tersebut sedang dikepung rakyat demi merebut senjata milik Jepang.

Moestopo lantas mengancam tidak akan bertanggung jawab serangan rakyat jika hingga pukul 10.00 WIB pasukan Jepang tetap pada pendirian. Namun, ancaman itu ditanggapi dingin.

Serangan itu pun terjadi, tembakan pertama terjadi tepat pukul 10.00 WIB usai Moestopo dan rombongannya meninggalkan kantor yang ditempati Jenderal Iwabe. Saat pertempuran terjadi, Iwabe menyadari kekuatan pasukannya tak sebanding, dia pun memohon agar tembak menembak dihentikan dan ikut berunding.

Dalam perundingan, Iwabe tetap berpendirian tidak akan menyerahkan senjata tanpa ada yang bertanggung jawab. Namun, Moestopo menjawab sembari menunjuk dirinya. "Ya ini, pemimpin Jawa Timur, yang mewakili gubernur, yang bernama Moestopo, bekas daidanco, ini yang bertanggung jawab," tegasnya.

Mendengar itu, staf Iwabe lantas menyodorkan surat penyerahan dalam bahasa Jepang. Surat itu ditandatangani secara bergantian oleh Moestopo, Soeyono, Moedjoko, Moh Jasin, Abdul Wahab dan Rahman. Setelah itu, gudang dibuka dan para pemuda berhamburan masuk sekaligus membagi-bagikan senjata.

Perebutan gudang senjata ini membuat arek-arek Suroboyo punya modal senjata melawan sekutu yang ingin kembali menguasai Indonesia.

Perebutan Gedung Setan, puncak kemenangan terhadap Jepang

Perebutan Gedung Setan, puncak kemenangan terhadap Jepang
Pertempuran Surabaya. ©istimewa  

Keberhasilan rakyat merebut senjata-senjata milik Jepang membuat semangat mereka berkobar. Para pejuang lantas membidik markas polisi rahasia (Kempetai) sebagai serangan berikutnya.

Markas ini dianggap sebagai lambang kekuasaan fasis militer Jepang, tak hanya itu, sejumlah pejuang disiksa. Bukan rahasia lagi, rakyat sering mendengar gonggongan anjing, serta rintihan para tawanan yang mengalami penyiksaan terdengar saban hari.

Dalam buku yang diterbitkan Balai Pustaka berjudul 'Pertempuran Surabaya' tahun 1998 milik Pusat Sejarah ABRI, rakyat kemudian merencanakan penyerangan ke markas yang dikenal sebagai Gedung Setan tersebut.

Di bawah koordinasi Ketua Keresidenan, Abdul Wahab, para pemuda, Badan Keamanan Rakyat (BKR) dan polisi istimewa mengepung Gedung Setan. Para pejuang datang dari segala penjuru, kabel komunikasi diputus, pagar berduri pun berhasil ditembus.

Tak disangka, serdadu Jepang telah mempersiapkan baik-baik sistem pertahanan mereka. Tepat pukul 12.00 WIB, ratusan butir peluru keluar dari lubang perlindungan. Korban mulai berjatuhan dari kedua belah pihak, aksi saling tembak terus terjadi.

Para pejuang mencoba bertahan dari peluru-peluru yang ditembakkan dari senapan milik bala tentara Jepang. Bahkan, utusan pemerintah yang terdiri dari Ketua BKR Kota Sengkono, Residen Soedirman dan Kepala Polisi Istimewa, Moh Jasin tak mampu menghentikan tembak menembak.

Dalam buku 'Memoar Jasin sang Polisi Pejuang' terbitan PT Gramedia Pustaka karangan Moh Jasin. Perwira polisi istimewa ini tak ingin korban dari pihak pejuang terus bertambah. Namun, ia juga kesulitan untuk menghentikan pertempuran sengit tersebut.

Tanpa berpikir panjang, Moh Jasin nekat menerobos terjangan peluru dari kedua belah pihak. Dengan cekatan, ia menerobos pagar berduri, berlari di tengah halaman, hingga masuk ke dalam ruang Kempetaityo (kepala polisi militer). Di tengah perjalanannya, ia melihat mayat-mayat jatuh bergelimpangan terkena peluru musuh.

Setelah berhasil masuk ke dalam gedung, kedatangannya itu membuat tentara Jepang terkejut, beberapa di antaranya dengan sigap menodongkan senjatanya ke arah Moh Jasin dan koleganya, Soeprapto. Di tengah ketegangan, dengan ia minta dipertemukan dengan Takahara, seorang penerjemah di markas itu.

Dengan kawalan ketat, keduanya lebih dulu dipertemukan dengan seorang mayor yang mampu berbahasa Inggris. Di depan perwira tersebut, Jasin minta diantar ke tempat Takahara. Mayor itu masuk ke dalam ruangan dan kembali bersama seorang yang ingin ditemuinya.

Di hadapan Takahara, dengan suara lantang Jasin meminta agar tentaranya menyerah. Dia pun berjanji akan menjaga keselamatan bala tentara Jepang yang masih hidup. Tanpa memberikan jawaban, Jasin diantar Takahara menuju Kempetaityo yang tengah memantau pertempuran.

Setelah diperkenalkan, sang komandan lantas membentak Jasin, "Mau apa?". Setelah dijelaskan maksud kedatangannya oleh Takahara, komandan tersebut malah nampak kebingungan. Tanpa berkomentar, ia berbicara dengan salah seorang stafnya untuk membahas tawaran yang diberikan dari pihak pejuang.

Dengan sigap, Moh Jasin mengambil saputangan berwarna putih dari kantong celananya. Tanpa banyak bicara, Jasin menarik paksa tangan Kempetaityo untuk mengibarkannya ke luar. Tindakan itu ternyata tidak mendapat perlawanan, sang komandan hanya mengikuti gerakan tangan yang dilakukan Jasin.

sapu tangan warna putih itu pun terlihat jelas oleh sejumlah pejuang. Dengan sorak sorai, mereka berupaya memasuki gedung. Tapi, pasukan Jepang yang masih berada di garis pertahanan menganggapnya sebagai serbuan, tembakan pun kembali menyalak hingga menyebabkan beberapa orang tewas.

Tak lama, komandan Kempetai memerintahkan Jasin dan rekannya keluar. Dengan kawalan polisi khusus Jepang, keduanya menuju serambi gubernuran. Takahara kemudian keluar dari dalam ruangan dan berjalan menuju halaman gedung, dia pun menurunkan bendera Jepang sebagai tanda Jepang telah menyerah.

Pertempuran pun berhenti seketika. Para pejuang yang berada di luar gedung bersorak-sorak gembira dan berhamburan masuk ke dalam gedung sembari berteriak "MERDEKA!". Tindakan itu ternyata mendapat dukungan dari panglima senior Jepang di Surabaya, Laksamana Madya Shibata Yaichiro.

40 Orang tercatat tewas dalam pertempuran yang paling menentukan ini, angka itu terdiri dari 25 pejuang dan 15 dari Jepang. Sementara, 81 orang terluka, yang terdiri 60 pejuang, 14 serdadu Jepang, 2 tentara China dan 5 Belanda.

Sebaliknya, berdasarkan sumber dari Jepang pada 1 Oktober 1945, peristiwa ini menewaskan 22 orang, 25 luka-luka, enam orang ditawan dan banyak yang hilang. Pertempuran ini menjadi puncak kemenangan para pejuang kemerdekaan terhadap Jepang.