Sabtu, 26 Oktober 2013

Kesaksian Prabowo Dalam Kerusuhan 1998


"Saya justru kecewa dan heran atas temuan TGPF tersebut. Saya telah memberi keterangan panjang lebar kepada TGPF dan saya yakin fakta-fakta jelas menunjukkan bahwa saya justru berjuang sekeras mungkin untuk menenteramkan keadaan,"kata Prabowo dalam suratnya. Pertemuan Prabowo dengan TGPF itu sendiri berlangsung pada 7 September 1998 di rumah kediaman Prabowo Jl.Cendana No.7, Jakarta Pusat. Dari TGPF hadir Bambang W.Suharto, Bambang Widjoyanto dan Rosita S.Noer. Berkaitan dengan surat Prabowo dari Amann tersebut, menjadi sangat menarik mengungkap apa pengakuan rinci Prabowo di depan tiga anggota TGPF itu. Dan inilah pengakuan lengkap Prabowo di depan TGPF:

Pertama saya ingin jelaskan di awal, bahwa seluruh pengamanan memang sudah merupakan sistem ABRI bahwa seluruh operasi pengamanan di bawah kendali komando otoritasnya adalah Pangdam Jaya sebagai Komando Operasi Jaya, sekaligus sebagai Komandan Garnisun. Jadi yang punya otoritas atau semua gerakan pasukan di Jakarta Raya adalah Pangdam Jaya. Hal itu sudah merupakan sistem ABRI integral. Dan hal itu sudah terjadi sejak saya menjadi tentara. Jadi sejak itu yang saya tahu demikian sistemnya.

Pada 12 Mei 1998 antara pukul 19.00-20.00 WIB saya mendapat telepon dari Pangdam Jaya, Mayjen Syafrie Syamsuddin. Kebetulan saat itu saya sedang berada di Bogor. Dari Pak Syafrie itulah untuk pertama kalinya saya mendengar peristiwa Trisakti. Melalui telepon itu Pak Syafrie menceritakan bahwa telah terjadi sesuatu yang gawat.

Pak Syafrie juga menceritakan bahwa yang meninggal mungkin 6 orang, namun itu masih belum pasti. Dari situ kita sudah memperkirakan bahwa situasi di Jakarta akan meledak. Tengah malam itu juga kemudian saya
berangkat ke Markas Kostrad di Gambir. Di markas ketika saya datang, sudah dipenuhi oleh beberapa perwira staf dan saya memberi perintah bahwa markas Gambir supaya disiapkan untuk menerima pasukan karena saya sudah memperkirakan situasi Jakarta akan meledak dan pasti bantuan akan diminta.

Untuk itu markas Gambir harus disiapkan untuk menerima kompi-kompi yang datang. Malam itu pada pukul 24.00 WIB penanganan sudah dilakukan, dan markas Gambir dalam posisi siap. Dan waktu itu saya sudah memperkirakan apa perlu menggeser pasukan ke Gambir. Jadi pada 12 Mei 1998 tengah malam saya sudah melakukan langkah antisipasi. Kemudian pada 13 Mei 1998 kita sudah mengikuti atau memonitor perkembangan. Kalau tidak salah ada satu atau dua kompi yang kita kumpulkan di Kostrad.

Dan untuk diketahui juga, saat itu ada sedikit persoalan. Yakni kita sudah memiliki rencana lama yang sudah dipersiapkan sejak sebulan sebelumnya, yakni akan mengadakan upacara di Malang, Jawa Timur, pada 14 Mei 1998. Tiga minggu sebelum tanggal 14 Mei 1998 itu saya sudah menghadap Pangab untuk meminta kesediaan Pangab menjadi Inspektur Upacara (Irup) dan Pangab bersedia.

Melihat perkembangan situasi di Jakarta, saya kembali mengecek ke Mabes ABRI dan menyarankan supaya acara di Malang ditunda saja. Namun Mabes ABRI tetap memutuskan acara di Malang jalan terus dan Pangab tetap akan hadir. Lantas saya juga menanyakan apakah saya selaku Pangkostrad apa tetap harus hadir di Malang atau sebaiknya tetap berada di Jakarta saja. Keputusan saya tetap harus berangkat juga ke Malang.

Nah, jadi itulah yang kemudian pada 14 Mei 1998 pukul 06.00 WIB saya sudah berada di Halim bersama rombongan. Rombongan ini banyak juga. Ada Kasad, Danjen Kopassus, Danjen Marinir, dll. Kami semua akhirnya berangkat juga ke Malang. Jadi pada saat peristiwa 14 Mei 1998, kami semua sedang berada di Malang sejak pagi. Begitu upacara selesai, kami semua terbang kembali ke Jakarta dan mendarat sekitar pukul 12.30 WIB.

Jadwal kembali ke Jakarta itu memang dipercepat karena sewaktu di Malang, kami mendengar ada telepon ke Pangab di ruang VIP. Saya dengar telepon dari Menko Polkam. Isi pembicaraan pada pokoknya soal keadaan Jakarta yang memburuk. Dengan informasi itu acara di Malang dipercepat satu jam, sehingga kami bisa tiba di Jakarta pada pukul12.30 WIB.

Dari Halim saya langsung menuju ke Markas Kostrad di Gambir. Di markas saya melihat ada helikopter. Rupanya Pak Syafrie sudah ada di situ. Kemudian saya menanyakan bagaimana situasinya. Pak Syafrie kemudian menyatakan, sudahlah kamu ikut saya saja. Saya pun kemudian ikut Pak Syafrie keliling Jakarta dengan menggunakan helikopter.

Dari atas saya melihat sudah banyak sekali gedung-gedung yang dibakar massa dan sebagainya. Setelah melihat situasi dari atas, kami kemudian kembali ke Gambir. Kebetulan sekali, sore itu saya punya janji bertemu dengan Pak Ahmad Tirtosudiro (sekarang ketua umum ICMI) di kantor CIDES. Kantornya kalau nggak salah di Departemen Agama, Jl.Thamrin di seberangnya Bank Indonesia.

Karena rencana itu sudah dilakukan beberapa hari sebelumnya, maka meskipun situasi kacau dan memburuk, saya berusaha untuk tetap menepati janji tersebut untuk bertemu dengan Pak Ahmad Tirto. Kan bagaimana pun Pak Ahmad Tirto itu ketua ICMI (Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia). Saat itu saya juga berharap beliau bisa kasih statement untuk menenangkan massa. Saya datang ke kantor CIDES dan di situ rupanya sudah banyak orang. Begitu banyak kerumuman orang di situ. Mungkin orang-orang CIDES atau orang-orang ICMI, saya tidak tahu. Saya masuk sekitar pukul 15.55WIB. Atau kurang 10 menit dari waktu sebagaimana perjanjian bertemu yakni pukul 16.00 WIB. Saya datang ke CIDES dengan menggunakan mobil.

Saya masuk dan kemudian menanyakan apakah Pak Ahmad Tirto ada? Ternyata Pak Ahmad tidak ada dan yang ada Pak Adi Sasono. Tapi karena saya janjinya bertemu dengan Pak Ahmad, maka saya putuskan untuk segera kembali ke Gambir. Dari selentingan kemudian saya dengar Jl.Sudirman dan Thamrin massa sudah berkumpul dalam jumlah yang besar, dan sepertinya kurang adanya pasukan.


Sarinah bahkan diisukan akan dibakar. Dari Gambir saya langsung menuju Garnisun menemui Pak Syafrie. Kepada Pak Syafrie saya mengatakan, "Frie di Thamrin pasukan tidak ada." Saya juga menyampaikan selentingan bahwa Sarinah akan dibakar massa yang datang dari Tanah Abang. Saya juga bilang bahwa saya baru saja datang dari Thamrin dan melihat di sana hampir tidak ada pasukan. Kebetulan sekali di situ ada Kasdam dan Kasgar. Nah saat itu sedikit ngotot-ngototan. Mereka bilang sudah ada pasukan, dan saya bilang, tidak ada itu pasukan. "Frie, tidak ada pasukan di Thamrin. Saya baru dari situ sepuluh menit yang lalu. Coba kamu ke situ sekarang." Saya juga menyampaikan kalau saya melihat 16 panser parkir di depan Dephankam.
Saya kemudian menyarankan agar 16 panser itu jangan nongkrong saja di situ. Sebaiknya panser itu melakukan patroli sepanjang Sudirman Thamrin untuk mencegah terjadi pembakaran. Akhirnya Pak Syafrie oke. "Saya akan lihat dan kamu ikut saya,"kata Pak Syafrie. Jadi saya bersama Pak Syafrie, kalau tidak salah Komandan Kopassus, Pak Muhdi juga ikutan. Dengan menggunakan panser kami menuju ke Dephankam. Dan memang benar di situ ada 16 panser. Lantas oleh Pak Syafrie, sebagian diperintahkan untuk mengikuti dan Pak Syafrie sendiri yang memimpin rombongan ini, kira-kira ada delapan atau sepuluh kendaraan truk dan panser yang beriringan.

Kami lantas menuju Thamrin dan di Thamrin ada massa yang sebagian adalah karyawan-karyawan yang mungkin turun dari kantor-kantor tapi tidak ada bus sehingga mereka tidak bisa pulang. Lantas rombongan kami masuk ke Jl.Sabang. Nah, pas kami masuk Sabang di situ memang ada satu regu pasukan. Satu regu jumlahnya 10 orang. Mereka hanya berdiri saja.

Sementara itu massa juga terlihat massa yang jumlahnya 20 orang atay 15 orang sudah mulai membongkar toko. Kami lantas berhenti dan beberapa anggota turun untuk mengamankan penjarah. Di situ bisa diatas, kemudian kami pergi lagi dan melewati Sarinah masuk kembali ke Jl.Thamrin. Di situ dengan menggunakan megaphone kami mengimbau agar massa pulang. Massa itu saya kira bukan penjarah. Mereka hanya datang tapi tidak pulang karena tidak ada bus, tidak ada taksi.

Kami kemudian berhenti di depan Hotel Indonesia (HI). Di situlah Pak Syafrie kemudian memutuskan agar truk-truk tersebut mengangkut massa. Dengan bantuan truk-truk itu massa diangkut, dan situasi pun kemudian terlihat reda. Setelah itu kamu kemudian bergerak lagi menuju Jl.Sudirman dan Semanggi. Itu yang saya tahu tentang kejadian 14 Mei 1998 dan saya kembali ke Markas Komando. Nah di situlah saya kira banyak terjadi pergeseran pasukan, pasukan datang dari mana, pasukan kita cari, oasukan di mana, pasukan Kostrad ditempatkan di mana dan sebagaimananya. Saya ingin tegaskan di sini, walaupun saya bintang 3, pada saat itu saya tidak mempunyai hak untuk memerintahkan Pak Syafrie. Jadi saya sering bertindak sebagai penasihat beliau, sama dengan Danjen Kopassus dan yang lainnya. Ya semacam protap (prosedur tetap) atau semacam kebiasaan konvensi. Jadi setiap ada krisis, Panglima-panglima kumpul. Biasanya juga ada dari Angkatan Laut, angkata udara dan sebagainya. Apa yang kita lakukan adalah untuk membantu Kodam Jaya karena Kodam Jaya-lah komandan operasi. Istilahnya yang punya gawelah.

Kemudian pada 14 Mei 1998 malam kami semua mengadakan rapat di Gambir. Kalau tidak salah Pangab juga hadir. Pak Sutiyoso juga hadir di situ ada di Gambir Garnisun, kendali itu ada di Garnisun. Kami semua menyampaikan laporan-laporan dalam rapat itu. Pak Sutiyoso melaporkan kebakaran sudah ada 210 titik api. Mobil-mobil kebakaran harus dikawal panser.

Dalam rapat itu juga terungkap, bahwa saat sudah terjadi kebakaran, pasukan sedikit sekali. Saya tanyakan ke Pak Syafrie, mana pasukan? Menurut Pak Syafrie, jika pasukan tidak bertindak lantaran mereka trauma
dengan kejadian 12 Mei (Tragedi Trisakti). Sebab yang menjarah adalah orang-orang miskin. Prajurit-prajurit kita juga datang dari golongan miskin. Mereka tidak tega menembak ibu-ibu dan anak-anak yang menjarah. Saya kira itu psikologisnya. Tentang massa memang saya mendengar ada yang menggerakan.
 
 
 Baru kemudian diaturlah secara teknis penempatan-penempatan pasukan, dsb. Dalam rapat itu juga diperintahkan agar semua panser harus dikeluarkan. Kemudian, saya, waktu itu selaku wakil Pangab, sempat
menanyakan, apakah ini termasuk Scorpion. Soalnya, Scorpion ini kan baru dibeli dari Ingrris. Mungkin ada masalah politik, apakah Scorpion itu boleh kita pakai di Jakarta atau tidak. Nanti seolah-olah Scorpion itu kita pakai untuk melawan rakyat sendiri. Rupanya keputusannya, termasuk Scorpion itu harus dikeluarkan.

Semua panser, semua tank yang bisa digerakan harus digerakan. Nah itulah yang saya ketahui hingga malam hari tanggal 14 Mei 1998. Kemudian tanggal 15 Mei 1998 situasi sudah mulai agak reda dan agak terkendali. Saat itu saya menyarankan supaya brigade-brigade ini memiliki pos sendiri-sendiri karena brigade itu kan memiliki markas brigade sendiri-sendiri. Nah saya sarankan Jakarta dibagi sektor-sektor.

Brigade 17 diberi satu sektor, Brigade Marinir satu sektor, Grup I Kopassus diberi satu sektor, dan akhirnya memang dibagi-bagi demikian. Kalau tidak salah Komandan Grup I Kopassus dapat sektor sekitar Tanjung Periok dan Cempaka Putih. Marinir dikasih Jakarta Selatan. Jadi Semanggi ke selatan itu Marinir. Jadi begitulah yang saya ketahui mengenai peristiwa 13, 14 dan 15 Mei 1998.

Setelah Prabowo memberi penjelasan, kemudian dilakukan tanya jawab dengan anggota TGPF. Dan berikut
petikan tanya jawab itu atas pertanyaan yang dilontarkan Rosita S.Noer: Berapa besar pasukan yang di BKO-kan? Secara rinci saya kira data-datanya ada di Kostrad. Seingat saya, mungkin pada hari pertama sampai 12 SSK. 10-12 SSK begitu.

Meningkat terus pada 14 Mei 1998, sampai puncaknya 20 Mei 1998, kalau tidak salah hampir 70, 60 kompi. Hampir 60 kompi Kostrad dari Jakarta. Dan hampir seluruhnya Jawa Tengah, Jawa Timur. Jawa Tengah masih harus membantu Yogya, karena Yogya juga ramai. Jadi kami tidak bisa mengambil batalyon yang di Purwokerto sama Kartosuro dan yang di Solo juga tidak bisa diambil. Tapi dari Jawa Barat semua kita ambil, kemudian dari Jawa Timur sebagian kita terbangkan, bahkan juga dari Ujung Pandang. Itu kalau tidak salah pada 19 Mei 1998 kita mendatangkan satu atau dua kompi dari Ujung Pandang. Cukup banyak, tapi tidak sekaligus datang. Ya pulang ya datang. Kita cari-cari lagi tapi hampir seluruh Kostrad itu sudah hampir terlibat.

Massa yang menjarah di Sabang Anda lihat spontan apa tidak?
Jadi begini, saya kalau bicara harus ada data, harus ada bukti, tapi saya kira juga ya. Jadi massa memang ada rasa ketidakpuasan, tapi ada juga saya lihat kelompok-kelompok yang menggerakan. Kita harus jujur ya di sini, karena waktu di Jl.Sabang, saya melihat ada kira-kira 20 orang yang menjarah. Satu orang di belakang mereka kurang lebih 30 meter teriak-teriak memberi order. Orang ini penampilannya agak bersih pakai rompi kayak wartawan. Rompinya warna coklat, coklat muda, orangnya agaka bersih klimis, klimis ada kumis. Jadi itu yang saya lihat langsung di situ. Belum lagi yang saya dengar-dengar, banyak laporan katanya ada ini, ada itu.

Anda sendiri sebelumnya pengikuti perkembangan Ibukota?
Ya, saya agak sulit karena terus terang saja, waktu saya pindah dari Kopassus ke Kostrad pada 28 Maret, selama dua bulan, April, Mei, saya baru satu bulan di Kostrad. Pada saat itu saya keliling-keliling ke semua bagian di Kostrad. Jadi saya tidak terlalu mengikuti perkembangan Ibukota. Dan saya pikir waktu itu kan ada Pangdam jaya, ada Danjen Kopassus, dan sebagainya.

Dan Danjen Kopassus yang baru satu bulan menjabat itu memungkin juga masih belajar. Sementara muncul kasus-kasus. Kasus orang hilang misalkan juga belum tuntas. Sudahlah, saya jadi tidak punya kekuatan untuk mengatakan siapa. Rumor-rumor, katanya ada yang mengatakan saya dalangnya, ada yang mengatakan Pak Benny Moerdani, ada yang bilang ICMI yang buat.

Kalau saya jelas bukan dalangnya, karena saya justru berusaha untuk mencegah. Dalam setiap kesempatan, sejak Desember, saat saya bertemu dengan kalangan LSM, tokoh ulama, pertemuan dengan aktivis, dan pertemuan segala macam, saya selalu minta untuk menghindari adanya aksi massa, menghindari turun ke jalan. Saya kemudian malah disebut pro status quo. Padahal jika itu saya katakan, karena untuk setiap kasus kerusuhan yang terjadi di Indonesia, selalu ditunggangi pihak ketiga. Bahkan keamanan di sini dituduh mengamankan rejim. Sejarah dunia membuktikan, apabila ada aksi massa ditembak oleh aparat keamanan dan ada yang mati, biasanya rejim itu tidak bisa bertahan lama. Mungkin kasus Tienanmen di Cina lain, karena rejimnya kuat dan otoriter.

Bagaimana dengan isu keterlibatan perguruan silat?
Saya kira tidak ada. Itu mungkin suatu kampanye untuk menghancurkan saya. Perguruan Silat SMI selalu mengambil falsaha pendidikannya adalah akhlah budi pekerti, membela negara dan membela kebenaran dan keadilan. Bahkan Dandim sering dibantu mereka dalam mengamankan wilayahnya.

Operasi Intelegen : BIN Endus AD Australia Latih Warga Pantai Selatan


Diam-diam Australia membangun jaringan di Indonesia untuk menghadang laju para imigran gelap. Sebanyak 8 orang dari Angkatan Darat (AD) tentara Australia kini sedang berada di wilayah pantai selatan, di antaranya di perairan Sukabumi, Cianjur, Garut, Tasikmalaya dan Pangandaran.

Sumber mengatakan, aksi diam-diam tentara negeri Kanguru itu telah diendus oleh intelijen Indonesia. Ke-8 tentara Australia itu membuat jaringan, semacam agen khusus yang terdiri dari warga wilayah selatan untuk melaporkan setiap ada pelolosan imigran gelap menuju Pulau Christmas.

"Menurut informasi, masyarakat tersebut akan dibayar atau digaji Rp 6 juta per bulan. Yang menjadi catatan dan perlu diwaspadai dan diantisipasi adalah wilayah Sulawesi Selatan karena merupakan salah satu daerah yang dijadikan pelarian imigran gelap," ujar sumber itu.

Namun ketika dikonfirmasi, Kepala Pusat Penerangan TNI Laksda Iskandar Sitompul mengaku tidak tahu soal pelatihan itu. Alasannya, latihan yang dilakukan AD Australia itu tidak melibatkan TNI.

"Saya baru denger. Kalau orang Australia yang ngadain latihan seharusnya tanya ke Kemenlu (Kementerian Luar Negeri), karena mereka pintu gerbangnya," kata Iskandar , Kamis (24/10).

Namun Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Michael Tene tidak menjawab telepon ketika dikonfirmasi terkait dengan masalah tersebut. Pesan pendek yang dikirim ke nomor telepon pribadinya juga tidak dijawab hingga berita ini diturunkan.

Adapun Kepala Divisi Hubungan Masyarakat Mabes Polri Irjen Pol Ronny F Sompie mengatakan belum mengetahui bahwa ada pelatihan melibatkan warga di pesisir pantai selatan pulau jawa. "Saya belum dapat informasi. Mau saya cek dulu," ujarnya.

Eurocopter EC 725 Cougar TNI AU 2014

Eurocopter Cougar EC-725 MkII (photo: Dmitry A. Mottl)

PT Dirgantara Indonesia segera menyerahkan fuselage atau badan pesawat helikopter EC 725 Cougar kepada perusahaan patungan Prancis-Jerman-Spanyol, Eurocopter. ”Sejak tahun lalu kita jadi mitra strategis Eurocopter Perancis. Disainnya dari mereka, gambarnya dari mereka. Itu nol banget. Lalu kita kerjain komponen dari gambar itu. Kita bikin badan tengah dan buntutnya,” ujar Kepala Komunikasi PT DI Sonny Saleh Ibrahim, di Kantor PT DI, Bandung (23/10/2013).
Rencananya badan pesawat ini yang akan diserahkan pekan ini ke Eurocopter di Perancis. Selanjutnya, Eurocopter memasang mesin dan baling-balingnya. “Pengerjaan sekitar enam bulan di sana. Setelah itu dikembalikan lagi kepada kita. Kita assembly-nya. Setelah beres kita serahkan pada TNI AU,” jelas Sonny.
Menurutnya helikopter Cougar ini memang dipesan oleh TNI AU. “Mereka memesan empat buah pada kita. Jadi kita tuh under licensed dengan Eurocopter. Karena hak ciptanya ada di mereka, cuma kita yang buat komponennya,” ujar  Kepala Komunikasi PT DI Sonny Saleh Ibrahim.
Ketika ditanya berapa nilai proyek empat buat helikopter ini, Sonny mengaku tidak memegang datanya. “Saya lupa lagi,” katanya. Ditargetkan empat unit helikopter Couger ini akan selesai akhir 2014.

EC725 Brazil Navy
(photo:defenseindustrydaily.com)

Mengenai kerjasama dengan Eurocopter, kemungkinan akan berlangsung lama. Sebab bukan tidak mungkin helikopter EC725 Cougar dipesan oleh negara lain. Ia menyebut untuk kembali modal, Eurocopter setidaknya harus menjual 80 unit.
“Nah kalau ada yang pesan pada mereka, pastinya PT DI terlibat. Karena kan komponennya kita yang buat. Meski under license, untuk helikopter ini kita ikut dari nol. Kalau yang lain seperti Superpuma, itu komponen bukan kita yang bikin,” terang Sonny. (finance.detik.com).
Berdasarkan press release dari Eurocopter,  kontrak kerjasama dengan PT DI meliputi pembuatan enam helokopter multi-role EC 725, yang  diserahkan kepada TNI AU mulai tahun 2014 berdasarkan kontrak yang ditandatangani bulan Maret 2012.
General characteristics EC-725

  • Crew: 1 or 2 (pilot + co-pilot)
  • Capacity: 1 chief of stick + 28 troops or 5,670 kilograms (12,500 lb) payload
  • Length: 19.5 m (64 ft 0 in)
  • Height: 4.6 m (15 ft 1 in)
  • Empty weight: 5,330 kg (11,751 lb)
  • Gross weight: 11,000 kg (24,251 lb)
  • Max takeoff weight: 11,200 kg (24,692 lb)
  • Powerplant: 2 × Turboméca Makila 2A1 turboshaft engines, 1,776 kW (2,382 hp) each
  • Main rotor diameter: 16.20 m (53 ft 2 in)
  • Main rotor area: 206.1 m2 (2,218 sq ft)
Performance
  • Maximum speed: 324 km/h (201 mph; 175 kn) in level flight
  • Cruising speed: 285 km/h (177 mph; 154 kn)
  • Never exceed speed: 324 km/h (201 mph; 175 kn)
  • Range: 857 km (533 mi; 463 nmi)
  • Ferry range: 1,325 km (823 mi; 715 nmi)
  • Service ceiling: 6,095 m (19,997 ft)
  • Rate of climb: 7.4 m/s (1,460 ft/min)
 jkgr.

Menhan Dorong Prajurit TNI Belajar Soft Power

Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro mengatakan ancaman terhadap pertahanan negara saat ini sudah meluas dan adanya kecenderungan terjadi pergeseran atau paradigma dari menggunakan hard power ke soft power. Untuk itu, Menhan mendorong kepada para prajurit TNI apablia ada kesempatan untuk belajar pula soft power.

“Ada kecenderungan ancaman dari hard power ke soft power, makannya saya selalu dorong kepada saudara-saudara kalau ada kesempatan belajar soft power, karena kedepan perangnya perang softpower”, ungkap Menhan saat memberikan ceramah pembekalan kepada Perwira Siswa Sekolah Staff dan Komando TNI Angkatan Udara (Seskoau), Rabu (23/10) di Seskoau, Lembang, Bandung.
Menhan lebih lanjut menggungkapkan bahwa tren kedepan akan marak perang menggunakan softpower, salah satunya adalah perang cyber. Untuk itu, saat ini Kemhan sedang merencanakan dan akan membangun cyber army.

Hadir mengikuti ceramah Menhan di Seskoau tersebut sebanyak 129 Pasis Seskoau Angkatan ke -50. Hadir pula Komandan Seskoau Marsekal Muda TNI Sudipo Handoyo didampingi beberapa pejabat di jajaran Seskoau mengikuti mengukuti pembekalan Menhan.

Dalam ceramahnya tersebut, Menhan menjelaskan beberapa hal terkait kebijakan pertahanan dimulai dari produk strategis pertahanan negara, kebijakan pembangunan kekuatan pertahanan, Sumber Daya Manusia (SDM) pertahanan negara hingga pembangunan sarana dan prasarana pertahanan.
DMC. 

Menhan Pastikan Indonesia Tidak Disadap AS


Amerika Serikat melalui lembaga National Security Agent (NSA) dirumorkan menyadap komunikasi 35 kepala negara secara diam-diam. Menteri Pertahanan RI Purnomo Yusgiantoro menegaskan tidak ada soal penyadapan tersebut, termasuk penyadapan terhadap Presiden RI. "Tidak ada ke kita soal penyadapan itu, bisa dipastikan," kata Purnomo di Istana Negara, Jalan Veteran, Jakarta, Jumat (25/10/2013).

Purnomo yakin kalau Indonesia tidak disadap karena mempunyai lembaga intelijen. Lembaga itu diyakini Purnomo tidak mudah diterobos oleh pihak manapun. "Kita punya Lembaga Sandi Negara (Lemsaneg), jadi tidak ada," imbuhnya. Sementara itu, Menko Polhukam Djoko Suyanto menilai berita penyadapan oleh NSA hanyalah isu lama yang tidak bisa dipertanggungjawabkan.

"Dari Dulu isunya begitu terus tidak bisa dipertanggungjawabkan. Intinya tidak ada," tuturnya. Rumor soal penyadapan komunikasi 35 kepala negara ini muncul menyusul kehebohan rumor penyadapan AS terhadap percakapan telepon Kanselir Jerman Angela Merkel. Gedung Putih telah menyampaikan bantahan soal itu, namun Merkel tetap meminta Obama untuk menjelaskan secara langsung terhadapnya.

Dokumen rahasia yang diberikan oleh pembocor intelijen AS Edward Snowden menyebutkan, Badan Keamanan Nasional AS (NSA) bekerja sama dengan sejumlah departemen dalam pemerintahan AS untuk mengamankan nomor-nomor telepon sejumlah kepala negara. Memo yang dikeluarkan oleh NSA pada tahun 2006 lalu mengindikasikan, NSA rutin melakukan penyadapan percakapan telepon sejumlah pemimpin dunia. Namun tidak disebutkan secara langsung siapa saja pemimpin dunia yang dimaksud.

Selasa, 22 Oktober 2013

Bila Bola Tak Pernah Bundar …(Analisa Intelijen)

Rabu, 13 Agustus 1997, Century Golden Hotel, New York, empat pentolan dinas rahasia paling ditakuti di dunia berembug; seorang Mossad, seorang mantan CIA, seorang jenderal KGB, dan satu jenderal intelijen China, Kung-an Pu. Mereka membicarakan nasib seorang perempuan cantik mempesona nan kesohor yang dianggap ancaman serius terhadap kelangsungan bisnis mesin pembunuh mereka.
Untuk banyak orang di dunia, perempuan cantik bernama Lady Diana Spencer dan ibu dari dua pewaris tahta Kerajaan Britania Raya itu adalah simbol keanggunan dan kemuliaan hati perempuan serta penyala spirit bagi para pecinta perdamaian. Tetapi, bagi sebagian kecil yang hidup dengan memuja teror demi keuntungan bisnis, Diana adalah ancaman paling berbahaya dan badai yang bisa menyingkap ambisi jahat mereka merekayasa perang dan permusuhan demi harta.
Mulanya, keempat orang maestro telik sandi dunia itu ragu mengungkap hasratnya; menghentikan kampanye perempuan cantik itu dalam menentang penyebaran ranjau darat yang adalah salah satu item pusaka bisnis mereka. Upaya-upaya internasional sang puteri ayu itu memang telah membuat dunia dan media massa global tiba-tiba fokus menyorot bahaya ranjau darat sehingga para produsennya –Amerika, Rusia dan China– terancam.
Mereka ingin sepak terjang Diana diakhiri selamanya, mereka hendak membunuh Diana. Masalahnya, CIA, KGB dan dinas rahasia China enggan mengerjakan aksi kotor itu. Mereka tidak ingin kematian Puteri Wales yang dilihat dunia tidak memiliki satu pun alasan untuk dibenci apalagi harus diakhiri hayatnya, terlihat tidak wajar.
Diam-diam mereka berharap pada kompatriot mereka, Mossad, yang reputasinya terkenal dalam mengeksekusi manusia tanpa terlihat sebagai korban pembunuhan. Dan ya, dinas rahasia paling efisien dan efektif di dunia itu menyanggupi permintaan ketiga rekannya tersebut. Akhirnya, bersepakat dan bersulanglah mereka, “Death to Diana.”
Babak pertama kisah misteri dibalik pembunuhan perempuan paling diincar media massa internasional sepanjang sejarah ini, dibuka dan mengalirlah paparan intrik dari situ. Selanjutnya, lembar demi lembar novel berjudul “The Lady Di Conspiracy; The Mistery Behind the Tragedy of Pont De L’alma” menyuguhkan kisah mendebarkan mengenai salah satu operasi pembunuhan intelijen paling rapi di dunia.(ref)
Mossad ….
Mossad, dinas rahasia yang paling dibenci sekaligus disegani di dunia. Banyak sudah peristiwa-peristiwa besar yang melibatkan lembaga telik sandi milik pemerintah Israel ini. MEMBUNUH adalah salah satu keterampilan Mossad, dinas rahasia Israel. Terlampau banyak daftar untuk kita sebut yang memperlihatkan bagaimana unit-unit pembunuh Mossad, yang disebut kidon, beraksi lintas negara, bahkan benua.
HaMossad leModi’in v’leTafkidim Meyuhadim berdiri bulan Desember 1949 menyusul deklarasi Zionis Israel yang didukung negara-negara Barat, khususnya Inggris dan Amerika Serikat, setahun sebelumnya. Reuven Shiloah, penasihat menteri luar negeri dan teman dekat perdana menteri David Ben Gurion, menjadi direktur pertama Mossad.
Gurion memerintahkan Shiloah mengkoordinasi semua lembaga intelijen yang dimiliki berbagai instansi di negara itu, dan melaporkan semua pekerjaannya langsung kepada perdana menteri.
“Negara Israel menugaskan Mossad untuk mengumpulkan data intelijen dan melakukan operasi rahasia di luar negeri untuk mengetahui dan menghentikan ancaman terhadap Israel dan warga negaranya, juga untuk menegakkan keamanan dan keselamatan negara,” kata Meir Dagan, direktur kesepuluh yang memimpin Mossad kini.
Berbeda dari dinas rahasia Barat seperti CIA yang membanggakan teknologi spionase dan fabrikasi informasi, Mossad melihat lebih detail dibanding sekedar mengamati dari jauh karena mereka lebih mengandalkan superioritas manusia ketimbang teknologi. Bagi mereka, intelijen yang baik selalu menuntut hadirnya kesadaran, “melihat ke arah cermin satu gambaran yang samar-samar.”
Beberapa hal yang pernah dilakukan oleh Mossad yang membuat dunia geger antara lain menculik salah satu pemimpin nazi Adolf Eichmann dari Argentina tahun 1960, pembunuhan terhadap perancang pembunuhan atlit Israel di munich tahun 1972, dan pembunuhan terhadap senior Hamas dengan menggunakan explosive handphone tahun 1996.
Tak heran, pendengaran dan penglihatan mereka lebih tajam ketimbang CIA, MI6, KGB atau lainnya. Namun, terlepas aksinya yang bengis, Mossad tidak sejorok CIA yang sembarangan mengirimkan tersangka teroris ke penjara-penjara rahasia di seluruh dunia atau ikut mengarang cerita palsu mengenai nuklir Irak.
“Dokumen-dokumen itu palsu. Semuanya diciptakan untuk CIA dan MI6 guna mendukung klaim Tony Blair dan George Bush bahwa Saddam Hussein telah memperoleh bahan uranium,” lapor agen Mossad di Roma, bernama sandi Sammy-O mengenai tuduhan Barat bahwa Saddam menguasai nuklir.
Mossad memiliki unit pembunuh kidon yang menguasai aneka jenis alat pembunuh, dari senar gitar sampai sianida.
Di luar keberpihakan sebagian besar orang Indonesia kepada lawan-lawan Israel di Timur Tengah, kerja dan reputasi Mossad mungkin berguna untuk menggambarkan Israel sesungguhnya.
Dinas rahasia Israel itu dikenal licik, licin, bengis dan selalu bergerak senyap sehingga tidak meninggalkan jejak yang memicu kontroversi pakar mengenai aksi mereka yang bisa sangat kejam itu.
Mossad dan Indonesia
Dari berbagai literatur kita dapat mengetahui bahwa petualangan Mossad di Indonesia bukanlah cerita baru. Dalam buku “Intel: Inside Indonesia’s Intelligence Service” yang ditulis Kenneth Conboy kita dapat mengetahui bahwa agen-agen dinas rahasia Israel itu terlibat begitu aktif ketika pemerintahan Orde Baru yang baru berdiri membentuk unit intelijen bernama Satuan Tugas Khusus Pelaksana Intelijen atau Satsus Pintel bulan November 1968.
Ken Conboy yang juga manajer Risk Management Advisory (RMA), sebuah lembaga konsultan keamanan, di Indonesia antara lain menyebut nama Anthony Tingle, sebagai salah seorang agen Mossad yang memegang peranan penting di lembaga pendidikan intelijen Indonesia di Cipayung.
Dalam buku yang terbit lebih dahulu, “Kopassus: Inside Indonesia’s Special Forces” Ken Conboy menulis bahwa hubungan antara dinas intelelijen Indonesia dan Mossad berlangsung hingga era 1980-an. Di masa itu, seorang agen Mossad bernama-sandi “Arizona” ikut melatih pasukan khusus Indonesia.
Di era Perang Dingin pasca-Sukarno, Indonesia menjadi ladang operasi yang sempurna—setelah Singapura—bagi dinas rahasia negara-negara Barat, terutama Central Intelligence Agency (CIA) milik Amerika Serikat, Secret Intelligence Service (SIS) yang dikenal sebagai MI6 milik Inggris, dan Mossad. Dari Indonesia, mereka mengumpulkan berbagai informasi penting untuk memukul balik Rusia dan China, juga untuk mensabotase kawasan Indo-China yang tengah dilanda perang. (ref)
Sekali lagi jejak dinas rahasia Israel, Mossad, tercium di Indonesia. Kabarnya, Mossad-lah yang memberi tahu Jakarta tentang keberadaan Azhari Husin di Batu, Malang. Apakah dinas mata-mata yang paling disegani di dunia itu juga ikut memberi andil dalam penyerangan teroris di Ciputat dan Aceh? Seorang wartawan bernama Gordon Thomas mengungkapkan kejadian itu dalam bukunya yang berjudul, ‘Gideon’s Spies’ yang diterbitkan Pustaka Primatama.
Seorang sayanim (informan) Mossad di Jawa Timur menghubungi perwira pengedalinya dan menceritakan bahwa dia melihat sejumlah orang mengontrak rumah di Batu. Dua diantaranya mirip Azhari dan Noordin M Top. Tapi Noordin tidak lama di rumah itu.”
Thomas tidak menjelaskan di manakah katsa (istilah Mossad untuk perwira kasus) itu tinggal. Namun dia menulis bahwa hanya dalam beberapa jam, sang mata-mata sudah sampai di Batu, Malang.
Setelah memastikan bahwa memang Azhari dan kelompoknya ada di rumah itu, mata-mata Mossad tersebut segera melakukan sambungan telepon ke Kedutaan Israel di India. Lalu, Kementerian Luar Negeri India diberitahu yang kemudian mengontak sejawatnya di Jakarta.
Maka, tulis Thomas dalam bukunya yang sudah diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia, operasi penyergapan pun dilakukan pada awal November 2005 berkat informasi Mossad. Dalam penyergapan itu Azhari tewas dan Noordin M Top tidak ditemukan, persis seperti yang dikatakan sang informan bahwa Noordin sudah meninggalkan rumah sehari sebelum penyergapan.
Tapi kenapa peranan Mossad itu tidak diketahui publik? Thomas punya penjelasan: selama ini memang seperti itulah yang diinginkan Tel Aviv dan negara-negara yang dibantu juga tak berterima kasih kepada Mossad. (inilah.com)
Saya ingin memberikan warning kepada segenap Instansi Intelijen di Republik Indonesia bahwa infiltrasi Mossad begitu dahsyat ke dalam Republik Indonesia. Saya tidak sudah tidak begitu paham sejauh mana infiltrasi Mossad ke dalam instansi pemerintah khususnya intelijen, polisi dan militer. Tetapi sepengetahuan saya, hubungan ketiga instansi tersebut dengan Israel via company, agen, ataupun individu asal Israel sangatlah rawan. (Intelindonesia)
Antara Eli Cohen – Adjie Massaid dan Kegaduhan Bola Indonesia
Di tahun 2005 di Eropa beredar kabar yg santer  Zenit Petersbug yg perempat final piala UEFA mengalahkan Bayern Munchen dan piala Super Eropa mengalahkan Manchester United adalah kerja para “agen2″ KGB di belakang layar. Zenit yg dimiliki Gazprom adalah juara piala UEFA dan Super Eropa.
Kremlin connection agaknya cukup kuat, perusahaan-perusahan vital dipegang oleh para agen-agen yg rata-rata selain menguasai intelligent mereka juga menguasai salah satu bidang pokok, misal ekonomi, atau Putin yg lulusan hukum international. Alexander Litvinenko seorang mantan agen KGB yg terkena racun polonium, karena membelot ke inggris, juga kabarnya diracun oleh seorang pengusaha Russia yg juga agen. Litvinenko diduga diracun di hotel karena temannya yg anggota KGB dan pengusaha Russia datang ke London, sampai saat ini agen tsb masih dilindungi oleh pemerintah Russia.
The Godfather Vladimir Putin, dia mampu kendalikan para agen dan pengusaha seperti Roman Abramovich. Pengusaha-pengusaha  itu bisa membentuk jaringan yg sangat rapi, dan pelan2 pengaruhnya sampai kemana-mana bahkan sudah masuk ke Jakarta. Yang perlu dicatat adalah mereka semua agen terlebih dahulu baru menjadi pengusaha, termasuk Kapersky (ahli encrypt decrypt), dan saya kira profesi agen nggak ada masa pensiunnya. (ref)
Politik memang berkaitan erat dengan dunia Sepakbola. Entah, apakah memang manusia membutuhkan media lain untuk menunjukkan kedaulatannya. Contoh konkret ketika Italia di Piala Dunia 1934 dan 1938 yang menjadi kampanyen politik rezim Benito Mussolini. Bahkan sampai memunculkan isu jika Italia gagal menjadi juara dunia maka nyawa harus dipersiapkan sebagai tumbal. Nyatanya prestasi dalam dunia sepakbola dianggap lebih dari sekedar kebanggan suatu negara.
Politik memang merambah dunia sepakbola. Berlusconi semasa menjabat sebagai perdana menteri sanggup menjadi orang nomor satu di AC Milan. Prestasinya sangat mengesankan. Beberapa kali AC Milan diantarkan ke tangga Juara. Mahkota Liga Champions Eropa bahkan pernah direbutnya. Publik boleh menilai, untuk melapangkan jalan menuju tahta kekuasaan diperlukan banyak pelicin yang kita sebut sebagai uang. Di Indonesia kalimat ini boleh kita tambahkan “Untuk menjadi walikota/bupati kita memerlukan sepakbola sebagai penarik simpati rakyat”. Dengan kata lain pengertian sepakbola di Indonesia memiliki persepsi sebagai ladang uang, simpati dan kesuksesan.
Politik ibarat menjalankan sebuah tirani. Ia kuat mencengkeram Bola Dunia. Artinya di seluruh dunia politik bukan lagi sebuah mata kuliah yang tercantum dalam kurikulum pendidikan. Politik ibarat authority untuk mengatur kebijakan hidup umat manusia.
Tidak ada aspek kehidupan yang tidak luput dari jamahan politik. Sepakbola bagi sebagian manusia dipandang sebagai agama kedua. Ibaratnya Sepakbola adalah sesuatu yang sifatnya principle. (ref)
Baru-baru ini, Eli Cohen, yang mengaku sebagai pegawai pajak di lingkungan Kementerian Keuangan, mengirimkan email kepada Presiden SBY. Dalam suratnya, Eli membeberkan praktik jual beli laga antara pejabat tinggi PSSI dan bandar judi Malaysia.
Praktik kotor tersebut membuat Indonesia kalah 0-3 dari Malaysia di laga pertama final Piala AFF 2010. Meski akhirnya menang 2-1 di laga kedua, Indonesia gagal menjuarai Piala AFF untuk pertama kalinya.
Eli menulis oknum PSSI itu meneguk keuntungan puluhan miliar dari aksi jual beli dengan bandar judi. “Uang tersebut untuk menyuap  peserta kongres agar memilih NH kembali sebagai Ketua Umum PSSI pada periode berikutnya,” tulis Eli.
Si penulis dipastikan menggunakan nama ‘Eli Cohen’ sebagai nama samarannya. Karena, Eli Cohen sesungguhnya nama seorang agen rahasia Mossad Israel yang dianggap sebagai salah satu mata-mata paling sukses setelah Perang Dunia II.
Eli Cohen (26 Desember 1924 – 18 Mei 1965) lahir di Mesir. Seperti dikutip wikipedia, Cohen ikut serta dalam setiap aktivitas pro Israel di Mesir selama tahun 1950-an. Dia ikut  dalam Operasi Goshen meskipun pemerintah Mesir tidak pernah dapat membuktikannya.(ref)
Tulisan Bambang Pamungkas di bambangpamungkas20.com menyanggah isu yang sangat memalukan yang dihembuskan Eli Cohen. Di akhir tulisannya Bepe menyampaikan sebuah harapan dan tentu juga harapan para pencinta sepak bola tanah air.
Sepakbola akan sangat indah jika di biarkan murni sebagai sebuah olahraga, tanpa ada embel-embel apapun”. Biarkanlah olahraga bernama sepakbola tersebut, terbebas dari isu-isu politik, persaingan bisnis atau dendam pribadi…
Terakhir Kepergian aktor Adjie Massaid begitu mengagetkan karena sebelumnya tidak tampak pria ini mengalami gangguan kesehatan. Menjabat sebagai anggota legislatif dan sekaligus menjadi manajer Timnas U-23 tentu menempatkan almarhum pada kursi panas.
Sempat beredar kabar di BlackBerry Messenger (BBM), bahwa kematian Adjie yang juga menjabat sebagai anggota DPR Komisi V dari partai Demokrat ini adalah karena diracun. Namun segera kabar tersebut dibantah oleh Nugraha Besoes yang juga menjabat sebagai Sekjen PSSI. (Kapanlagi.com)
Kepergian Adjie Massaid yang terbilang mendadak mengusik rasa ingin tahu mantan istrinya, Reza Artamevia. “Yang pasti kami juga masih selidiki apakah mas Adjie kena serangan jantung atau tidak,” ujar Reza saat ditemui di TPU Jeruk Purut, Jakarta Selatan, Sabtu (5/2/2011).
Reza mengaku sangat kaget saat mendengar Adjie meninggal setelah mengalami serangan jantung. Menurut Reza, Adjie tidak punya riwayat penyakit jantung.”Tidak ada. Sama sekali tidak ada. Saya juga kaget, kok tiba-tiba dikabarkan kena serangan jantung. Mungkin ini kehendak Ilahi,” ucap Reza. (ref)
Sebuah kebetulankah …. ditengah kegaduhan bola di Indonesia, Adjie Massaid kandidat kuat Sekjen PSSI atau bahkan bakal dicalonkan jadi  ketua PSSI meninggal dunia ??. Benar kata Reza .. Mungkin ini kehendak Ilahi…
Tapi bila bola tidak pernah bundar … apakah sebuah peristiwa dianggap biasa saja ??? susah untuk berharap sepakbola akan sangat indah jika di biarkan murni sebagai sebuah olahraga, tanpa ada embel-embel apapun …

Supersemar Yang Supersamar


Sepanjang Indonesia merdeka dapat dikatakan belum pernah sekalipun suksesi kepemimpinan nasional berlangsung dengan mulus. Empat tokoh yang pernah menjadi orang nomor satu di negeri ini, Soekarno, Soeharto, Habibie, dan Abdurrahman Wahid, semuanya terpaksa harus menyerahkan kekuasaannya dengan cara yang tidak menyenangkan.
Dalam kacamata sejarah, berulangnya suksesi kepemimpinan nasional yang tidak mulus hingga tiga kali berturut-turut bisa jadi menggambarkan bebagai kemungkinan. Bisa memperlihatkan kenyataan bahwa bangsa ini memang tidak pernah mau belajar dari sejarah atau tidak pernah berupaya menjadikan sejarah sebagai guru kehidupan. Sejarah sepertinya hanya dilihat sebagai sekedar rekaman masa lalu yang di dalamnya sama sekali tidak memiliki nilai-nilai “pelajaran”. Bisa jadi pula, gambaran sejarah tentang berbagai peristiwa di seputar suksesi kepemimpinan nasional belum terungkap secara jelas sehingga terasa sulit bagi bangsa ini untuk dapat menarik pelajaran secara optimal. (Reiza D. Dienaputra)
Misteri tampaknya merupakan hal yang merangsang sekaligus menggemaskan dalam sejarah Indonesia. Dalam hal ini sejarah peristiwa (histoire evnmentielle), terutama yang berhubungan dengan tokoh nasional. Sejarawan akan selalu memiliki keingintahuan terhadap sesuatu di balik berita. Namun kekecewaan akan timbul karena ternyata suatu peristiwa, misalnya sidang pengadilan, hanya berakhir tanpa menyeret sang dalang kejahatan. (Asvi Warman Adam)

Manakala penyebab timbulnya semua kebodohan atau ketidakmampuan dalam “membaca” sejarah dikarenakan kekuranglengkapan gambaran tentang masa lampau itu sendiri maka pemecahannya tidak lain haruslah dilakukan upaya-upaya yang signifikan sehingga kelampauan tersebut dapat tergambar secara jelas dan jernih. Dalam kaitan itu pula, sulit untuk memungkiri bahwa dari semua suksesi kepemimpinan nasional yang pernah terjadi, suksesi yang pertama relatif merupakan suksesi kepemimpinan nasional yang hingga kini paling belum tergambarkan secara utuh. Satu di antara misteri terpenting yang hingga kini menyelimuti suksesi kepemimpinan nasional pertama adalah misteri seputar Surat Perintah 11 Maret 1966 (Supersemar). Padahal, Supersemar menempati posisi penting dalam konflik politik saat itu sekaligus menjadi “kunci” pembuka yang memberi jalan bagi terjadinya suksesi kepemimpinan nasional dari Soekarno ke Soeharto. Dengan kata lain, tanpa adanya Supersemar bisa jadi tidak akan pernah berlangsung suksesi kepemimpinan nasional dari Soekarno ke Soeharto. Sayangnya, dokumen yang amat sangat penting bagi perjalanan sejarah bangsa ini beserta proses sejarah yang melingkupinya masih diselimuti kabut tebal.(Reiza D. Dienaputra)
SURAT Perintah Sebelas Maret, surat yang ditandatangani Presiden Soekarno kepada Soeharto untuk mengamankan situasi yang terjadi saat itu. Belum jelas benar apa isi surat itu. Banyak versi yang menyebut soal isi surat itu. Ada yang menganggap itulah surat yang kemudian digunakan Soeharto yang saat itu memegang komando Kostrad untuk “mengkudeta” Soekarno. Ada pula yang menganggap dengan surat itu Soeharto bisa melakukan apa saja. Dan di mana keberadaan Surat Perintah yang merupakan awal Orde Baru. (kabar news)
Misteri Supersemar (Surat Perintah Sebelas Maret) belum terpecahkan sampai sekarang. Apakah surat perintah itu betul-betul ada? Yang jelas, sampai hari ini naskah aslinya belum ada pada Arsip Nasional. Padahal, dalam Undang-Undang No. 7 Tahun 1971 tentang ketentuan-ketentuan pokok kearsipan, Pasal 11, tercantum “Barangsiapa dengan sengaja dan dengan melawan hukum memiliki arsip sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 huruf “a” undang-undang ini, dapat dipidana dengan pidana penjara selama-lamanya 10 (sepuluh) tahun”. Kita tentu menduga orang yang diberi tugas itulah yang menyimpan surat penting itu dengan hati-hati. (Majalah Tempo)
Semasa Orba berkuasa keberadaan Supersemar memperoleh tempat yang istimewa bahkan cenderung disakralkan sehingga terminimalkan dari berbagai komentar atau pandangan kritis. Pemerintah Orba sendiri yang cenderung menutup rapat setiap perbedaan pendapat yang berkaitan dengan simbol-simbol politiknya tampak selalu berupaya untuk hanya mengakui satu kebenaran sejarah yakni kebenaran sejarah sebagaimana yang ditafsirkannya. Dalam konteks inilah aksioma sejarah yang dikembangkan Benedetto Croce bahwa “true history is present history”, berlaku secara nyata, bahkan cenderung berlebihan dalam alam Orba.(Reiza D. Dienaputra)
Pemitosan sejarah di zaman Orde Baru atau rezim Soeharto paralel dengan pemitosan Soeharto itu sendiri. Semenjak kisah “SO 1 Maret 1949”, Supersemar dan “Pembangunan” pemitosan Soeharto kental sekali, malahan sempat muncul wacana “Soehartoisme” betapapun itu cukup remeh dibandingkan dengan misalnya “Sukarnoisme”. Kemiripannya terletak dalam doxologi sejarah keduanya, yakni pengisahan ketokohan dalam serba mengagung-agungkan, atau kultus individu.(Kedaulatan Rakyat)

Terkubur di Liang Kubur

Naskah asli Supersemar hingga kini masih menjadi misteri. Ketiga jenderal yang mendatangi Presiden Soekarno ke Bogor saat penandatanganan surat itu, yakni Jenderal M Jusuf, Amir Machmud, dan Basuki Rahmat, sudah almarhum. Di bagian lain, Djoko mengatakan, pihaknya saat ini juga tengah mengumpulkan arsip-arsip terkini yang cukup penting.(episweb)
Misteri seputar kelahiran Supersemar di Istana Bogor didasarkan atas dugaan bahwa ada sesuatu yang tidak wajar dalam proses pembuatan Supersemar. Apakah surat perintah tersebut dikeluarkan Soekarno melalui suatu proses pertimbangan yang matang dan terencana? Adakah kekuatan-kekuatan eksternal yang memaksa Soekarno untuk mengeluarkan surat perintah tersebut? Apakah Soekarno memformulasikan sendiri konsep surat perintah tersebut ataukah hanya tinggal menandatangani saja? Bagaimanakah suasana di dalam dan di sekitar ruangan saat surat perintah tersebut dibuat dan dikeluarkan? Jawaban-jawaban atas pertanyaan tersebut di antaranya akan dapat memberikan eksplanasi tentang ada tidaknya unsur-unsur yang bisa dikategorikan sebagai tindakan kudeta atas kekuasaan presiden. Kecurigaan bahwa Supersemar adalah sebuah kudeta atas kekuasaan Soekarno secara otomatis akan terbantahkan manakala hasil rekonstruksi ulang sejarah memperlihatkan jawaban tidak adanya sama sekali unsur-unsur yang mengindikasikan ke arah tersebut.
Sementara itu, berkaitan dengan otentisitas Supersemar misteri yang masih muncul hingga kini adalah tentang benar tidaknya isi Supersemar sebagaimana yang terpublikasikan selama ini. Ada anggapan bahwa isi Supersemar telah diubah sedemikian rupa oleh rezim Orba semata-mata untuk melegitimasikan kekuasaan politiknya. (Reiza D. Dienaputra)
Ketika Supersemar yang asli hilang, M. Jusuf menjadi tokoh yang diharapkan mau memberikakan penjelasan panjang untuk memudahkan pelacakan. Namun, tokoh yang tak suka menonjol itu berdiam diri. Mantan ketua Badan Pengawan Keuangan (BPK) itu lebih memilih mengonsentrasikan diri mengurus Masjid Al Markaz yang pendiriannya dia pelopori.
Tokoh yang citranya tetap cemerlang hingga akhir hayat itu lahir di Bone Selatan, Sulawesi Selatan, pada 23 Juni 1928. Dia merupakan orang terakhir yang menjadi saksi pembuatan Surat Perintah Sebelas Maret (Supersemar) 1966 yang mengantarkan Pak Harto menjadi presiden. Dua orang saksi lainnya, Amirmachmud dan Basuki Rahmat, sudah lebih dahulu wafat.
Dalam biografi Soeharto, Pikiran, Ucapan, dan Tindakan Saya, antara lain ditulis bahwa Menteri Veteran Mayjen Basuki Rahmat, Menteri Perindustrian Ringan Brigjen M. Jusuf, dan Pangdam Jaya Mayjen Amir Machmud menemui Soekarno di Istana Bogor pada 11 Maret 1966. Ketiganya kemudian pulang menghadap Soeharto sembari membawa surat perintah dari Soekarno. Segera setelah itu, Soeharto memimpin rapat staf dan mengundang semua Panglima Angkatan, lalu memerintahkan pembubaran PKI.
Jenderal (pur) TNI Mohammad Jusuf meninggal dunia di kediamannya di Jalan Sungai Tangka 23, Makassar, Sulsel, 9 September 2004 sekitar pukul 21.35 Wita. Mantan Menhankam dan panglima ABRI itu meninggal karena usia tua, 76 tahun, dengan membawa misteri supersemar ke liang kubur. (Jawa Pos)
Yang kita tidak ketahui, hingga kini, ialah bagaimana proses pertemuan ketiga jenderal dengan Soekarno? Yang juga misterius, apa isi surat Soekarno itu? Di mana naskah aslinya? Benarkah isinya tentang pelimpahan wewenang kepada Soeharto untuk memulihkan keamanan negara? Dan apakah surat itu dibuat secara spontan atau di bawah tekanan? ( Info Anda)
Drs Ahmad Adaby Darban SU, sejarawan UGM menyatakan bahwa arsip Surat Perintah Sebelas Maret 1966 (Supersemar) kemungkinan disimpan oleh Soeharto. “Soeharto adalah penerima surat perintah tersebut dari Presiden Soekarno dan dia merupakan pelaku yang terakhir hidup,” katanya di Yogyakarta, Senin, menanggapi pro kontra Supersemar 1966 setelah mantan Presiden Soeharto wafat. Oleh karena itu, jika ingin mengetahui fakta sebenarnya soal Supersemar, dokumen asli harus ditemukan. “Dengan ditemukannya dokumen asli Supersemar diharapkan fakta sejarah yang selama ini terkesan samar bisa terungkap jelas,” katanya. Mengenai fakta sejarah yang selama ini banyak ‘dibelokkan’, ia mengatakan tidak perlu ada pelurusan sejarah sepeninggal Soeharto. “Karena pada hakikatnya tidak ada penulisan sejarah yang obyektif, semua tergantung pada pemimpin atau penguasa pada zamannya,” kata dia. Meski demikian jika ada fakta baru yang ditemukan, dapat dijadikan fakta tandingan termasuk mengenai Supersemar.(Kedaulatan Rakyat)
Dengan berpulangnya Soeharto selaku figur sentral surat perintah kenegaraan tersebut, Supersemar makin jelas kandungan ketidakjelasannya, alias menjadi misteri politik sekaligus misteri sejarah.

Dua Aspek Supersemar

Setelah 44 tahun dikeluarkan Surat Perintah 11 Maret 1966 (Supersemar), kasus ini masih menyimpan misteri.Teks aslinya belum terdapat pada Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI) sedangkan proses mendapatkan surat itu semakin jelas.
Dokumen otentik dan cara memperolehnya dapat diibaratkan dua sisi mata uang berbeda tetapi tidak dapat dipisahkan.Kedua aspek itu seyogianya diulas secara berimbang. Dokumen Supersemar yang ada pada Arsip Nasional Republik Indonesia terdiri dari beberapa versi. Namun, sesungguhnya perbedaan antarnaskah,misalnya mengenai tempat penandatanganannya apakah Jakarta atau Bogor, tidaklah mengubah substansinya. Demikian pula jumlah halaman surat perintah tersebut, satu atau dua halaman,itu hanya soal teknis. Yang penting dipahami bahwa awal 1966 itu tampaknya belum ada mesin fotokopi di lingkungan Kostrad.
Dengan demikian, surat itu distensil atau dengan kata lain diketik ulang. Bila demikian halnya, maka tidak aneh jika terdapat berbagai perbedaan. Bahkan, pernyataan Ben Anderson bahwa Supersemar itu tertulis dalam kertas surat dengan kop MBAD juga masuk akal. Boleh jadi surat tersebut diketik ulang oleh seorang staf MBAD dengan kertas surat resmi yang berlogo AD.Pada masa itu pengetikan surat biasanya dilakukan dengan memakai kertas karbon (lembar di bawah karbon disebut tindasan). Dua nama pernah disebut sebagai pengetik surat itu yakni Komandan Cakrabirawa Brigjen Sabur dan Asisten I Intelijen Resimen Cakrabirawa Letkol Ali Ebram.
Mana yang benar? Mungkin saja keduanya karena surat itu diketik minimal dua kali yakni draf dan surat asli. Jenderal M Jusuf adalah salah seorang pelaku sejarah keluarnya Surat Perintah 11 Maret (Supersemar) 1966. Setelah saksi lainnya meninggal, maka harapan tertumpu kepada sang jenderal yang pernah menjadi panglima ABRI ini.Dia mengatakan bahwa rahasia ini akan terbuka setelah dia tiada. Maka penerbitan buku biografi Jendral M Jusuf, Panglima Para Prajurit ditunggu masyarakat. Jusuf dalam biografinya mengungkapkan bahwa dia memiliki konsep pertama, konsep kedua (setelah dikoreksi Soebandrio dan Chairul Saleh), dan tindasan kedua dari surat perintah tersebut. Jadi, surat itu diketik dengan menggunakan kertas karbon sehingga selain dari surat asli terdapat pula tindasan pertama dan kedua.
Yang asli diserahkan kepada Basuki Rachmat, tindasan pertama dipegang Sabur, dan yang kedua diberikan kepada Jusuf.Tindasan pertama dan kedua tidak ditandatangani oleh Presiden Sukarno. Seandainya hal ini benar,seyogianya keluarga M Jusuf dapat menyerahkan arsip-arsip tersebut kepada Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI). Namun, peluncuran buku yang diselenggarakan Wakil Presiden Jusuf Kalla dan dihadiri Presiden Susilo Bambang Yudoyono di Jakarta tanggal 10 Maret 2006 menjadi semacam antiklimaks karena setelah itu Djoko Utomo Kepala ANRI menyatakan keraguannya terhadap keotentikan surat yang menggunakan logo Garuda Pancasila itu.
Menurut Djoko Utomo, surat yang dikeluarkan Presiden RI tanggal 11 Maret 1966 itu berlambangkan Padi-Kapas seperti pada undang-undang yang ditandatangani oleh presiden. Sedangkan lambang Garuda Pancasila digunakan oleh menteri/departemen. Masalahnya apakah di Istana Bogor selalu tersedia kertas surat yang berkop Padi-Kapas ini karena biasanya surat-surat resmi presiden dikeluarkan di Jakarta. Meskipun dokumen asli Supersemar itu belum ditemukan,toh beberapa versi yang ada sudah mengungkapkan substansi dari perintah tersebut.Yang jadi masalah bahwa ada bagian-bagian dari surat perintah itu yang tidak dijalankan Soeharto. Soeharto tidak melaporkan hasil pekerjaannya kepada Presiden Soekarno.
Aspek kedua yaitu proses memperoleh surat tersebut yang perlu dijelaskan kepada masyarakat terutama kepada para siswa.Surat itu diberikan bukanlah atas kemauan dan keinginan Presiden Soekarno. Beliau menulis surat itu di bawah tekanan.Tiga Jenderal datang ke Istana Bogor untuk meminta surat tersebut. Sebelum berangkat ke Bogor ketiga perwira tinggi itu terlebih dahulu berunding dengan Soeharto di rumahnya di Jalan Haji Agus Salim,Jakarta. Tekanan yang diberikan kepada Presiden Soekarno tergambar dalam kesaksian yang ditulis Soebandrio.
Ketika surat itu dimanfaatkan untuk membubarkan PKI esok harinya (bahkan surat pembubaran partai komunis nomor tiga terbesar di dunia itu dikeluarkan Soeharto atas nama Presiden Soekarno dini hari tanggal 12 Maret 1966) terkesan bahwa Supersemar memang sengaja dipersiapkan untuk itu. Keputusan tersebut memperlihatkan bahwa Soeharto telah berani menantang Presiden Soekarno. Dengan kata lain, setelah keluarnya Supersemar secara de facto kekuasaan telah beralih dari tangan Presiden Soekarno kepada Soeharto.

Supersemar Diberikan di Bawah Tekanan

Tanggal 9 Maret 1966 malam Hasjim Ning dan M Dasaad, dua pengusaha yang dekat dengan Presiden Soekarno, diminta oleh Asisten VII Men/ Pangad Mayjen Alamsjah Ratu Perwiranegara untuk juga membujuk Presiden Soekarno agar menyerahkan kekuasaan kepada Soeharto.
Jelas upaya ini sepengetahuan Letjen Soeharto. Keduanya kemudian mendapat surat perintah yang ditandatangani sendiri oleh Men/ Pangad Letjen Soeharto yang menyatakan bahwa mereka adalah penghubung antara Presiden Soekarno dan Men/ Pangad.Keduanya berhasil bertemu dengan Presiden Soekarno pada 10 Maret 1966 di Istana Bogor.Hasjim Ning menyampaikan pesan tersebut. Presiden Soekarno menjadi marah dan melempar asbak kepadanya sambil berkata: “Kamu juga sudah pro- Soeharto!”Dari sini terlihat bahwa usaha membujuk Soekarno telah dilakukan, kemudian diikuti dengan mengirim tiga orang jenderal ke Istana Bogor. Sementara itu mantan Kepala Staf Kostrad Kemal Idris mengajukan satu kalimat.
Katanya, ”Kalau saya tarik pasukan itu dari Istana, Presiden Soekarno tidak akan lari, kan?” Dengan kata lain, dia ingin mengatakan,kalau ”pasukan liar” yang berada di bawah komandonya ditarik dari sekeliling Istana belum tentu ada Supersemar. Seperti diketahui, Brigjen Kemal Idris pada waktu itu mengerahkan sejumlah pasukan dari Kostrad dan RPKAD untuk mengepung Istana.Tujuan utamanya adalah menangkap Dr Soebandrio yang ditengarai bersembunyi di kompleks Istana.Memang pasukan-pasukan itu mencopot identitas mereka sehingga tidak mengherankan Komandan Tjakrabirawa Brigjen Sabur melaporkannya sebagai ”pasukan tidak dikenal” kepada Presiden Soekarno.
Sebetulnya banyak faktor yang terjadi sebelum tanggal 11 Maret 1966 yang semua menjadikan semacam ”tekanan” yang berfokus terhadap Presiden Soekarno. Dan puncak dari tekanan itu datang dari ketiga jenderal di atas. Bila tidak ada demonstrasi dan pasukan tak dikenal yang mengepung Istana di Jakarta tentu peristiwa keluarnya Supersemar di Bogor tidak terjadi. (Koran Sindo)

Menjawab yang samar

Agar upaya penelusuran kembali sejarah Supersemar dapat berjalan seobjektif mungkin maka jelas perlu dilibatkan pakar-pakar sejarah yang memiliki integritas tinggi, sekaligus mampu memerdekakan diri dari berbagai kepentingan politik.
Adapun metode yang tampaknya paling tepat untuk digunakan dalam penelusuran atau penelitian kembali sejarah Supersemar ini tidak lain adalah sejarah lisan (oral history), dengan ciri utamanya wawancara sejarah terhadap saksi hidup yang mengalami dan melihat secara langsung proses kelahiran dan perjalanan Supersemar. Juga para saksi sejarah yang mendengar, merasakan atau memikirkan secara langsung saat berbagai peristiwa yang berkenaan dengan proses kelahiran dan perjalanan Supersemar tengah berlangsung.
Dari penelusuran kembali sejarah Supersemar, jelas akan muncul berbagai kemungkinan keluaran. Namun demikian, apapun hasil yang diperoleh dari penelusuran tersebut, satu hal yang pasti, penelusuran kembali sejarah Supersemar ini akan mampu membebaskan atau setidaknya mengurangi beban sejarah yang kini dipikul Supersemar. Sementara itu, dalam kaitannya dengan eksistensi Supersemar dalam pentas sejarah Indonesia, bila seandainya diperoleh temuan baru yang sangat berarti, bisa jadi akan melahirkan penafsiran baru, tidak hanya terhadap peran Soeharto dan ketiga jenderalnya tetapi juga terhadap jalannya sejarah Orba, khususnya tentang proses suksesi kepemimpinan nasional dari Soekarno ke Soeharto. Hal itu tentunya sah-sah saja sepanjang semuanya tidak didasarkan atas kepentingan politik sesaat apalagi upaya balas dendam politik tetapi semata-mata didasarkan atas keinginan kuat untuk menyajikan sejarah apa adanya serta untuk mewariskan nilai-nilai “pelajaran” yang terkandung dalam peristiwa tersebut bagi segenap komponen bangsa. Khusus bagi para elit politik yang tengah berkuasa atau para calon elit politik, upaya penelusuran dan rekonstruksi ulang sejarah Supersemar diharapkan dapat menjadi “cermin kehidupan” sehingga tidak akan pernah sekalipun mencoba untuk berspekulasi mempermainkan jalannya sejarah ataupun memanipulasi data sejarah hanya untuk melegitimasikan sebuah kekuasaan. (Reiza D. Dienaputra)
Supersemar, sejatinya merupakan kumparan pokok pengungkit gerak berputarnya sejarah bangsa yang berhubung dengan misteriusnya sempat bergeser menjadi “Semar Super”. Penggeseran ini sekaligus memberitahukan bahwa pemitosan sejarah mulai terjadi. Padahal, secara kategoris sesungguhnya sejarah dan mitos sangat berlainan karakterisasinya — jika bukan berlawanan.