Selasa, 22 Oktober 2013

Bila Bola Tak Pernah Bundar …(Analisa Intelijen)

Rabu, 13 Agustus 1997, Century Golden Hotel, New York, empat pentolan dinas rahasia paling ditakuti di dunia berembug; seorang Mossad, seorang mantan CIA, seorang jenderal KGB, dan satu jenderal intelijen China, Kung-an Pu. Mereka membicarakan nasib seorang perempuan cantik mempesona nan kesohor yang dianggap ancaman serius terhadap kelangsungan bisnis mesin pembunuh mereka.
Untuk banyak orang di dunia, perempuan cantik bernama Lady Diana Spencer dan ibu dari dua pewaris tahta Kerajaan Britania Raya itu adalah simbol keanggunan dan kemuliaan hati perempuan serta penyala spirit bagi para pecinta perdamaian. Tetapi, bagi sebagian kecil yang hidup dengan memuja teror demi keuntungan bisnis, Diana adalah ancaman paling berbahaya dan badai yang bisa menyingkap ambisi jahat mereka merekayasa perang dan permusuhan demi harta.
Mulanya, keempat orang maestro telik sandi dunia itu ragu mengungkap hasratnya; menghentikan kampanye perempuan cantik itu dalam menentang penyebaran ranjau darat yang adalah salah satu item pusaka bisnis mereka. Upaya-upaya internasional sang puteri ayu itu memang telah membuat dunia dan media massa global tiba-tiba fokus menyorot bahaya ranjau darat sehingga para produsennya –Amerika, Rusia dan China– terancam.
Mereka ingin sepak terjang Diana diakhiri selamanya, mereka hendak membunuh Diana. Masalahnya, CIA, KGB dan dinas rahasia China enggan mengerjakan aksi kotor itu. Mereka tidak ingin kematian Puteri Wales yang dilihat dunia tidak memiliki satu pun alasan untuk dibenci apalagi harus diakhiri hayatnya, terlihat tidak wajar.
Diam-diam mereka berharap pada kompatriot mereka, Mossad, yang reputasinya terkenal dalam mengeksekusi manusia tanpa terlihat sebagai korban pembunuhan. Dan ya, dinas rahasia paling efisien dan efektif di dunia itu menyanggupi permintaan ketiga rekannya tersebut. Akhirnya, bersepakat dan bersulanglah mereka, “Death to Diana.”
Babak pertama kisah misteri dibalik pembunuhan perempuan paling diincar media massa internasional sepanjang sejarah ini, dibuka dan mengalirlah paparan intrik dari situ. Selanjutnya, lembar demi lembar novel berjudul “The Lady Di Conspiracy; The Mistery Behind the Tragedy of Pont De L’alma” menyuguhkan kisah mendebarkan mengenai salah satu operasi pembunuhan intelijen paling rapi di dunia.(ref)
Mossad ….
Mossad, dinas rahasia yang paling dibenci sekaligus disegani di dunia. Banyak sudah peristiwa-peristiwa besar yang melibatkan lembaga telik sandi milik pemerintah Israel ini. MEMBUNUH adalah salah satu keterampilan Mossad, dinas rahasia Israel. Terlampau banyak daftar untuk kita sebut yang memperlihatkan bagaimana unit-unit pembunuh Mossad, yang disebut kidon, beraksi lintas negara, bahkan benua.
HaMossad leModi’in v’leTafkidim Meyuhadim berdiri bulan Desember 1949 menyusul deklarasi Zionis Israel yang didukung negara-negara Barat, khususnya Inggris dan Amerika Serikat, setahun sebelumnya. Reuven Shiloah, penasihat menteri luar negeri dan teman dekat perdana menteri David Ben Gurion, menjadi direktur pertama Mossad.
Gurion memerintahkan Shiloah mengkoordinasi semua lembaga intelijen yang dimiliki berbagai instansi di negara itu, dan melaporkan semua pekerjaannya langsung kepada perdana menteri.
“Negara Israel menugaskan Mossad untuk mengumpulkan data intelijen dan melakukan operasi rahasia di luar negeri untuk mengetahui dan menghentikan ancaman terhadap Israel dan warga negaranya, juga untuk menegakkan keamanan dan keselamatan negara,” kata Meir Dagan, direktur kesepuluh yang memimpin Mossad kini.
Berbeda dari dinas rahasia Barat seperti CIA yang membanggakan teknologi spionase dan fabrikasi informasi, Mossad melihat lebih detail dibanding sekedar mengamati dari jauh karena mereka lebih mengandalkan superioritas manusia ketimbang teknologi. Bagi mereka, intelijen yang baik selalu menuntut hadirnya kesadaran, “melihat ke arah cermin satu gambaran yang samar-samar.”
Beberapa hal yang pernah dilakukan oleh Mossad yang membuat dunia geger antara lain menculik salah satu pemimpin nazi Adolf Eichmann dari Argentina tahun 1960, pembunuhan terhadap perancang pembunuhan atlit Israel di munich tahun 1972, dan pembunuhan terhadap senior Hamas dengan menggunakan explosive handphone tahun 1996.
Tak heran, pendengaran dan penglihatan mereka lebih tajam ketimbang CIA, MI6, KGB atau lainnya. Namun, terlepas aksinya yang bengis, Mossad tidak sejorok CIA yang sembarangan mengirimkan tersangka teroris ke penjara-penjara rahasia di seluruh dunia atau ikut mengarang cerita palsu mengenai nuklir Irak.
“Dokumen-dokumen itu palsu. Semuanya diciptakan untuk CIA dan MI6 guna mendukung klaim Tony Blair dan George Bush bahwa Saddam Hussein telah memperoleh bahan uranium,” lapor agen Mossad di Roma, bernama sandi Sammy-O mengenai tuduhan Barat bahwa Saddam menguasai nuklir.
Mossad memiliki unit pembunuh kidon yang menguasai aneka jenis alat pembunuh, dari senar gitar sampai sianida.
Di luar keberpihakan sebagian besar orang Indonesia kepada lawan-lawan Israel di Timur Tengah, kerja dan reputasi Mossad mungkin berguna untuk menggambarkan Israel sesungguhnya.
Dinas rahasia Israel itu dikenal licik, licin, bengis dan selalu bergerak senyap sehingga tidak meninggalkan jejak yang memicu kontroversi pakar mengenai aksi mereka yang bisa sangat kejam itu.
Mossad dan Indonesia
Dari berbagai literatur kita dapat mengetahui bahwa petualangan Mossad di Indonesia bukanlah cerita baru. Dalam buku “Intel: Inside Indonesia’s Intelligence Service” yang ditulis Kenneth Conboy kita dapat mengetahui bahwa agen-agen dinas rahasia Israel itu terlibat begitu aktif ketika pemerintahan Orde Baru yang baru berdiri membentuk unit intelijen bernama Satuan Tugas Khusus Pelaksana Intelijen atau Satsus Pintel bulan November 1968.
Ken Conboy yang juga manajer Risk Management Advisory (RMA), sebuah lembaga konsultan keamanan, di Indonesia antara lain menyebut nama Anthony Tingle, sebagai salah seorang agen Mossad yang memegang peranan penting di lembaga pendidikan intelijen Indonesia di Cipayung.
Dalam buku yang terbit lebih dahulu, “Kopassus: Inside Indonesia’s Special Forces” Ken Conboy menulis bahwa hubungan antara dinas intelelijen Indonesia dan Mossad berlangsung hingga era 1980-an. Di masa itu, seorang agen Mossad bernama-sandi “Arizona” ikut melatih pasukan khusus Indonesia.
Di era Perang Dingin pasca-Sukarno, Indonesia menjadi ladang operasi yang sempurna—setelah Singapura—bagi dinas rahasia negara-negara Barat, terutama Central Intelligence Agency (CIA) milik Amerika Serikat, Secret Intelligence Service (SIS) yang dikenal sebagai MI6 milik Inggris, dan Mossad. Dari Indonesia, mereka mengumpulkan berbagai informasi penting untuk memukul balik Rusia dan China, juga untuk mensabotase kawasan Indo-China yang tengah dilanda perang. (ref)
Sekali lagi jejak dinas rahasia Israel, Mossad, tercium di Indonesia. Kabarnya, Mossad-lah yang memberi tahu Jakarta tentang keberadaan Azhari Husin di Batu, Malang. Apakah dinas mata-mata yang paling disegani di dunia itu juga ikut memberi andil dalam penyerangan teroris di Ciputat dan Aceh? Seorang wartawan bernama Gordon Thomas mengungkapkan kejadian itu dalam bukunya yang berjudul, ‘Gideon’s Spies’ yang diterbitkan Pustaka Primatama.
Seorang sayanim (informan) Mossad di Jawa Timur menghubungi perwira pengedalinya dan menceritakan bahwa dia melihat sejumlah orang mengontrak rumah di Batu. Dua diantaranya mirip Azhari dan Noordin M Top. Tapi Noordin tidak lama di rumah itu.”
Thomas tidak menjelaskan di manakah katsa (istilah Mossad untuk perwira kasus) itu tinggal. Namun dia menulis bahwa hanya dalam beberapa jam, sang mata-mata sudah sampai di Batu, Malang.
Setelah memastikan bahwa memang Azhari dan kelompoknya ada di rumah itu, mata-mata Mossad tersebut segera melakukan sambungan telepon ke Kedutaan Israel di India. Lalu, Kementerian Luar Negeri India diberitahu yang kemudian mengontak sejawatnya di Jakarta.
Maka, tulis Thomas dalam bukunya yang sudah diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia, operasi penyergapan pun dilakukan pada awal November 2005 berkat informasi Mossad. Dalam penyergapan itu Azhari tewas dan Noordin M Top tidak ditemukan, persis seperti yang dikatakan sang informan bahwa Noordin sudah meninggalkan rumah sehari sebelum penyergapan.
Tapi kenapa peranan Mossad itu tidak diketahui publik? Thomas punya penjelasan: selama ini memang seperti itulah yang diinginkan Tel Aviv dan negara-negara yang dibantu juga tak berterima kasih kepada Mossad. (inilah.com)
Saya ingin memberikan warning kepada segenap Instansi Intelijen di Republik Indonesia bahwa infiltrasi Mossad begitu dahsyat ke dalam Republik Indonesia. Saya tidak sudah tidak begitu paham sejauh mana infiltrasi Mossad ke dalam instansi pemerintah khususnya intelijen, polisi dan militer. Tetapi sepengetahuan saya, hubungan ketiga instansi tersebut dengan Israel via company, agen, ataupun individu asal Israel sangatlah rawan. (Intelindonesia)
Antara Eli Cohen – Adjie Massaid dan Kegaduhan Bola Indonesia
Di tahun 2005 di Eropa beredar kabar yg santer  Zenit Petersbug yg perempat final piala UEFA mengalahkan Bayern Munchen dan piala Super Eropa mengalahkan Manchester United adalah kerja para “agen2″ KGB di belakang layar. Zenit yg dimiliki Gazprom adalah juara piala UEFA dan Super Eropa.
Kremlin connection agaknya cukup kuat, perusahaan-perusahan vital dipegang oleh para agen-agen yg rata-rata selain menguasai intelligent mereka juga menguasai salah satu bidang pokok, misal ekonomi, atau Putin yg lulusan hukum international. Alexander Litvinenko seorang mantan agen KGB yg terkena racun polonium, karena membelot ke inggris, juga kabarnya diracun oleh seorang pengusaha Russia yg juga agen. Litvinenko diduga diracun di hotel karena temannya yg anggota KGB dan pengusaha Russia datang ke London, sampai saat ini agen tsb masih dilindungi oleh pemerintah Russia.
The Godfather Vladimir Putin, dia mampu kendalikan para agen dan pengusaha seperti Roman Abramovich. Pengusaha-pengusaha  itu bisa membentuk jaringan yg sangat rapi, dan pelan2 pengaruhnya sampai kemana-mana bahkan sudah masuk ke Jakarta. Yang perlu dicatat adalah mereka semua agen terlebih dahulu baru menjadi pengusaha, termasuk Kapersky (ahli encrypt decrypt), dan saya kira profesi agen nggak ada masa pensiunnya. (ref)
Politik memang berkaitan erat dengan dunia Sepakbola. Entah, apakah memang manusia membutuhkan media lain untuk menunjukkan kedaulatannya. Contoh konkret ketika Italia di Piala Dunia 1934 dan 1938 yang menjadi kampanyen politik rezim Benito Mussolini. Bahkan sampai memunculkan isu jika Italia gagal menjadi juara dunia maka nyawa harus dipersiapkan sebagai tumbal. Nyatanya prestasi dalam dunia sepakbola dianggap lebih dari sekedar kebanggan suatu negara.
Politik memang merambah dunia sepakbola. Berlusconi semasa menjabat sebagai perdana menteri sanggup menjadi orang nomor satu di AC Milan. Prestasinya sangat mengesankan. Beberapa kali AC Milan diantarkan ke tangga Juara. Mahkota Liga Champions Eropa bahkan pernah direbutnya. Publik boleh menilai, untuk melapangkan jalan menuju tahta kekuasaan diperlukan banyak pelicin yang kita sebut sebagai uang. Di Indonesia kalimat ini boleh kita tambahkan “Untuk menjadi walikota/bupati kita memerlukan sepakbola sebagai penarik simpati rakyat”. Dengan kata lain pengertian sepakbola di Indonesia memiliki persepsi sebagai ladang uang, simpati dan kesuksesan.
Politik ibarat menjalankan sebuah tirani. Ia kuat mencengkeram Bola Dunia. Artinya di seluruh dunia politik bukan lagi sebuah mata kuliah yang tercantum dalam kurikulum pendidikan. Politik ibarat authority untuk mengatur kebijakan hidup umat manusia.
Tidak ada aspek kehidupan yang tidak luput dari jamahan politik. Sepakbola bagi sebagian manusia dipandang sebagai agama kedua. Ibaratnya Sepakbola adalah sesuatu yang sifatnya principle. (ref)
Baru-baru ini, Eli Cohen, yang mengaku sebagai pegawai pajak di lingkungan Kementerian Keuangan, mengirimkan email kepada Presiden SBY. Dalam suratnya, Eli membeberkan praktik jual beli laga antara pejabat tinggi PSSI dan bandar judi Malaysia.
Praktik kotor tersebut membuat Indonesia kalah 0-3 dari Malaysia di laga pertama final Piala AFF 2010. Meski akhirnya menang 2-1 di laga kedua, Indonesia gagal menjuarai Piala AFF untuk pertama kalinya.
Eli menulis oknum PSSI itu meneguk keuntungan puluhan miliar dari aksi jual beli dengan bandar judi. “Uang tersebut untuk menyuap  peserta kongres agar memilih NH kembali sebagai Ketua Umum PSSI pada periode berikutnya,” tulis Eli.
Si penulis dipastikan menggunakan nama ‘Eli Cohen’ sebagai nama samarannya. Karena, Eli Cohen sesungguhnya nama seorang agen rahasia Mossad Israel yang dianggap sebagai salah satu mata-mata paling sukses setelah Perang Dunia II.
Eli Cohen (26 Desember 1924 – 18 Mei 1965) lahir di Mesir. Seperti dikutip wikipedia, Cohen ikut serta dalam setiap aktivitas pro Israel di Mesir selama tahun 1950-an. Dia ikut  dalam Operasi Goshen meskipun pemerintah Mesir tidak pernah dapat membuktikannya.(ref)
Tulisan Bambang Pamungkas di bambangpamungkas20.com menyanggah isu yang sangat memalukan yang dihembuskan Eli Cohen. Di akhir tulisannya Bepe menyampaikan sebuah harapan dan tentu juga harapan para pencinta sepak bola tanah air.
Sepakbola akan sangat indah jika di biarkan murni sebagai sebuah olahraga, tanpa ada embel-embel apapun”. Biarkanlah olahraga bernama sepakbola tersebut, terbebas dari isu-isu politik, persaingan bisnis atau dendam pribadi…
Terakhir Kepergian aktor Adjie Massaid begitu mengagetkan karena sebelumnya tidak tampak pria ini mengalami gangguan kesehatan. Menjabat sebagai anggota legislatif dan sekaligus menjadi manajer Timnas U-23 tentu menempatkan almarhum pada kursi panas.
Sempat beredar kabar di BlackBerry Messenger (BBM), bahwa kematian Adjie yang juga menjabat sebagai anggota DPR Komisi V dari partai Demokrat ini adalah karena diracun. Namun segera kabar tersebut dibantah oleh Nugraha Besoes yang juga menjabat sebagai Sekjen PSSI. (Kapanlagi.com)
Kepergian Adjie Massaid yang terbilang mendadak mengusik rasa ingin tahu mantan istrinya, Reza Artamevia. “Yang pasti kami juga masih selidiki apakah mas Adjie kena serangan jantung atau tidak,” ujar Reza saat ditemui di TPU Jeruk Purut, Jakarta Selatan, Sabtu (5/2/2011).
Reza mengaku sangat kaget saat mendengar Adjie meninggal setelah mengalami serangan jantung. Menurut Reza, Adjie tidak punya riwayat penyakit jantung.”Tidak ada. Sama sekali tidak ada. Saya juga kaget, kok tiba-tiba dikabarkan kena serangan jantung. Mungkin ini kehendak Ilahi,” ucap Reza. (ref)
Sebuah kebetulankah …. ditengah kegaduhan bola di Indonesia, Adjie Massaid kandidat kuat Sekjen PSSI atau bahkan bakal dicalonkan jadi  ketua PSSI meninggal dunia ??. Benar kata Reza .. Mungkin ini kehendak Ilahi…
Tapi bila bola tidak pernah bundar … apakah sebuah peristiwa dianggap biasa saja ??? susah untuk berharap sepakbola akan sangat indah jika di biarkan murni sebagai sebuah olahraga, tanpa ada embel-embel apapun …

Supersemar Yang Supersamar


Sepanjang Indonesia merdeka dapat dikatakan belum pernah sekalipun suksesi kepemimpinan nasional berlangsung dengan mulus. Empat tokoh yang pernah menjadi orang nomor satu di negeri ini, Soekarno, Soeharto, Habibie, dan Abdurrahman Wahid, semuanya terpaksa harus menyerahkan kekuasaannya dengan cara yang tidak menyenangkan.
Dalam kacamata sejarah, berulangnya suksesi kepemimpinan nasional yang tidak mulus hingga tiga kali berturut-turut bisa jadi menggambarkan bebagai kemungkinan. Bisa memperlihatkan kenyataan bahwa bangsa ini memang tidak pernah mau belajar dari sejarah atau tidak pernah berupaya menjadikan sejarah sebagai guru kehidupan. Sejarah sepertinya hanya dilihat sebagai sekedar rekaman masa lalu yang di dalamnya sama sekali tidak memiliki nilai-nilai “pelajaran”. Bisa jadi pula, gambaran sejarah tentang berbagai peristiwa di seputar suksesi kepemimpinan nasional belum terungkap secara jelas sehingga terasa sulit bagi bangsa ini untuk dapat menarik pelajaran secara optimal. (Reiza D. Dienaputra)
Misteri tampaknya merupakan hal yang merangsang sekaligus menggemaskan dalam sejarah Indonesia. Dalam hal ini sejarah peristiwa (histoire evnmentielle), terutama yang berhubungan dengan tokoh nasional. Sejarawan akan selalu memiliki keingintahuan terhadap sesuatu di balik berita. Namun kekecewaan akan timbul karena ternyata suatu peristiwa, misalnya sidang pengadilan, hanya berakhir tanpa menyeret sang dalang kejahatan. (Asvi Warman Adam)

Manakala penyebab timbulnya semua kebodohan atau ketidakmampuan dalam “membaca” sejarah dikarenakan kekuranglengkapan gambaran tentang masa lampau itu sendiri maka pemecahannya tidak lain haruslah dilakukan upaya-upaya yang signifikan sehingga kelampauan tersebut dapat tergambar secara jelas dan jernih. Dalam kaitan itu pula, sulit untuk memungkiri bahwa dari semua suksesi kepemimpinan nasional yang pernah terjadi, suksesi yang pertama relatif merupakan suksesi kepemimpinan nasional yang hingga kini paling belum tergambarkan secara utuh. Satu di antara misteri terpenting yang hingga kini menyelimuti suksesi kepemimpinan nasional pertama adalah misteri seputar Surat Perintah 11 Maret 1966 (Supersemar). Padahal, Supersemar menempati posisi penting dalam konflik politik saat itu sekaligus menjadi “kunci” pembuka yang memberi jalan bagi terjadinya suksesi kepemimpinan nasional dari Soekarno ke Soeharto. Dengan kata lain, tanpa adanya Supersemar bisa jadi tidak akan pernah berlangsung suksesi kepemimpinan nasional dari Soekarno ke Soeharto. Sayangnya, dokumen yang amat sangat penting bagi perjalanan sejarah bangsa ini beserta proses sejarah yang melingkupinya masih diselimuti kabut tebal.(Reiza D. Dienaputra)
SURAT Perintah Sebelas Maret, surat yang ditandatangani Presiden Soekarno kepada Soeharto untuk mengamankan situasi yang terjadi saat itu. Belum jelas benar apa isi surat itu. Banyak versi yang menyebut soal isi surat itu. Ada yang menganggap itulah surat yang kemudian digunakan Soeharto yang saat itu memegang komando Kostrad untuk “mengkudeta” Soekarno. Ada pula yang menganggap dengan surat itu Soeharto bisa melakukan apa saja. Dan di mana keberadaan Surat Perintah yang merupakan awal Orde Baru. (kabar news)
Misteri Supersemar (Surat Perintah Sebelas Maret) belum terpecahkan sampai sekarang. Apakah surat perintah itu betul-betul ada? Yang jelas, sampai hari ini naskah aslinya belum ada pada Arsip Nasional. Padahal, dalam Undang-Undang No. 7 Tahun 1971 tentang ketentuan-ketentuan pokok kearsipan, Pasal 11, tercantum “Barangsiapa dengan sengaja dan dengan melawan hukum memiliki arsip sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 huruf “a” undang-undang ini, dapat dipidana dengan pidana penjara selama-lamanya 10 (sepuluh) tahun”. Kita tentu menduga orang yang diberi tugas itulah yang menyimpan surat penting itu dengan hati-hati. (Majalah Tempo)
Semasa Orba berkuasa keberadaan Supersemar memperoleh tempat yang istimewa bahkan cenderung disakralkan sehingga terminimalkan dari berbagai komentar atau pandangan kritis. Pemerintah Orba sendiri yang cenderung menutup rapat setiap perbedaan pendapat yang berkaitan dengan simbol-simbol politiknya tampak selalu berupaya untuk hanya mengakui satu kebenaran sejarah yakni kebenaran sejarah sebagaimana yang ditafsirkannya. Dalam konteks inilah aksioma sejarah yang dikembangkan Benedetto Croce bahwa “true history is present history”, berlaku secara nyata, bahkan cenderung berlebihan dalam alam Orba.(Reiza D. Dienaputra)
Pemitosan sejarah di zaman Orde Baru atau rezim Soeharto paralel dengan pemitosan Soeharto itu sendiri. Semenjak kisah “SO 1 Maret 1949”, Supersemar dan “Pembangunan” pemitosan Soeharto kental sekali, malahan sempat muncul wacana “Soehartoisme” betapapun itu cukup remeh dibandingkan dengan misalnya “Sukarnoisme”. Kemiripannya terletak dalam doxologi sejarah keduanya, yakni pengisahan ketokohan dalam serba mengagung-agungkan, atau kultus individu.(Kedaulatan Rakyat)

Terkubur di Liang Kubur

Naskah asli Supersemar hingga kini masih menjadi misteri. Ketiga jenderal yang mendatangi Presiden Soekarno ke Bogor saat penandatanganan surat itu, yakni Jenderal M Jusuf, Amir Machmud, dan Basuki Rahmat, sudah almarhum. Di bagian lain, Djoko mengatakan, pihaknya saat ini juga tengah mengumpulkan arsip-arsip terkini yang cukup penting.(episweb)
Misteri seputar kelahiran Supersemar di Istana Bogor didasarkan atas dugaan bahwa ada sesuatu yang tidak wajar dalam proses pembuatan Supersemar. Apakah surat perintah tersebut dikeluarkan Soekarno melalui suatu proses pertimbangan yang matang dan terencana? Adakah kekuatan-kekuatan eksternal yang memaksa Soekarno untuk mengeluarkan surat perintah tersebut? Apakah Soekarno memformulasikan sendiri konsep surat perintah tersebut ataukah hanya tinggal menandatangani saja? Bagaimanakah suasana di dalam dan di sekitar ruangan saat surat perintah tersebut dibuat dan dikeluarkan? Jawaban-jawaban atas pertanyaan tersebut di antaranya akan dapat memberikan eksplanasi tentang ada tidaknya unsur-unsur yang bisa dikategorikan sebagai tindakan kudeta atas kekuasaan presiden. Kecurigaan bahwa Supersemar adalah sebuah kudeta atas kekuasaan Soekarno secara otomatis akan terbantahkan manakala hasil rekonstruksi ulang sejarah memperlihatkan jawaban tidak adanya sama sekali unsur-unsur yang mengindikasikan ke arah tersebut.
Sementara itu, berkaitan dengan otentisitas Supersemar misteri yang masih muncul hingga kini adalah tentang benar tidaknya isi Supersemar sebagaimana yang terpublikasikan selama ini. Ada anggapan bahwa isi Supersemar telah diubah sedemikian rupa oleh rezim Orba semata-mata untuk melegitimasikan kekuasaan politiknya. (Reiza D. Dienaputra)
Ketika Supersemar yang asli hilang, M. Jusuf menjadi tokoh yang diharapkan mau memberikakan penjelasan panjang untuk memudahkan pelacakan. Namun, tokoh yang tak suka menonjol itu berdiam diri. Mantan ketua Badan Pengawan Keuangan (BPK) itu lebih memilih mengonsentrasikan diri mengurus Masjid Al Markaz yang pendiriannya dia pelopori.
Tokoh yang citranya tetap cemerlang hingga akhir hayat itu lahir di Bone Selatan, Sulawesi Selatan, pada 23 Juni 1928. Dia merupakan orang terakhir yang menjadi saksi pembuatan Surat Perintah Sebelas Maret (Supersemar) 1966 yang mengantarkan Pak Harto menjadi presiden. Dua orang saksi lainnya, Amirmachmud dan Basuki Rahmat, sudah lebih dahulu wafat.
Dalam biografi Soeharto, Pikiran, Ucapan, dan Tindakan Saya, antara lain ditulis bahwa Menteri Veteran Mayjen Basuki Rahmat, Menteri Perindustrian Ringan Brigjen M. Jusuf, dan Pangdam Jaya Mayjen Amir Machmud menemui Soekarno di Istana Bogor pada 11 Maret 1966. Ketiganya kemudian pulang menghadap Soeharto sembari membawa surat perintah dari Soekarno. Segera setelah itu, Soeharto memimpin rapat staf dan mengundang semua Panglima Angkatan, lalu memerintahkan pembubaran PKI.
Jenderal (pur) TNI Mohammad Jusuf meninggal dunia di kediamannya di Jalan Sungai Tangka 23, Makassar, Sulsel, 9 September 2004 sekitar pukul 21.35 Wita. Mantan Menhankam dan panglima ABRI itu meninggal karena usia tua, 76 tahun, dengan membawa misteri supersemar ke liang kubur. (Jawa Pos)
Yang kita tidak ketahui, hingga kini, ialah bagaimana proses pertemuan ketiga jenderal dengan Soekarno? Yang juga misterius, apa isi surat Soekarno itu? Di mana naskah aslinya? Benarkah isinya tentang pelimpahan wewenang kepada Soeharto untuk memulihkan keamanan negara? Dan apakah surat itu dibuat secara spontan atau di bawah tekanan? ( Info Anda)
Drs Ahmad Adaby Darban SU, sejarawan UGM menyatakan bahwa arsip Surat Perintah Sebelas Maret 1966 (Supersemar) kemungkinan disimpan oleh Soeharto. “Soeharto adalah penerima surat perintah tersebut dari Presiden Soekarno dan dia merupakan pelaku yang terakhir hidup,” katanya di Yogyakarta, Senin, menanggapi pro kontra Supersemar 1966 setelah mantan Presiden Soeharto wafat. Oleh karena itu, jika ingin mengetahui fakta sebenarnya soal Supersemar, dokumen asli harus ditemukan. “Dengan ditemukannya dokumen asli Supersemar diharapkan fakta sejarah yang selama ini terkesan samar bisa terungkap jelas,” katanya. Mengenai fakta sejarah yang selama ini banyak ‘dibelokkan’, ia mengatakan tidak perlu ada pelurusan sejarah sepeninggal Soeharto. “Karena pada hakikatnya tidak ada penulisan sejarah yang obyektif, semua tergantung pada pemimpin atau penguasa pada zamannya,” kata dia. Meski demikian jika ada fakta baru yang ditemukan, dapat dijadikan fakta tandingan termasuk mengenai Supersemar.(Kedaulatan Rakyat)
Dengan berpulangnya Soeharto selaku figur sentral surat perintah kenegaraan tersebut, Supersemar makin jelas kandungan ketidakjelasannya, alias menjadi misteri politik sekaligus misteri sejarah.

Dua Aspek Supersemar

Setelah 44 tahun dikeluarkan Surat Perintah 11 Maret 1966 (Supersemar), kasus ini masih menyimpan misteri.Teks aslinya belum terdapat pada Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI) sedangkan proses mendapatkan surat itu semakin jelas.
Dokumen otentik dan cara memperolehnya dapat diibaratkan dua sisi mata uang berbeda tetapi tidak dapat dipisahkan.Kedua aspek itu seyogianya diulas secara berimbang. Dokumen Supersemar yang ada pada Arsip Nasional Republik Indonesia terdiri dari beberapa versi. Namun, sesungguhnya perbedaan antarnaskah,misalnya mengenai tempat penandatanganannya apakah Jakarta atau Bogor, tidaklah mengubah substansinya. Demikian pula jumlah halaman surat perintah tersebut, satu atau dua halaman,itu hanya soal teknis. Yang penting dipahami bahwa awal 1966 itu tampaknya belum ada mesin fotokopi di lingkungan Kostrad.
Dengan demikian, surat itu distensil atau dengan kata lain diketik ulang. Bila demikian halnya, maka tidak aneh jika terdapat berbagai perbedaan. Bahkan, pernyataan Ben Anderson bahwa Supersemar itu tertulis dalam kertas surat dengan kop MBAD juga masuk akal. Boleh jadi surat tersebut diketik ulang oleh seorang staf MBAD dengan kertas surat resmi yang berlogo AD.Pada masa itu pengetikan surat biasanya dilakukan dengan memakai kertas karbon (lembar di bawah karbon disebut tindasan). Dua nama pernah disebut sebagai pengetik surat itu yakni Komandan Cakrabirawa Brigjen Sabur dan Asisten I Intelijen Resimen Cakrabirawa Letkol Ali Ebram.
Mana yang benar? Mungkin saja keduanya karena surat itu diketik minimal dua kali yakni draf dan surat asli. Jenderal M Jusuf adalah salah seorang pelaku sejarah keluarnya Surat Perintah 11 Maret (Supersemar) 1966. Setelah saksi lainnya meninggal, maka harapan tertumpu kepada sang jenderal yang pernah menjadi panglima ABRI ini.Dia mengatakan bahwa rahasia ini akan terbuka setelah dia tiada. Maka penerbitan buku biografi Jendral M Jusuf, Panglima Para Prajurit ditunggu masyarakat. Jusuf dalam biografinya mengungkapkan bahwa dia memiliki konsep pertama, konsep kedua (setelah dikoreksi Soebandrio dan Chairul Saleh), dan tindasan kedua dari surat perintah tersebut. Jadi, surat itu diketik dengan menggunakan kertas karbon sehingga selain dari surat asli terdapat pula tindasan pertama dan kedua.
Yang asli diserahkan kepada Basuki Rachmat, tindasan pertama dipegang Sabur, dan yang kedua diberikan kepada Jusuf.Tindasan pertama dan kedua tidak ditandatangani oleh Presiden Sukarno. Seandainya hal ini benar,seyogianya keluarga M Jusuf dapat menyerahkan arsip-arsip tersebut kepada Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI). Namun, peluncuran buku yang diselenggarakan Wakil Presiden Jusuf Kalla dan dihadiri Presiden Susilo Bambang Yudoyono di Jakarta tanggal 10 Maret 2006 menjadi semacam antiklimaks karena setelah itu Djoko Utomo Kepala ANRI menyatakan keraguannya terhadap keotentikan surat yang menggunakan logo Garuda Pancasila itu.
Menurut Djoko Utomo, surat yang dikeluarkan Presiden RI tanggal 11 Maret 1966 itu berlambangkan Padi-Kapas seperti pada undang-undang yang ditandatangani oleh presiden. Sedangkan lambang Garuda Pancasila digunakan oleh menteri/departemen. Masalahnya apakah di Istana Bogor selalu tersedia kertas surat yang berkop Padi-Kapas ini karena biasanya surat-surat resmi presiden dikeluarkan di Jakarta. Meskipun dokumen asli Supersemar itu belum ditemukan,toh beberapa versi yang ada sudah mengungkapkan substansi dari perintah tersebut.Yang jadi masalah bahwa ada bagian-bagian dari surat perintah itu yang tidak dijalankan Soeharto. Soeharto tidak melaporkan hasil pekerjaannya kepada Presiden Soekarno.
Aspek kedua yaitu proses memperoleh surat tersebut yang perlu dijelaskan kepada masyarakat terutama kepada para siswa.Surat itu diberikan bukanlah atas kemauan dan keinginan Presiden Soekarno. Beliau menulis surat itu di bawah tekanan.Tiga Jenderal datang ke Istana Bogor untuk meminta surat tersebut. Sebelum berangkat ke Bogor ketiga perwira tinggi itu terlebih dahulu berunding dengan Soeharto di rumahnya di Jalan Haji Agus Salim,Jakarta. Tekanan yang diberikan kepada Presiden Soekarno tergambar dalam kesaksian yang ditulis Soebandrio.
Ketika surat itu dimanfaatkan untuk membubarkan PKI esok harinya (bahkan surat pembubaran partai komunis nomor tiga terbesar di dunia itu dikeluarkan Soeharto atas nama Presiden Soekarno dini hari tanggal 12 Maret 1966) terkesan bahwa Supersemar memang sengaja dipersiapkan untuk itu. Keputusan tersebut memperlihatkan bahwa Soeharto telah berani menantang Presiden Soekarno. Dengan kata lain, setelah keluarnya Supersemar secara de facto kekuasaan telah beralih dari tangan Presiden Soekarno kepada Soeharto.

Supersemar Diberikan di Bawah Tekanan

Tanggal 9 Maret 1966 malam Hasjim Ning dan M Dasaad, dua pengusaha yang dekat dengan Presiden Soekarno, diminta oleh Asisten VII Men/ Pangad Mayjen Alamsjah Ratu Perwiranegara untuk juga membujuk Presiden Soekarno agar menyerahkan kekuasaan kepada Soeharto.
Jelas upaya ini sepengetahuan Letjen Soeharto. Keduanya kemudian mendapat surat perintah yang ditandatangani sendiri oleh Men/ Pangad Letjen Soeharto yang menyatakan bahwa mereka adalah penghubung antara Presiden Soekarno dan Men/ Pangad.Keduanya berhasil bertemu dengan Presiden Soekarno pada 10 Maret 1966 di Istana Bogor.Hasjim Ning menyampaikan pesan tersebut. Presiden Soekarno menjadi marah dan melempar asbak kepadanya sambil berkata: “Kamu juga sudah pro- Soeharto!”Dari sini terlihat bahwa usaha membujuk Soekarno telah dilakukan, kemudian diikuti dengan mengirim tiga orang jenderal ke Istana Bogor. Sementara itu mantan Kepala Staf Kostrad Kemal Idris mengajukan satu kalimat.
Katanya, ”Kalau saya tarik pasukan itu dari Istana, Presiden Soekarno tidak akan lari, kan?” Dengan kata lain, dia ingin mengatakan,kalau ”pasukan liar” yang berada di bawah komandonya ditarik dari sekeliling Istana belum tentu ada Supersemar. Seperti diketahui, Brigjen Kemal Idris pada waktu itu mengerahkan sejumlah pasukan dari Kostrad dan RPKAD untuk mengepung Istana.Tujuan utamanya adalah menangkap Dr Soebandrio yang ditengarai bersembunyi di kompleks Istana.Memang pasukan-pasukan itu mencopot identitas mereka sehingga tidak mengherankan Komandan Tjakrabirawa Brigjen Sabur melaporkannya sebagai ”pasukan tidak dikenal” kepada Presiden Soekarno.
Sebetulnya banyak faktor yang terjadi sebelum tanggal 11 Maret 1966 yang semua menjadikan semacam ”tekanan” yang berfokus terhadap Presiden Soekarno. Dan puncak dari tekanan itu datang dari ketiga jenderal di atas. Bila tidak ada demonstrasi dan pasukan tak dikenal yang mengepung Istana di Jakarta tentu peristiwa keluarnya Supersemar di Bogor tidak terjadi. (Koran Sindo)

Menjawab yang samar

Agar upaya penelusuran kembali sejarah Supersemar dapat berjalan seobjektif mungkin maka jelas perlu dilibatkan pakar-pakar sejarah yang memiliki integritas tinggi, sekaligus mampu memerdekakan diri dari berbagai kepentingan politik.
Adapun metode yang tampaknya paling tepat untuk digunakan dalam penelusuran atau penelitian kembali sejarah Supersemar ini tidak lain adalah sejarah lisan (oral history), dengan ciri utamanya wawancara sejarah terhadap saksi hidup yang mengalami dan melihat secara langsung proses kelahiran dan perjalanan Supersemar. Juga para saksi sejarah yang mendengar, merasakan atau memikirkan secara langsung saat berbagai peristiwa yang berkenaan dengan proses kelahiran dan perjalanan Supersemar tengah berlangsung.
Dari penelusuran kembali sejarah Supersemar, jelas akan muncul berbagai kemungkinan keluaran. Namun demikian, apapun hasil yang diperoleh dari penelusuran tersebut, satu hal yang pasti, penelusuran kembali sejarah Supersemar ini akan mampu membebaskan atau setidaknya mengurangi beban sejarah yang kini dipikul Supersemar. Sementara itu, dalam kaitannya dengan eksistensi Supersemar dalam pentas sejarah Indonesia, bila seandainya diperoleh temuan baru yang sangat berarti, bisa jadi akan melahirkan penafsiran baru, tidak hanya terhadap peran Soeharto dan ketiga jenderalnya tetapi juga terhadap jalannya sejarah Orba, khususnya tentang proses suksesi kepemimpinan nasional dari Soekarno ke Soeharto. Hal itu tentunya sah-sah saja sepanjang semuanya tidak didasarkan atas kepentingan politik sesaat apalagi upaya balas dendam politik tetapi semata-mata didasarkan atas keinginan kuat untuk menyajikan sejarah apa adanya serta untuk mewariskan nilai-nilai “pelajaran” yang terkandung dalam peristiwa tersebut bagi segenap komponen bangsa. Khusus bagi para elit politik yang tengah berkuasa atau para calon elit politik, upaya penelusuran dan rekonstruksi ulang sejarah Supersemar diharapkan dapat menjadi “cermin kehidupan” sehingga tidak akan pernah sekalipun mencoba untuk berspekulasi mempermainkan jalannya sejarah ataupun memanipulasi data sejarah hanya untuk melegitimasikan sebuah kekuasaan. (Reiza D. Dienaputra)
Supersemar, sejatinya merupakan kumparan pokok pengungkit gerak berputarnya sejarah bangsa yang berhubung dengan misteriusnya sempat bergeser menjadi “Semar Super”. Penggeseran ini sekaligus memberitahukan bahwa pemitosan sejarah mulai terjadi. Padahal, secara kategoris sesungguhnya sejarah dan mitos sangat berlainan karakterisasinya — jika bukan berlawanan.

JFK, Indonesia, CIA & Freeport Sulphur

“Masa lalu adalah Prolog” (Tertulis di Arsip Nasional, Washington, DC)
Dalam Bagian Satu dari artikel ini (Probe, Maret-April, 1996) kami telah bicarakan tentang Freeport melalui tahun-tahun awal pengambilalihan tambang mereka oleh pemerintah Kuba yang berpotensi menguntungkan di Teluk Moa Bay, sebagaimana pelarian mereka bersama Presiden Kennedy mengenai masalah penimbunan ini. Namun konflik terbesar yang akan dihadapi Freeport Sulphur adalah mengenai perumahan di satu negara menghasil cadangan emas terbesar di dunia dan cadangan tembaga:ketiga terbesar, yaitu: Indonesia. Untuk memahami kerusuhan terakhir di pabrik Perusahaan Freeport (Maret, 1996), kita perlu melihat kepada akar dari perusahaan ini, untuk menunjukkan bagaimana hal-hal yang mungkin sangat berbeda harus Kennedy jalani untuk melaksanakan rencananya bagi Indonesia.
Cerita Lalar Belakang Indonesia
Negeri Indonesia ditemukan Belanda pada akhir tahun 1500-an. Selama tahun 1600-an awal mereka dikuasai oleh Perusahaan Hindia Belanda, perusahaan swasta, selama hampir 200 tahun. Pada 1798, kekuasaan atas Indonesia dipindahkan kepada Pemerintah Kerajaan Belanda, yang mempertahankan kekuasaan atas negeri terbesar kelima di dunia ini sampai tahun 1941, di mana saat itu Jepang datang selama Perang Dunia II. Pada tahun 1945 Jepang dikalahkan di Indonesia, dan Achmad Soekarno dan Mohammad Hatta lalu naik menjadi Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia yang baru merdeka. Tapi dalam waktu satu bulan dari proklamasi kemerdekaan Soekarno-Hatta, tentara Inggris mulai mendaratkan pasukannya di Jakarta untuk membantu memulihkan pemerintahan kolonial Belanda. Perang selama empat tahun terjadi. Pada tahun 1949, Belanda resmi menyerahkan kedaulatan kembali ke Indonesia, dengan pengecualian satu wilayah kunci – yaitu hotspot yang sekarang dikenal sebagai Irian Jaya atau Papua Barat.
Penulis Gerard Colby dan Charlotte Dennett, dalam buku mereka Thy Will Be Done, menjelaskan situasi dalam apa yang kemudian disebut Nugini Belanda:
Untuk orang Barat, New Guinea seperti anak berbakat yang ditarik ke arah yang saling berlawanan oleh orangtua walinya yang tamak. Belanda menguasai bagian barat Papua Nugini, sebagai sisa kerajaan-kerajaan Hindia Timur mereka yang besar sekali. Sekutu lama mereka, Inggris, yang bertindak melalui Australia, menguasai bagian timurnya. Tetangganya, Indonesia di sisi lain, berpikiran bahwa semua New Guinea merupakan bagian dari wilayah nasional mereka, bahkan jika itu masih dijajah oleh orang Eropa.
Nugini Belanda, atau Irian Barat sebagaimana orang Indonesia menyebutnya, dihuni oleh suku-suku asli yang dekat dengan budaya zaman batu, seperti suku Dani dan suku Amungme. Ketika Indonesia berjuang untuk merebut kemerdekaan dari Belanda, Irian Barat menjadi simbol bagi kedua belah pihak yang tidak ingin melepaskannya. Hal ini akhirnya memaksa upaya Presiden Kennedy untuk melewatkan kontrol daerah ini untuk orang Indonesia yang baru medeka, dan menyingkirkan penjajahan Belanda.
Indonesia mengalami berbagai jenis pemerintahan. Ketika Soekarno pertama kali naik ke tampuk kekuasaan pada 1945, orang asing menunjukkan bahwa pemerintahan Sukarno muncul sebagai “fasis,” karena ia memegang kendali tunggal atas begitu banyak unsur pemerintahan.Tunduk pada tekanan asing untuk tampil lebih demokratis, Indonesia menerapkan sistem pemerintahan parlementer dan membuka pemerintahan dengan sistem multipartai. Soekarno, terkait apa yang diikuti penulis biografinya (sekarang menjadi pembawa acara kabel gosip) Cindy Adams, mengatakan:
Dalam sebuah negara yang sebelumnya menolak kegiatan politik, hasilnya sangat langsung. Lebih dari 40 partai yang berbeda bermunculan. Begitu takut kita dicap sebagai “sebuah kediktatoran yang disponsori fasisme Jepang.” Sehingga seorang individu dapat membentuk organisasi sempalan yang ditoleransi sebagai partai politik yang menjadi “corong demokrasi.” Tumbuh seperti gulma dengan akar yang dangkal dan berat dengan kepentingan agak egois dan pengumpulan suara, sehingga perselisihan internal tumbuh. Kami menghadapi bencana, konflik tak berujung, kebingungan yang mendirikan bulu kuduk. Indonesia sebelumnya ada dalam kebersamaan, sekarang ditarik terpisah-pisah. Mereka berpecah-belah ke dalam kotak-kotak keagamaan dan geografis, sesuatu yang aku perjuangkan sepanjang hidup untuk mengeluarkan bangsa Indonesia dari perpecahan kepada persatuan Nasional…
Soekarno mengaitkan kenyataan bahwa hampir setiap enam bulan, kabinet jatuh, dan pemerintahan baru akan memulai, hanya untuk mengulangi siklus. Pada 17 Oktober 1952 suatu hal datang ke kepalanya. Ribuan tentara dari tentara Indonesia menyerbu gerbang istana dengan tuntutan “Bubarkan Parlemen.” Soekarno menghadapi pasukan itu secara langsung, dengan tegas menolak untuk membubarkan parlemen hanya karena tekanan militer, dan para prajurit pun mundur. Akibat dari peristiwa ini adalah tentara Indonesia terpecah-belah. Ada militer yang “pro-demo 17 Oktober 1952″ dan militer “anti-Demo 17 Oktober 1952.”  Pada tahun 1955, Pemilu diadakan dan sistem pemerintahan parlementer diakhiri dengan voting. Orang komunis, yang paling telah berbuat banyak untuk orang-orang yang menderita akibat perubahan dari pemerintahan kolonial ke masa kemerdekaan, mendapatkan banyak kemenangan dan simpati pada tahun 1955 dan 1956. Pada tahun 1955, Sukarno menyelenggarakan Konferensi Asia-Afrika di Bandung di mana tokoh Komunis Cina yang terkenal Chou En Lai adalah figur tamu utama. Selama pemilihan umum 1955, CIA telah memberikan uang satu juta dolar kepada partai Masyumi, partai oposisi untuk partai Nasionalis Sukarno dan Partai Komunis di Indonesia (disebut PKI)-dalam upaya untuk mendapatkan kontrol atas politik negara. Tapi partai Masyumi gagal untuk memenangkan hati dan pikiran rakyat.
Pada tahun 1957, sebuah percobaan pembunuhan dilakukan terhadap Sukarno.Meskipun pelaku yang sebenarnya tidak diketahui pada waktu itu, baik Soekarno dan CIA, melompat menggunakan hal ini untuk tujuan propaganda. CIA dengan cepat menyalahkan PKI. Soekarno, bagaimanapun, segera menyalahkan Belanda, dan menggunakan ini sebagai alasan untuk merebut semua kepemilikan dan bekas aset Belanda, termasuk Armada Pelayaran dan Perusahaan Penerbangan. Soekarno bersumpah untuk mengusir Belanda dari Irian Barat. Dia telah mencoba penyelesaian sengketa yang berdiri lama di atas wilayah tersebut melalui PBB, tetapi ketok palu suara  dari mayoritas dua pertiga dibutuhkan untuk menyusun sebuah komisi yang memaksa Belanda untuk duduk dengan Indonesia. Percobaan pembunuhan terhadap Sukarno memberikan alasan yang sangat dibutuhkan untuk tindakan.
Kemenangan kaum Komunis, pertikaian di ketentaraan, dan nasionalisasi  kepemilikan eks Belanda 1957, menyebabkan situasi memprihatinkan untuk kepentingan bisnis Amerika, terutama industri minyak dan karet. CIA dengan penuh semangat, membantu memicu pemberontakan daerah luar pulau Jawa, yang kaya sumber daya alam terhadap pemerintah pusat yang berbasis di Jakarta, Jawa.
Kepentingan  Rockefeller di Indonesia
Dua perusahaan minyak terkemuka berbasis di Amerika melakukan bisnis di Indonesia pada saat itu adalah keluarga Rockefeller yang mengendalikan Standar Oil: Stanvac (perusahaan patungan antara Standard Oil of New Jersey dan Socony Mobil-Socony menjadi Standard Oil of New York), dan Caltex, (perusahaan patungan Standard Oil of California dan Texaco). Dalam Bagian I dari artikel ini kita menunjukkan seberapa banyak Dewan Freeport Sulphur diisi oleh keluarga Rockefeller dan sekutunya. Ingat bahwa Augustus C. Long anggota dewan Freeport saat menjabat sebagai Ketua Texaco selama bertahun-tahun. Long menjadi lebih dan lebih menarik karena cerita berkembang.
1958: CIA vs Soekarno
“Saya pikir inilah waktunya kami  menggiring kaki Sukarno ke api,” kata Frank Wisner, yang kemudian menjadi Deputi Direktur Perencanaan CIA, pada tahun 1956. Pada 1958, setelah gagal membeli pemerintahan Indonesia melalui proses pemilu 1955, CIA mengobarkan operasi penuh di Indonesia. Operasi Hike, seperti yang disebut, melibatkan persenjataan dan puluhan ribu warga Indonesia terlatih serta “tentara bayaran” untuk memulai serangan dengan target untuk menjatuhkan Soekarno.
Joseph Burkholder Smith adalah seorang mantan agen CIA yang terlibat dengan operasi di Indonesia selama periode ini. Dalam bukunya, Potraits of a Cold War (Potret Perang Dingin), dia menggambarkan bagaimana CIA berperan langsung membuat, tidak hanya sekedar memberlakukan, kebijakan di daerah ini:
sebelum melakukan tindakan langsung terhadap posisi Sukarno bisa diambil, kita harus mendapatkan persetujuan dari Kelompok Khusus — kelompok kecil pimpinan pejabat puncak Dewan Keamanan Nasional yang setuju menutupi rencana aksi rahasia ini. Penyebutan prematur ide seperti ini mungkin akan mendapatkannya ditembak jatuh …
Jadi kita mulai memberi masukan intelijen kepada Departemen Luar Negeri dan departemen Pertahanan … Ketika mereka telah cukup membaca laporan yang mengkhawatirkan, kami berencana untuk memunculkan saran bahwa kita harus mendukung rencana Sang Kolonel (Suharto) untuk mengurangi kekuasaan Sukarno. Ini adalah metode operasi yang menjadi dasar dari banyak aksi petualangan politik tahun 1960-an dan 1970-an. Dengan kata lain, mengaburkan fakta, bahwa CIA melakukan campur tangan (intervensi) dalam urusan negara-negara seperti Chili hanya setelah diperintahkan untuk melakukannya … Dalam banyak kasus, kami membuat program aksi sampai diri kita sendiri setelah kami telah mengumpulkan cukup intelijen untuk membuat mereka tampil diperlukan oleh situasiKegiatan kami di Indonesia pada 1957-1958 adalah salah satu contoh tersebut.
Ketika Duta Besar USA di Indonesia menulis surat kepada Washington mengenai ketidaksetujuannya secara eksplisit mengenai penanganan situas oleh CIA, Allen Dulles mendapatkan saudaranya John Foster menunjuk seorang Duta Besar yang berbeda untuk Indonesia, seseorang yang lebih menerima kegiatan CIA.
Selain kegiatan paramiliter, CIA mencoba trik perang psikologis untuk mendiskreditkan Sukarno, seperti lewat desas-desus bahwa ia (Sukarno) telah tergoda berselingkuh dengan seorang pramugari Soviet. Untuk itu, Sheffield Edwards, Kepala Keamanan Kantor CIA, meminta Kepala Departemen Kepolisian Los Angeles untuk membantu dengan proyek pembuatan film porno, yang CIA putuskan untuk digunakan terhadap Sukarno, seolah-olah menampilkan Soekarno berperan porno. Orang lain yang terlibat dalam upaya ini adalah Robert Maheu, dan Bing Crosby dan saudaranya.
Badan Intelejen (Agency) berusaha untuk menjaga rahasia partisipasi kudeta, akan tetapi salah satu “tentara bayaran” menemui ketidakberuntungan di awal. Dia ditembak jatuh dan ditangkap selama menjalankan pemboman, Allen Lawrence Pope membawa semua jenis ID (Identity Card) pada dirinya yang menunjukkan bahwa ia adalah seorang agen CIA. Pemerintah AS, sampai ke Presiden Eisenhower, mencoba menyangkal bahwa CIA sama sekali tidak terlibat kudeta, tetapi tersingkapnya AL Pope mengolok-olok sangakalan ini. Tidak takut oleh memicu, seperti Arbenz telah alami di Guatemala, Soekarno membariskan pasukan yang setia kepadanya dan menghancurkan pemberontakan yang dibantu CIA. Sebelum skandal Bay of Pigs (Teluk Babi), ini adalah operasi terbesar Agency gagal.
1959: Gunung Tembaga
Pada titik ini, Freeport Sulphur memasuki gambaran Indonesia. Pada bulan Juli, 1959, Charles Wight, yang kemudian jadi Presiden Freeport dan dilaporkan mengobarkan plot anti-Castro dan terbang ke Kanada dan/atau Kuba dengan Clay Shaw (lihat Bagian I dari artikel ini) – sibuk membela perusahaannya, melawan tuduhan Komite Senat (House Committee), yang membayar berlebihan kepada Pemerintah untuk proses pengolahan bijih nikel di pabrik milik pemerintah di Nicaro, Kuba.  Komite merekomendasikan agar Departemen Kehakiman harus melanjutkan investigasi.  Perusahaan Pertambangan Freeport Moa Bay baru saja dibuka, dan masa depan di Kuba sudah tampak suram. Pada bulan Agustus, 1959, Direktur Freeport dan insinyur tertinggi Forbes Wilson bertemu dengan Jan van Gruisen, managing director dari Perusahaan Kalimantan Timur (East Borneo Company), yang fokus di pertambangan. Gruisen baru saja menemukan sebuah laporan yang berdebu yang pertama dibuat pada 1936 mengenai sebuah gunung yang disebut “Ertsberg” (“Gunung Tembaga”) di Papua Nugini Belanda, yang ditulis oleh Jean Jacques Dozy.Tersembunyi jauh selama bertahun-tahun di perpustakaan Belanda selama serangan Nazi, laporan itu baru saja muncul kembali. Dozy melaporkan adanya gunung penuh dengan bijih tembaga. Jika benar, ini bisa membenarkan upaya diversifikasi baru Freeport ke pertambangan tembaga. Wilson mengirim berita kabel markas Freeport New York meminta izin dan uang untuk melakukan upaya eksplorasi bersama dengan East Borneo Company (Perusahaan Kalimantan Timur). Kontrak tersebut ditandatangani 1 Februari 1960.
Dengan bantuan panduan penduduk asli, Wilson menghabiskan beberapa bulan berikutnya di tengah penduduk pribumi yang dekat dengan kehidupan Zaman Batu, melalui perjalanan di daerah yang hampir tak dapat dilewati ke Ertsberg. Wilson menulis sebuah buku tentang perjalanan ini, berjudul The Conquest of Copper Mountain. Ketika ia akhirnya tiba, ia sangat senang pada apa yang ia temukan:
Suatu derajat yang sangat tinggi dari mineralisasi … The Ertsberg ternyatamengandung 40% sampai 50% besi dan tembaga … 3% … Tiga persen cukup kaya untuk deposit tembaga … Ertsberg ini juga mengandung sejumlah tertentu perak bahkan lebih dan emas.
Dia mengirim pesan kabel kembali dalam kode yang telah diatur ulang sebelumnya untuk dapat segera diterima Presiden Freeport, Bob Hills di New York:
… Tiga belas hektar bebatuan di atas tanah 14 hektar masing-masing pengambilan sampel pada kedalaman 100 meter, memunculkan warna progresif di antara warna tampak gelap egress tangguh, semua tangan juga sebaik saran Sextant.
“Tiga belas hektar” berarti 13 juta ton bijih di atas tanah. ”Warna tampak gelap” berarti bahwa derajat bijih ore sangatlah baik. ”Sextant” adalah kode untuk Perusahaan Kalimantan Timur. Ekspedisi sudah berakhir pada bulan Juli 1960. Dewan Freeport tidak ingin melangkah ke depan dengan usaha baru dan diduga berbiaya mahal pada usaha pengambilalihan fasilitas tambang mereka di Kuba. Tapi dewan memutuskan untuk setidaknya menekan maju dengan tahapan eksplorasi berikutnya: penyelidikan lebih rinci sampel bijih dan potensi komersial. Wilson menggambarkan hasil dari upaya ini:
Konsultan pertambangan mengkonfirmasi perkiraan kami dari 13 juta ton bijih di atas tanah dan 14 juta lain di bawah tanah untuk setiap 100 meter kedalaman. Konsultan lain memperkirakan bahwa biaya pabrik untuk memproses 5.000 ton bijih per hari akan menjadi sekitar $ 60 juta dan biaya produksi tembaga akan menjadi 16,5 pound setelah kredit untuk sejumlah kecil emas dan perak yang terkait dengan tembaga. Pada saat itu, penjualan tembaga di pasar dunia adalah sekitar 35,5  untuk satu pound. Dari data ini, departemen keuangan Freeport menghitung bahwa perusahaan dapat memulihkan investasi (kembali modal) dalam tiga tahun dan kemudian mulai mendapatkan keuntungan yang menarik.
Operasi terbukti secara teknis sulit, yang melibatkan helikopter yang baru ditemukan dan mata bor berlian. Situasi rumit adalah pecahnya perang dekat antara Belanda, yang masih menduduki Irian Barat, dan Tentara Indonesia Sukarno yang mendarat di sana untuk merebut kembali tanah sebagai milik mereka. Bahkan pertempuran pecah di dekat jalan akses ke usaha Freeport. Pada pertengahan tahun 1961, insinyur Freeport sangat merasa bahwa proyek harus dikejar. Tapi saat itu, John F. Kennedy telah mengambil alih kantor Presiden. Dan ia mengejar tentu saja jauh berbeda dari pemerintahan sebelumnya.
Kennedy dan Soekarno
Jangan heran Soekarno seperti begiitu tidak menyukai kita. Dia harus duduk bersama dengan orang-orang yang mencoba menggulingkan dia “-. Presiden Kennedy, 1961
Sampai saat Kennedy, terutama bantuan yang ditawarkan ke Indonesia dari negara ini kebanyakan datang dalam bentuk dukungan militer. Kennedy ide lain. Setelah pertemuan dengan Sukarno 1961 yang positif di Amerika Serikat, Kennedy menunjuk tim ekonom untuk mempelajari cara bahwa bantuan ekonomi dapat membantu Indonesia mengembangkan cara-cara yang konstruktif. Kennedy memahami bahwa Sukarno mengambil bantuan dan senjata dari Soviet dan Cina karena dia membutuhkan bantuan, bukan karena ia ingin jatuh di bawah kekuasaan komunis. Bantuan Amerika akan mencegah Sukarno dari menjadi tergantung pada pasokan Komunis. Dan Sukarno sudah meletakkan pemberontakan komunis pada tahun 1948. Bahkan Departemen Luar Negeri di Amerika Serikat mengakui bahwa Sukarno lebih nasionalis daripada komunis.
Namun masalah yang mendesak selama jangka pendek Kennedy adalah masalah Irian Barat. Belanda telah mengambil sikap yang lebih agresif, dan Sukarno telah menyiapkan pasukan militer untuk melawannya.  Amerika, sebagai sekutu untuk keduanya, terjebak di posisi tengah. Kennedy meminta Ellsworth Bunker untuk mencoba untuk menengahi kesepakatan antara pemerintah Belanda dan Indonesia. ”Peran mediator,” kata Kennedy,
bukan sesuatu yang menyenangkan, kami siap untuk membuat semua orang marah dan gila, jika itu membuat beberapa kemajuan buat kita.”
Hal itu membuat semua orang gila. Tapi itu membuat kemajuan. Pada akhirnya, Amerika Serikat menekan Belanda di belakang layar untuk menyerah kepada Indonesia. Bobby Kennedy terdaftar dalam upaya ini, mengunjungi keduanya, Sukarno di Indonesia dan Belanda di Den Haag. Kata Roger Hilsman di buku To Move a Nation :
Soekarno mengenali di dalam diri Robert Kennedy integritas dan loyalitas tangguh yang sama,  yang telah dia lihat pada saudaranya: Presiden, dikombinasikan dengan pemahaman yang benar tentang apa nasionalisme baru yang benar-benar disadari semua.
Jadi dengan tawaran awal yang telah dibuat untuk Soekarno dan Den Haag, Bunker mengambil alih seluk beluk masing-masing pihak untuk dapat berbicara satu sama lain. Belanda, tidak mau mengakui sisa-sisa terakhir dari kerajaan mereka yang besar sekali kepada musuh mereka, bukan menekan Irian Barat untuk menjadi sebuah negara yang merdeka. Tapi Sukarno tahu itu simbol untuk rakyatnya meraih kemerdekaan final dari Belanda. Dan semua orang tahu bahwa dari penduduk asli Papua tidak ada harapan apapun membentuk pemerintahan yang berfungsi, hanya memiliki harapan telah didorong dari kehidupan  primitif ke dunia modern. PBB memilih untuk menyerahkan Irian Barat sepenuhnya kepada Indonesia, dengan ketentuan bahwa, tahun 1969, rakyat Irian Barat akan diberikan kesempatan untuk memilih apakah akan tetap dengan atau memisahkan diri dari Indonesia. Kennedy menangkap momen itu, menerbitkan Nota Keamanan Aksi Nasional (NSAM) 179, tanggal 16 Agustus 1962:
Dengan penyelesaian damai sengketa, Irian Barat sekarang punya prospek, saya ingin melihat kami memanfaatkan peran AS dalam mempromosikan penyelesaian ini untuk bergerak menuju hubungan baru dan lebih baik dengan Indonesia. Aku mengumpulkan bahwa dengan masalah ini diselesaikan orang Indonesia juga ingin bergerak ke arah ini dan akan menyajikan kita dengan banyak permintaan.
Untuk merebut kesempatan ini, akankah semua instansi terkait disilakan membaca program mereka untuk Indonesia dan menilai tindakan lebih lanjut apa yang mungkin berguna. Ada di benak saya kemungkinan perluasan civic action, bantuan militer, dan stabilisasi ekonomi dan program pengembangan serta inisiatif diplomatik.
Roger Hilsman mengelaborasi apa yang dimaksud dengan Kennedy civic action: ” merehabilitasi kanal,  pengeringan rawa untuk membuat sawah baru, membangun jembatan dan jalan, dan sebagainya.”
Freeport dan Irian Barat
Bantuan Kennedy dalam kedaulatan Indonesia atas makelar Irian Barat hanya bisa datang sebagai pukulan ke papan Freeport Sulphur itu. Freeport sudah memiliki hubungan positif dengan Belanda, yang telah resmi misi eksplorasi awal di sana. Selama periode negosiasi, Freeport mendekati PBB, tetapi PBB mengatakan Freeport harus mendiskusikan rencana mereka dengan pejabat Indonesia. Ketika Freeport pergi ke Kedutaan Indonesia di Washington, mereka tidak mendapat tanggapan.
Keluhan Forbes Wilson:
Tidak lama setelah Indonesia memperoleh kendali atas Irian Barat pada tahun 1963, kemudian Presiden Soekarno, yang telah mengkonsolidasikan kekuasaan eksekutif-nya, membuat serangkaian langkah yang akan membuat putus asa, bahkan buat investor Barat yang bersemangat paling prospekti.  Dia mengambil alih hampir semua investasi asing di Indonesia. Ia memerintahkan agen-agen Amerika, termasuk Agen Pembangunan Internasional, untuk meninggalkan negara itu. Dia menanam hubungan dekat dengan Cina Komunis dan Partai Komunis Indonesia dengan, yang dikenal sebagai PKI.
1962 telah menjadi tahun yang sulit bagi Freeport. Mereka berada di bawah serangan terhadap isu penimbunan. Freeport masih belum pulih dari memiliki fasilitas yang menguntungkan mereka disita di Kuba. Dan sekarang mereka duduk, menatap kekayaan potensial di Indonesia. Tapi dengan Kennedy memberikan dukungan diam-diam untuk Soekarno, harapan mereka tampak suram.
Berbaliknya Nasib
Kennedy ingin meningkatkan paket bantuan untuk Indonesia, menawarkan $ 11 juta. Selain itu, ia merencanakan sebuah kunjungan pribadi ada pada tahun 1964 awal. Sementara Kennedy mencoba untuk mendukung Sukarno, kekuatan lain ada yang melawan usaha mereka. Perbedaan pendapat publik di Senat bergolak apakah terus membantu Indonesia sementara Partai Komunis di Indonesia tetap kuat. Kennedy bertahan. Dia menyetujui paket bantuan khusus pada 19 November 1963. Tiga hari kemudian, Sukarno kehilangan sekutu terbaik di Barat. Kenedy mati terbunuh. Tak lama, ia akan kehilangan paket bantuan juga.
Soekarno sangat terguncang oleh berita kematian Kennedy. Padahal Bobby Kennedy awalnya membuat rencana perjalanan Presiden Jhon F Kennedy ke Indonesia dilakukan pada Januari, 1964. Cindy Adams bertanya Soekarno apa yang dia pikirkan tentang Bobby, dan mendapat lebih dari yang dia minta:
Wajah Sukarno menyala. ”Bob adalah sangat hangat. Dia seperti kakaknya. Aku mencintai kakaknya. Dia mengerti saya. Aku telah merancang dan membangun sebuah rumah tamu khusus di taman istana untuk John F. Kennedy, yang berjanji padaku bahwa ia datang ke sini dan menjadi Presiden Amerika pertama yang melakukan kunjungan kenegaraan ke negara ini “Dia terdiam.. ”Sekarang dia tidak akan datang.”
Sukarno sangat berkeringat. Ia berulang kali mengusap alisnya dan dada. ”Katakan padaku, mengapa mereka membunuh Kennedy?”
Soekarno mencatat dengan ironis bahwa persis pada hari Kennedy dibunuh, Kepala Pengawalnya berada di Washington untuk belajar bagaimana melindungi presiden. Melihat ke masa depan, ia tidak optimis:
Aku tahu Johnson … Aku bertemu dengannya ketika saya dengan Presiden Kennedy di Washington. Tapi aku bertanya-tanya apakah dia hangat seperti Yohanes. Aku ingin tahu apakah dia akan seperti Sukarno sebagai John Kennedy, teman saya, tidak.
LBJ dan Indonesia
Seperti yang orang lain telah catat, kebijakan luar negeri (USA) berubah dengan cepat setelah kematian Kennedy. Donald Gibson mengatakan dalam bukunya Battling Wall Street: “Dalam Kebijakan Luar negeri perubahan terjadi sangat cepat, dan sangat dramatis.” Gibson menguraikan lima perubahan jangka pendek dan beberapa perubahan jangka panjang yang mulai berlaku setelah kematian Kennedy. Salah satu perubahan jangka tiba-tiba, adalah pembatalan paket bantuan untuk Indonesia yang sudah disetujui Kennedy. Hilsman juga membuat peryataan tentang  poin ini:
Salah satu helai kertas pertama yang datang di meja Presiden Johnson adalah tekad presiden … di mana Presiden harus menyatakan bahwa bahkan bantuan ekonomi terus [ke Indonesia] adalah penting bagi kepentingan nasional (Amerika). Karena setiap orang di lini itu tahu bahwa Presiden Kennedy akan menandatangani tekad secara rutin, kami semua terkejut ketika Presiden Johnson menolak.
Seseorang di Freeport sangat senang dengan perilaku Johnson sehingga ia mendukung dijalankannya presidensial pada tahun 1964: Augustus C. “Gus” Long.
C. “Gus” Long, telah menjadi Pemimpin di Texas Company (Texaco) selama bertahun-tahun. Pada tahun 1964, ia dan sekelompok konservatif lain, sebagian besar mogul bisnis Republikan, bergabung bersama untuk mendukung Johnson mengenai Goldwater. Kelompok ini, yang menyebut diri mereka Komite Independen Nasional untuk Johnson, termasuk orang-orang seperti Thomas Lamont, Edgar Kaiser dari Kaiser Aluminium, Robert Lehman Lehman Brothers, Thomas Cabot dari Cabot Corporation dari Boston, dan tokoh-tokoh terkemuka lain dari dunia bisnis.
Long memiliki dua kaki keributan di Indonesia -satu untuk Freeport, satu untuk Texaco.Pada tahun 1961, Caltex-bersama-sama dimiliki oleh Standard Oil of California (Socal) dan Texas Company (Texaco) – adalah salah satu dari tiga perusahaan minyak besar di Indonesia yang dipaksa untuk beroperasi di bawah kontrak baru dengan pemerintah Sukarno. Menurut ketentuan baru, 60% dari seluruh keuntungan harus diberikan kepada pemerintah Indonesia. Jadi dia punya dua alasan untuk khawatir dengan dukungan Kennedy terhadap brand nasionalisme Sukarno, yang mengancam kepentingan kedua perusahaan di mana ia memiliki saham substansial.
Dalam Bagian I, kami menyebutkan bahwa Long telah melakukan “pekerjaan sukarela yang luar biasa” untuk Presbyterian Hospital di New York, dikatakan oleh seorang mantan karyawan perusahaan Public Relation mereka, Mullen Company, untuk menjadi “sarang kegiatan CIA.” Sekarang kita tambahkan bahwa Long terpilih menjadi Presiden dari Rumah Sakit Presbyterian dua tahun berjalan, 1961 dan 1962. Pada tahun 1964, Long pensiun perannya sebagai Ketua Texaco. Dia akan kembali sebagai Ketua pada tahun 1970. Apa yang dia lakukan untuk sementara?
Pada bulan Maret tahun 1965, Long terpilih sebagai direktur Chemical Bank, perusahaan lain yang dikendalikan Rockefeller.
Pada bulan Agustus tahun 1965, Long diangkat menjadi Dewan Penasehat Presiden urusan Intelijen Luar Negeri, di mana ia akan menyetujui dan menyarankan kegiatan rahasia.
Pada bulan Oktober 1965, kegiatan rahasia intelejen Amerika mengakhiri nasib Sukarno.
1965: Tahun Vivere Pericoloso (Tahun Kehidupan yang Berbahaya)
Setelah kematian Kennedy, Sukarno menjadi tumbuh semakin agresif terhadap Barat. Inggris sedang sibuk membentuk sebuah negara baru mantan mitra dagang Indonesia: Malaya dan Singapura, yang disebut Malaysia. Karena daerah itu termasuk wilayah dari mana CIA telah meluncurkan beberapa kegiatan-kegiatan “Malaysia.” tahun 1958, Sukarno benar-benar prihatin dengan apa yang ia rasakan berupa pengetatan jerat buat Indonesia. Pada tanggal 1 Januari 1965, Soekarno mengancam untuk menarik Indonesia keluar dari PBB jika Negara Malaysia ini diakui. Dan itu dia lakukan, menjadikan Indonesia sebagai negara pertama yang keluar dari PBB. Menanggapi tekanan AS terhadap Sukarno untuk mendukung Malaysia, dia berteriak, “Persetan dengan bantuan Anda.” Dia membangun pasukannya di sepanjang perbatasan Malaysia . Malaysia, takut invasi, meminta PBB untuk dukungan.
Pada Februari, Sukarno bisa melihat tulisan di dinding:
JAKARTA, Indonesia, Feb 23 (UPI)-Presiden Sukarno menyatakan saat ini bahwa Indonesia tidak mampu lagi membiarkan kebebasan pers. Dia memerintahkan pelarangan koran anti-Komunis. …
Saya memiliki informasi rahasia yang mengungkapkan bahwa CIA  itu menggunakan Badan untuk Promosi Sukarnoisme untuk membunuh Sukarnoisme dan Sukarno, “katanya. ”Itulah mengapa saya melarang itu.” (New York Times, 2/24/65)
Negara itu berantakan. demonstrasi Anti-Amerika sering terjadi. Indonesia keluar dari Dana Moneter Internasional (IMF) dan Bank Dunia. Pers melaporkan bahwa Sukarno bergerak lebih dekat ke Cina dan Soviet. Soekarno mengancam akan menasionalisasi properti AS yang tersisa., karena telah diambil alih, misalnya, salah satu operasi Amerika terbesar di Indonesia, pabrik ban Goodyear Tire dan Rubber Company. Dan kemudian, dalam sebuah langkah tak terduga, Singapura memisahkan diri dari Malaysia, melemahnya negara yang baru terbentuk berbatasan dengan Indonesia.
Dengan kepentingan uang Amerika yang terancam, semua “iming-iming wortel yang biasa” berupa bantuan asing didorong, tidak memanfaatkan melalui IMF atau Bank Dunia, dan Freeport Gus Long Intelijen Luar Negeri Dewan Presiden Penasehat, itu hanya masalah waktu, dan tidak banyak, pada saat itu.
1 Oktober 1965: Kudeta ATAU COUNTER-KUDETA?
INDONESIA MENGATAKAN PLOT UNTUK MENGGULINGKAN SOEKARNO DIGAGALKAN OLEH KEPALA TENTARA; PERTARUNGAN KEKUASAAN DIPERCAYA BERLANJUT.
KUALA LUMPUR, Malaysia. 1 Oktober-Sebuah usaha untuk menggulingkan Presiden Sukarno malam digagalkan oleh satuan-satuan tentara yang setia kepada Jenderal Abdul Haris Nasution, radio Indonesia mengumumkan. …
Di Washington, juru bicara Departemen Luar Negeri mengatakan hari Jumat bahwa situasi di Indonesia adalah “sangat membingungkan.” Kata Robert J. McCloskey dalam sebuah konferensi pers Departemen Luar Negeri telah mendapatkan laporan dari Kedutaan Besar Amerika di Jakarta, tetapi “saat ini tidak mungkin untuk upaya evaluasi apapun, penjelasan, atau komentar. “
Akhir kemarin, sebuah kelompok misterius yang menamakan dirinya Gerakan 30 September menguasai Jakarta.
Kolonel Untung, yang telah mengumumkan melalui radio Indonesia bahwa ia adalah pemimpin gerakan itu, mengatakan kelompok itu merebut kekuasaan Pemerintah untuk mencegah kudeta “kontrarevolusi” oleh Dewan Jenderal. (New York Times, 10/2-3/65, International Edition)
Dalam keanehan, bergerak berbelit-belit, sekelompok pemimpin militer muda membunuh sekelompok (jendral) tua, para pemimpin moderat yang, menurut klaim mereka, akan melakukan tahap kudeta, dengan bantuan CIA, terhadap Sukarno. Namun apa yang terjadi di Indonesia ini setelah berubah menjadi salah satu mimpi buruk paling berdarah di dunia yang pernah dilihat.  Kontra-kudeta yang asli Ini dicap upaya kudeta sebagai gantinya, dan dilukiskan mungkin sebagai Merah terang. Kemudian, dalam kemarahan tersamar, bahwa otoritas Sukarno telah terancam, Nasution bergabung dengan Jenderal Soeharto untuk menggulingkan “Pemberontak”. Apa yang dimulai seolah-olah untuk melindungi otoritas Sukarno yang berakhir dengan pelucutan Sukarno sepenuhnya. Setelah ini terlalu ngeri untuk menggambarkannya dalam beberapa kata. Angka korban bervariasi, tetapi konsensus pada kisaran 200.000 sampai lebih dari 500.000 orang tewas pada peristiwa “kontra-kudeta” ini. Siapapun yang pernah memiliki hubungan dengan Komunis PKI ditargetkan untuk dimusnahkan. Bahkan majalah Time memberikan satu deskripsi akurat tanda apa yang terjadi:
Menurut perhitungan yang dibawa keluar dari Indonesia oleh diplomat Barat dan wisatawan independen, orang Komunis, simpatisan Merah dan keluarga mereka sedang dibantai oleh ribuan orang.  Unit tentara infanteri (Backland) dilaporkan telah mengeksekusi ribuan komunis setelah interogasi di penjara-penjara desa terpencil. … Berbekal pisau berbilah lebar disebut parang, sekelompok Muslim merayap di malam hari ke dalam rumah Komunis, membunuh seluruh keluarga dan mengubur mayat-mayat di kuburan dangkal. … Kampanye pembunuhan menjadi begitu berani di bagian pedesaan Jawa Timur di mana Kelompok Muslim menempatkan kepala korban di ujung tombak dan mengarak mereka melalui desa-desa.
Pembunuhan massal sampai pada skala tertentu sehingga pembuangan mayat telah menciptakan masalah sanitasi yang serius di Jawa Timur dan Sumatra bagian utara, di mana udara lembab berbau daging yang membusuk. Wisatawan dari daerah menceritakan tentang sungai-sungai kecil yang telah benar-benar tersumbat dengan tubuh; transportasi sungai di tempat yang telah terhambat.
Hari-hari selanjutnya, thumbnail sejarah orang sering digambarkan aksi seperti ini: “Sebuah kudeta komunis yang gagal pada tahun 1965 menyebabkan pengambilalihan anti-Komunis oleh militer, di bawah pimpinan Jenderal Suharto.” (Sumber: The Concise Columbia Encyclopedia) Tapi sebenarnya jauh lebih kompleks. Sebuah indikator persuasif untuk ini terletak pada item berikut, dikutip dalam sebuah artikel yang luar biasa yang ditulis oleh Peter Dale Scott yang diterbitkan dalam jurnal Inggris Lobster (Fall, 1990). Scott mengutip seorang penulis yang mengutip seorang peneliti yang, karena telah diberikan akses ke file dari kementerian luar negeri di Pakistan, berlari di sebuah surat dari seorang mantan duta besar yang melaporkan percakapan dengan seorang perwira intelijen Belanda dengan NATO, yang mengatakan, menurut catatan peneliti,
“Indonesia akan jatuh ke pangkuan Barat seperti sebuah apel busuk.” Badan-badan intelijen Barat, kata dia, akan mengorganisir sebuah kudeta “komunis prematur … [yang akan] ditakdirkan untuk gagal, memberikan kesempatan yang sah dan selamat datang kepada tentara untuk menghancurkan komunis dan membuat Soekarno tawanan niat baik tentara.” Laporan duta. bertanggal Desember 1964.
Kemudian dalam artikel ini, kutipan dari buku Scott File CIA:
“Yang aku tahu,” kata salah seorang mantan perwira intelijen dari peristiwa Indonesia, “adalah bahwa Agency berguling di beberapa orang bagian atas (Top) dan bahwa hal-hal besar pecah dan sangat menguntungkan, sejauh yang kita peduli.”
Ralph McGehee, seorang veteran agen CIA selama 25-tahun, juga menyebut keterlibatan agensi dalam sebuah artikel, sebagian masih disensor oleh CIA, yang diterbitkan dalam The Nation (April 11, 1981):
Untuk menyembunyikan perannya dalam pembantaian orang-orang yang tidak bersalah, CIA, pada tahun 1968, mengarang sebuah penjelasan palsu tentang apa yang terjadi (yang kemudian diterbitkan oleh CIA sebagai sebuah buku, Indonesia-1965: The Coup That Backfired). Buku tersebut adalah hanya studi tentang politik Indonesia yang pernah dirilis kepada publik atas inisiatif CIA sendiri. Pada saat yang sama CIA menulis buku, itu juga terdiri sebuah penelitian rahasia tentang apa yang sebenarnya terjadi……. [Satu kalimat dihapus.] CIA sangat bangga dengan suksesnya ….. [satu kata dihapus] dan direkomendasikan sebagai model untuk operasi masa depan ………. [satu setengah kalimat dihapus].
Freeport Setelah Soekarno
Menurut Forbes Wilson, Freeport memiliki semuanya tetapi mengingat harapan untuk mengembangkan penemuan yang menakjubkan di Irian Barat. Tapi sementara sebagian pers dunia masih berusaha untuk mengungkap informasi yang rumit tentang siapa yang benar-benar berkuasa, Freeport tampaknya memiliki track sisi dalam. Dalam esai yang disebutkan sebelumnya, Scott mengutip berita kabel (delegasi AS untuk PBB) yang menyatakan bahwa Freeport Sulphur telah mencapai “kesepakatan” pendahuluan dengan para pejabat Indonesia mengenai Ertsberg pada bulan April 1965, sebelum ada perjanjian sah yang bisa saja ada harapan di depan mata.
Secara resmi, Freeport tidak punya rencana seperti itu sampai setelah peristiwa Oktober 1965. Tetapi bahkan cerita resmi tampak aneh bagi Wilson. Pada awal November, hanya sebulan setelah peristiwa Oktober, pimpinan Freeport untuk waktu yang lama, Langbourne Williams, memanggil Direktur Wilson ke rumahnya, menanyakan apakah waktunya kini telah datang untuk mengejar proyek mereka di Irian Barat. Reaksi Wilson menyebut ini menarik:
Aku begitu kaget aku tidak tahu harus berkata apa.
Bagaimana Williams tahu, dengan begitu cepat, bahwa rezim baru akan berkuasa? Soekarno masih Presiden, dan akan tetap demikian secara resmi hingga tahun 1967. Hanya orang dalam yang tahu dari awal bahwa hari-hari terakhir Sukarno bisa dihitung, dan kekuasaannya melemah. Wilson menjelaskan bahwa Williams punya beberapa “informasi pribadi yang menantang” dari “dua eksekutif Texaco” Perusahaannya Long berhasil mempertahankan hubungan dekat dengan seorang pejabat tinggi rezim Soekarno, Julius Tahija.  Tahija ini yang menjadi broker pertemuan antara Freeport dan Ibnu Sutowo, Menteri Pertambangan dan Perminyakan. Majalah Fortune mengatakan ini tentang Sutowo (Juli 1973):
Sebagai presiden-direktur dari [perusahaan minyak milik Pemerintah/negara] Pertamina, Letnan Jenderal Ibnu Sutowo menerima gaji hanya $ 250 per bulan, tetapi kehidupannya seperti pada skala pangeran Kerajaan. Dia bergerak di sekitar Jakarta dengan mobil pribadinya Rolls-Royce Silver Cloud. Dia telah membangun sebuah kompleks rumah-rumah beberapa keluarga yang begitu besar sehingga para tamu di pesta pernikahan putrinya bisa mengikuti seluruh pertunjukan hanya pada televisi sirkuit tertutup.
… Garis batas antara kegiatan publik dan swasta Ibnu Sutowo akan tampak kabur di mata orang Barat.Restoran Ramayana di New York [di Rockefeller Center, dalam catatan-penulis], misalnya, telah didanai  oleh eksekutif berbagai perusahaan minyak AS, yang menempatkan lebih dari  $ 500.000 untuk masuk ke semacam bisnis terkenal berisiko. Agaknya para pendukungnya termotivasi setidaknya sebagian oleh keinginan untuk diakui ramah dengan umum.
Tapi di luar ini penghargaan meragukan, sesuatu yang sedikit lain, juga terungkap:
Perusahaan minyak Sutowo yang masih kecil itu memainkan bagian penting dalam mendanai operasi-operasi penting [selama peristiwa Oktober 1965.]
Mengingat banyaknya bukti bahwa CIA terlibat dalam operasi ini, tampaknya mungkin bahwa Ibnu Sutowo sama bertindak sebagai penyalur untuk dana mereka.
Setelah jatuhnya Soekarno dari kekuasaan, Sutowo membangun sebuah perjanjian baru yang memungkinkan perusahaan-perusahaan minyak untuk menjaga persentase keuntungan secara substansial lebih besar buat mereka. Dalam sebuah artikel berjudul “Oil and Nationalism Mix Beatifully in Indonesia” (Juli, 1973), Fortune melabel kesepakatan pasca-Sukarno sebagai sesuatu yang  ”sangat menguntungkan bagi perusahaan minyak.”
Pada tahun 1967, saat Undang-Undang Penanaman Modal Asing di Indonesia disahkan, kontrak Freeport adalah yang pertama yang akan ditandatangani. Dengan Kennedy, Soekarno, dan setiap dukungan yang layak untuk nasionalisme Indonesia yang keluar dari jalanan, Freeport mulai beroperasi.
Pada tahun 1969, pemungutan suara diamanatkan kepada Kennedy oleh perjanjian yang ditengahi PBB pada pertanyaan apakah kemerdekaan Irian Barat telah jatuh tempo. Di bawah intimidasi berat dan kehadiran viseral militer, Irian “memilih” untuk tetap menjadi bagian dari Indonesia. Freeport menjadi jelas posisinya.
Koneksi The Bechtel
Gus Long, yang  sering menjadi mitra makan malam Steve Bechtel, Sr, pemilik dengan Direktur CIA, John McCone, Bechtel-McCone di Los Angeles pada tahun tiga puluhan. McCone dan Bechtel, Senior,  membuat bundel laporan “Keluar dari Perang Dunia II”, berpisah, dan mereka pergi melalui jalan tidak begitu terpisah. tulis Laton McCartney di Friend in High Place: The Bechtel Story:
Pada tahun 1964 dan 1965, direktur CIA John McCone dan Dubes AS untuk Indonesia Howard Jones Steve memberi penjelasan kepada Bechtel Sr tentang situasi yang memburuk dengan cepat di Indonesia. Bechtel, SoCal, Texaco … pernah berurusan luas di bagian dunia dan prihatin karena Presiden Indonesia Soekarno telah menasionalisasi kepentingan bisnis Amerika di sana. … Pada Oktober 1965, Sukarno digulingkan, dalam kudeta yang didukung oleh sejumlah alumni CIA, dan digantikan oleh Presiden Soeharto, yang terbukti jauh lebih menerima kepentingan bisnis AS dibanding pendahulunya.
Bechtel tidaklah asing buat CIA. Bechtel Sr telah menjadi anggota Charter dari CIA saluran Asia Foundation dari awal sebagai gagasan Allen Dulles. Mantan Direktur CIA Richard Helms sendiri bergabung dengan Bechtel, sebagai “konsultan internasional” pada tahun 1978. Kata seorang mantan eksekutif, Bechtel:
sarat dengan muatan CIA … Badan/Agency ini tidak perlu meminta mereka untuk menempatkan agen-agennya di Freeport… Bechtel senang untuk membawa mereka dan memberi mereka bantuan apa pun yang mereka butuhkan.
“Teman tertua dan terdekat di industri minyak” Bechtel Sr:  Gus Long, punya masalah. Proyek Freeport ternyata jauh lebih sulit daripada yang mereka telah ramalkan, dan mereka membutuhkan bantuan dari luar. Jalan pegunungan ke “gunung tembaga” memjadikan ekstraksi hampir mustahil. Freeport mempekerjakan Bechtel untuk membantu mereka membangun infrastruktur yang tepat untuk mengubah mimpi mereka menjadi kenyataan.
Bechtel datang dengan ekstra. Freeport membutuhkan pembiayaan tambahan untuk proyek mahal mereka di Indonesia. Bechtel Sr telah mendapatkan dirinya ditunjuk menjadi komite penasihat bank Ekspor-Impor (Exim) setelah periode bersahabat yang panjang dan nyaman, hingga Presiden Bank Exim Henry Kearns. Freeport tidak senang dengan kurangnya kemajuan dan biaya operasi Bechtel. Forbes Wilson mengancam untuk menjatuhkan mereka dari proyek tersebut. Bechtel Sr melompat, mengatakan ia akan membuat prioritas atas proyek Bechtel. Dia juga menjamin mereka $ 20 juta pinjaman dari bank Exim. Ketika insinyur bank Exim tidak berpikir bahwa proyek Freeport tampaknya cukup komersial dan tidak akan menyetujui pinjaman mereka, Bechtel Sr memanggil Kearns, dan pinjaman cair melampaui keberatan insinyur bank. Tiga tahun kemudian, Kearns ingin mengundurkan diri dari bank ketika terungkap bank telah memberikan pinjaman yang terlalu dermawan untuk beberapa proyek di mana Kearns secara pribadi berinvestasi.  Meskipun Senator Proxmire menyebutnya sebagai “konflik kepentingan terburuk” yang pernah dia lihat selama tujuh belas tahun di Senat, Departemen Kehakiman menolak untuk mengadili. Proxmire berkata:
Akan muncul pada jutaan warga Amerika fakta bahwa ada standar ganda dalam penerapan hukum, satu untuk warga negara biasa dan yang lain cukup untuk mereka yang memegang posisi tinggi di pemerintahan dan membuat ribuan dolar untuk keuntungan pribadi sebagai hasil dari tindakan resmi pemerintah.
Bechtel membantah tuduhan dari mantan karyawanya yang telah menyebarkab lebih dari $ 3 juta dalam bentuk tunai di seluruh Indonesia di awal 70-an.
Penyesalan selalu Terlambat
Tragedi pembunuhan Kennedy terletak pada warisan yang tertinggal setelah ketidakhadirannya. Tanpa dukungannya itu, bayi Indonesia melangkah menuju kenyataan, kemerdekaan ekonomi hancur. Soekarno, memang bukan orang suci dan banyak masalah, namun ia tetap berusaha untuk memastikan bahwa transaksi bisnis Negara Indonesia dengan orang asing harus meninggalkan beberapa manfaat bagi orang Indonesia. Soeharto, dalam kontras yang mengerikan, malah memungkinkan orang asing untuk memperkosa dan menjarah Indonesia untuk keuntungan pribadi mereka, dengan gaya hidup mewah dan kebanggaan, merampok sumber daya berharga yang tak tergantikan milik Indonesia. Cindy Adams yang menulis buku tentang pengalamannya dengan Sukarno, yang menyebut My Friend the Dictator. Jika Sukarno disebut diktator, apa istilah ada untuk Soeharto?
Pertambangan Grasberg Freeport di Indonesia adalah salah satu dari cadangan tembaga dan emas terbesar di dunia. Tetapi perusahaan yang berbasis di Amerika itu memiliki 82% saham keuntungan perusahaaan, sementara pemerintah Indonesia dan perusahaan swasta  Indonesia hannya berbagi sedikit persen yang tersisa.
Seberapa besar Freeport membawa pengaruh di Indonesia? Dapatkah mereka benar-benar mengatakan bahwa mereka memiliki kepentingan terbaik Indonesia di hati?
Kissinger dan Timor Timur
Pada tahun 1975, tambang Freeport berproduksi dengan baik dan sangat menguntungkan. Direktur Freeport Masa Depan dan pelobi Henry Kissinger dan Presiden dan mantan anggota Komisi Warren Gerald Ford terbang keluar dari Jakarta setelah  Pemerintah Indonesia di bawah Soeharto  memberi pejabat Departemen Luar Negeri “kedipan besar.”  Soeharto kemudian digambarkan sebagai menggunakan militer Indonesia untuk mengambil alih wilayah Timor Timur Portugis, diikuti dengan pembantaian massal yang menyaingi pertumpahan darah 1965.
Kata seorang mantan perwira operasi CIA yang ditempatkan di sana pada waktu itu, Philip C. Liechty:
Soeharto diberi lampu hijau [oleh AS] untuk melakukan apa yang dia lakukan. Ada diskusi di kedutaan dan di lalu lintas perjalanan dengan Departemen Luar Negeri tentang masalah yang akan dibuat bagi kita  jika publik dan Kongres menyadari tingkat dan jenis bantuan militer yang akan diberikan ke Indonesia pada waktu itu. … Tanpa dukungan logistik besar-besaran militer AS di Indonesia mungkin belum mampu menarik jika off.
Pada tahun 1980, Freeport bergabung dengan perusahaan eksplorasi minyak dan pengembangan McMoRan, yang dipimpin oleh James “Jim Bob” Moffett.  Dua “Mo” menjadi satu, dan Moffett  (“Mo” di McMoRan) akhirnya menjadi Presiden Freeport McMoran.
Teman di Tempat Tinggi
Pada tahun 1995, Freeport McMoRan berhasil melakukan spin off  Freeport McMoRan Copper & Gold Inc menjadi sebuah entitas anak perusahaan yang terpisah. Para Overseas Private Investment Corporation (OPIC) menulis  kepada  Freeport McMoRan Copper and Gold bahwa mereka berencana untuk membatalkan asuransi investasi mereka berdasarkan catatan buruk pengelolaan lingkungan mereka di proyek Irian mereka, yang menyatakan bahawa Freeport telah  “membahayakan suatu lingkungan secara tidak masuk akal atau besar bagi kesehatan, atau bahaya bagi keselamatan di Irian Jaya. “
Freeport masih tidak duduk di atas pembatalan ini. Kissinger telah mengeksekusi upaya lobi utama (di mana dia dibayar $ 400.000 setahun), pertemuan dengan pejabat di Departemen Luar Negeri dan bekerja di lorong-lorong Capitol Hill. Sumber dekat dengan masalah, menurut Robert Bryce dalam edisi terbaru dari Texas Observer, yang mengatakan Freeport mempekerjakan mantan direktur CIA James Woolsey dalam memerangi OPIC.
Freeport, sekarang berkantor pusat di New Orleans, berhasil menjaga teman-temannya di tempat-tempat tinggi. Pada tahun 1993, kepala lobi pro-Soeharto adalah Senator kongres dari Louisiana, Bennett Johnson. Perwakilan Robert Livingston, dari Louisiana, melakukan investasi di Freeport Copper and Gold, sementara DPR memperdebatkan dan memilih HR 322-the Mineral Exploration and Development Act.. Dan ketika Jeffery Shafer, salah satu direktur OPIC, baru-baru ini dinominasikan untuk  ditunjuk menjadi Undersecretary Nasional Urusan, itu pol Louisiana lain, kali ini Senator John Breaux, yang memilih untuk memblokir penunjukan sampai Shafer memberikan penjelasan tentang pembatalan OPIC tentang asuransi Freeport. Jim Bob Moffett, kepala Freeport McMoRan, terdaftar dalam survei online Mother Jones Online ‘”Mojo Wire Coin-Op Congres” sebagai yang tertinggi dari 400 orang  yang memberikan uang paling banyak dalam kontribusi kampanye.
Tindakan buruk Freeport di luar negeri bukan hanya pelacakan seseorang saja. Di Louisiana itu sendiri, Freeport dan tiga perusahaan lain (dua Freeport di antaranya kemudian diakuisisi) mengajukan petisi untuk pembebasan khusus untuk UU Air Bersih (Clean Water Act) dalam rangka untuk membuang 25 trilyun pon limbah beracun ke sungai Mississipp secara legal. Warga memprotes, dan petisi Freeport ditolak. Freeport kemudian melobi untuk melemahkan pembatasan dari Clean Water Act.
Warga Austin, Texas, telah berjuang untuk memblokir rencana Freeport untuk pengembangan real estat yang akan mmembuat busuk Barton Springs, sebuah taman air yang populer di alam terbuka di sana.
Menurut sebuah artikel baru-baru dalam Nation (Juli 31/August 7, 1995), Freeport adalah bagian dari Koalisi Nasional Wetlands, sebuah kelompok yang menulis dengan banyak bahasa mengenai tagihan yang dirancang untuk menghilangkan pengawasan  daerah lahan basah EPA, membebaskan mereka untuk eksploitasi sumber daya alam. Koalisi yang sama juga telah melobi untuk melemahkan Endangered Species ActThe Nation mengungkap bahwa aksi politik komite Freeport sejak tahun 1983 telah membayar anggota kongres lebih dari $ 730.000.
Skandal di UT
Catatan Freeport telah menyebabkan kegemparan di University of Texas di Austin baru-baru ini. Departemen Geologi universitas, yang telah melakukan penelitian di bawah kontrak untuk Freeport, baru-baru ini diberi $ 2 juta dolar oleh Jim Bob Moffett untuk sebuah bangunan baru. Dewan Penasehat sekolah, William Cunningham, ingin memberi nama gedung tersebut dengan nama  Moffett, temannya dan rekan kerjanya (Cunningham juga merupakan Direktur Freeport).  Banyak orang di kampus memprotes pembangunan gedung ini. Profesor Antropologi Stephen Feld mengundurkan diri dari posisinya di universitas karena masalah ini, ia mengatakan bahwa UT tak dapat lagi diterima secara secara moral sebagai tempat bagi pegawai. Protes terhadap konflik kepentingan Cunningham dalam melayani UT dan Freeport, menyebabkan pengunduran diri Cunningham Desember lalu. Dia mengundurkan diri sehari setelah Freeport mengancam akan menggugat tiga profesor  yang telah protes paling keras di Universitas.
Siap di Brink  (Poised on The Brink)
Sementara kemenangan moral dipuji di Texas, teror yang nyata terus berlangsung di pabrik Freeport di Indonesia.
Pada bulan Maret 1996, persis ketika terakhir masalah ini akan kami publikasi ke pers, kerusuhan pecah di pabrik Freeport di Irian Jaya (nama saat ini Irian Barat). Ribuan orang berbaris di jalan-jalan di sekitar pabrik Freeport, di mana militer telah baru-baru ini Desember menangkap dan menyiksa orang-orang yang protes dan tinggal di daerah pertambangan Freeport itu. Protes-protes yang berakar dalam dari keinginan untuk kemerdekaan Papua, Amungme, dan banyak penduduk asli Irian Jaya yang tidak pernah menjadi rakyat Belanda, dan juga tidak pernah benar-benar Indonesia.
Ketika kita pergi untuk mencetak, sumber-sumber Indonesia melaporkan bahwa militer telah mengambil alih sejumlah stasiun Keamanan di sekitar tambang Freeport. ”Latihan Militer” untuk mengintimidasi orang-orang yang Maret lalu buat kerusuhan di Freeport, menyebabkan pabrik Freeport kehilangan dua hari kerja dan jutaan dolar. Meskipun tidak ada jam malam telah disebut, orang melaporkan takut keluar di malam hari.
Suku-suku Amungme asli, Papua, dan lain-lain masih berharap untuk mempertahankan kemerdekaan dari apa yang mereka lihat hanya sebagai bentuk baru kolonialisme: tunduk kepada kepentingan Freeport. Menurut New York Times (4/4/96), Freeport adalah investor terbesar di Indonesia.
Dengan dukungan Kennedy, Indonesia memiliki kesempatan untuk kemandirian ekonomi yang nyata. Rakyat Irian dijanjikan pemungutan suara nyata bagi pemerintahan sendiri. Tapi ketika Kennedy dibunuh, sebuah kediktatoran militer terinstal dan dilengkapi sehingga kepentingan bisnis seperti Freeport telah diberi prioritas lebih tinggi daripada tuntutan penduduk asli yang sumber daya alamnya masih sedang dijarah.
Kadang-kadang, apa yang tidak kita mengerti tentang berita hari ini adalah apa yang kita tidak tahu tentang pembunuhan Kennedy.
Referensi :
Sejarah. 
  •  
  •