Senin, 29 Desember 2014

Battle of the Amphibs (bag.1)

Rencana menggebu-gebu dari TNI AU yang menawarkan akuisisi pesawat amfibi Be-200 kepada Presiden Jokowi untuk menangkap kapal penangkap ikan ilegal perlu disikapi dengan bijak dari segala sisi.Hal ini wajar, karena sudah lama TNI AU tidak lagi mengoperasikan pesawat amfibi. Banyak hal sudah berubah, baik dari spesifikasi alutsista yang mau dibeli, maupun dari sisi operasi penegakan hukum di laut, yang saat ini baru mulai dibenahi dengan pembentukan Bakamla.
 
ARC sendiri tidak hendak berpolemik, tapi cukup mengajukan satu pertanyaan yang menggelitik: Benarkah Be-200 Altair adalah pesawat amfibi terbaik? Ini mengingat pesawat amfibi belum pernah terdengar dalam rencana pengembangan jangka menengah maupun panjang TNI AU.
Be-200 sendiri cukup ‘mission proven’ setelah disewa untuk operasi pemadaman kebakaran hutan di Kalimantan. Di sisi lain, Be-200 bukan satu-satunya pesawat amfibi yang operasional di dunia. RRC memiliki Harbin SH-5, Jepang pun memiliki ShinMaywa US-1 dan US-2. Jepang secara aktif menawarkan ShinMaywa US-2 dalam gelaran IndoDefence 2012, sementara belum kedengaran niatan RRC menawarkan SH-5.

Baru-baru ini India menyatakan minat dan setuju untuk mengakuisisi 18 ShinMaywa US-2, menjadikannya calon operator pesawat amfibi terbesar di dunia, dengan imbal berupa offset dan lini produksi di India.  ShinMaywa US-2 sukses mengkanvaskan Be-200 yang juga turut dipresentasikan ke India dalam lawatan operasionalnya.
Jadi, Be-200 Altair vs ShinMaywa US-2, siapa yang terbaik? Yuk kita sigi perbandingan spek keduanya!



























ARC>

Tidak ada komentar:

Posting Komentar