Bung Karno adalah manusia yang baik dan tragis hidupnya. - Soe Hok Gie
Kritik pada Presiden Soekarno makin kencang menjelang meletusnya G30S
tahun 1965. Sang Presiden seperti terbuai dalam mimpi indah bersama para
istrinya.
Saat itu Presiden Soekarno memiliki lima orang istri. Sementara perekonomian makin buruk, harga kebutuhan pokok makin mencekik. Namun di istana pesta-pesta tetap digelar. Para buaya keroncong masih tertawa riang di tengah suasana serba sulit.
Adalah aktivis Soe Hok Gie yang mencatat buruknya moralitas para pejabat ketika itu. Gie yakin ada pihak-pihak yang sengaja membuat Soekarno terlena dengan para wanita cantik dan melupakan masyarakat.
Gie menyebut para menteri di sekeliling Soekarno hanya memberikan laporan yang baik-baik saja untuk menyenangkan Presiden. Mereka memisahkan realita dengan presiden.
"Aku yakin bahwa Bung Karno adalah manusia yang baik dan tragis hidupnya. Mungkin dia membuat kesalahan politik, tetapi salah satu sebabnya adalah pembantunya sendiri," tulis Gie dalam Catatan Seorang Demonstran.
Gie menyebutkan para pengawal Soekarno membuat birokrasi makin sulit. Soekarno tak bisa lagi ditemui sembarang orang. Seolah-olah dia menjadi tawanan dalam sangkar emas.
"Dalam suasana seperti ini, ada suatu otak yang secara sistematis berupaya 'mendekadensikannya'. Dia terus menerus disupply dengan wanita cantik yang lihai. Hartini muncul (siapa yang mempertemukannya?) dan membuat Bung Karno dihancurkan. Sejak saat itu wanita-wanita cantik keluar masuk istana: Baby Huawe, Ariati, Sanger, Dewi dan yang lainnya."
"Seolah-olah Bung Karno mau dialihkan hidupnya dari insan yang cinta tanah air menjadi kaisar-kaisar yang punya harem. Tiap minggu diadakan pesta di istana dengan omongan cabul dan perbuatan-perbuatan cabul," kata Gie.
Para mahasiswa menyebut ada menteri yang jadi germo untuk para pejabat di Istana. Ada menteri yang tak kerja dan tukang kawin.
Badai G30S kemudian menerjang. Mahasiswa bersama Angkatan Darat kemudian menjadi motor tumbangnya Soekarno. Di tahanan rumah, Soekarno dilarang menemui semua istrinya. Dia meninggal dalam sepi.
Saat itu Presiden Soekarno memiliki lima orang istri. Sementara perekonomian makin buruk, harga kebutuhan pokok makin mencekik. Namun di istana pesta-pesta tetap digelar. Para buaya keroncong masih tertawa riang di tengah suasana serba sulit.
Adalah aktivis Soe Hok Gie yang mencatat buruknya moralitas para pejabat ketika itu. Gie yakin ada pihak-pihak yang sengaja membuat Soekarno terlena dengan para wanita cantik dan melupakan masyarakat.
Gie menyebut para menteri di sekeliling Soekarno hanya memberikan laporan yang baik-baik saja untuk menyenangkan Presiden. Mereka memisahkan realita dengan presiden.
"Aku yakin bahwa Bung Karno adalah manusia yang baik dan tragis hidupnya. Mungkin dia membuat kesalahan politik, tetapi salah satu sebabnya adalah pembantunya sendiri," tulis Gie dalam Catatan Seorang Demonstran.
Gie menyebutkan para pengawal Soekarno membuat birokrasi makin sulit. Soekarno tak bisa lagi ditemui sembarang orang. Seolah-olah dia menjadi tawanan dalam sangkar emas.
"Dalam suasana seperti ini, ada suatu otak yang secara sistematis berupaya 'mendekadensikannya'. Dia terus menerus disupply dengan wanita cantik yang lihai. Hartini muncul (siapa yang mempertemukannya?) dan membuat Bung Karno dihancurkan. Sejak saat itu wanita-wanita cantik keluar masuk istana: Baby Huawe, Ariati, Sanger, Dewi dan yang lainnya."
"Seolah-olah Bung Karno mau dialihkan hidupnya dari insan yang cinta tanah air menjadi kaisar-kaisar yang punya harem. Tiap minggu diadakan pesta di istana dengan omongan cabul dan perbuatan-perbuatan cabul," kata Gie.
Para mahasiswa menyebut ada menteri yang jadi germo untuk para pejabat di Istana. Ada menteri yang tak kerja dan tukang kawin.
Badai G30S kemudian menerjang. Mahasiswa bersama Angkatan Darat kemudian menjadi motor tumbangnya Soekarno. Di tahanan rumah, Soekarno dilarang menemui semua istrinya. Dia meninggal dalam sepi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar