Posisi Indonesia kembali meningkat di survei lembaga analisa militer Global Firepower. Dalam daftar terbaru 2015, militer Indonesia dinobatkan di posisi 12, alias yang terkuat di Asia Tenggara.
Dikutip dari situs globalfirepower.com, Rabu (16/9), indeks kekuatan militer Indonesia kini senilai 0,5231. Di atas Australia (13), Italia (16) maupun Pakistan (17). Persis di atas Indonesia adalah Israel.
Namun, menurut mantan Kepala Staf Umum (Kasum) TNI Letjen Suryo Prabowo, hasil survei Global Firepower tersebut tidak benar dan tak bisa dipercaya.
“Penilaian tersebut jelas tak benar atau tidak reliable alias tidak bisa dipercaya,” katanya dalam pernyataannya, Jumat (18/9).
Mantan Wakasad ini mengatakan, banyak variabel yang harus dinilai untuk mengukur kekuatan militer sebuah negara.
“Apalagi yang dilihat cuma jumlah senjatanya seperti yg dilakukan GFP. Misalnya 10 pesawat Sukhoi lawan 1 pesawat F35, ya Sukhoi-nya kalah. Atau 50 roket RM70 Grad lawan 1 roket Himmars atau roket Astros, ya kalah,” katanya.
Menurutnya, selama alutsista yang digunakan masih berasal dari buatan negara asing, TNI belum bisa disebut kuat.
“Kalau BBM hanya mampu mendukung pesawat tempur dan kapal perang RI untuk berperang cuma 2 minggu, TNI belum bisa dinilai kekuatannya,” katanya.
Karenanya, dia meminta pemerintah, TNI dan masyarakat tak terbuai dengan hasil survei tersebut. Menurutnya, kekuatan TNI tak hanya diukur dari persenjataan yang dimiliki tapi juga dari kemandirian penciptaan alutsista sendiri.
“Penilaian tersebut harus dibaca sebagai motif. Sebelumnya disebut Kopassus rangking 3 pasukan elit dunia. Kemudian katanya dalam talkshow di TV ABC Amerika tahun 2014, Jenderal Tommy Frank, Peter Pace dan Mike Jakson mengatakan tentara Vietnam belajar bertempur dari TNI. Sekarang Globalfirepower menilai kekuatan TNI nomor 12 di atas Australia dan Asean. Tiap tahun selalu ada pujian dan penilaian untuk TNI. Kita perlu waspada maksud dibalik pemberitaan itu,” jelasnya. (Merdeka)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar