Wakil Ketua Komisi I DPR Tantowi Yahya setuju dengan usulan yang disampaikan Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu terkait realokasi anggaran pengadaan alutsista untuk memperbaiki infrastruktur di Pulau Natuna. Menurutnya, langkah itu perlu diambil menyusul peningkatan eskalasi ketegangan di Laut China Selatan.
“Itu upaya antisipatif kalau di wilayah itu terjadi konflik yang tidak menguntungkan kita. Karena ada pendapat ahli bahwa wilayah itu berpotensi terjadi kerusuhan jika di Laut China Selatan bentrok,” kata Tantowi di Kompleks Parlemen, Selasa (22/9/2015).
Ia mengatakan, perbaikan infrastruktur di Pulau Natuna bukan bentuk provokasi untuk memanaskan situasi. Sebaliknya, langkah itu merupakan langkah antisipasi, mengingat Natuna merupakan beranda terdepan Indonesia yang berdekatan dengan Laut China Selatan.
“Kita tidak melihat ini sebagai upaya provokatif, tapi defence,” ujarnya.
Sementara itu, Tantowi enggan membeberkan berapa jumlah pasti usulan anggaran yang direalokasi. Hanya saja, menurut dia, jika melihat paparan Ryamizard, jumlah yang diusulkan cukup rasional.
Sebelumnya, Ryamizard mengatakan, Kemenhan menunda pembelian alat utama sistem persenjataan untuk 2016 karena anggarannya dialokasikan untuk perbaikan infrastruktur di Pulau Natuna yang berbatasan dengan Laut Tiongkok Selatan.
“Pembelian pesawat belum menjadi prioritas, bukan tidak jadi, namun ditunda. Yang penting saat ini menghadapi situasi yang memanas di Laut Tiongkok Selatan,” kata Menteri Pertahanan, Ryamizard Ryacudu di DPR, Jakarta, Senin (21/9/2015).
Saat ini, negara seperti Amerika Serikat dan Tiongkok sedang memperebutkan wilayah di Laut Cina Selatan. Ia mengakui Indonesia memiliki hubungan baik dengan kedua negera tersebut namun Indonesia tak boleh diam ketika kondisi memanas.
“Indonesia tidak ada masalah dengan AS dan Tiongkok. Kita punya alutsista, seperti kapal dan pesawat namun yang penting adalah landasan (di Pulau Natuna),” terang Ryamizard.
Ryamizad menilai landasan di Pulau Natuna saat ini tidak bisa digunakan untuk pesawat tempur tapi bisa untuk pesawat angkut. Sedangkan untuk kondisi pelabuhan di wilayah tersebut sangat memprihatinkan karena terbuat dari kayu.
“Pesawat tempur bisa menghisap kerikil (apabila landasan rusak) dan menyebabkan mesin pecah,” katanya.
Kompas.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar