Impian Indonesia memiliki pesawat jet anyar akhirnya berada di jalur
yang tepat. Setelah penundaan berkali-kali bahkan sampai kegagalan
tender pengadaan oleh Korea Selatan, mitra utama pemerintah yang juga
menjadi produsen. Karena hanya satu perusahaan yang mengajukan tawaran
untuk mengembangkan pesawat KFX, di mana Indonesia memiliki 20 persen
saham di dalamnya. Akhirnya Tender pengembangan pesawat dibuka kembali,
membuka jalan agar pesawat idaman baik Korsel maupun Indonesia ini
menjadi kenyataan.
Dikutip dari Janes.com
(10/2), sebuah dokumen tender di DAPA (Defense Acquisition Program
Administration), Program Pengadaan Alutista Korsel, mengatakan pihak
yang berkepentingan harus menyerahkan tender mereka melalui portal
penawaran elektronik sebelum 24 Februari. DAPA menghargai kontrak KFX di
angka KRW 8.669 miliar atau sekitar Rp 7,9 triliun.
Kabar terakhir menyebutkan, Lockheed Martin (AS) dan Airbus Defence
and Space (Eropa) akhirnya masuk ke dalam perhitungan tender. Paling
tidak masuknya dua nama besar itu memberikan Indonesia sedikit nafas
lega di tengah skeptisisme akan proyek pesawat jet stealth ini.
Korea Selatan diperkirakan akan memesan 120 contohKFX, dan Indonesia
80 unit. Bila proyek ini lolos, Indonesia akan memiliki state-of-the-art
fighter jetuntuk memperkuat pertahanan dalam negeri. Korsel, sebagai
mitra utama sudah tidak perlu diragukan lagi. Mereka punya road-map yang jelas dalam proyek pengembangan jet tempur. Mereka sudah memulainya dengan KT-1, lalu T-50, TA-50 dan setelah itu: FA-50. Lebih dari itu mereka juga punya belasan veteran NASA dan USAF sebagai penasihat proyek KFX.
Jika proyek ini berjalan mulus seperti rencana, TNI AU akan mendapat pesawat jet tempur dual engine dengan kemampuan stealth lebih baik ketimbang Dassault Rafale atau Eurofighter Typhoon,
namun masih belum bisa menyamai Lockheed Martin F-35 Lightning II.
Secara desain, KFX mirip dengan F-22 Raptor dengan sayap tegak ganda dan
rancangan kokpit serta bagian depan fuselage serupa. Untuk
mesinnya belum ada kepastian apakah KFX akan menggunakan GE F414 (mesin
Super Hornet dan Gripen E/F) atau Eurojet EJ200 (mesin EF Typhoon).
Versi Indonesia dari KFX akan dinamakan IFX, singkatan dari
Indonesian Fighter Experimental. Kabarnya versi IFX memiliki beberapa
perbedaan, disesuaikan dengan kondisi lapangan yang ada, walau rancang
bangun fisiknya telah final. Namun belum ada kejelasan perbedaan KFX dan
IFX. Bila semua berjalan mulus, pesawat mulai akan dioperasikan pada
pertengahan tahun 2020. Spesifikasi pesawat IFX/KFX antara lain memiliki
panjang 51,3 feet, panjang sayap 35,2 feet, tinggi 14.9 feet, berat
maksimum untuk take off (MTOW) 53.200 lb, dengan kecepatan maksimum hingga 1.9 Mach. (Deni Adi)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar