Sampai saat ini beragam pesawat dengan tanda panggil Indonesia One,
atau RI-001 terus melayani pemimpin Indonesia terbang ke berbagai
belahan penjuru dunia. Namun dengan kondisi Indonesia yang
berpulau-pulau dan bahkan beberapa tidak memiliki lanud, penggunaan
pesawat terbang biasa tidak akan mencukupi. Untuk itu diperlukan
helikopter kepresidenan dalam membantu mengemban tugas-tugas kenegaraan.
Saat ini, helikopter kepresidenan menggunakan NAS 332 Super Puma,
jenis helikopter angkut sedang serbaguna. Tidak seperti pesawat
kepresidenan yang baru saja mendapat model lebih baru, Super Puma sudah
dipakai sejak era Soeharto. Tidak hanya presiden RI, Presiden Brazil dan
Perancis pun menggunakan helikopter yang satu ini.
NAS 332 Super Puma adalah helikopter besutan Aérospatiale (sekarang
Airbus Helicopters) dengan 4 bilah baling-baling, mesin ganda dan
berukuran sedang. Heli yang terbang perdana pada tahun 1978 ini
merupakan versi pembaharuan dari Aérospatiale SA 330 Puma. Super Puma
terbukti sangat populer, tercatat pada periode Juli 1981 sampai April
1987 rata-rata 3 helikopter ini diproduksi untuk pemesan baik dari
militer maupun sipil tiap harinya.
PT Dirgantara Indonesia (d/h PT IPTN) dengan lisensi Aerospatiale
juga memproduksi SA 330 and AS 332 untuk konsumen dalam negeri.
Helikopter Kepresidenan NAS 332 Super Puma pemeliharaannya berada di
bawah naungan Sekretariat Negara, dengan operasional oleh Skadron Udara
45 yang bermarkasi di Halim Perdanakusumah sebagai operator utama.
Skadron udara ini hanya khusus digunakan untuk Presiden maupun Wakil
Presiden saat mengunjungi pelosok Indonesia dengan helikopter. Skadron
45 terbilang baru, karena baru diresmikan pada tahun 2011 lalu,
sebelumnya helikopter Super Puma Kepresidenan menjadi etalase Skadron 17
VIP/VVIP.
Kesiapan helikopter kepresidenan jelas harus selalu dalam keadaan
prima. Ada tiga helikopter bercat putih abu-abu ini, yakni dengan nomer
registrasi H-3203, H-3205 dan H-3206. Ketiga helikopter untuk
perawatannya dipercayakan kepada PT DI di Bandung. Dukungan perwakilan
teknis juga disediakan PT DI untuk pekerjaan di luar Bandung, seperti
jika pekerjaan perawatan dilakukan di Pangkalan Udara Utama TNI AU Halim
Perdanakusuma (Skadron Udara 45) dan Pangkalan Udara Atang Senjaya,
Bogor (Skadron Teknik 024).
NAS 332 Super Puma berbobot 4.627 kg dalam keadaan kosong, bobot
lepas landas maksimum mencapai 8.600 kg. Dengan kru maksimal 2 orang ia
bisa membawa sampai 18–24 orang penumpang tergantung pengaturan ruang
kabin. Kecepatan maksimum helikopter adalah 278 KM/jam, ketinggian
terbang sampai 7.200 m dan mesin yang ia gunakan 2× Turboméca Makila 1A1
motor turbin, 1.357 kW.
Super Puma Kepresidenan Indonesia juga sudah dipasangi TCAS
(Traffic/Collision Avoidance System) guna menjamin tingkat keselamatan
RI-1. Perangkat lain yang dicangkok adalah peralatan peringatan tabrakan
TCAD (Traffic/Collision Alerting Device) guna meningkatkan keselamatan
penerbangan.
Ada dua varian Super Puma Kepresidenan yang dioperasikan Skadron 45,
yakni NAS 332 L1 Super Puma dan NAS 332 L2 Super Puma. Varian L1
dibangun dari versi sipil dengan long fuselage dan dilengkapi airline
interior. Sedangkan varian L2 juga dibangun dari versi sipil, ditambahi
spheriflex rotor head dan EFIS (electronic flight instrument system).
Sebagai helikopter kepresidenan, Super Puma dibuat dengan konfigurasi
khusus, selain sentuhan pada interior, helikopter juga dilengkapi pintu
tangga lipat, seperti pada pesawat jet eksekutif. Khusus varian L2,
perawatannya dilakukan oleh ESEA (Eurocopter South East Asia) yang
berkedudukan di Singapura dan dibawah supervise Skadron Teknik 024.
Dalam kondisi perang, Super Puma dapat dipasangi pod senapan, roket
dan misil secara eksternal, serta peralatan untuk peran anti-kapal.
Sebuah senapan juga dapat dipasang di pintu kabin untuk keamanan
tambahan. 37 pasukan militer di seluruh dunia saat ini masih setia
menggunakan Super Puma. Menjawab kebutuhan militer, Airbus Helicopter
pun telah merilis varian militer Super Puma, yang diberi label EC725
Cougar, helikopter SAR Tempur battle proven ini pun dalam proses kedatangan untuk melengkapi kekuatan alutsista TNI AU. (Deni Adi)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar