Panglima TNI, Jenderal
Moeldoko memperingatkan Australia untuk tidak mengganggu proses eksekusi
dua terpidana mati kasus narkoba Andrew Chan dan Myuran Sukumaran.
Menurutnya, para prajurit TNI sudah siap untuk mengawal jalannya hukuman
cabut nyawa tersebut.
“Berkaitan pada konteks itu, militer kita sudah siap, jadi jangan
coba-coba ada skenario yang mengganggu jalannya eksekusi,” ujar Moeldoko
usai menerima Ketua Gerakan Pemuda (GP) Anshor di Mabes TNI, Cilangkap,
Senin (23/2/2015).
Moeldoko menambahkan, saat ini ia telah memanggil pasukan khusus
serta menyiapkan tiga pesawat tempur Sukhoi SU-30 guna mengantisipasi
kemungkinan terburuk.
Mantan Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) itu juga mengingatkan
Brasil, untuk tidak main-main dengan kedaulatan Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI). Terlebih soal ancaman negeri samba itu atas eksekusi
warganya, Rodrigo Gularte yang tengah menanti eksekusi mati karena
persoalan narkoba.
“Saya sudah panggil pasukan khusus, ada tiga Sukhoi juga untuk
mengawal, itu disiapkan saja, Panglima TNI harus keras, kalau politik
bukan urusan tapi kedaulatan jangan main-main dengan saya,” tegasnya.
Sementara itu, Ketua GP Anshor, Nusron Wahid menyatakan pendapat
senada. Kader NU itu bahkan mengaku untuk berdiri di belakang TNI dalam
memperjuangkan kedaulatan NKRI. “Anshor siap di belakang TNI,” ujar
Nusron.
Untuk itu, secara khusus Nusron mengirim pesan kepada Perdana Menteri
negeri Kanguru, Tony Abbot. Menurutnya, rakyat Indonesia akan membantu
secara tulus jika negeri tetangga dilanda musibah.
Ia menambahkan, pemerintah tidak akan mengintervensi segala bentuk
bantuan luar negeri. Namun, Nusron juga mengungkapkan kesiapannya jika
Australia meminta kembali bantuannya terkait tsunami Aceh 2004.
“Kami sebagai rakyat terima kasih pada Pak Tony atas bantuan dalam
tsunami Aceh, tapi kalau Australia ada bencana kita akan tulus, tidak
akan intervensi dan kalau bantuan itu diminta, kita akan kembalikan
bantuannya,” pungkasnya. (Okezone)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar