Kamis, 19 November 2015

Ada Kapal Perang AS di Bali

  Kapal perang AS
Kapal perang AS

Lagi-lagi kapal perang milik Amerika Serikat (AS) bersandar di Bali. Kali ini kapal perang AS tipe Dock Landing Ship United States Navy (US Navy) USS Rushmore (LSD 47) berkunjung dan lego jangkar di perairan Nusa Dua dan Pelabuhan Benoa, Bali.

Danlanal Bali Kolonel Laut (P) Bambang Trijanto mengatakan, sedikitnya 80 personel pangkalan TNI AL (Lanal) Bali Lantamal V melaksanakan pengamanan terhadap kapal perang milik US Navy tersebut selama kunjungan di Bali.

Bambang mengimbuhkan, kapal perang US Navy dengan Homeport Naval Base San Diego itu dikomandani CDR T Stephens. Kapal tersebut memiliki spesifikasi panjang 186,4 meter, lebar 21,1 meter, dan bobot sekira 16.325 ton. Kapal ini dilengkapi peralatan canggih, salah satunya persenjataan.

“Kapal itu dilengkapi senjata Meriam 2×25 mm Mk 38 Mod 2, Phalanx CIWS 2×2 20 mm, Rolling Airframe Missile, dan senapan mesin 6×0,50 kaliber M2HB. Mereka tiba di Bali sebenarnya sudah sejak Senin 16 November 2015 pada pukul 09.00 Wita,” terangnya di Denpasar, Rabu (18/11/2015).


Tidak hanya itu, masih ada juga senjata antikapal selam, dua helikopter landing spots, dan dilengkapi dua mesin penggerak pokok dengan kecepatan 20 knots, jumlah ABK dalam kurang lebih 800 orang, terdiri dari 35 officers, 356 enlisted, dan 405 US marines.

Kapal perang milik AS datang ke Bali dalam rangka kunjungan wisata (portvisit). Tidak kurang dari 80 personel Lanal Denpasar dikerahkan untuk melaksanakan pengamanan kunjungan kapal dari US Navy tersebut di Pelabuhan Benoa, Bali.

“Selama empat hari mereka singgah di Bali mulai 16 hingga 20 November 2015. Para awak kapal akan melaksanakan kunjungan ke beberapa tempat wisata di Pulau Bali ini,” katanya.

Selama kapal perang AS tersebut berada di perairan Nusa Dua, Bali, kapal tersebut berada dalam pengamanan TNI AL (Lanal Bali) yang mengerahkan satu KRI yaitu KRI Pulau Raas – 722 dan KRI Pari-849 serta satu combat boat catamaran dan 80 personel Pam Darat.
 

Tahun Depan, Jokowi Gunakan Helikopter Baru

  Helikopter Agusta Westland AW-101
Helikopter Agusta Westland AW-101

Helikopter AgustaWestland AW-101, akan menjadi tumpangan Presiden Joko Widodo jika blusukan ke daerah-daerah terpencil, mulai pertengahan tahun 2016.

Heli AgustaWestland AW-101 adalah hasil joint venture antara Westland Helicopters di Inggris dan Agusta di Italia. Saat ini, Heli tengah direncakan untuk didatangkan ke Indonesia.

Kepala Dinas Penerangan TNI Angkatan Udara (Kadispenau) Marsekal Pertama Dwi Badarmato kepada wartawan mengatakan, helikopter ini akan dipakai untuk kepentingan VVIP, termasuk presiden dan wakil presiden.
“Helikopter ini di atasnya SuperPuma, punya daya angkut lebih besar dan endurance lebih baik,” ungkap Badarmanto.

aw3

Heli baru ini ditempatkan di Lanud Halim Perdanakusuma. TNI Angkatan Udara berencana menambah lebih banyak helikopter jenis ini hingga menjadi satu skadron khusus dan akan dioperasikan oleh Skuadron Udara 45 VVIP, yang berpangkalan di Lanud Halim. Saat ini, Skuadron 45 mengoperasikan helikopter kepresidenan jenis Super Puma buatan Perancis yang dirakit di PT Dirgantara Indonesia tahun 1980-an.


“Kita ingin melengkapi satu skadron dengan bermacam-macam pesawat,” pungkas badarmanto.
Peremajaan helikopter tersebut sejalan dengan pengadaan heli serbu AH-64 Apache untuk TNI Angkatan Darat dan helikopter anti kapal selam untuk TNI Angkatan Laut.

AW2

Helikopter AW-101 tercatat memiliki standar pengamanan modern, seperti perahu karet dan sarana bantalan udara yang mengembang seperti air bag (kantong udara) saat terjadi benturan.
Heli ini memiliki standar pengamanan modern dan dibuat untuk memberikan kenyamanan bagi penumpangnya, dengan fasilitas kelas VVIP. Memiliki standar keamanan seperti perahu karet, sarana bantalan udara seperti airbag saat terjadi benturan.

Memiliki panjang 19,53 meter dan tinggi 6,62 meter, sehingga heli canggih ini memiliki ruang yang besar dan mampu mengangkut 13 orang penumpang ditambah 3 orang kru.
Helikopter AgustaWestland AW101, menggunakan 3 unit mesin Rolls-Royce Turbomeca RTM322-01 turboshafts bertenaga 2.100 tenaga kuda.

Dengan kenyamanan dan keamanan yang dimilikinya, heli ini dibanderol USD 21 juta atau setara Rp 289,37 miliar.

Sabtu, 14 November 2015

Tidak Ada yang Berani Perang dengan Indonesia

  Menteri Pertahana Ryamizard Ryacudu
Menteri Pertahana Ryamizard Ryacudu

Konflik Laut Cina Selatan saban tahun terus memanas. Teranyar, kapal perang milik negara Abang Sam itu melanggar wilayah 12 mil laut yang diklaim Cina masuk wilayahnya. Kapal perang UUS Lassen dengan peluru kendali penghancur itu terdeteksi di sekitar karang Subi dan Mischief di kepulauan Spratly.

Tentunya ancaman bagi Indonesia begitu dekat jika perang terbuka oleh dua negara itu terjadi di Laut Cina Selatan. Sejak memanasnya Konflik Laut Cina Selatan, Indonesia sebagai salah satu negara yang punya posisi tawar akan konflik dua negara itu sudah melakukan berbagai upaya. Salah satunya adalah menggelar patroli bersama.

Sebagai Menteri Pertahanan, Ryamizard Ryacudu juga berupaya agar Konflik Laut Cina Selatan benar-benar tak terjadi. Salah satunya ialah melakukan lawatan ke kedua negara itu untuk melakukan kunjungan membahas soal ini. “Kalau saya bilang hanya satu cara menyelesaikan ini, yaitu kebersamaan,” ujar Ryamizard saat berbincang dengan merdeka.com di kantornya, Rabu kemarin.

“Saya bergerak tidak ngawur, ada patokan. Yaitu diplomasi Kementerian Pertahanan. Jadi saya tegaskan dalam pembukaan ikut serta mendamaikan dua negara bertikai, perdamaian dunia. Itu amanat untuk bangsa ini. Saya bergerak untuk mendamaikan. Saya bilang tidak ada lagi perang”

Namun sebagai Menteri Pertahanan, Ryamizard juga menyiapkan segala kemungkinan yang terjadi. Salah satunya ialah menguatkan strategi pertahanan perang Indonesia dengan menyiapkan bala tentara berikut rakyatnya melalui bela negara. Tujuannya adalah agar negara lain berpikir lebih jauh untuk bertindak dengan Indonesia.

“Kita punya 100 juta rakyat, ada yang berani menyerang 100 juta? Tidak berani,” ujarnya menegaskan.

Berikut petikan wawancara dengan Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu kepada Laurel Benny Saron Silalahi dan Arbi Sumandoyo dari merdeka.com soal Konflik Laut Cina Selatan dan pertahanan Indonesia.

Konflik Laut Cina Selatan tiap tahun selalu memanas, bagaimana Anda sebagai Menteri Pertahanan melihat ini ?

Tidak memanas. Kemarin sebelum saya melakukan aksi saya saksinya, kemarin itu zonanya masih merah sekarang tinggal kuning. Saya bergerak ke Cina, saya bergerak ke Amerika, saya makan malam dengan kedutaan di sana, saya bicara di sana juga. Akhirnya Cina terbuka, dulu mana bisa Cina terbuka. Sampai dia bilang, oke. Dulu tidak mau. Ini halaman rumah kita bersama-sama, mari kita jaga sama-sama kan terbuka. Sekarang sudah kuning.

Tetapi kemarin kapal perang Amerika sudah merapat ke laut Cina ?

Itu patroli saja, ide kan dari saya. Sekarang Amerika juga. Kalau saya bilang hanya satu cara menyelesaikan ini, yaitu kebersamaan. Bahkan patroli perang tidak bagus, saya bilang patroli perdamaian. Kemarin Amerika dialog juga sama kita, kenapa Laut Cina Selatan begini, Cina bilang ribuan orang lalu-lalang lewat wilayah mereka tetapi apakah mereka lewati wilayah kita, kita larang, tidak silakan saja. Kalau berapa mil dari tempat tanah segala macam tidak boleh, kalau yang lain silakan saja, sudah terbuka dia.

Sebelumnya Cina juga mengklaim Pulau Natuna itu masuk wilayah mereka ?

Enggak itu. Tetapi memang ada batasan sedikit yang milik mereka, Siapa yang bilang Pulau Natuna. Jadi memang ada batasan antara milik Cina dan milik kita, tetapi itu tidak ada masalah

Selain patroli bersama apa upaya Anda, mengingat Indonesia punya posisi tawar menyelesaikan konflik laut Cina Selatan ?

Saya bergerak tidak ngawur, ada patokan. Yaitu diplomasi Kementerian Pertahanan. Jadi saya tegaskan dalam pembukaan ikut serta mendamaikan dua negara bertikai, perdamaian dunia. Itu amanat untuk bangsa ini. Saya bergerak untuk mendamaikan. Saya bilang tidak ada lagi perang. Sampai ada tulisan dari Amerika berapa bulan lalu, Menhan Ryamizard menyatakan ‘Mari kita menyatakan tidak ada perang lagi, perhatian tidak membunuh tetapi menyelamatkan manusia’. Itu langsung tulisan dari Amerika. Jadi saya pergi ke Cina, Amerika percaya tidak cemburu. Saya ke sini Cina tidak apa-apa. Dia bilang sama staff saya, saya setuju sama Menhan, dia netral mau ke Amerika tidak ada masalah. Kita tunjukkan kita netral, kalau tidak netral susah masuk kita. Tidak terima. Di Asia sendiri ada yang ke Cina, ada yang ke Amerika. Kemudian kita ini negara Non Blok. Kita, seperti Mesir dan Maroko. Itu kita pegang. Dengan itu kita laksanakan politik bebas aktif. Bebas ke mana-mana saja. Aktif, saya aktif.

Amerika mendorong patroli di Laut Cina Selatan ditingkatkan, termasuk dia akan mengirimkan bantuan ?

Iya semuanya, Amerika , Cina tuh berebut memberikan bantuan. Kita bangun Pulau Natuna. Nanti kalau sulit baru minta bantu, sekarang kita kerja sendirilah, masa minta-minta. Niat baik mereka ada, karena apa, mereka percaya. Kepercayaan ini tidak boleh sampai hilang. Ini mahal. Tensi tidak meningkat, tetapi turun. Hijau, kuning, merah. Sekarang merah, lalu kuning. Kalau hijau masih sangat lama, tidak gampang. Kalau mepet-mepet hijau sudah bagus kan. Kita masih mepet merah.


Apakah ada upaya bersama negara-negara Asean untuk menentukan wilayah udara maupun laut untuk mengamankan Laut Cina Selatan ?

Sekarang tinggal koordinasi saja. Saya minta nanti koordinasi angkatan udara kita dengan angkatan udara dia. Kemudian saya juga menyekolahkan hukum-hukum udara di Kanada. Hukum laut di Belanda kalau enggak salah. Kita belajar supaya tahu hukum begitu. Yang penting di Asean ini harus jadi contoh, terutama Timur Tengah. Saya ngomong waktu ke Iran kemarin, kenapa kamu begitu, contoh dong Indonesia. Waktu kita membentuk Asean ada kesepakatan kalau terjadi perselisihan jangan menggunakan dengan kekerasan bersenjata, lakukan dengan dialog. 48 tahun sudah teruji. Waktu saya dulu Bagaimana keamanan di Asia. Saya bilang contoh Asean dong, contoh yang benar. Ini 48 tahun, ini contoh. Jadi komunikasi yang penting, saya buka komunikasi dengan Cina, komunikasi dengan Amerika, komunikasi dengan Cina, Amerika, korea, Jepang, bagaimana ini gini gini gini.

Pokoknya kita jangan buat hal-hal yang membuat ribut, kalau ribut kenapa, rakyat susah. Kemarin di koran Malaysia ada tiga yang dimuat, Cina, Amerika, dan kita paling panjang tulisannya. Mari kita kecilkan perbedaan, besarkan persamaan. Itu ditulis besar-besar. Kalau kita membesarkan perbedaan tidak akan sampai. Memperbanyak persamaan ini menjadi penting. Itu tulisan besar-besar lho. Terus terang berapa kali saya bicara itu menjadi ditunggu orang, karena saya lain dari yang lain. Mulai dari di Hotel Shangrila, kemudian Beijing, kepala staff angkatan darat ditunggu, difoto-foto. Kok tentara bisa bicara keamanan sih, bicara perdamaian. Berarti saya sudah mengesahkan undang-undang. Nah untuk begitu netral. Maka saya jaga netralitas itu. Kita negara besar lho.

Bagaimana dengan kondisi pertahanan Indonesia saat ini ?

Kalau di kawasan kita sudah bagus tak ada masalah, tetapi yang dihitung bukan Alutsista. Saya sebagai Menteri Pertahanan menyiapkan strategi untuk pertahanan, untuk perang dan lain-lain, pertama saya menyiapkan tentaranya, profesional mampu militan kedua Alutsista yang terakhir rakyat itu bela negara tadi. Kita punya 100 juta rakyat, ada yang berani menyerang 100 juta?, tidak berani.

Bisa dikatakan bela negara itu disiapkan sebagai persiapan perang ?

Negara dalam keadaan perang yah harus siap. Masa ada orang perang dia malah pergi, enak saja. Mari kita hadapi bersama begitu seharusnya. Kita harus belajar, orang yang tidak belajar itu bodoh betul, coba saja dari kecil kita sudah belajar sejarah misalkan riwayat Nabi Adam, pembunuhan pertama kali dilakukan Nabi Musa, itu pelajaran. Semua itu kan otak kita yang mengendalikan, kita berjalan otak kita yang mengendalikan, benar kan, jadi wawasan kebangsaan dan moral agama itu penting.

Bagaimana dengan Alutsista kita ?

Kita sudah bisa produksi kepal selam sendiri nanti ke depan kita buat saja sebanyak banyaknya, pesawat terbang kita akan buat, kita sudah kerjasama sama Jepang. Dia sudah tanya tanya bagaimana jadi tidak buat pesawat saya bilang gampang itu, Korea juga sudah tanya tanya, kapal selam segala macam kita beli. Jadi tidak kalah-kalah lah, tetapi yang dilihat orang bukan Alutsista, yang dilihat tentaranya, rakyat itu dilihat. Sudah saya katakan waktu diskusi di Texas 2013 kalau perang di Indonesia bukan melawan tentara tetapi seluruh rakyat mana mampu. Apalagi saya bilang sudah militan wah tambah takut.

Banyak yang melihat model pertahanan kita tidak sesuai dengan perkembangan, karena perang saat ini menggunakan teknologi ?

Salah, dia melihat orang negara mana. Negara kita tidak bisa dibilang begitu kuat negara kita, bela negara dulu. Dari situ tidak bisa bilang gitu. Jadi jangan dianggap remeh, Singapura macam-macam sama kita, sejuta saja orang menyeberang kesan kalang kabut mereka. Kemudian perang, dulu kalau mau perang itu yang dilihat Alutsista selalu itu, kalau saya tidak, ada dua. Satu ancaman yang belum nyata perang, saya bilang perang itu belum nyata negara Asia saja tidak ada. Kita kan lihat kawasan dekat dulu tidak usah jauh-jauh. Negara di Asia sudah berjanji, Australia juga sudah berjanji, padahal mereka menganggap kita ancaman, padahal kita biasa saja kita tidak menganggap. Jadi orang itu kita lihat sangat sedikit kemungkinannya, kecuali dilihat dari situasi ke depan nanti.

Melihat situasi sekarang saya rasa tidak akan ada perang. Perang sekarang itu tidak gampang, banyak orang di dunia juga memarahi. Yang kedua itu ancaman yang nyata ada delapan yaitu, teroris, bencana alam, pecahan bumi, pelanggaran pencurian ikan, pemberontakan separatis, wabah penyakit, ancaman cyber dan terakhir narkoba.

Menurut Anda apakah masih perlu anggaran Alutsista kita masih diambil dari APBN ?

Saya tekankan tidak boleh ada pihak ketiga ikut campur, yang menentukan adalah kita Menteri Pertahanan dengan saran dari panglima TNI. Saya tidak boleh menggunakan rekanan, pasti selalu ada orang ketiga. Tetapi saya selalu menentukan kalau mau beli ini temukan saya sama penjual, itu ada aturannya begitu. Saya kadang langsung ketemu, sekarang saya rubah.

Kalau dibanding negara lain seberapa besar kekuatan kita ?

Pertahanan kita itu di dunia nomor 12 dihitung rakyatnya. Apalagi kalau bela negara ini sukses saya yakin akan masuk 10 besar itu yang saya bilang. Banyak orang yang tidak mengerti. Kebenaran itu melewati tiga tahap satu ditertawakan orang, dikritik dan baru nanti berasa benarnya ketika kita sudah tidak ada.
 
Merdeka.

PF-98 Queen Bee 120mm: Generasi Roket Anti Tank Terbaru TNI AD

PF98_recoilless_rifle_1

Segmen senjata anti tank punya tempat tersendiri dalam kelompok senjata bantu infanteri. Dibuktikan dengan keragaman jenis senjata anti tank yang dimiliki infanteri TNI AD, mulai dari jenis roket C90-CR, Armburst, dan LRAC 89. Kemudian ada jenis rudal NLAW dan FGM-148 Javelin. Sementara dari segi fungsionalitas, senjata anti tank dapat dipiliah berdasarkan tipe peluncur, ada yang disposable, alias sekali pakai buang, dan peluncur reusable, artinya tabung peluncur dapat digunakan berulang-ulang.

4f7866c7703e7653PF-98_120_mm_Anti-Tankd800px-Chinese_PF98_120_mm_rocket_launcher

Nah, untuk segmen senjata anti tank dengan peluncur reusable, infanteri TNI AD kini punya alutsista baru yang berasal dari Cina. Yakni (Type 98) PF-98 Queen Been, jenis roket anti tank yang dapat disiapkan untuk menghancurkan aneka target dengan varian hulu ledak. Dari segi operasional, PF-98 Queen Bee sekilas mirip dengan LRAC 89 yang telah digunakan TNI AD sejak awal tahun 80-an. Mungkin karena usia LRAC (Lance Roquette Antichar/Peluncur Roket Anti Tank) 89 sudah tak muda lagi, maka hadirnya PF-98 Queen Been buatan manufaktur Norinco.

PF-98 juga dapat ditembakan dengan cara dipanggul.
PF-98 juga dapat ditembakan dengan cara dipanggul.

Salah satu pose duduk sembari memanggul.
Salah satu pose duduk sembari memanggul.

Sebagai senjata anti tank yang reusable, tabung peluncur PF-98 terbuat dari bahan fiberglass padat dengan bobot dibawah 10 kg. Resminya PF-98 ditawarkan dalam dua varian, company dan batalion, kedua varian ini sama-sama dilengkapi fasilitas night vision. Waktu reaksi yang dibutuhkan sejak target terbidik adalah 10 detik. Pada PF-98 varian batalion, fire control dilengkapi optical sight dengan fitur night vision dengan jangkauan bidik hingga 500 meter. Pemindaiain target dilakukan berdasarkan sinergi dari fire control computer, laser range finder, dan LED display. Sistem di PF-98 dapat secara otomatis mementukan jarak dan perhitungan balistik yang kesemuanya dapat ditampikan dalam LED display. Segala kecanggihan ini membuat reaksi penembakan dapat dipercepat, sementara target dapat dihantam dengan tingkat akurasi tinggi.

Proses loading amunisi.
Proses loading amunisi.

Siap ditembakkan.
Siap ditembakkan.

Dan roket pun telah lepas dari tabung peluncur.
Dan roket pun telah lepas dari tabung peluncur.

PF-98 Queen Bee yang diopersikan antara 1 – 2 awak ini dilengkapi lensa bidik teleskopik optical sight dengan pembesaran 4x. Dengan dukungan tripod, varian batalion dapat meluncurkan roket pada ketinggian 30 derajat hingga -6 derajat. Sementara sudut putarnya dapat di set 360 derajat.

Bagaimana dengan kemampuan hulu ledaknya? PF-98 Queen Bee dengan kaliber 120 mm dapat melontarkan proyektil dengan hulu ledak HET (High Explosive Anti Tank) dan tandem HET dengan pemicu elektronik. Tandem HET digadang Norinco dapat menembus triple armour berstandar NATO dengan ERA (Explosive Reactive Armour). Dengan kemampuan hulu ledak ini, diyakni segala jenis ranpur lapis baja ringan dan sedang dapat dilumat habis.

bazooka3Queen_Bee_141112_05

Jenis amunisi lainnya ada thermobaric, ini merupakan bahan peledak yang memanfaatkan udara sebagai bahan bakarnya. Sehingga jika thermobaric terbakar/meledak di area yang banyak udara (O2), maka daya ledaknya pun semakin membesar. Thermobaric diciptakan untuk merusak struktur, bunker, dan pastinya menjadi momok yang menakutkan bagi pasukan infanteri. Ada lagi jenis amunisi multipurpose high explosive yang memuat hulu ledak berisi 120 bola baja dan bahan pembakar. Selain mampu merobek pertahana infanteri, amunisi ini juga mampu menembus lapisan baja 400 mm pada sudut tembakan 55 derajat.

PF-98,anti-tank-rocket,China-anti-tank-rocket-742816

Dilihat dari cara pengoperasiannya, PF-98 Queen Bee dapat menjelma sebagai senjata anti tank yang dipanggu di pundak. Namun agar lebih stabil, senjata ini dapat pula dipasang pada tripod. Jarak tembak maksimum senjata ini ada di rentang 1.800 – 2.000 meter.

Dirunut dari sejarahnya, PF-98 diciptakan sebagai pengembangan dari senjata anti tank Type 78 pada tahun 1990. Keberadaan PF-98 pertama kali terlihat saat digunakan oleh unit garnisun pasukan Cina yang bertugas di Macao pada tahun 1999. Dikutip dari Wikipedia.com, selain Cina dan Indonesia, PF-98 Queen Bee juga digunakan oleh negara-negara berkocek pas-pasan, yakni Bangladesh dan Zimbabwe. (Gilang Perdana)

Spesifikasi PF-98 Queen Bee
– Tipe: Roket anti tank
– Manufaktur: Norinco
– Panjang: 1.191 mm
– Kaliber: 120 mm
– Sudut elevasi: 30 sampai -6 derajat
– Kecepatan tembak: 4-6 proyektil per menit
– Jarak tembak max: 800 meter (amunisi HEAT) dan 1.800 meter (amunisi HE)
 

Jammer Anti IED: Teknologi Penetralisir Peledak Berpemicu Frekuensi dari PT Inti dan Dislitbangal

1744-1

IED (Improvised Explosive Device) kian menjadi momok menakutkan bagi laju pasukan infanteri dan kavaleri. Ambil contoh, ribuan pasukan AS dan koalisinya tewas di laga Irak dan Afghanistan dikarenakan tebaran IED, meski tak sedikit pula infanteri yang meregang nyawa akibat tembakan sniper. Popularitas IED kemudian mendorong hadirnya ranpur berkualifikasi Mine-Resistant Ambush Protected (MRAP). Jenis ranpur yang juga tak asing digunakan Korps Baret Merah Kopassus TNI AD.

backpack_jammerHawkAI-Netline-650

Sebelum masuk ke bahasan tentang jammer anti IED, terlebih dulu perlu diingat bahwa IED adalah peledak kecil yang ditambahi beberapa komponen agar ledakannya bisa lebih terarah dan mematikan. Di dalamnya, ditambahi sebuah ponsel murah, kabel-kabel, sekering, baterai (tipe AA atau 9 volt), selotip listrik, dan sebuah thyristor. Semua komponen ini dirangkai sedemikian rupa dengan memanfaatkan mekanisme kerja getaran ponsel. Dari getaran ponsel ketika dilakukan panggilan inilah nantinya komponen listrik yang telah dirangkai terhubung dan mampu meledak sesaat setelahnya.

74bravotvh

Karena membutuhkan ponsel lain untuk menghidupkannya, maka IED mampu dikendalikan dari jarak jauh. Hanya dibutuhkan sinyal dan jaringan yang bagus untuk mengaktifkannya. Dengan sekali panggilan, maka IED pun langsung meledak.Karena murah dan mudah dirakit, IED populer saat Amerika Serikat melakukan invasi ke Irak dan Afganistan. Para gerilyawan biasanya membuat IED untuk menghadang laju serangan pasukan darat AS.Hanya saja, tingkat kerusakan yang dihasilkan IED tidak separah bom kelas C4. Oleh karenanya, IED seringkali dipasang dalam sebuah mobil atau benda lain untuk meningkatkan efek dari kehancuran yang ditimbulkan.

Meski kebanyakan IED diledakan dengan trigger sinyal ponsel, namun sejatinya IED dapat diledakan lewat frekuensi radio, Bluetooth, dan Infrared. Nah, berangkat dari kasus diatas, munculah teknologi jammer anti IED. Di medan tempur seperti Irak dan Afghanistan, keberadaan jammer anti IED sudah lumrah dalam tiap operasi rutin.

Beginilah efek ledakan dari IED.
Beginilah efek ledakan dari IED.

Wujudnya bisa dalam model vehicle mounting jammer atau model backpack jammer. Fungsi keduanya sama, yakni mengacaukan frekuensi radio di area sasaran. Yang membedakan lebih kepada coverage jammer, vehicle mounting dengan dukungan power supply lebih besar bisa menjangkau area lebih luas. Sementara backpack jammer lebih fleksibel dengan tas ransel, ideal digunakan oleh unit infanteri.

Jammer Anti IED dari Dislitbangal – PT Inti
Meski pasukan TNI belum menghadapi ancaman langsung dari IED, namun Dinas Penelitian dan Pengembangan Angkatan Laut (Dislitbangal) TNI AL dan BUMN PT Inti (Industri Telekomunikasi Indonesia) sudah berhasil mengembangkan prototipe jammer anti IED dalam model backpack. Karena dikembangkan oleh Dislitbangal, besar kemungkinan proyeksi alat ini untuk kebutuhan pasukan marinir kedepan. Sementara peran PT Inti sebagai pendukung sistem elektronik dan teknologi dari jammer anti IED tersebut.

Inilah anti jammer IED yang dikembangkan Dislitbangal dan PT Inti.
Inilah anti jammer IED yang dikembangkan Dislitbangal dan PT Inti.

Pasukan AS sedang mempersiapkan jammer anti IED.
Pasukan AS sedang mempersiapkan jammer anti IED.

“Jangkauan jammer anti IED yang kami kembangkan bisa mencapai radius satu kilometer. Perangkat ini juga dapat menjalankan jamming multi frekuensi, mulai dari frekuensi CDMA, PCS, WCDMA, GSM 1800/1900, WiFi 2.4Ghz, Bluetooth, dan GPS,” ujar Yudi Limbar Yasik, Kepala Divisi (EGM) Corporate Planning PT Inti. Soal jangkauan sebenernya bisa disesuaikan, bergantung pada power supply. Sementara banyaknya antena pada backpack bergantung pula pada banyaknya sasaran frekuensi yang mau di jamming.

Untuk backpack jammer anti IED rancangan Dislitbangal dan PT Inti, kabarnya dapat mengadopsi empat band frekuensi, dengan output max per band 20W, sehingga total ada output 80W. Sebagai sumber tenaga menggunakan baterai lithium polymer/DC 48V. Dengan kondisi empat band frekuensi diaktifkan, masa aktif baterai bisa mencapai 1 jam. Guna mencegah panas berlebih pada komponen, pada backpack juga disertakan fan cooling.

Kinerja tim penjinak ranjau sangat terbantu dengan jammer anti IED.
Kinerja tim penjinak ranjau sangat terbantu dengan jammer anti IED.

Prototipe backpack jammer anti IED ini diberi model number GM-20MP, dan punya ukuran panjang 500 mm, lebar 375 mm dan tinggi 185 mm. Untuk bobotnya sekitar 23 kg, bergantung pada pilihan komponen di dalamnya. Dari segi ukuran, sekilas mirip dengan radio panggul PRC-77. Sayangnya, implementasi perangkat ini bukan tanpa tantangan, mengingat operasional jammer memerlukan ijin frekuensi dari Ditjen Postel.

Salah satu mobil patwal VIP yang dilengkapi perangkat jammer.
Salah satu mobil patwal VIP yang dilengkapi perangkat jammer.

Snapshot dari tayangan TV ini memperlihatkan vehicle mounting jammer yang digunakan Paspampres.
Snapshot dari tayangan TV ini memperlihatkan vehicle mounting jammer yang digunakan Paspampres.

Mobil mewah pun bisa dipasangi antena jamming.
Mobil mewah pun bisa dipasangi antena jamming.

Keberadaan jammer anti IED boleh dibilang sangat penting, selain jadi ‘perisai’ pasukan infanteri, perangkat ini juga banyak gunanya di masa damai. Ambil contoh penggunaan jammer anti IED dalam proteksi VIP (very important person). Di Indonesia,penggunaan jammer untuk beragam peran lumrah dilakukan oleh Paspampres (Pasukan Pengawal Presiden). Umumnya dalam iring-iringan kendaraan pengawal kepresidenan terdapat unit vehicle mounting jammer. Dengan hadirnya alat ini, ancaman teror bom yang dipicu frekuensi radio dapat dinetralisir, namun sebagai dampaknya mungkin sinyal ponsel warga di sekitaran akan ikut terganggu. (Haryo Adjie)
 

Apache Tahun Depan, Black Hawk Masih Belum Pasti

  blackhawk_swarm1021

Pabrikan pembuat helikopter asal Amerika Serikat, Sikorsky, berharap Pemerintah Indonesia melanjutkan rencana pembelian helikopter UH-60 Black Hawk buatannya. Rencana pembelian helikopter utilitas militer legendaris ini pernah digagas Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat pada 2013.

Menurut Christophe A Nurit, Wakil Presiden Penjualan dan Pemasaran Sikorsky Asia Pasifik, belum ada lanjutan tentang rencana tersebut. Yang ia ketahui, Indonesia sempat menunda rencana pembelian tersebut karena ada kendala anggaran.

“Saya mendengar telah ada pembicaraan antar pemerintah (Indonesia dan AS). Namun, kami belum mendapat kabar terbarunya hingga saat ini,” kata Nurit kepada wartawan di Singapura, Kamis (12/11), yang dihadiri wartawan Kompas, Dahono Fitrianto.

Dalam catatan Kompas, rencana pembelian helikopter Black Hawk ketika itu dilontarkan oleh Kepala Staf TNI AD Jenderal Pramono Edhie Wibowo di Banda Aceh, Aceh, pada 11 Februari 2013. Saat itu, Pramono Edhie Wibowo mengatakan, TNI AD ingin membeli 20 unit Black Hawk di samping 24 helikopter Bell 412.

Menurut Nurit, helikopter Black Hawk sangat sesuai dengan kebutuhan Indonesia. Selain bisa digunakan untuk mengangkut pasukan, helikopter tersebut juga terbukti sangat berguna untuk dalam operasi kemanusiaan.

“Selain itu, Indonesia akan memiliki peluang untuk berlatih bersama negara-negara lain yang sudah banyak mengoperasikan Black Hawk,” tutur Nurit.

Ia mengatakan, ada potensi besar untuk kerja sama antara Sikorsky dan PT Dirgantara Indonesia (Persero) di Bandung, Jawa Barat. “Saya sudah berkunjung ke sana dan saya lihat sumber dayanya bagus. Ada potensi sangat besar,” ujarnya.


Jika rencana pembelian ini jadi diwujudkan, helikopter Black Hawk akan melengkapi armada helikopter TNI AD yang sudah dioperasikan. Sebelumnya, TNI AD juga telah membeli sejumlah helikopter serbu AH-64E Apache buatan Boeing dari AS. Di kategori helikopter utilitas, TNI juga sudah mengoperasikan Bell 412 buatan AS serta dan Mi-17 dan Mi-35 buatan Rusia.

Helikopter Black Hawk selama ini menjadi tulang punggung angkatan bersenjata AS untuk fungsi utilitas medium dalam berbagai misi, seperti mengangkut pasukan, persenjataan, logistik, dan evakuasi medis.

Menurut Shane G Eddy, Presiden Commercial System and Services Sikorsky, pihaknya telah memproduksi sedikitnya 4.000 helikopter Black Hawk dari berbagai varian untuk tiga matra angkatan bersenjata AS.

p (1)

Peremajaan

Di Jakarta, Kepala Dinas Penerangan TNI AD Brigadir Jenderal M Sabrar Fadhilah mengatakan, peremajaan helikopter memang sedang dilakukan. “Tetapi, kalau jenis Black Hawk buatan Sikorsky, kami belum mendengar kabar pastinya,” ujarnya.

Sabrar menambahkan, helikopter baru untuk TNI AD yang didatangkan tahun depan adalah helikopter serbu AH-64 Apache.

Adapun Kepala Dinas Penerangan TNI AU Marsekal Pertama Dwi Badarmanto, yang dihubungi terpisah, mengatakan, peremajaan helikopter kepresidenan di Skuadron 17 VVIP sedang diajukan. “Ada usulan pengadaan dua unit helikopter AW-101 Agusta untuk pengganti helikopter Super Puma. Kalau jadi, itu diadakan tahun depan,” kata Dwi Badarmanto.

Kompas

Saab Dukung Implementasi Data Link dan Interoperability di Lingkup Kodal TNI

P_20151110_162221

Interoperability menjadi kata yang kerap mudah diucapkan dalam bahasan dunia militer. Indikator kemajuan militer suatu negara, salah satunya dapat diukur dari kemampuan membangun data link dan interoperability diantara perangkat alutsista yang dioperasikan. Tapi faktanya, mewujudkan interoperability adalah sebuah tantangan besar, terlebih bila sedari awal perangkat yang digunakan berasal dari beberapa vendor berbeda. Hal inilah yang menjadi pekerjaan rumah bagi TNI untuk bisa dicarikan solusinya.

Berangkat dari kasus diatas, Universitas Pertahanan (Unhan), sebagai lembaga pendidikan dibawah Kementerian Pertahanan (Kemhan) RI, bekerjasama dengan Saab, manufaktur elektronik dan persenjataan global dari Swedia, dari tanggal 10 – 11 November 2015 menggelar seminar dengan tema “Achieving National Information Superiority through The Mastery of Defense Technology.” Saab yang punya pengalaman dalam membangun data link, menghadirkan Bo Granbom, Director Air Communication Solutiuons Program Manager Saab, dan Roland Heicker, professor bidang Cyber Defence dari Royal Institute of Technology di Stockholm, Swedia.

communication_illustration_464communications_eng

Antara Unhan dan Saab sebelumnya telah melakukan penandatanganan kerjasama pendidikan di Stockholm bulan Juni lalu. Didukung PT Inti dan ITB (Institut Teknologi Bandung), nantinya akan dirumuskan solusi interoperability dan data link yang terbaik untuk dapat diadopsi oleh ketiga matra TNI. “Selama ini interoperability masih menjadi masalah yang cukup signifikan bagi operasional TNI, salah satu faktornya karena penggunaan beberapa perangkat (jaringan komunikasi) yang berbeda antar satuan, sehingga menjadi persoalan dalam lingkup kodal (komando dan pengendalian),” ujar Marsekal Muda TNI Suparman, Pembantu Rektor III Unhan.

Dalam diskusi seminar yang digelar di Hotel LorIn, Sentul, terungkap bahwa komunikasi antar Puskodal (Pusat Komando Pengendalian) matra TNI menggunakan saluran yang berbeda, sehingga penyampaian pesan dan informasi mengalami tantangan pada standarisasi. Suparman yang telah lama berkarir di Satuan Radar (Satrad) Kohanudnas menyebut keragaman jenis radar bisa menjadi contoh. Sejak awal radar Kohanudnas memang sudah punya jenis yang berbeda-beda, dan menjadi masalah dalam hal interoperability antar jenis radar. Tapi lewat inovasi teknisi dalam negeri, persoalan itu kini telah bisa dipecahkan.

Ilustrasi ruang Kodal.
Ilustrasi ruang Kodal.

Saab menawarkan stem radar airborne Erieye dalam paket integrasi pertahanan udara.
Saab menawarkan stem radar airborne Erieye dalam paket integrasi pertahanan udara.

Saab yang kampiun dalam teknologi data link dan interoperability antar perangkat tempur, mendukung penuh implementasi teknologi strategis ini di Indonesia. Dalam paparan seminar, Saab juga menjelaskan keunggulan Multilink-S yang mengusung interoperability pada elemen tempur pertahanan udara dan national tactical data link system. “Kami disini menawarkan solusi yang terintegrasi untuk membangun data link diantara beberapa perangkat komunikasi dari jenis berbeda yang digunakan TNI,” ujar Örjan Borgefalk, Vice President Industrial Cooperation Saab Asia Pacific kepada Indomiliter. (Haryo Adjie)
 

Kroasia, Laos, dan Thailand Ingin Beli Pesawat N219

  v

Bandung — Pesawat baru produksi PT Dirgantara Indonesia (Persero), yakni N-219, diminati sejumlah perusahaan penerbangan baik di dalam negeri maupun luar negeri. Pemesanan sudah mulai dilakukan meski saat ini PT DI sedang dalam tahap perakitan akhir untuk pembuatan prototipe pesawat tersebut.

“Ada beberapa perusahaan penerbangan swasta yang ingin langsung melakukan kontrak dengan memesan sekitar 30 pesawat. Kami belum dapat memutuskan. Kami harus berkonsultasi dulu dengan Kementerian Badan Usaha Milik Negara, apakah hal ini diperbolehkan. Sebab, kalau satu perusahaan penerbangan memesan beberapa pesawat dalam sekian tahun, maka perusahaan lain, yang juga ingin membeli, tidak bisa memperolehnya. Mereka bisa saja memprotes karena dinilai telah terjadi monopoli,” kata Direktur Utama PT Dirgantara Indonesia (DI) Budi Santoso, Kamis (12/11/2015), di Bandung, Jawa Barat.

Budi mengemukakan hal itu seusai acara syukuran atas Pencapaian Tahap Validasi Rekayasa Rancang Bangun Struktur N-219 Hasil Kerja Sama PT DI dengan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) di hanggar N-219, Bandung.

Pesawat itu telah selesai dirancang dan dibangun strukturnya secara utuh berbentuk pesawat asli, dan direncanakan diresmikan Presiden Joko Widodo. Pesawat komuter berkapasitas 19 penumpang dengan dua mesin turboprop dan bernilai investasi sekitar 50 juta dollar AS itu direncanakan pula dapat terbang perdana pada tahun 2016.

Sejumlah perusahaan penerbangan yang berminat membeli N-219 di antaranya Aviastar dan Trigana Air. Perusahaan ini telah menandatangani nota kesepahaman dengan PT DI.

Selain itu, sejumlah negara juga telah menyatakan minatnya untuk membeli pesawat angkut ringan yang dapat beroperasi di daerah penerbangan perintis ini, yaitu Kroasia, Laos, dan Thailand. Thailand yang pernah membeli pesawat NC-212 dan CN 235 itu ingin membeli N-219 untuk kegiatan menurunkan hujan buatan guna mendukung pertaniannya.

“Kanada juga menawarkan kerja sama untuk produksi N-219,” ujar Budi.

Pesawat N219
Pesawat N219

PT DI menargetkan produksi N-219 pada 2017 rata-rata 6 unit per tahun, lalu pada 2018 sebanyak 10 unit per tahun, dan pada 2019 ditingkatkan sebanyak 18 unit per tahun, dan maksimal adalah 20 unit per tahun dengan melihat pula kebutuhan pasar.


Budi mengemukakan, pihaknya optimistis pesawat N-219 mampu menguasai pasar pesawat terbang di kelasnya. Harga jual pesawat ini juga diupayakan berkisar 5 juta – 6 juta dollar AS per unit. Harga ini relatif lebih murah dibandingkan dengan kompetitor, yakni pesawat Twin Otter buatan Kanada yang dijual sekitar 7 juta dollar AS per unit.

Pesawat N-219 juga memiliki sejumlah keunggulan, di antaranya dapat lepas landas dan mendarat dalam jarak pendek di landasan sepanjang 600 meter, dapat lepas landas dan mendarat di landasan yang tidak beraspal, mudah dioperasikan di beberapa daerah terpencil, kabin terluas di kelasnya, serta biaya operasional yang kompetitif.

“Pesawat N-219 juga unggul karena desainnya mengacu pada teknologi tahun 2000-an, sedangkan kompetitor desainnya adalah teknologi tahun 1960-an. Pesawat ini juga dapat dikendalikan dengan kecepatan rendah, yaitu 59 knot. Itu sebabnya pesawat ini dapat mendarat dalam jarak pendek di landasan sepanjang 600 meter. Dengan demikian, pesawat ini sangat cocok untuk melayani penerbangan perintis dengan kondisi bandara di daerah- daerah terpencil, yang umumnya kondisi landasan pendek dan tidak beraspal,” tutur Budi.

b

Budi juga menjelaskan, pesawat N-219 dapat digunakan untuk menjangkau seluruh daerah penerbangan perintis di Indonesia yang tersebar di 21 provinsi, meliputi 170 rute penerbangan. Rute penerbangan perintis terbanyak adalah di kawasan Sulawesi dan Papua.

“Paling tidak dengan 100 unit pesawat N-219 sudah dapat melayani semua rute penerbangan perintis,” ujarnya.

Chief Engineering N-219 PT DI Palmana Bhanadhi mengatakan, pesawat N-219 juga dapat difungsikan untuk kegiatan militer, patroli maritim, ataupun evakuasi di daerah bencana. Palmana menyinggung pula, mesin N-219 menggunakan PT6-42A, 850 shaft horse power (shp) buatan Kanada, dan baling-baling Hartzell buatan AS.

“Untuk sistem avionik, kami menggunakan Garmin 1000 buatan AS. Dalam pemilihan mesin ini, kami tidak pilih satu perusahaan, tetapi melalui seleksi pada sejumlah perusahaan. Kami juga beraudiensi dengan customer, dan mereka lebih menyukai mesin dari Kanada ini yang reputasinya dikenal bagus. Mesin ini telah digunakan lebih dari 2.500 pesawat. Dengan begitu, harganya tidak mahal, pemeliharaan dan suku cadang juga mudah diperoleh,” katanya.

Kompas.com

Alternatif Pengembangan Pesawat IFX

 
skad

(Photo: Pesawat MIG Indonesia di era Tahun 60-an )

Kalau kita mengingat ke masa lalu sungguh indah negeri ini dengan segala alutsista yang menggetarkan Asia, bahkan dunia. Dengan peralatan perang tercanggih di masanya terutama TNI AU, Indonesia menjadi macan di Asia. Yang menarik adalah keberadaan sederetan pesawat tempur seri MIG  yang lengkap dan menjadi andalan di udara NKRI yang kita cintai. Era tahun 60-an adalah era kehebatan angkatan udara Indonesia dengan lebih dari 120 pesawat tempur MIG seri mulai dari MIG 15, MIG 17, MIG 19 dan yang paling tercanggih pada masanya MIG 21 bersama puluhan pesawat pembom kelas berat made in Uni Soviet (Rusia).

Setelah jatuhnya rezim Soekarno (Orde Lama), digantikan dengan rezim baru Soeharto (orde baru), pelan-pelan taring macan tersebut mulai tumpul bahkan menjadi macan ompong. Saat orde baru haluan alutsista kita lebih menjorok ke barat, alusista made in Uni soviet (Rusia) diberangus habis tak tersisa seiring dengan memburuknya hubungan bilateral Indonesia – Soviet. Sampai saat ini kehebatan persenjataan matra udara kita belum mampu memecahkan rekor kehebatan di tahun 60-an.

Perlahan tapi pasti setelah jatuhnya rezim Soeharto (orde baru ) hubungan bilateral dengan Rusia mulai diperbaiki dengan diawali pembelian 4 sukhoi SU 27/30. Rasa optimis untuk mengencangkan otot matra udara kita semakin menguat dengan keadaan kondisi ekonomi Indonesia yang semakin membaik.

Indonesia mulai menata kembali persenjataan segala matra terutama matra udara dengan memperbaharui dan melengkapi pesawat tempurnya dengan menambah pesawat SU 27/30 menjadi 1 Skuadron, pembelian pesawat latih Grob dan TA/FA50i, pesawat anti gerilya, pesawat angkut dan yang paling menghebohkan kawasan adalah rencana Indonesia untuk bisa mandiri dalam mebuat pesawat tempur dengan melakukan kerjasama dengan Korea Selatan dengan Program IFX/KFX.

image003

Belum lama ini kita mendengar beberapa isu mengenai pesawat KFX/IFX hasil kerjasama Indonesia dengan Korea Selatan di mana dalam perjalanannya mengalami beberapa hambatan. Yang terakhir mengenai isu gagalnya Transfer Of Technology ( TOT ) LM untuk 4 teknologi inti yang dapat menghambat program IFX/KFX dan membuat Korea Selatan berpikir keras untuk mendapatkan 4 teknologi inti: radar AESA , Infrared Search and Track System, Electronic Optics Targeting Pod dan Radio Frequency Jammer. Ssebagai solusinya Korea Selatan mencoba menjalin kerjasama dengan negara pihak ketiga yang mau berbagi teknologi yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan pesawat IFX/KFX . Keterikatan Korea Selatan dan Amerika Serikat sebagai salah satu sekutu dekatnya di Asia akan mempersulit Korea Selatan bekerjasama dengan perusahaan dari negara lain selain LM dan Boeing.


Di sinilah peran Indonesia dibutuhkan, Indonesia sebagai negara Non Blok kemungkinan masih dengan bebas bisa memilih kerjasama dengan pihak ketiga dalam hal pengembangan teknologi pesawat tempur dengan dalih untuk mengganti pesawat tempur yang sudah lawas dengan syarat TOT. Sejauh ini yang secara vulgar dan terang-terangan siap berbagi teknologi pesawat tempur baru adalah Typhoon dan Gripen NG. Akan tetapi yang jadi pertanyaan, apakah TOT yang diberikan bisa menutupi kekurangan dalam program IFX/KFX. Apabila kesulitannya adalah dana ada baiknya pemerintah melobi Korea Selatan dan membuat perjanjian tertutup dimana Korea selatan untuk ikut sharing dana agar indonesia mendapatkan TOT yang dibutuhkan, kemudian berbagi ilmu dengan Korea Selatan dari hasil TOT tersebut untuk digunakan dalam pengembangan pesawat IFX.

image005(Photo: Pesawat MIG 35 dan Pesawat IFX/LFX )

Dengan semakin membaiknya hubungan Indonesia – Rusia tidak ada salahnya pemerintah melalui Kemenhan dan TNI AU sebagai User mencoba alternatif lain dari Rusia dengan melakukan pembelian pesawat tempur secara G to G untuk pengembangan Pesawat Tempur IFX. Yaitu dengan mengakusisi Sukhoi SU 35 dan MIG 35 dengan perbandingan 1 berbanding 2 dalam pembeliannya misalkan dengan 1 Skuadron SU 35 dan 2 Skuadron MIG 35 di mana syarat transfer teknologi harus diberikan MIG 35 jika pihak sukhoi tidak bisa memberikan TOT yang dibutuhkan Indonesia. Karena dua pesawat tersebut dari kelas yang berbeda maka TNI/Kemenhan harus mengakusisi dua pesawat tersebut untuk bisa saling melengkapi satu sama lain dan dari segi harga juga MIG 35 Lebih murah dibanding SU 35. Dimana pesawat tempur SU 35 sebagai pengganti Pesawat F-5E yang sudah uzur sedangkan MIG 35 sebagai penambahan Skuadron baru.

Dengan harga MIG 35 yang terbilang murah (± USD 35 – 40 Juta) kita bisa mendapatkan 2 Skuadron sekaligus sebagai penambahan skuadron baru, di mana pemerintah Indonesia dalam program MEF nya sampai 2024 akan ada penambahan skuadron baru. Pesawat multirole yang mampu terbang di landasan pendek, berkecepatan tinggi, bermanuver dengan baik, berkemampuan tempur BVR dan punya daya jelajah yang jauh.

Saat ini yang tersemat dalam teknologi Pesawat MIG 35 bisa menjadi alternatif karena karakteristik pesawatnya hampir sama dengan karakter pesawat IFX yang sedang dikembangkan Indonesia. Seperti halnya SU 35, pesawat MIG 35 hanyalah jembatan menuju pesawat generasi 5 dan masih ada kemungkinan dikembangkan bersama dengan PT DI jika pemerintah serius ingin membangun industri pesawat tempur. Mengingat MIG sendiri sedang membutuhkan dana untuk program pesawat selanjutnya. Jumlah pesawat di atas juga masih ada kemungkinan bertambah hingga tahun 2024 yaitu sekitar 180 pesawat tempur seperti yang tercanang hingga program MEF 3 selesai.

image007

(Photo: Pesawat MIG 35 pengembangan dari MIG 29 )

Belum lama ini pemerintah Rusia pun telah menyatakan siap untuk bekerjasama dengan Indonesia dalam bidang pertahanan, baik melalui lisensi produk pertahanan atau bekerjasama dalam pengembangan produk pertahanan terbaru. Jika pemerintah Indonesia jeli dan peka dalam menyambut sikap Rusia terhadap sistem pertahanan Indonesia, maka akan menjadi langkah positif dan kemajuan tersendiri dalam teknologi di bidang pertahanan udara dan kedirgantaraan negara kita. Bukan tidak mungkin pada tahun 2030 nanti era kejayaan kita pada tahun 60-an akan terulang kembali menjadi Macan Asia.

Posted by: Bung AL / JKGR.

Senin, 09 November 2015

Misteri Kematian Jenderal Mallaby yang Picu Pertempuran Surabaya

Kemenangan gemilang pasukan Sekutu, khususnya Inggris diuji di Surabaya. Saat menghadapi tentara Jerman dalam Perang Dunia II, Inggris tak pernah sekalipun kehilangan jenderalnya. Namun di Kota Surabaya, kenyataan terbalik 180 derajat.

Seperti dikutip dari Wikipedia, ketika pasukan Inggris tiba di Surabaya, lima hari kemudian atau tepatnya pada 30 Oktober 1945 seorang jenderalnya terbunuh, yaitu Brigadir Jenderal Aubertin Walter Sothern (AWS) Mallaby.

Brigjen Mallaby tiba dengan pasukannya pada 25 Oktober 1945 di Surabaya. Pasukannya dikenal dengan Brigade 49 yang jumlah sekitar 6.000 pasukan. Brigade 49 juga bagian Divisi 23 pasukan Inggris yang dikenal dengan 'The Fighting Cock', yang memiliki pengalaman mengalahkan tentara Jepang di hutan Burma (sekarang bernama Myanmar). Termasuk front pertempuran di Semenanjung Malaya serta memenangkan perang melawan tentara Jerman di Afrika utara.


Mallaby adalah seorang perwira muda eksekutif Kerajaan Inggris dengan karier terbilang cemerlang. Lahir pada 12 Desember 1899, Brigjen Mallaby harus menutup usianya menjelang ulang tahunnya yang ke-46 di Jembatan Merah, Surabaya dalam latar belakang kondisi yang sangat pelik saat itu.

Ia sangat terampil dalam menjalankan segala macam penugasan, sehingga pada usia 42 tahun mendapat promosi jenderal berbintang satu. Selama PD II, Mallaby menjabat perwira staf kepercayaan Laksamana Mountbatten, panglima tertinggi atas Komando Asia Tenggara (South East Asia Command/SEAC).


Saat penugasan di Surabaya, Mallaby dan pasukannya merupakan bagian dari Allied Forces Netherlands East Indies (AFNEI). Ini adalah pasukan Sekutu yang dikirim ke Indonesia setelah selesainya PD II untuk melucuti persenjataan balatentara Jepang dan membebaskan tawanan perang Dai Nippon. Serta, mengembalikan Indonesia kembali menjadi Hindia Belanda kekuasaan Belanda di bawah administrasi NICA (Netherlands Indies Civil Administration).

Niat tersebut seperti tertulis dalam buku Batara R Hutagalung yang bertajuk 10 November 1945: Mengapa Inggris Membom Surabaya? Disebutkan, sebagai salah satu pemenang PD II, Inggris bertujuan untuk melucuti senjata pasukan Jepang yang masih berada di Indonesia.

Mengutip Wikipedia, Mallaby memimpin pasukannya memasuki Surabaya pada 25 Oktober 1945 untuk melucuti tentara Jepang sesuai dengan isi Perjanjian Yalta. Tujuan ini mendapat perlawanan dari pasukan Indonesia karena AFNEI menuntut mereka menyerahkan senjata-senjata yang telah dirampas pihak Indonesia terlebih dahulu dari Jepang.

Timbullah beberapa konflik bersenjata antara kedua pasukan, yang salah satunya terjadi pada 30 Oktober 1945 di dekat Jembatan Merah, Surabaya. Mobil Buick yang ditumpangi Mallaby dicegat oleh pasukan dari pihak Indonesia sewaktu hendak melintasi jembatan.

Mallaby Tewas

Dan terjadilah baku tembak yang berakhir dengan tewasnya Mallaby oleh tembakan pistol seorang pemuda Indonesia yang sampai sekarang tidak diketahui identitasnya, dan terbakarnya mobil Mallaby akibat ledakan sebuah granat yang menyebabkan jenazah Mallaby sulit dikenali. Mallaby tewas pada 30 Oktober 1945 pukul 20.30 WIB.

Kematian Mallaby menyebabkan Mayor Jenderal EC Mansergh, pengganti Mallaby, mengeluarkan ultimatum kepada pasukan Indonesia di Surabaya pada 9 November 1945 untuk menyerahkan senjata tanpa syarat. Pada 10 November 1945, pecahlah Pertempuran 10 November karena pihak Indonesia tidak menghiraukan ultimatum ini.

Namun pada 20 Februari 1946, Tom Driberg anggota Parlemen Inggris dari Partai Buruh Inggris dalam perdebatan di Parlemen Inggris (House of Commons) meragukan tuduhan dan dugaan Inggris bahwa baku tembak ini dimulai oleh pasukan pihak Indonesia dan Mallaby dibunuh secara licik.

Driberg menyampaikan bahwa insiden tersebut timbul karena kesalahpahaman 20 anggota pasukan India pimpinan Mallaby yang memulai baku tembak dengan pasukan pihak Indonesia, di mana mereka tidak mengetahui bahwa gencatan senjata sedang berlaku karena mereka terputus dari kontak dan telekomunikasi dari Mallaby.

Menurut Tom Driberg dalam debatnya di Parlemen Inggris: "Setelah memerintahkan penghentian baku tembak oleh pasukan India tersebut, dalam satu titik dalam diskusi gencatan senjata, Mallaby kembali memerintahkan untuk memulai tembakan kembali."

"Hal ini berarti gencatan senjata telah pecah karena perintah Mallaby dan Mallaby tewas dalam aksi pertempuran, bukan dibunuh secara licik," lanjut Driberg.

Bagi pihak Indonesia, keberhasilan menewaskan seorang jenderal yang memiliki jam terbang tinggi pengalaman memimpin pasukan berperang adalah sesuatu hal membanggakan. Namun terbunuhnya Mallaby justru memantik rasa ingin tahu siapa orang yang berhasil menewaskan Mallaby dan lantas meledakkan mobilnya.

Misteri Kematian Mallaby

Beberapa pelaku sejarah pun tidak pernah tahu siapa yang menewaskan Mallaby. Termasuk salah satunya almarhum Roeslan Abdulgani dan beberapa pelaku sejarah lainnya. "Siapa yang menewaskan hingga sekarang tidak ada yang tahu," ujar almarhum Roeslan dalam sebuah kesempatan.

Sejarawan Surabaya, Suparto Brata juga mengatakan, hingga detik ini siapa yang menewaskan Mallaby tetap menjadi misteri. "Tidak ada yang tahu atau saksi mata yang melihat siapa yang membunuh Mallaby," ujar Suparto Brata, seperti dikutip dari Wikipedia.

Dalam ceritanya yang dituangkan dalam sebuah buku, Roeslan Abdulgani juga menuturkan, pertempuran di depan Gedung Internatio, Surabaya dipicu oleh tentara Inggris yang terkurung di dalam gedung melakukan tembakan membabi buta ke arah para pejuang.


"Namun siapa yang membunuh, belum pernah ada saksi mata," ujar Roeslan.

Versi lain menyebutkan Mallaby terbunuh oleh tentara Inggris yang salah sasaran. Des Alwi dalam buku bertajuk Pertempuran Surabaya, November 1945 menyebutkan kemungkinan Mallaby mati akibat tembakan salah sasaran (friendly fire) dari tentara Inggris.

Hal ini menurut Des Alwi, berdasarkan kesaksian dari Muhamad, tokoh pemuda yang ikut masuk ke Gedung Internatio untuk mendinginkan suasana. Di dalam gedung tersebut, Muhamad melihat sendiri tentara Inggris telah menyiapkan mortir yang diarahkan ke kerumunan massa yang mengelilingi mobil Mallaby.

Dia juga mendengar sendiri hubungan telepon antara Kapten Shaw dan komandannya di Westerbeuitenweg di Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya. Rencananya, jika kerumunan rakyat dihujani dengan mortir, maka mereka akan kocar-kacir. Kesempatan tersebut kemudian akan digunakan tentara Inggris yang terkepung di Gedung Internatio untuk meloloskan diri.

"Karena pintu kamar tetap dibiarkan terbuka, maka saya bisa menduga, bahwa mortir di depan jendela tersebut akan ditujukan kepada sederetan mobil yang sedang berhenti di dekat Jembatan Merah. Mungkin dengan perhitungan, bila peluru yang ditembakkan mengenai sasaran, rakyat akan menjadi panik sehingga memberi kesempatan kepada Brigadir Jenderal Mallaby lari melepaskan diri. Ternyata, dugaan saya tidak keliru. Sebab mobil Residen Soedirman terbakar habis, tepat kena tembakan mortir," tulis Des Alwi mengutip Muhamad.

"Tetapi yang terjadi kemudian adalah ledakan yang tidak diketahui asalnya, yang menghancurkan mobil Mallaby. Hal ini memicu kekacauan, yang berlanjut pada kerusuhan yang tak terkendali," sambung Des Alwi.

"Sementara itu ada beberapa pemuda yang dapat menyelamatkan diri dari hujan tembakan pasukan Inggris. Seseorang meloncat ke pinggir Kali Mas, sampai di dekat kita, kemudian berbisik:
'Pak, sudah beres.'
'Lho, apanya yang sudah beres?' tanya Doel Arnowo.
'Jenderalnya Inggris, Pak, yang tua itu. Mobilnya meledak dan dia sudah mati terbakar.'
'Siapa meledakkan?' tanya kita serentak.
Dia segera menjawab, 'Tidak tahu. Tiba-tiba saja ada granat meledak dari dalam mobil. Tetapi, memang dari pihak kita, juga ada yang menembak ke arah mobil tersebut.' Begitu penjelasannya."
"Kami semua sangat kaget. Maka saya langsung mengingatkan pemuda itu, 'Sudahlah kamu diam saja. Jangan bercerita pada orang lain." Demikian penuturan Muhamad yang dikutip Des Alwi dalam bukunya tersebut.
Jenazah Mallaby yang hangus terbakar akhirnya dikembalikan kepada pasukan Inggris seminggu kemudian. Tanpa sempat mengecek apakah jenazah tersebut benar Mallaby atau bukan, karena pertempuran segera berkobar, pasukan Inggris segera mengubur jenazah tersebut di kawasan Tanjung Perak.
Setelah tembak-menembak mereda, jenazah Mallaby dipindahkan ke pemakaman Kembang Kuning, Surabaya, Jawa Timur. Beberapa bulan kemudian sekali lagi jenazah tersebut dipindahkan di Commonwealth War Cemetary, Menteng Pulo, Jakarta, hingga sekarang. Misteri kematian Brigjen Mallaby pun belum terungkap jelas hingga kini.


Liputan 6.

Mengenal Batalyon Intai Para Amfibi Korps Marinir TNI AL

 
 Patroli jarak Jauh Pendidikan Taifib TNI AL
 
Satuan khusus dari Korps Marinir TNI – AL ini berdiri pada 13 Maret 1961 dengan nama KIPAM (KOMANDO INTAI PARA AMFIBI) berdasarkan Surat Keputusan Komandan KKO AL No.47/ KP / KKO / 1961 tanggal 13 Maret 1961. Saat itu Korps Marinir masih menggunakan ama KKO ALRI (Korps Komando). KIPAM berdiri sebab dirasakan perlunya data-data intelejen, serta pasukan khusus yang terlatih dan mampu melaksanakan kegiatan khusus yang tidak dapat dikerjakan oleh satuan biasa dalam rangka keberhasilan tugas.

Pada tanggal 13 Maret 1961 KIPAM berdiri dibawah Yon Markas Posko Armatim - I, para perintis berdirinya KIPAM adalah Bpk Sumardi, Bpk.Untung Suratman, Bpk.Moelranto Wiryohuboyo, dan Bpk. Ali Abdullah. Pada tanggal 25 Juli 1970 KIPAM berubah menjadi Yon lntai Para Amfibi. Tanggal 17 November 1971 Yon lntai Para Amfibi berubah menjadi Satuan lntai Amfibi , pada akhirnya berubah menjadi Batalyon lntai Amfibi atau disingkat Yon Taifib Mar dibawah Resimen Bantuan Tempur Korps Marinir. Seiring dengan perkembangan Korps Marinir dengan peresmian Pasmar I Skep. Kasal No. Skep / 08 / 111 / 2001 tanggal 12 Maret 2001 tentang Yon Taifib Marinir tidak lagi dibawah Resimen Bantuan Tempur Korps Marinir (Menbanpurmar) akan tetapi langsung berada dibawah Pasmar.

Melihat lingkup penugasan serta kemampuannya maka akhirnya Taifib secara resmi disahkan menjadi Pasukan Khusus TNI AL. Hal ini sesuai dengan Skep Kasal No. Skep/1857/XI/2003 tanggal 18 Nopember 2003 tentang Pemberian Status Pasukan Khusus kepada Intai Amfibi Korps Marinir.
A. TUGAS POKOK TAIFIB
Yontaifibmar mempunyai tugas pokok membina dan menyediakan kekuatan serta membina kemampuan unsur-unsur amfibi maupun pengintaian darat serta tugas-tugas operasi khusus dalam rangka pelaksanaan operasi pendaratan amfibi, operasi oleh satuan tugas TNI AL atau tugas-tugas operasi lainnya dengan perintah Panglima TNI.
Secara resmi medan tempur Korps Marinir adalah maks. 8 km dari pantai. Karena disitulah area operasi pendaratan amfibi yang merupakan tupoksi kormar. Apabila dipandang perlu untuk melakukan operasi lebih jauh maka secara prosedural diperlukan ijin dari komandan satuan darat yang komandonya dipegang TNI – AD.
 
B. HIRARKI
Personel Yon Taifib Korps Marinir TNI - AL adalah personel pasukan khusus yang menempati hirarki tertinggi dalam jajaran Korps Marinir dan TNI - AL. Bersama Kopaska, Taifib adalah personel pilihan dan terbaik di lingkungan Marinir khususnya dan TNI – AL umumnya. Mereka dikenal sangat lethal di medan operasi sebagaimana para “saudara” lainnya pasukan khusus di matra darat dan udara. Kemampuan Taifib tak hanya bertempur dapat bertempur tapi juga berperan sebagai satuan intelijen tempur yang handal. Pendidikan hampir 9 bulan dihabiskan untuk menciptakan pasukan Intai Amfibi yang handal, cepat dan rapi dalam menyelesaikan suatu misi khusus. Tak heran manuver dan gerakan personel Taifib dalam operasi klandestein membuat musuh kelimpungan. Sesuai namanya Taifib dapat bertempur di darat, laut, udara dan bawah permukaaan air. Mereka juga memiliki ilmu pasukan katak dan linud setingkat parako untuk menjalankan tupoksinya bagi operasi amfibi Korps Marinir dan TNI.
 
STRUKTUR ORGANISASI
Yon Taifib sekarang terdiri dari 2 Batalyon di bawah komando Pasmar I dan II (Pasukan Marinir adalah sebutan bagi satuan setingkat Divisi di Korps Marinir). Batalyon ini dikomandani seorang Letkol (Mar) yang dulunya juga anggota Taifib. Para Dan Yon Taifib langsung bertanggung jawab ke Dan PasMar. Prajurit Taifib diperkirakan berjumlah 1.400 prajurit dengan komposisi 85% adalah kombatan. Jumlah pasukan khusus Marinir ini mungkin akan ditetapkan hanya berkisar sekitar itu karena untuk membangun pasukan khusus yang besar dengan skill yang merata sangat berat ditengah minimnya dana untuk TNI. Karena dana untuk melatih 1 batalyon pasukan khusus bisa sepadan dengan 10 Batalyon pasukan reguler. Lihat saja Ton Tai Pur KOSTRAD di matra darat. Pasukan khusus berkualifikasi serupa tapi tak sama dengan Taifib Marinir alias intelijen tempur 4 media ini yang jumlahnya tak lebih dari 300 personel itu menghabiskan sekitar 8 M saat pembentukannya. Untuk “merawat” pasukan spesial ini KOSTRAD merogoh kocek 1 M dalam setiap latihannya. Taifib punya 1 kompi khusus Counter Terorism di setiap batalyon yang bisa digerakkan kemana saja khususnya penanganan teror aspek laut dan wilayah pulau terpencil.
Disamping itu dana operasional yang diterima TNI AL harus dibagi antara para pelaut serta alutsista pendukungnya, yakni KRI, satuan administrasi dan Korps Marinir. Hal inilah yang menyesakkan dada para petinggi TNI AL sekarang ini. Kondisi ini menyebabkan salah satu korps harus “mengalah” . Ya mungkin Marinir – lah yang harus legowo alias mengalah dulu sekarang ini. Toh pembenahan KRI yang usang itu untuk mereka juga nantinya dalam menopang operasi amfibi. Sehingga meminimalkan korban jiwa yang gugur sebelum berperang seperti kejadian waktu pendaratan di NAD beberapa waktu lalu dalam operasi pemulihan keamanan.
 
SISTEM REKRUITMEN
Prajurit Intai Amfibi Korps Marinir TNI – AL diambil dari prajurit pilihan Korps Marinir melalui seleksi ketat dan keras. Sebab ditangan personel Taifib - lah sebuah kesuksesan operasi amfibi yang dilakoni Korps Baret Ungu dan seluruh elemen TNI dipertaruhkan.
Perekrutan Prajurit Taifib
Seleksi Prajurit Taifib atas dasar suka rela dari prajurit Korps Marinir (semua bagian tempur : Infanteri, Artileri, Kavaleri, Zeni dan Hanlan) yang sudah mempunyai Basic Tempur yaitu pendidikan dasar kemiliteran, pendidikan keprajuritan Marinir, pendidikan taktik operasi darat, pendidikan Komando Marinir, pendidikan menembak kualifikasi, pendidikan Operasi amfibi termasuk raid amfibi, para dasar, penyelaman, free fall.
Seleksi Calon Siswa Taifib sangat ketat dan keras meliputi seleksi kesehatan dengan Stakes I, semapta Baik, berenang, push up, sit up, pull up dalam waktu tertentu dan lulus tes Psikologi Pasukan Khusus standart TNI.
Calon maksimal berusia 26 tahun.
 
PENDIDIKAN PRAJURIT INTAI AMFIBI / IPAM

Metode pelatihan calon prajurit Taifibmar dibagi dalam beberapa tahap yang mencakup medan darat, laut, udara dan bawah air. Dalam setiap tahap calon akan terseleksi secara alamiah karena materi yang dihadapkan semakin hari semakin berat dan menuntut para siswa benar benar menguasai ilmu yang diberikan pada tahap sebelumnya. Pasalnya tahap – tahap dalam pendidikan sebenarnya adalah satu rangkaian operasi yang benar – benar dilakukan prajurit Intai Amfibi dalam melaksanakan tugas dalam pertempuran atau operasi lain nantinya. Pendidikan Taifib dilaksanakan selama hampir 9 bulan bertempat (Base Camp) di Pusdik Marinir kemudian dilanjutkan Puslatpur Marinir Karang Tekok Situbondo. Di Jawa Timur, Marinir tercatat mempuyai 3 Puslatpur (Pusat Latihan Pertempuran) di Grati, Karang Tekok dan Purboyo di Bantur – Malang. Mungkin semuanya juga dipakai untuk base camp oleh Marinir untuk melatih para calon prajurit Taifib ini. Karena disesuaikan dengan materi pendidikan yang diajarkan. Taifib juga mengikut sertakan pelatih dari setiap batalyon Taifib, perwira batalyon Taifib termasuk Dan Yon, dan Prajurit Senior Taifib untuk melatih para siswa Dik Brevet Taifibmar ini. Metode pelatihan Taifib sempat diklaim sama dengan pelatihan Komando Kopassus.
Ø Tahap I : Merupakan materi Indoktrinasi dan Orientasi dasar Intai Amfibi. Dilakukan di Pusdik Marinir Gunungsari Surabaya selama 1,5 Bulan. 80% Disini para siswa menerima kembali peloncoan khas Marinir dalam bentuk lebih keras karena dilakukan standart pasukan khusus yang menciutkan mental dan fisik karena tak kenal waktu. Semua kegiatan dilakukan tiba – tiba. Biasanya peloncoan dilakukan para senior Taifib yang memang berdinas aktif di batalyon termasuk Dan Yon untuk menggambarkan tentang beratnya tugas Taifib. 20% sisanya para calon menerima pengetahuan tentang apa dan bagaimana sebenarnya satuan khusus marinir itu di kelas atau pelajaran lapangan.
Ø Tahap II : Para siswa dikirim ke Puslatpur Karangtekok untuk menerima materi pertempuran darat mencakup : gerilya anti gerilya, patroli jarak jauh, pengintaian, sabotase, raid darat, pengamanan VVIP plus penanggulangan teror, navigasi darat, lintas medan dengan dihadapkan pada medan berbeda (padang pasir, sungai, rawa, perkampungan, jurang) Combat SAR, dan rappelling.
Ø Tahap III : Merupakan materi kelautan yang dilaksanakan di daerah pantai yang berbeda di wilayah pantai utara dan selatan Pulau Jawa. Selam Kedalaman, Selam Tempur, Infiltrasi bawah air, Demolisi bawah Air, Sabotase bawah air, Selam SAR, Renang Jarak sedang sampai dengan jarak jauh dan pengintaian Hydrografi menggunakan daerah latihan Pantai Pasir Putih, Pantai Gatel dan Pantai Banongan, adapun untuk materi menembus gelombang menggunakan daerah latihan pantai selatan yang tinggi gelombangnya mencapai rata-rata sampai dengan 10 meter yaitu pantai Lampon, pantai Rajeg Wesi dan sekitarnya. Kemampuan berenang di laut dengan jarak jauh yang merupakan persyaratan siswa Taifib adalah menyeberangi Teluk Poncomoyo sejauh ± 12 km / 7 mils. Disini para siswa Taifib dihadapkan pada kondisi laut yang mempunyai arus kuat dan gelombang yang tinggi serta jarak yang jauh dengan batas waktu yang ditentukan.
Ø Tahap IV : Aspek Udara menggunakan daerah latihan Juanda, Pasuruan, Ujung dan sekitarnya materi latihan yang dilaksanakan meliputi : Rappeling, Mobud, Stabo / SPIE, Helly Water Jump, Pandu para, Air Suply, Free Fall, Terjun Statick / Free fall laut, Terjun diatas simulator Kapal, Terjun Tempur Statick Malam hari, Terjun Tempur Free Fall Malam hari dan Rubber Duck operation. Untuk mempelajari semua itu para siswa dimasukkan lagi dalam Sekolah Para Korps Marinir di Pusdik Marinir Gunungsari Surabaya.
Ø Tahap V : Adalah latihan berganda. Dalam latihan ini semua materi yang telah di pelajari dipraktekkan dalam sebuah studi kasus yang terangkai menjadi satu. Setelah para siswa melakukan latihan berganda dengan baik maka akan dinyatakan lulus.
Materi pendidikan Taifib yang terkenal dan mengerikan adalah " Drown Proffing ". Materi ini terdapat pada materi perang darat di Puslatpur Karang Tekok yang mengajarkan bagaimana prajurit Taifib menyelamatkan diri dari tawanan musuh dengan cara berenang dengan tangan dan kaki terikat. Biasanya, para siswa harus berenang 3 km dengan tehnik yang dikenal dengan gaya lumba lumba ini. Permasalahannya pelajaran renang “aneh” itu ada dalam submateri Kamp tawanan. Sebelum berenang para siswa digebuki dulu sampai babak belur oleh pelatih yang berperan sebagai musuh. Kontan saja banyak siswa yang tenggelam begitu mulai berenang hanya beberapa meter karena kelelahan dan rasa sakit. Di materi inilah masa kritis menjadi siswa. Gebukan, hantaman, makian, tekanan, kesakitan, kelelahan, kejenuhan dan segudang perasaan was was menghinggapi benak mereka tiap hari. Bagi siswa yang tidak kuat, taruhannya sangat berat. Mereka ada yang gila, stress atau meninggal dunia. Singkat kata pendidikan pasukan elit semacam ini memang diperuntukkan untuk mengukur batas akhir kemampuan manusia dalam berpikir dan bertindak dalam situasi yang tidak mengenakkan, terjepit dan penuh tekanan fisik dan mental.
Untuk latihan infiltrasi kedaerah lawan dilaksanakan Cast dengan Kapal Cepat dengan kecepatan diatas 20 knot dan Recovery dengan batas waktu yang sudah direncanakan secara akurat. Dalam materi kelautan, Taifib sering mendatangkan instruktur dari Kopaska yang memang “mbah”nya demolisi bawah air dan bertempur di bawah air dan operasi raid amfibi.
Personel Taifib dibagi dalam 1 regu yang komposisinya berbeda dengan 1 regu marinir biasa. Didalamnya terdiri dari 7 orang namun dengan keahlian khusus yang berbeda mencakup pengintaian, selam tempur, penembak runduk (sniper), demolisi (raid), Dan Ru, Wadan Ru, penembak senapan mesin, dan penembak regu. Namun kadangkala bisa bagian itu dirangkap oleh satu prajurit. Sebuah Tim (sebutan untuk regu) dalam keadaan operasi khusus bisa langsung dipimpin oleh seorang perwira setingkat Danton (Letda / Lettu). Personel Taifib sebenarnya juga dilatih bertempur secara individual menurut konsep Unconventional Warfare .
Namun adalah kultur dan tradisi Korps Marinir yang sering menggerakkan pasukan dalam jumlah besar dalam operasi tempur, mau tidak mau juga turut mempengaruhi model, manuver dan gerakan “khas” Taifib. Mereka jadi lebih sering beroperasi dengan komposisi regu. Mungkin ini meskipun tak langsung, namun berkaitan dengan jumlah prajurit Marinir TNI – AL yang sekarang “hanya” berkisar 18.000 personel. Jadi beroperasi dengan sistem minimal regu diasumsikan dapat menekan jumlah korban jiwa dalam pertempuran daripada menciptakan prajurit yang bisa dioperasikan secara individu atau maupun sendiri – sendiri.
Dalam pasukan khusus ada yang dikenal dengan nama Generalis. Seorang Generalis adalah prajurit yang mempunyai kemampuan diatas rata – rata prajurit pasukan khusus biasa. Tandanya ialah prajurit tersebut dapat menguasai beberapa bidang di luar kecabangannya. Misal mampu mengoperasikan meriam, kapal laut, kendaraan lapis baja atau menerbangkan pesawat dan helikopter. Satu – satunya satuan khusus TNI yang konon masih terdapat generalis adalah di Kopassus TNI – AD. Kabarnya dulu Kopaska juga mempunyai sejumlah prajurit Generalis termasuk IPAM
Latihan tahap terakhir dilaksanakan di Puslatpur Marinir Karang Tekok dengan medan latihan yang bervariasi dari hutan dan gunung di Baluran, padang pasir, rawa, sungai, dan uji UDT, renang dan SAR laut dilaksanakan di wilayah pantai pasir putih dan sekitarnya. Biasanya tak banyak siswa yang lulus dalam tahap akhir ini. Itu karena Yon Taifib Marinir tidak menerima prajurit yang berkemampuan setengah – setengah. Prajurit yang tidak lolos tahap akhir akan dikembalikan ke satuan asalnya. Dan prajurit yang lulus akan ditempatkan di Yon Taifib Pasmar 1 dan 2. Kabarnya proses penerimaan prajurit Taifib baru di batalyon ini harus melalui tradisi yang sangat keras. Itu adalah watak marinir taifib senior yang keras, loyal dan militan yang diturunkan kepada juniornya secara turun temurun. Namun begitu acara pembayatan dan tradisi batalyon selesai, maka rasa persaudaraan sesama taifib akan terasa dan luar biasa loyalitas diantara mereka baik dalam dinas harian, latihan maupun bertempur.
Demo keahlian personel Taifib baru ini ditunjukkan kepada para petinggi TNI AL, Korps Marinir dan undangan. Upacara penyematan brevet Taifib dilakukan di pantai Gresik atau di pantai di sekitar wilayah Karang Tekok yang menjadi wilayah latihan Marinir.
Personel Taifib berhak atas Brevet Intai Amfibi (brevet Komhut tidak digunakan lagi), brevet pandu para, brevet free fall, mobud, menembak tepat yang baru (jika naik kelas di kelas senapan.pistol), brevet selam tempur, brevet renang selat dan brevet lain yang berhak digunakan personel Taifib yang diperoleh dari paket pendidikan Taifib.
Korps Marinir (dulunya bernama KKO AL) setidaknya mempunyai 3 jenis PDL. 1 PDL ”khas” KKO AL (motif macan tutul), 1 PDL “khas” Marinir (motif kulit kayu) dan PDL umum (Malvinas – TNI). Taifib biasanya menggunakan PDL KKO untuk melakukan free fall, terjun HALO/HAHO dalam suatu misi khusus lintas udara di belakang garis pertahanan lawan untuk mendukung operasi amfibi. PDL “khas” Marinir dipakai untuk kegiatan intern Marinir seperti upacara, demonstrasi dan parade. Dan Marinir tetap menggunakan PDL TNI untuk melaksanakan operasi gabungan, latihan gabungan dan operasi lain sesuai perintah KSAL atau Panglima TNI tentang seragam yang digunakan.
 
KARIR
Karena prajurit Taifib Marinir menempati hirarki tertinggi dalam kombatan TNI – AL bersama Kopaska, maka karir yang bagus terbuka untuk semua prajurit Taifib yang berprestasi dan mempunyai track record yang bagus. Sebab beberapa waktu yang lalu Taifib sempat tercoreng oleh kelakuan 4 orang anggotanya yang menjadi pembunuh bayaran. Mereka membunuh Dirut PT. ASABA beserta pengawal pribadinya Serka. Edi Siyep yang tak lain adalah salah satu anggota Sat 81 Gultor Kopassus TNI - AD. Masalah ini sempat menyulut “dendam lama” antara Marinir yang dulunya bernama KKO AL dengan Kopassus (RPKAD). Salah satu oknum prajurit taifib (Suud Rusli) yang juga pelaku eksekusi adalah didikan Batujajar setelah di Korps Marinir (taifib) sendiri. Makanya dalam penangkapan setelah lolos kesekian kalinya “sang guru dari Batujajar” ikut turun tangan walaupun ha. Anggota Sandhi Yudha menyebar dan dengan cepat mengetahui persembunyian pelaku pembunuhan anggota mereka. Tak asing karena oknum pelaku memakai pola ala Kopassus.
Seorang prajurit Taifib dapat melanjutkan pendidikan speasialisasinya sampai tingkat Madya (master) dengan mengikuti berbagai kursus yang terdapat di Marinir, TNI AL atau matra lainnya. Antara lain kursus Jumpmaster, Pertahanan Pangkalan, pelatih Jasmani, Sniper, Counter Terorist, Dakibu, medis, Pathfinder, ilmu tempur atas/bawah laut seperti selam tempur dengan close circuit dan peralatan. Mereka juga bisa menempuh Secaba/Secapa apabila memenuhi persyaratan yang ditentukan.Selain itu jabatan strategis kelak bisa didapat baik di lingkungan Marinir sendiri, TNI AL ataupun lainnya lantaran latar belakang di Taifib yang memang penuh dengan segudang kemampuan. Tak hanya bertempur, seorang prajurit Taifib modern juga diajarkan bagaimana sistem manajemen perkantoran modern. Sebagai pasukan khusus, tentu saja pendapatan mereka berbeda dengan pasukan marinir lainnya. Namun tidak dijelaskan secara rinci berapa pendapatan pasukan khusus baret ungu ini. Mungkin nama Taifib sebagai pasukan khususnya Marinir mungkin kurang “ngetop” sebab yang membedakan prajurit taifib dengan Marinir biasa hanyalah BREVET yang tidak semua orang mengetahuinya sedang warna baret dan lambang lainnya tetap sama dengan marinir biasa. Nasib serupa memang dialami oleh pasukan “kembaran” nya di KOSTRAD. Yang paling membedakan prajurit Ton Tai Pur dengan prajurit infanteri KOSTRAD lainnya hanyalah PDL sus berwarna hitam hitam yang kerap dipakai dan badge Ton Tai Pur yang diletakkan di bawah kantong sebelah kiri. Apabila kedua satuan khusus ini memakai PDL loreng TNI, maka akan sulit bagi kita mengidentifikasinya.
C. Taifib Arsenals
Ø Senjata Serbu : SS 1+SPG 40mm, MP 5, Pistol Sig Sauer P226, AK – 47,Uzi
Ø Senjata Sniper : Galil kaliber 7,62mm, SIG SG 550 kaliber 5,56mm
Ø Senjata Mesin : Minimi, Ultimax 100
Ø Perangkat Selam : Spiro, OxyNG, DPV+ Baterai Kering, sensor navigasi,radio komunikasi portable.
 
G. RENTANG PENUGASAN
Rentang penugasan para pasukan elit Marinir TNI - AL ini sangat panjang dan tak melulu bertugas hanya sebagai salah satu elemen bagi operasi amfibi. Mereka sering kali terlibat pertempuran frontal dari darat ke darat diberbagai operasi militer. Marinir seringkali bertempur bersama TNI – AD walaupun sebenarnya wilayah operasi tempur amfibi Korps Marinir hanya dibatasi ± 8 Km dari pantai. Mulai dari awal terbentuk, Taifib (dulu bernama KIPAM) terlibat dalam semua operasi tempur TNI sebagai elemen dari operasi amfibi maupun operasi tempur mandiri di darat bersama pasukan khusus TNI lainnya. Sebagai elemen inti dari pasukan pendarat Korps Marinir, Taifib senantiasa dikirim terlebih dahulu ke medan tempur sebelum pasukan pendarat reguler diturunkan. Jalan menuju titik persiapan pendaratan dilalui melalui 2 cara yaitu lewat pendaratan dengan menggunakan perahu karet atau melalui penerjunan Free fall dengan metode HAHO/HALO. Kiprah pasukan Taifib di dekade tahun 60-an sampai sekarang merupakan prestasi yang membanggakan sekaligus keberhasilan dari tradisi pendidikan Taifib yang keras selama puluhan tahun. Taifib terlibat beberapa operasi tempur berskala besar juga beberapa operasi tertutup off the record bersama Kopassus, Kopaska dan Paskhas. Tahun 1965 anggota KIPAM berhasil mengangkat jenazah para pahlawan revolusi. Namun sebelum itu, KIPAM terlibat perang frontal dari darat ke darat dengan berbagai gerakan separatis mulai dari operasi menumpas APRA, PRRI/Permesta, dan DI/TII. Setelah itu Komando Tri Kora membuat pasukan elit baret ungu ini bertempur sampai titik darah penghabisan walaupun dalam kenyataannya pertempuran dan pendaratan amfibi berskala besar tidak terjadi. Kumandang “Ganyang Malaysia” Dwi Kora juga mengharuskan Korps Marinir (KKO) merelakan 2 prajuritnya terbaiknya yang berasal dari KIPAM gugur di tiang gantungan di Singapura karena tertangkap sesaat setelah memasang bom untuk meledakkan objek vital di Malaysia. Setelah itu Taifib terlibat dalam operasi tempur dalam operasi Seroja dengan tugas menentukan dan menyiapkan titik pendaratan, mengumpulkan data intelijen sekaligus menyerbu markas fretilin walaupun persenjataan dan logistik terbatas, Operasi Papua (memberangus OPM), Ambon (menyekat kerusuhan SARA), dan yang terakhir operasi pemulihan keamanan di NAD. Taifib bersama Kopassus membebaskan sandera warganegara asing di Maduma Papua tahun 1996. Persaudaraan (marines brotherhood) dan pengalaman bertempur puluhan tahun di darat dan laut membuat Taifib adalah satuan yang tergolong “unik” dalam satuan khusus TNI. Selain itu anggota Taifib juga ditugaskan menjadi anggota kontingen Garuda di bawah bendera PBB. Taifib juga dipercaya sebagai perancang latihan tehnis bagi Regu Pandu Tempur Yonif Marinir secara terpusat yang diadakan di Puslatpur Antralina Sukabumi. Rupanpur adalah “special forces” nya Yonif Marinir. Bersama Kopaska, Taifib mengembangkan sistem Naval Special Warfare yang terus dimodifikasi tiap waktu sesuai perkembangan tehnologi dan taktik militer dalam peperangan laut khusus. Latihan penanggulangan teror aspek laut terutama di kapal niaga, pantai dan pelabuhan, objek vital lepas pantai, bahkan perkantoran, bus serta pusat keramaian sering dilaksanakan baik di Yonif Taifibmar 1 maupun 2. Anggota pilihan Taifib diseleksi lagi untuk menjadi anggota Detasemen Jala Mengkara. Sebuah detasemen khusus di bawah Korps Marinir yang bertugas menanggulangi penanggulangan teror aspek laut. Pasukan Taifib tergabung dalam Yon Gab TNI bersama Kopassus, Paskhas dan Kopaska yang disebut “RAJAWALI”.
 
H. DETASEMEN JALA MENGKARA
Detasemen Jala Mengkara sebenarnya adalah detasemen dengan personel gabungan antara Taifib Marinir dan Kopaska. namun secara komando pembinaan detasemen ini berada dalam komando Korps Marinir. Berdiri tahun 1982, terinsipirasi dari berbagai pembajakan laut di selat Malaka maka KSAL memandang diperlukan pasukan khusus laut (PASUSLA) dalam lingkungan TNI AL. Gagasan ini disetujui Panglima TNI. Maka dibentuklah pasukan dengan nama Jala Mengkara yang setingkat detasemen. Pendidikan pasukan ini terbilang “gabungan” antara ilmu Kopaska dan Taifib. Anggota Taifib dan Kopaska yang diseleksi detasemen khusus ini diseleksi sangat ketat. Terutama tentang kesehatan, renang, para, penyelaman tempur, anti teror, pengetahuan militer terutama senjata api dan peledak serta psikologi. Calon anggota Den Jaka di didik dengan program yang dikenal dengan nama PTAL (Penanggulangan Teror Aspek Laut) selama 6 bulan. Dengan diadakan penyempurnaan tahun 1997, maka resmilah Pasusla bernama Detasemen Jala Mengkara. PTAL dibagi dalam 4 tahap yaitu : 7 hari tahap prabakti (orientasi) disini siswa bagai siswa “bau kencur” dipelonco bersama rekan dari Kopaska untuk menerima indoktrinasi dan penyamaan persepsi tentang Naval Special Warfare dari senior mereka. Selanjutnya adalah teori di kelas selama 90 hari, praktik dari teori di kelas selama 65 hari dan tahap konsolidasi (berganda) selama 3 hari atau lebih. Setelah lulus dari tahap akhir maka personel baru berhak memakai brevet anti teror TNI AL dan brevet lainnya yang didapat di PTAL juga baret baru berlambang brevet anti teror Denjaka yang berwarna merah maroon. Komposisi pasukan Den Jaka “mirip” dengan komposisi satuan 81 Gultor di Kopassus TNI AD. Mereka terbagi dari tim penyerang, bantuan tehnis, peralata dan tim pelatih. Anggota Denjaka menguasai ilmu juri dengan ilmu semacam tenaga dalam untuk bertempur dalam keadaan terjepit dan dengan persenjataan minim. Kemanapun mereka pergi betempur selalu dilengkapi dengan Pistol SIG Sauer P-226, MP 5, Pistol mitraliur UZI serta senapan runduk SG kaliber 5, 56 mm, peralatan selam tempur, terjun payung, NVG, alat navigasi dan perahu karet. Keberhasilan di NAD yang cukup membuat petinggi TNI tercengang adalah mengungkap kasus penculikan Dan Satgas Recong Sakti XI Mayor (Mar) Edianto Abbas dan anggota KODIM 0103 Serda Syarifuddin. Tim yang hanya 3 orang itu “menerobos” kantong GAM dengan penyamaran yang mengagumkan untuk mengantongi info dan data intelijen. Den Jaka diturunkan pada operasi pemulihan keamanan sebagai elemen intai tempur TNI bersama Ton Tai Pur dan Kopassus Grup III. Mereka memberikan data intelijen yang berkategori “A1” sehingga sangat menunjang keberhasilan operasi pasukan TNI.
Saat ini komposisi pasukan Den Jaka terdiri dari 1 detasemen markas, 1 tim tehnis, dan 3 tim tempur yang dinamai Alpha, Bravo dan Charlie. Mereka bermarkas di Bhumi Marinir Cilandak. Den Jaka juga sering berlatih dengan Detasemen sejenis seperti Gultor dan Bravo. Mereka berlatih dengan US NAVY Seals untuk mendapat ilmu tempur baru seputar penanggulangan teror terutama aspek laut.