Sabtu, 14 November 2015

Tidak Ada yang Berani Perang dengan Indonesia

  Menteri Pertahana Ryamizard Ryacudu
Menteri Pertahana Ryamizard Ryacudu

Konflik Laut Cina Selatan saban tahun terus memanas. Teranyar, kapal perang milik negara Abang Sam itu melanggar wilayah 12 mil laut yang diklaim Cina masuk wilayahnya. Kapal perang UUS Lassen dengan peluru kendali penghancur itu terdeteksi di sekitar karang Subi dan Mischief di kepulauan Spratly.

Tentunya ancaman bagi Indonesia begitu dekat jika perang terbuka oleh dua negara itu terjadi di Laut Cina Selatan. Sejak memanasnya Konflik Laut Cina Selatan, Indonesia sebagai salah satu negara yang punya posisi tawar akan konflik dua negara itu sudah melakukan berbagai upaya. Salah satunya adalah menggelar patroli bersama.

Sebagai Menteri Pertahanan, Ryamizard Ryacudu juga berupaya agar Konflik Laut Cina Selatan benar-benar tak terjadi. Salah satunya ialah melakukan lawatan ke kedua negara itu untuk melakukan kunjungan membahas soal ini. “Kalau saya bilang hanya satu cara menyelesaikan ini, yaitu kebersamaan,” ujar Ryamizard saat berbincang dengan merdeka.com di kantornya, Rabu kemarin.

“Saya bergerak tidak ngawur, ada patokan. Yaitu diplomasi Kementerian Pertahanan. Jadi saya tegaskan dalam pembukaan ikut serta mendamaikan dua negara bertikai, perdamaian dunia. Itu amanat untuk bangsa ini. Saya bergerak untuk mendamaikan. Saya bilang tidak ada lagi perang”

Namun sebagai Menteri Pertahanan, Ryamizard juga menyiapkan segala kemungkinan yang terjadi. Salah satunya ialah menguatkan strategi pertahanan perang Indonesia dengan menyiapkan bala tentara berikut rakyatnya melalui bela negara. Tujuannya adalah agar negara lain berpikir lebih jauh untuk bertindak dengan Indonesia.

“Kita punya 100 juta rakyat, ada yang berani menyerang 100 juta? Tidak berani,” ujarnya menegaskan.

Berikut petikan wawancara dengan Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu kepada Laurel Benny Saron Silalahi dan Arbi Sumandoyo dari merdeka.com soal Konflik Laut Cina Selatan dan pertahanan Indonesia.

Konflik Laut Cina Selatan tiap tahun selalu memanas, bagaimana Anda sebagai Menteri Pertahanan melihat ini ?

Tidak memanas. Kemarin sebelum saya melakukan aksi saya saksinya, kemarin itu zonanya masih merah sekarang tinggal kuning. Saya bergerak ke Cina, saya bergerak ke Amerika, saya makan malam dengan kedutaan di sana, saya bicara di sana juga. Akhirnya Cina terbuka, dulu mana bisa Cina terbuka. Sampai dia bilang, oke. Dulu tidak mau. Ini halaman rumah kita bersama-sama, mari kita jaga sama-sama kan terbuka. Sekarang sudah kuning.

Tetapi kemarin kapal perang Amerika sudah merapat ke laut Cina ?

Itu patroli saja, ide kan dari saya. Sekarang Amerika juga. Kalau saya bilang hanya satu cara menyelesaikan ini, yaitu kebersamaan. Bahkan patroli perang tidak bagus, saya bilang patroli perdamaian. Kemarin Amerika dialog juga sama kita, kenapa Laut Cina Selatan begini, Cina bilang ribuan orang lalu-lalang lewat wilayah mereka tetapi apakah mereka lewati wilayah kita, kita larang, tidak silakan saja. Kalau berapa mil dari tempat tanah segala macam tidak boleh, kalau yang lain silakan saja, sudah terbuka dia.

Sebelumnya Cina juga mengklaim Pulau Natuna itu masuk wilayah mereka ?

Enggak itu. Tetapi memang ada batasan sedikit yang milik mereka, Siapa yang bilang Pulau Natuna. Jadi memang ada batasan antara milik Cina dan milik kita, tetapi itu tidak ada masalah

Selain patroli bersama apa upaya Anda, mengingat Indonesia punya posisi tawar menyelesaikan konflik laut Cina Selatan ?

Saya bergerak tidak ngawur, ada patokan. Yaitu diplomasi Kementerian Pertahanan. Jadi saya tegaskan dalam pembukaan ikut serta mendamaikan dua negara bertikai, perdamaian dunia. Itu amanat untuk bangsa ini. Saya bergerak untuk mendamaikan. Saya bilang tidak ada lagi perang. Sampai ada tulisan dari Amerika berapa bulan lalu, Menhan Ryamizard menyatakan ‘Mari kita menyatakan tidak ada perang lagi, perhatian tidak membunuh tetapi menyelamatkan manusia’. Itu langsung tulisan dari Amerika. Jadi saya pergi ke Cina, Amerika percaya tidak cemburu. Saya ke sini Cina tidak apa-apa. Dia bilang sama staff saya, saya setuju sama Menhan, dia netral mau ke Amerika tidak ada masalah. Kita tunjukkan kita netral, kalau tidak netral susah masuk kita. Tidak terima. Di Asia sendiri ada yang ke Cina, ada yang ke Amerika. Kemudian kita ini negara Non Blok. Kita, seperti Mesir dan Maroko. Itu kita pegang. Dengan itu kita laksanakan politik bebas aktif. Bebas ke mana-mana saja. Aktif, saya aktif.

Amerika mendorong patroli di Laut Cina Selatan ditingkatkan, termasuk dia akan mengirimkan bantuan ?

Iya semuanya, Amerika , Cina tuh berebut memberikan bantuan. Kita bangun Pulau Natuna. Nanti kalau sulit baru minta bantu, sekarang kita kerja sendirilah, masa minta-minta. Niat baik mereka ada, karena apa, mereka percaya. Kepercayaan ini tidak boleh sampai hilang. Ini mahal. Tensi tidak meningkat, tetapi turun. Hijau, kuning, merah. Sekarang merah, lalu kuning. Kalau hijau masih sangat lama, tidak gampang. Kalau mepet-mepet hijau sudah bagus kan. Kita masih mepet merah.


Apakah ada upaya bersama negara-negara Asean untuk menentukan wilayah udara maupun laut untuk mengamankan Laut Cina Selatan ?

Sekarang tinggal koordinasi saja. Saya minta nanti koordinasi angkatan udara kita dengan angkatan udara dia. Kemudian saya juga menyekolahkan hukum-hukum udara di Kanada. Hukum laut di Belanda kalau enggak salah. Kita belajar supaya tahu hukum begitu. Yang penting di Asean ini harus jadi contoh, terutama Timur Tengah. Saya ngomong waktu ke Iran kemarin, kenapa kamu begitu, contoh dong Indonesia. Waktu kita membentuk Asean ada kesepakatan kalau terjadi perselisihan jangan menggunakan dengan kekerasan bersenjata, lakukan dengan dialog. 48 tahun sudah teruji. Waktu saya dulu Bagaimana keamanan di Asia. Saya bilang contoh Asean dong, contoh yang benar. Ini 48 tahun, ini contoh. Jadi komunikasi yang penting, saya buka komunikasi dengan Cina, komunikasi dengan Amerika, komunikasi dengan Cina, Amerika, korea, Jepang, bagaimana ini gini gini gini.

Pokoknya kita jangan buat hal-hal yang membuat ribut, kalau ribut kenapa, rakyat susah. Kemarin di koran Malaysia ada tiga yang dimuat, Cina, Amerika, dan kita paling panjang tulisannya. Mari kita kecilkan perbedaan, besarkan persamaan. Itu ditulis besar-besar. Kalau kita membesarkan perbedaan tidak akan sampai. Memperbanyak persamaan ini menjadi penting. Itu tulisan besar-besar lho. Terus terang berapa kali saya bicara itu menjadi ditunggu orang, karena saya lain dari yang lain. Mulai dari di Hotel Shangrila, kemudian Beijing, kepala staff angkatan darat ditunggu, difoto-foto. Kok tentara bisa bicara keamanan sih, bicara perdamaian. Berarti saya sudah mengesahkan undang-undang. Nah untuk begitu netral. Maka saya jaga netralitas itu. Kita negara besar lho.

Bagaimana dengan kondisi pertahanan Indonesia saat ini ?

Kalau di kawasan kita sudah bagus tak ada masalah, tetapi yang dihitung bukan Alutsista. Saya sebagai Menteri Pertahanan menyiapkan strategi untuk pertahanan, untuk perang dan lain-lain, pertama saya menyiapkan tentaranya, profesional mampu militan kedua Alutsista yang terakhir rakyat itu bela negara tadi. Kita punya 100 juta rakyat, ada yang berani menyerang 100 juta?, tidak berani.

Bisa dikatakan bela negara itu disiapkan sebagai persiapan perang ?

Negara dalam keadaan perang yah harus siap. Masa ada orang perang dia malah pergi, enak saja. Mari kita hadapi bersama begitu seharusnya. Kita harus belajar, orang yang tidak belajar itu bodoh betul, coba saja dari kecil kita sudah belajar sejarah misalkan riwayat Nabi Adam, pembunuhan pertama kali dilakukan Nabi Musa, itu pelajaran. Semua itu kan otak kita yang mengendalikan, kita berjalan otak kita yang mengendalikan, benar kan, jadi wawasan kebangsaan dan moral agama itu penting.

Bagaimana dengan Alutsista kita ?

Kita sudah bisa produksi kepal selam sendiri nanti ke depan kita buat saja sebanyak banyaknya, pesawat terbang kita akan buat, kita sudah kerjasama sama Jepang. Dia sudah tanya tanya bagaimana jadi tidak buat pesawat saya bilang gampang itu, Korea juga sudah tanya tanya, kapal selam segala macam kita beli. Jadi tidak kalah-kalah lah, tetapi yang dilihat orang bukan Alutsista, yang dilihat tentaranya, rakyat itu dilihat. Sudah saya katakan waktu diskusi di Texas 2013 kalau perang di Indonesia bukan melawan tentara tetapi seluruh rakyat mana mampu. Apalagi saya bilang sudah militan wah tambah takut.

Banyak yang melihat model pertahanan kita tidak sesuai dengan perkembangan, karena perang saat ini menggunakan teknologi ?

Salah, dia melihat orang negara mana. Negara kita tidak bisa dibilang begitu kuat negara kita, bela negara dulu. Dari situ tidak bisa bilang gitu. Jadi jangan dianggap remeh, Singapura macam-macam sama kita, sejuta saja orang menyeberang kesan kalang kabut mereka. Kemudian perang, dulu kalau mau perang itu yang dilihat Alutsista selalu itu, kalau saya tidak, ada dua. Satu ancaman yang belum nyata perang, saya bilang perang itu belum nyata negara Asia saja tidak ada. Kita kan lihat kawasan dekat dulu tidak usah jauh-jauh. Negara di Asia sudah berjanji, Australia juga sudah berjanji, padahal mereka menganggap kita ancaman, padahal kita biasa saja kita tidak menganggap. Jadi orang itu kita lihat sangat sedikit kemungkinannya, kecuali dilihat dari situasi ke depan nanti.

Melihat situasi sekarang saya rasa tidak akan ada perang. Perang sekarang itu tidak gampang, banyak orang di dunia juga memarahi. Yang kedua itu ancaman yang nyata ada delapan yaitu, teroris, bencana alam, pecahan bumi, pelanggaran pencurian ikan, pemberontakan separatis, wabah penyakit, ancaman cyber dan terakhir narkoba.

Menurut Anda apakah masih perlu anggaran Alutsista kita masih diambil dari APBN ?

Saya tekankan tidak boleh ada pihak ketiga ikut campur, yang menentukan adalah kita Menteri Pertahanan dengan saran dari panglima TNI. Saya tidak boleh menggunakan rekanan, pasti selalu ada orang ketiga. Tetapi saya selalu menentukan kalau mau beli ini temukan saya sama penjual, itu ada aturannya begitu. Saya kadang langsung ketemu, sekarang saya rubah.

Kalau dibanding negara lain seberapa besar kekuatan kita ?

Pertahanan kita itu di dunia nomor 12 dihitung rakyatnya. Apalagi kalau bela negara ini sukses saya yakin akan masuk 10 besar itu yang saya bilang. Banyak orang yang tidak mengerti. Kebenaran itu melewati tiga tahap satu ditertawakan orang, dikritik dan baru nanti berasa benarnya ketika kita sudah tidak ada.
 
Merdeka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar