Sabtu, 14 November 2015

Kroasia, Laos, dan Thailand Ingin Beli Pesawat N219

  v

Bandung — Pesawat baru produksi PT Dirgantara Indonesia (Persero), yakni N-219, diminati sejumlah perusahaan penerbangan baik di dalam negeri maupun luar negeri. Pemesanan sudah mulai dilakukan meski saat ini PT DI sedang dalam tahap perakitan akhir untuk pembuatan prototipe pesawat tersebut.

“Ada beberapa perusahaan penerbangan swasta yang ingin langsung melakukan kontrak dengan memesan sekitar 30 pesawat. Kami belum dapat memutuskan. Kami harus berkonsultasi dulu dengan Kementerian Badan Usaha Milik Negara, apakah hal ini diperbolehkan. Sebab, kalau satu perusahaan penerbangan memesan beberapa pesawat dalam sekian tahun, maka perusahaan lain, yang juga ingin membeli, tidak bisa memperolehnya. Mereka bisa saja memprotes karena dinilai telah terjadi monopoli,” kata Direktur Utama PT Dirgantara Indonesia (DI) Budi Santoso, Kamis (12/11/2015), di Bandung, Jawa Barat.

Budi mengemukakan hal itu seusai acara syukuran atas Pencapaian Tahap Validasi Rekayasa Rancang Bangun Struktur N-219 Hasil Kerja Sama PT DI dengan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) di hanggar N-219, Bandung.

Pesawat itu telah selesai dirancang dan dibangun strukturnya secara utuh berbentuk pesawat asli, dan direncanakan diresmikan Presiden Joko Widodo. Pesawat komuter berkapasitas 19 penumpang dengan dua mesin turboprop dan bernilai investasi sekitar 50 juta dollar AS itu direncanakan pula dapat terbang perdana pada tahun 2016.

Sejumlah perusahaan penerbangan yang berminat membeli N-219 di antaranya Aviastar dan Trigana Air. Perusahaan ini telah menandatangani nota kesepahaman dengan PT DI.

Selain itu, sejumlah negara juga telah menyatakan minatnya untuk membeli pesawat angkut ringan yang dapat beroperasi di daerah penerbangan perintis ini, yaitu Kroasia, Laos, dan Thailand. Thailand yang pernah membeli pesawat NC-212 dan CN 235 itu ingin membeli N-219 untuk kegiatan menurunkan hujan buatan guna mendukung pertaniannya.

“Kanada juga menawarkan kerja sama untuk produksi N-219,” ujar Budi.

Pesawat N219
Pesawat N219

PT DI menargetkan produksi N-219 pada 2017 rata-rata 6 unit per tahun, lalu pada 2018 sebanyak 10 unit per tahun, dan pada 2019 ditingkatkan sebanyak 18 unit per tahun, dan maksimal adalah 20 unit per tahun dengan melihat pula kebutuhan pasar.


Budi mengemukakan, pihaknya optimistis pesawat N-219 mampu menguasai pasar pesawat terbang di kelasnya. Harga jual pesawat ini juga diupayakan berkisar 5 juta – 6 juta dollar AS per unit. Harga ini relatif lebih murah dibandingkan dengan kompetitor, yakni pesawat Twin Otter buatan Kanada yang dijual sekitar 7 juta dollar AS per unit.

Pesawat N-219 juga memiliki sejumlah keunggulan, di antaranya dapat lepas landas dan mendarat dalam jarak pendek di landasan sepanjang 600 meter, dapat lepas landas dan mendarat di landasan yang tidak beraspal, mudah dioperasikan di beberapa daerah terpencil, kabin terluas di kelasnya, serta biaya operasional yang kompetitif.

“Pesawat N-219 juga unggul karena desainnya mengacu pada teknologi tahun 2000-an, sedangkan kompetitor desainnya adalah teknologi tahun 1960-an. Pesawat ini juga dapat dikendalikan dengan kecepatan rendah, yaitu 59 knot. Itu sebabnya pesawat ini dapat mendarat dalam jarak pendek di landasan sepanjang 600 meter. Dengan demikian, pesawat ini sangat cocok untuk melayani penerbangan perintis dengan kondisi bandara di daerah- daerah terpencil, yang umumnya kondisi landasan pendek dan tidak beraspal,” tutur Budi.

b

Budi juga menjelaskan, pesawat N-219 dapat digunakan untuk menjangkau seluruh daerah penerbangan perintis di Indonesia yang tersebar di 21 provinsi, meliputi 170 rute penerbangan. Rute penerbangan perintis terbanyak adalah di kawasan Sulawesi dan Papua.

“Paling tidak dengan 100 unit pesawat N-219 sudah dapat melayani semua rute penerbangan perintis,” ujarnya.

Chief Engineering N-219 PT DI Palmana Bhanadhi mengatakan, pesawat N-219 juga dapat difungsikan untuk kegiatan militer, patroli maritim, ataupun evakuasi di daerah bencana. Palmana menyinggung pula, mesin N-219 menggunakan PT6-42A, 850 shaft horse power (shp) buatan Kanada, dan baling-baling Hartzell buatan AS.

“Untuk sistem avionik, kami menggunakan Garmin 1000 buatan AS. Dalam pemilihan mesin ini, kami tidak pilih satu perusahaan, tetapi melalui seleksi pada sejumlah perusahaan. Kami juga beraudiensi dengan customer, dan mereka lebih menyukai mesin dari Kanada ini yang reputasinya dikenal bagus. Mesin ini telah digunakan lebih dari 2.500 pesawat. Dengan begitu, harganya tidak mahal, pemeliharaan dan suku cadang juga mudah diperoleh,” katanya.

Kompas.com

Alternatif Pengembangan Pesawat IFX

 
skad

(Photo: Pesawat MIG Indonesia di era Tahun 60-an )

Kalau kita mengingat ke masa lalu sungguh indah negeri ini dengan segala alutsista yang menggetarkan Asia, bahkan dunia. Dengan peralatan perang tercanggih di masanya terutama TNI AU, Indonesia menjadi macan di Asia. Yang menarik adalah keberadaan sederetan pesawat tempur seri MIG  yang lengkap dan menjadi andalan di udara NKRI yang kita cintai. Era tahun 60-an adalah era kehebatan angkatan udara Indonesia dengan lebih dari 120 pesawat tempur MIG seri mulai dari MIG 15, MIG 17, MIG 19 dan yang paling tercanggih pada masanya MIG 21 bersama puluhan pesawat pembom kelas berat made in Uni Soviet (Rusia).

Setelah jatuhnya rezim Soekarno (Orde Lama), digantikan dengan rezim baru Soeharto (orde baru), pelan-pelan taring macan tersebut mulai tumpul bahkan menjadi macan ompong. Saat orde baru haluan alutsista kita lebih menjorok ke barat, alusista made in Uni soviet (Rusia) diberangus habis tak tersisa seiring dengan memburuknya hubungan bilateral Indonesia – Soviet. Sampai saat ini kehebatan persenjataan matra udara kita belum mampu memecahkan rekor kehebatan di tahun 60-an.

Perlahan tapi pasti setelah jatuhnya rezim Soeharto (orde baru ) hubungan bilateral dengan Rusia mulai diperbaiki dengan diawali pembelian 4 sukhoi SU 27/30. Rasa optimis untuk mengencangkan otot matra udara kita semakin menguat dengan keadaan kondisi ekonomi Indonesia yang semakin membaik.

Indonesia mulai menata kembali persenjataan segala matra terutama matra udara dengan memperbaharui dan melengkapi pesawat tempurnya dengan menambah pesawat SU 27/30 menjadi 1 Skuadron, pembelian pesawat latih Grob dan TA/FA50i, pesawat anti gerilya, pesawat angkut dan yang paling menghebohkan kawasan adalah rencana Indonesia untuk bisa mandiri dalam mebuat pesawat tempur dengan melakukan kerjasama dengan Korea Selatan dengan Program IFX/KFX.

image003

Belum lama ini kita mendengar beberapa isu mengenai pesawat KFX/IFX hasil kerjasama Indonesia dengan Korea Selatan di mana dalam perjalanannya mengalami beberapa hambatan. Yang terakhir mengenai isu gagalnya Transfer Of Technology ( TOT ) LM untuk 4 teknologi inti yang dapat menghambat program IFX/KFX dan membuat Korea Selatan berpikir keras untuk mendapatkan 4 teknologi inti: radar AESA , Infrared Search and Track System, Electronic Optics Targeting Pod dan Radio Frequency Jammer. Ssebagai solusinya Korea Selatan mencoba menjalin kerjasama dengan negara pihak ketiga yang mau berbagi teknologi yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan pesawat IFX/KFX . Keterikatan Korea Selatan dan Amerika Serikat sebagai salah satu sekutu dekatnya di Asia akan mempersulit Korea Selatan bekerjasama dengan perusahaan dari negara lain selain LM dan Boeing.


Di sinilah peran Indonesia dibutuhkan, Indonesia sebagai negara Non Blok kemungkinan masih dengan bebas bisa memilih kerjasama dengan pihak ketiga dalam hal pengembangan teknologi pesawat tempur dengan dalih untuk mengganti pesawat tempur yang sudah lawas dengan syarat TOT. Sejauh ini yang secara vulgar dan terang-terangan siap berbagi teknologi pesawat tempur baru adalah Typhoon dan Gripen NG. Akan tetapi yang jadi pertanyaan, apakah TOT yang diberikan bisa menutupi kekurangan dalam program IFX/KFX. Apabila kesulitannya adalah dana ada baiknya pemerintah melobi Korea Selatan dan membuat perjanjian tertutup dimana Korea selatan untuk ikut sharing dana agar indonesia mendapatkan TOT yang dibutuhkan, kemudian berbagi ilmu dengan Korea Selatan dari hasil TOT tersebut untuk digunakan dalam pengembangan pesawat IFX.

image005(Photo: Pesawat MIG 35 dan Pesawat IFX/LFX )

Dengan semakin membaiknya hubungan Indonesia – Rusia tidak ada salahnya pemerintah melalui Kemenhan dan TNI AU sebagai User mencoba alternatif lain dari Rusia dengan melakukan pembelian pesawat tempur secara G to G untuk pengembangan Pesawat Tempur IFX. Yaitu dengan mengakusisi Sukhoi SU 35 dan MIG 35 dengan perbandingan 1 berbanding 2 dalam pembeliannya misalkan dengan 1 Skuadron SU 35 dan 2 Skuadron MIG 35 di mana syarat transfer teknologi harus diberikan MIG 35 jika pihak sukhoi tidak bisa memberikan TOT yang dibutuhkan Indonesia. Karena dua pesawat tersebut dari kelas yang berbeda maka TNI/Kemenhan harus mengakusisi dua pesawat tersebut untuk bisa saling melengkapi satu sama lain dan dari segi harga juga MIG 35 Lebih murah dibanding SU 35. Dimana pesawat tempur SU 35 sebagai pengganti Pesawat F-5E yang sudah uzur sedangkan MIG 35 sebagai penambahan Skuadron baru.

Dengan harga MIG 35 yang terbilang murah (± USD 35 – 40 Juta) kita bisa mendapatkan 2 Skuadron sekaligus sebagai penambahan skuadron baru, di mana pemerintah Indonesia dalam program MEF nya sampai 2024 akan ada penambahan skuadron baru. Pesawat multirole yang mampu terbang di landasan pendek, berkecepatan tinggi, bermanuver dengan baik, berkemampuan tempur BVR dan punya daya jelajah yang jauh.

Saat ini yang tersemat dalam teknologi Pesawat MIG 35 bisa menjadi alternatif karena karakteristik pesawatnya hampir sama dengan karakter pesawat IFX yang sedang dikembangkan Indonesia. Seperti halnya SU 35, pesawat MIG 35 hanyalah jembatan menuju pesawat generasi 5 dan masih ada kemungkinan dikembangkan bersama dengan PT DI jika pemerintah serius ingin membangun industri pesawat tempur. Mengingat MIG sendiri sedang membutuhkan dana untuk program pesawat selanjutnya. Jumlah pesawat di atas juga masih ada kemungkinan bertambah hingga tahun 2024 yaitu sekitar 180 pesawat tempur seperti yang tercanang hingga program MEF 3 selesai.

image007

(Photo: Pesawat MIG 35 pengembangan dari MIG 29 )

Belum lama ini pemerintah Rusia pun telah menyatakan siap untuk bekerjasama dengan Indonesia dalam bidang pertahanan, baik melalui lisensi produk pertahanan atau bekerjasama dalam pengembangan produk pertahanan terbaru. Jika pemerintah Indonesia jeli dan peka dalam menyambut sikap Rusia terhadap sistem pertahanan Indonesia, maka akan menjadi langkah positif dan kemajuan tersendiri dalam teknologi di bidang pertahanan udara dan kedirgantaraan negara kita. Bukan tidak mungkin pada tahun 2030 nanti era kejayaan kita pada tahun 60-an akan terulang kembali menjadi Macan Asia.

Posted by: Bung AL / JKGR.

Senin, 09 November 2015

Misteri Kematian Jenderal Mallaby yang Picu Pertempuran Surabaya

Kemenangan gemilang pasukan Sekutu, khususnya Inggris diuji di Surabaya. Saat menghadapi tentara Jerman dalam Perang Dunia II, Inggris tak pernah sekalipun kehilangan jenderalnya. Namun di Kota Surabaya, kenyataan terbalik 180 derajat.

Seperti dikutip dari Wikipedia, ketika pasukan Inggris tiba di Surabaya, lima hari kemudian atau tepatnya pada 30 Oktober 1945 seorang jenderalnya terbunuh, yaitu Brigadir Jenderal Aubertin Walter Sothern (AWS) Mallaby.

Brigjen Mallaby tiba dengan pasukannya pada 25 Oktober 1945 di Surabaya. Pasukannya dikenal dengan Brigade 49 yang jumlah sekitar 6.000 pasukan. Brigade 49 juga bagian Divisi 23 pasukan Inggris yang dikenal dengan 'The Fighting Cock', yang memiliki pengalaman mengalahkan tentara Jepang di hutan Burma (sekarang bernama Myanmar). Termasuk front pertempuran di Semenanjung Malaya serta memenangkan perang melawan tentara Jerman di Afrika utara.


Mallaby adalah seorang perwira muda eksekutif Kerajaan Inggris dengan karier terbilang cemerlang. Lahir pada 12 Desember 1899, Brigjen Mallaby harus menutup usianya menjelang ulang tahunnya yang ke-46 di Jembatan Merah, Surabaya dalam latar belakang kondisi yang sangat pelik saat itu.

Ia sangat terampil dalam menjalankan segala macam penugasan, sehingga pada usia 42 tahun mendapat promosi jenderal berbintang satu. Selama PD II, Mallaby menjabat perwira staf kepercayaan Laksamana Mountbatten, panglima tertinggi atas Komando Asia Tenggara (South East Asia Command/SEAC).


Saat penugasan di Surabaya, Mallaby dan pasukannya merupakan bagian dari Allied Forces Netherlands East Indies (AFNEI). Ini adalah pasukan Sekutu yang dikirim ke Indonesia setelah selesainya PD II untuk melucuti persenjataan balatentara Jepang dan membebaskan tawanan perang Dai Nippon. Serta, mengembalikan Indonesia kembali menjadi Hindia Belanda kekuasaan Belanda di bawah administrasi NICA (Netherlands Indies Civil Administration).

Niat tersebut seperti tertulis dalam buku Batara R Hutagalung yang bertajuk 10 November 1945: Mengapa Inggris Membom Surabaya? Disebutkan, sebagai salah satu pemenang PD II, Inggris bertujuan untuk melucuti senjata pasukan Jepang yang masih berada di Indonesia.

Mengutip Wikipedia, Mallaby memimpin pasukannya memasuki Surabaya pada 25 Oktober 1945 untuk melucuti tentara Jepang sesuai dengan isi Perjanjian Yalta. Tujuan ini mendapat perlawanan dari pasukan Indonesia karena AFNEI menuntut mereka menyerahkan senjata-senjata yang telah dirampas pihak Indonesia terlebih dahulu dari Jepang.

Timbullah beberapa konflik bersenjata antara kedua pasukan, yang salah satunya terjadi pada 30 Oktober 1945 di dekat Jembatan Merah, Surabaya. Mobil Buick yang ditumpangi Mallaby dicegat oleh pasukan dari pihak Indonesia sewaktu hendak melintasi jembatan.

Mallaby Tewas

Dan terjadilah baku tembak yang berakhir dengan tewasnya Mallaby oleh tembakan pistol seorang pemuda Indonesia yang sampai sekarang tidak diketahui identitasnya, dan terbakarnya mobil Mallaby akibat ledakan sebuah granat yang menyebabkan jenazah Mallaby sulit dikenali. Mallaby tewas pada 30 Oktober 1945 pukul 20.30 WIB.

Kematian Mallaby menyebabkan Mayor Jenderal EC Mansergh, pengganti Mallaby, mengeluarkan ultimatum kepada pasukan Indonesia di Surabaya pada 9 November 1945 untuk menyerahkan senjata tanpa syarat. Pada 10 November 1945, pecahlah Pertempuran 10 November karena pihak Indonesia tidak menghiraukan ultimatum ini.

Namun pada 20 Februari 1946, Tom Driberg anggota Parlemen Inggris dari Partai Buruh Inggris dalam perdebatan di Parlemen Inggris (House of Commons) meragukan tuduhan dan dugaan Inggris bahwa baku tembak ini dimulai oleh pasukan pihak Indonesia dan Mallaby dibunuh secara licik.

Driberg menyampaikan bahwa insiden tersebut timbul karena kesalahpahaman 20 anggota pasukan India pimpinan Mallaby yang memulai baku tembak dengan pasukan pihak Indonesia, di mana mereka tidak mengetahui bahwa gencatan senjata sedang berlaku karena mereka terputus dari kontak dan telekomunikasi dari Mallaby.

Menurut Tom Driberg dalam debatnya di Parlemen Inggris: "Setelah memerintahkan penghentian baku tembak oleh pasukan India tersebut, dalam satu titik dalam diskusi gencatan senjata, Mallaby kembali memerintahkan untuk memulai tembakan kembali."

"Hal ini berarti gencatan senjata telah pecah karena perintah Mallaby dan Mallaby tewas dalam aksi pertempuran, bukan dibunuh secara licik," lanjut Driberg.

Bagi pihak Indonesia, keberhasilan menewaskan seorang jenderal yang memiliki jam terbang tinggi pengalaman memimpin pasukan berperang adalah sesuatu hal membanggakan. Namun terbunuhnya Mallaby justru memantik rasa ingin tahu siapa orang yang berhasil menewaskan Mallaby dan lantas meledakkan mobilnya.

Misteri Kematian Mallaby

Beberapa pelaku sejarah pun tidak pernah tahu siapa yang menewaskan Mallaby. Termasuk salah satunya almarhum Roeslan Abdulgani dan beberapa pelaku sejarah lainnya. "Siapa yang menewaskan hingga sekarang tidak ada yang tahu," ujar almarhum Roeslan dalam sebuah kesempatan.

Sejarawan Surabaya, Suparto Brata juga mengatakan, hingga detik ini siapa yang menewaskan Mallaby tetap menjadi misteri. "Tidak ada yang tahu atau saksi mata yang melihat siapa yang membunuh Mallaby," ujar Suparto Brata, seperti dikutip dari Wikipedia.

Dalam ceritanya yang dituangkan dalam sebuah buku, Roeslan Abdulgani juga menuturkan, pertempuran di depan Gedung Internatio, Surabaya dipicu oleh tentara Inggris yang terkurung di dalam gedung melakukan tembakan membabi buta ke arah para pejuang.


"Namun siapa yang membunuh, belum pernah ada saksi mata," ujar Roeslan.

Versi lain menyebutkan Mallaby terbunuh oleh tentara Inggris yang salah sasaran. Des Alwi dalam buku bertajuk Pertempuran Surabaya, November 1945 menyebutkan kemungkinan Mallaby mati akibat tembakan salah sasaran (friendly fire) dari tentara Inggris.

Hal ini menurut Des Alwi, berdasarkan kesaksian dari Muhamad, tokoh pemuda yang ikut masuk ke Gedung Internatio untuk mendinginkan suasana. Di dalam gedung tersebut, Muhamad melihat sendiri tentara Inggris telah menyiapkan mortir yang diarahkan ke kerumunan massa yang mengelilingi mobil Mallaby.

Dia juga mendengar sendiri hubungan telepon antara Kapten Shaw dan komandannya di Westerbeuitenweg di Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya. Rencananya, jika kerumunan rakyat dihujani dengan mortir, maka mereka akan kocar-kacir. Kesempatan tersebut kemudian akan digunakan tentara Inggris yang terkepung di Gedung Internatio untuk meloloskan diri.

"Karena pintu kamar tetap dibiarkan terbuka, maka saya bisa menduga, bahwa mortir di depan jendela tersebut akan ditujukan kepada sederetan mobil yang sedang berhenti di dekat Jembatan Merah. Mungkin dengan perhitungan, bila peluru yang ditembakkan mengenai sasaran, rakyat akan menjadi panik sehingga memberi kesempatan kepada Brigadir Jenderal Mallaby lari melepaskan diri. Ternyata, dugaan saya tidak keliru. Sebab mobil Residen Soedirman terbakar habis, tepat kena tembakan mortir," tulis Des Alwi mengutip Muhamad.

"Tetapi yang terjadi kemudian adalah ledakan yang tidak diketahui asalnya, yang menghancurkan mobil Mallaby. Hal ini memicu kekacauan, yang berlanjut pada kerusuhan yang tak terkendali," sambung Des Alwi.

"Sementara itu ada beberapa pemuda yang dapat menyelamatkan diri dari hujan tembakan pasukan Inggris. Seseorang meloncat ke pinggir Kali Mas, sampai di dekat kita, kemudian berbisik:
'Pak, sudah beres.'
'Lho, apanya yang sudah beres?' tanya Doel Arnowo.
'Jenderalnya Inggris, Pak, yang tua itu. Mobilnya meledak dan dia sudah mati terbakar.'
'Siapa meledakkan?' tanya kita serentak.
Dia segera menjawab, 'Tidak tahu. Tiba-tiba saja ada granat meledak dari dalam mobil. Tetapi, memang dari pihak kita, juga ada yang menembak ke arah mobil tersebut.' Begitu penjelasannya."
"Kami semua sangat kaget. Maka saya langsung mengingatkan pemuda itu, 'Sudahlah kamu diam saja. Jangan bercerita pada orang lain." Demikian penuturan Muhamad yang dikutip Des Alwi dalam bukunya tersebut.
Jenazah Mallaby yang hangus terbakar akhirnya dikembalikan kepada pasukan Inggris seminggu kemudian. Tanpa sempat mengecek apakah jenazah tersebut benar Mallaby atau bukan, karena pertempuran segera berkobar, pasukan Inggris segera mengubur jenazah tersebut di kawasan Tanjung Perak.
Setelah tembak-menembak mereda, jenazah Mallaby dipindahkan ke pemakaman Kembang Kuning, Surabaya, Jawa Timur. Beberapa bulan kemudian sekali lagi jenazah tersebut dipindahkan di Commonwealth War Cemetary, Menteng Pulo, Jakarta, hingga sekarang. Misteri kematian Brigjen Mallaby pun belum terungkap jelas hingga kini.


Liputan 6.

Mengenal Batalyon Intai Para Amfibi Korps Marinir TNI AL

 
 Patroli jarak Jauh Pendidikan Taifib TNI AL
 
Satuan khusus dari Korps Marinir TNI – AL ini berdiri pada 13 Maret 1961 dengan nama KIPAM (KOMANDO INTAI PARA AMFIBI) berdasarkan Surat Keputusan Komandan KKO AL No.47/ KP / KKO / 1961 tanggal 13 Maret 1961. Saat itu Korps Marinir masih menggunakan ama KKO ALRI (Korps Komando). KIPAM berdiri sebab dirasakan perlunya data-data intelejen, serta pasukan khusus yang terlatih dan mampu melaksanakan kegiatan khusus yang tidak dapat dikerjakan oleh satuan biasa dalam rangka keberhasilan tugas.

Pada tanggal 13 Maret 1961 KIPAM berdiri dibawah Yon Markas Posko Armatim - I, para perintis berdirinya KIPAM adalah Bpk Sumardi, Bpk.Untung Suratman, Bpk.Moelranto Wiryohuboyo, dan Bpk. Ali Abdullah. Pada tanggal 25 Juli 1970 KIPAM berubah menjadi Yon lntai Para Amfibi. Tanggal 17 November 1971 Yon lntai Para Amfibi berubah menjadi Satuan lntai Amfibi , pada akhirnya berubah menjadi Batalyon lntai Amfibi atau disingkat Yon Taifib Mar dibawah Resimen Bantuan Tempur Korps Marinir. Seiring dengan perkembangan Korps Marinir dengan peresmian Pasmar I Skep. Kasal No. Skep / 08 / 111 / 2001 tanggal 12 Maret 2001 tentang Yon Taifib Marinir tidak lagi dibawah Resimen Bantuan Tempur Korps Marinir (Menbanpurmar) akan tetapi langsung berada dibawah Pasmar.

Melihat lingkup penugasan serta kemampuannya maka akhirnya Taifib secara resmi disahkan menjadi Pasukan Khusus TNI AL. Hal ini sesuai dengan Skep Kasal No. Skep/1857/XI/2003 tanggal 18 Nopember 2003 tentang Pemberian Status Pasukan Khusus kepada Intai Amfibi Korps Marinir.
A. TUGAS POKOK TAIFIB
Yontaifibmar mempunyai tugas pokok membina dan menyediakan kekuatan serta membina kemampuan unsur-unsur amfibi maupun pengintaian darat serta tugas-tugas operasi khusus dalam rangka pelaksanaan operasi pendaratan amfibi, operasi oleh satuan tugas TNI AL atau tugas-tugas operasi lainnya dengan perintah Panglima TNI.
Secara resmi medan tempur Korps Marinir adalah maks. 8 km dari pantai. Karena disitulah area operasi pendaratan amfibi yang merupakan tupoksi kormar. Apabila dipandang perlu untuk melakukan operasi lebih jauh maka secara prosedural diperlukan ijin dari komandan satuan darat yang komandonya dipegang TNI – AD.
 
B. HIRARKI
Personel Yon Taifib Korps Marinir TNI - AL adalah personel pasukan khusus yang menempati hirarki tertinggi dalam jajaran Korps Marinir dan TNI - AL. Bersama Kopaska, Taifib adalah personel pilihan dan terbaik di lingkungan Marinir khususnya dan TNI – AL umumnya. Mereka dikenal sangat lethal di medan operasi sebagaimana para “saudara” lainnya pasukan khusus di matra darat dan udara. Kemampuan Taifib tak hanya bertempur dapat bertempur tapi juga berperan sebagai satuan intelijen tempur yang handal. Pendidikan hampir 9 bulan dihabiskan untuk menciptakan pasukan Intai Amfibi yang handal, cepat dan rapi dalam menyelesaikan suatu misi khusus. Tak heran manuver dan gerakan personel Taifib dalam operasi klandestein membuat musuh kelimpungan. Sesuai namanya Taifib dapat bertempur di darat, laut, udara dan bawah permukaaan air. Mereka juga memiliki ilmu pasukan katak dan linud setingkat parako untuk menjalankan tupoksinya bagi operasi amfibi Korps Marinir dan TNI.
 
STRUKTUR ORGANISASI
Yon Taifib sekarang terdiri dari 2 Batalyon di bawah komando Pasmar I dan II (Pasukan Marinir adalah sebutan bagi satuan setingkat Divisi di Korps Marinir). Batalyon ini dikomandani seorang Letkol (Mar) yang dulunya juga anggota Taifib. Para Dan Yon Taifib langsung bertanggung jawab ke Dan PasMar. Prajurit Taifib diperkirakan berjumlah 1.400 prajurit dengan komposisi 85% adalah kombatan. Jumlah pasukan khusus Marinir ini mungkin akan ditetapkan hanya berkisar sekitar itu karena untuk membangun pasukan khusus yang besar dengan skill yang merata sangat berat ditengah minimnya dana untuk TNI. Karena dana untuk melatih 1 batalyon pasukan khusus bisa sepadan dengan 10 Batalyon pasukan reguler. Lihat saja Ton Tai Pur KOSTRAD di matra darat. Pasukan khusus berkualifikasi serupa tapi tak sama dengan Taifib Marinir alias intelijen tempur 4 media ini yang jumlahnya tak lebih dari 300 personel itu menghabiskan sekitar 8 M saat pembentukannya. Untuk “merawat” pasukan spesial ini KOSTRAD merogoh kocek 1 M dalam setiap latihannya. Taifib punya 1 kompi khusus Counter Terorism di setiap batalyon yang bisa digerakkan kemana saja khususnya penanganan teror aspek laut dan wilayah pulau terpencil.
Disamping itu dana operasional yang diterima TNI AL harus dibagi antara para pelaut serta alutsista pendukungnya, yakni KRI, satuan administrasi dan Korps Marinir. Hal inilah yang menyesakkan dada para petinggi TNI AL sekarang ini. Kondisi ini menyebabkan salah satu korps harus “mengalah” . Ya mungkin Marinir – lah yang harus legowo alias mengalah dulu sekarang ini. Toh pembenahan KRI yang usang itu untuk mereka juga nantinya dalam menopang operasi amfibi. Sehingga meminimalkan korban jiwa yang gugur sebelum berperang seperti kejadian waktu pendaratan di NAD beberapa waktu lalu dalam operasi pemulihan keamanan.
 
SISTEM REKRUITMEN
Prajurit Intai Amfibi Korps Marinir TNI – AL diambil dari prajurit pilihan Korps Marinir melalui seleksi ketat dan keras. Sebab ditangan personel Taifib - lah sebuah kesuksesan operasi amfibi yang dilakoni Korps Baret Ungu dan seluruh elemen TNI dipertaruhkan.
Perekrutan Prajurit Taifib
Seleksi Prajurit Taifib atas dasar suka rela dari prajurit Korps Marinir (semua bagian tempur : Infanteri, Artileri, Kavaleri, Zeni dan Hanlan) yang sudah mempunyai Basic Tempur yaitu pendidikan dasar kemiliteran, pendidikan keprajuritan Marinir, pendidikan taktik operasi darat, pendidikan Komando Marinir, pendidikan menembak kualifikasi, pendidikan Operasi amfibi termasuk raid amfibi, para dasar, penyelaman, free fall.
Seleksi Calon Siswa Taifib sangat ketat dan keras meliputi seleksi kesehatan dengan Stakes I, semapta Baik, berenang, push up, sit up, pull up dalam waktu tertentu dan lulus tes Psikologi Pasukan Khusus standart TNI.
Calon maksimal berusia 26 tahun.
 
PENDIDIKAN PRAJURIT INTAI AMFIBI / IPAM

Metode pelatihan calon prajurit Taifibmar dibagi dalam beberapa tahap yang mencakup medan darat, laut, udara dan bawah air. Dalam setiap tahap calon akan terseleksi secara alamiah karena materi yang dihadapkan semakin hari semakin berat dan menuntut para siswa benar benar menguasai ilmu yang diberikan pada tahap sebelumnya. Pasalnya tahap – tahap dalam pendidikan sebenarnya adalah satu rangkaian operasi yang benar – benar dilakukan prajurit Intai Amfibi dalam melaksanakan tugas dalam pertempuran atau operasi lain nantinya. Pendidikan Taifib dilaksanakan selama hampir 9 bulan bertempat (Base Camp) di Pusdik Marinir kemudian dilanjutkan Puslatpur Marinir Karang Tekok Situbondo. Di Jawa Timur, Marinir tercatat mempuyai 3 Puslatpur (Pusat Latihan Pertempuran) di Grati, Karang Tekok dan Purboyo di Bantur – Malang. Mungkin semuanya juga dipakai untuk base camp oleh Marinir untuk melatih para calon prajurit Taifib ini. Karena disesuaikan dengan materi pendidikan yang diajarkan. Taifib juga mengikut sertakan pelatih dari setiap batalyon Taifib, perwira batalyon Taifib termasuk Dan Yon, dan Prajurit Senior Taifib untuk melatih para siswa Dik Brevet Taifibmar ini. Metode pelatihan Taifib sempat diklaim sama dengan pelatihan Komando Kopassus.
Ø Tahap I : Merupakan materi Indoktrinasi dan Orientasi dasar Intai Amfibi. Dilakukan di Pusdik Marinir Gunungsari Surabaya selama 1,5 Bulan. 80% Disini para siswa menerima kembali peloncoan khas Marinir dalam bentuk lebih keras karena dilakukan standart pasukan khusus yang menciutkan mental dan fisik karena tak kenal waktu. Semua kegiatan dilakukan tiba – tiba. Biasanya peloncoan dilakukan para senior Taifib yang memang berdinas aktif di batalyon termasuk Dan Yon untuk menggambarkan tentang beratnya tugas Taifib. 20% sisanya para calon menerima pengetahuan tentang apa dan bagaimana sebenarnya satuan khusus marinir itu di kelas atau pelajaran lapangan.
Ø Tahap II : Para siswa dikirim ke Puslatpur Karangtekok untuk menerima materi pertempuran darat mencakup : gerilya anti gerilya, patroli jarak jauh, pengintaian, sabotase, raid darat, pengamanan VVIP plus penanggulangan teror, navigasi darat, lintas medan dengan dihadapkan pada medan berbeda (padang pasir, sungai, rawa, perkampungan, jurang) Combat SAR, dan rappelling.
Ø Tahap III : Merupakan materi kelautan yang dilaksanakan di daerah pantai yang berbeda di wilayah pantai utara dan selatan Pulau Jawa. Selam Kedalaman, Selam Tempur, Infiltrasi bawah air, Demolisi bawah Air, Sabotase bawah air, Selam SAR, Renang Jarak sedang sampai dengan jarak jauh dan pengintaian Hydrografi menggunakan daerah latihan Pantai Pasir Putih, Pantai Gatel dan Pantai Banongan, adapun untuk materi menembus gelombang menggunakan daerah latihan pantai selatan yang tinggi gelombangnya mencapai rata-rata sampai dengan 10 meter yaitu pantai Lampon, pantai Rajeg Wesi dan sekitarnya. Kemampuan berenang di laut dengan jarak jauh yang merupakan persyaratan siswa Taifib adalah menyeberangi Teluk Poncomoyo sejauh ± 12 km / 7 mils. Disini para siswa Taifib dihadapkan pada kondisi laut yang mempunyai arus kuat dan gelombang yang tinggi serta jarak yang jauh dengan batas waktu yang ditentukan.
Ø Tahap IV : Aspek Udara menggunakan daerah latihan Juanda, Pasuruan, Ujung dan sekitarnya materi latihan yang dilaksanakan meliputi : Rappeling, Mobud, Stabo / SPIE, Helly Water Jump, Pandu para, Air Suply, Free Fall, Terjun Statick / Free fall laut, Terjun diatas simulator Kapal, Terjun Tempur Statick Malam hari, Terjun Tempur Free Fall Malam hari dan Rubber Duck operation. Untuk mempelajari semua itu para siswa dimasukkan lagi dalam Sekolah Para Korps Marinir di Pusdik Marinir Gunungsari Surabaya.
Ø Tahap V : Adalah latihan berganda. Dalam latihan ini semua materi yang telah di pelajari dipraktekkan dalam sebuah studi kasus yang terangkai menjadi satu. Setelah para siswa melakukan latihan berganda dengan baik maka akan dinyatakan lulus.
Materi pendidikan Taifib yang terkenal dan mengerikan adalah " Drown Proffing ". Materi ini terdapat pada materi perang darat di Puslatpur Karang Tekok yang mengajarkan bagaimana prajurit Taifib menyelamatkan diri dari tawanan musuh dengan cara berenang dengan tangan dan kaki terikat. Biasanya, para siswa harus berenang 3 km dengan tehnik yang dikenal dengan gaya lumba lumba ini. Permasalahannya pelajaran renang “aneh” itu ada dalam submateri Kamp tawanan. Sebelum berenang para siswa digebuki dulu sampai babak belur oleh pelatih yang berperan sebagai musuh. Kontan saja banyak siswa yang tenggelam begitu mulai berenang hanya beberapa meter karena kelelahan dan rasa sakit. Di materi inilah masa kritis menjadi siswa. Gebukan, hantaman, makian, tekanan, kesakitan, kelelahan, kejenuhan dan segudang perasaan was was menghinggapi benak mereka tiap hari. Bagi siswa yang tidak kuat, taruhannya sangat berat. Mereka ada yang gila, stress atau meninggal dunia. Singkat kata pendidikan pasukan elit semacam ini memang diperuntukkan untuk mengukur batas akhir kemampuan manusia dalam berpikir dan bertindak dalam situasi yang tidak mengenakkan, terjepit dan penuh tekanan fisik dan mental.
Untuk latihan infiltrasi kedaerah lawan dilaksanakan Cast dengan Kapal Cepat dengan kecepatan diatas 20 knot dan Recovery dengan batas waktu yang sudah direncanakan secara akurat. Dalam materi kelautan, Taifib sering mendatangkan instruktur dari Kopaska yang memang “mbah”nya demolisi bawah air dan bertempur di bawah air dan operasi raid amfibi.
Personel Taifib dibagi dalam 1 regu yang komposisinya berbeda dengan 1 regu marinir biasa. Didalamnya terdiri dari 7 orang namun dengan keahlian khusus yang berbeda mencakup pengintaian, selam tempur, penembak runduk (sniper), demolisi (raid), Dan Ru, Wadan Ru, penembak senapan mesin, dan penembak regu. Namun kadangkala bisa bagian itu dirangkap oleh satu prajurit. Sebuah Tim (sebutan untuk regu) dalam keadaan operasi khusus bisa langsung dipimpin oleh seorang perwira setingkat Danton (Letda / Lettu). Personel Taifib sebenarnya juga dilatih bertempur secara individual menurut konsep Unconventional Warfare .
Namun adalah kultur dan tradisi Korps Marinir yang sering menggerakkan pasukan dalam jumlah besar dalam operasi tempur, mau tidak mau juga turut mempengaruhi model, manuver dan gerakan “khas” Taifib. Mereka jadi lebih sering beroperasi dengan komposisi regu. Mungkin ini meskipun tak langsung, namun berkaitan dengan jumlah prajurit Marinir TNI – AL yang sekarang “hanya” berkisar 18.000 personel. Jadi beroperasi dengan sistem minimal regu diasumsikan dapat menekan jumlah korban jiwa dalam pertempuran daripada menciptakan prajurit yang bisa dioperasikan secara individu atau maupun sendiri – sendiri.
Dalam pasukan khusus ada yang dikenal dengan nama Generalis. Seorang Generalis adalah prajurit yang mempunyai kemampuan diatas rata – rata prajurit pasukan khusus biasa. Tandanya ialah prajurit tersebut dapat menguasai beberapa bidang di luar kecabangannya. Misal mampu mengoperasikan meriam, kapal laut, kendaraan lapis baja atau menerbangkan pesawat dan helikopter. Satu – satunya satuan khusus TNI yang konon masih terdapat generalis adalah di Kopassus TNI – AD. Kabarnya dulu Kopaska juga mempunyai sejumlah prajurit Generalis termasuk IPAM
Latihan tahap terakhir dilaksanakan di Puslatpur Marinir Karang Tekok dengan medan latihan yang bervariasi dari hutan dan gunung di Baluran, padang pasir, rawa, sungai, dan uji UDT, renang dan SAR laut dilaksanakan di wilayah pantai pasir putih dan sekitarnya. Biasanya tak banyak siswa yang lulus dalam tahap akhir ini. Itu karena Yon Taifib Marinir tidak menerima prajurit yang berkemampuan setengah – setengah. Prajurit yang tidak lolos tahap akhir akan dikembalikan ke satuan asalnya. Dan prajurit yang lulus akan ditempatkan di Yon Taifib Pasmar 1 dan 2. Kabarnya proses penerimaan prajurit Taifib baru di batalyon ini harus melalui tradisi yang sangat keras. Itu adalah watak marinir taifib senior yang keras, loyal dan militan yang diturunkan kepada juniornya secara turun temurun. Namun begitu acara pembayatan dan tradisi batalyon selesai, maka rasa persaudaraan sesama taifib akan terasa dan luar biasa loyalitas diantara mereka baik dalam dinas harian, latihan maupun bertempur.
Demo keahlian personel Taifib baru ini ditunjukkan kepada para petinggi TNI AL, Korps Marinir dan undangan. Upacara penyematan brevet Taifib dilakukan di pantai Gresik atau di pantai di sekitar wilayah Karang Tekok yang menjadi wilayah latihan Marinir.
Personel Taifib berhak atas Brevet Intai Amfibi (brevet Komhut tidak digunakan lagi), brevet pandu para, brevet free fall, mobud, menembak tepat yang baru (jika naik kelas di kelas senapan.pistol), brevet selam tempur, brevet renang selat dan brevet lain yang berhak digunakan personel Taifib yang diperoleh dari paket pendidikan Taifib.
Korps Marinir (dulunya bernama KKO AL) setidaknya mempunyai 3 jenis PDL. 1 PDL ”khas” KKO AL (motif macan tutul), 1 PDL “khas” Marinir (motif kulit kayu) dan PDL umum (Malvinas – TNI). Taifib biasanya menggunakan PDL KKO untuk melakukan free fall, terjun HALO/HAHO dalam suatu misi khusus lintas udara di belakang garis pertahanan lawan untuk mendukung operasi amfibi. PDL “khas” Marinir dipakai untuk kegiatan intern Marinir seperti upacara, demonstrasi dan parade. Dan Marinir tetap menggunakan PDL TNI untuk melaksanakan operasi gabungan, latihan gabungan dan operasi lain sesuai perintah KSAL atau Panglima TNI tentang seragam yang digunakan.
 
KARIR
Karena prajurit Taifib Marinir menempati hirarki tertinggi dalam kombatan TNI – AL bersama Kopaska, maka karir yang bagus terbuka untuk semua prajurit Taifib yang berprestasi dan mempunyai track record yang bagus. Sebab beberapa waktu yang lalu Taifib sempat tercoreng oleh kelakuan 4 orang anggotanya yang menjadi pembunuh bayaran. Mereka membunuh Dirut PT. ASABA beserta pengawal pribadinya Serka. Edi Siyep yang tak lain adalah salah satu anggota Sat 81 Gultor Kopassus TNI - AD. Masalah ini sempat menyulut “dendam lama” antara Marinir yang dulunya bernama KKO AL dengan Kopassus (RPKAD). Salah satu oknum prajurit taifib (Suud Rusli) yang juga pelaku eksekusi adalah didikan Batujajar setelah di Korps Marinir (taifib) sendiri. Makanya dalam penangkapan setelah lolos kesekian kalinya “sang guru dari Batujajar” ikut turun tangan walaupun ha. Anggota Sandhi Yudha menyebar dan dengan cepat mengetahui persembunyian pelaku pembunuhan anggota mereka. Tak asing karena oknum pelaku memakai pola ala Kopassus.
Seorang prajurit Taifib dapat melanjutkan pendidikan speasialisasinya sampai tingkat Madya (master) dengan mengikuti berbagai kursus yang terdapat di Marinir, TNI AL atau matra lainnya. Antara lain kursus Jumpmaster, Pertahanan Pangkalan, pelatih Jasmani, Sniper, Counter Terorist, Dakibu, medis, Pathfinder, ilmu tempur atas/bawah laut seperti selam tempur dengan close circuit dan peralatan. Mereka juga bisa menempuh Secaba/Secapa apabila memenuhi persyaratan yang ditentukan.Selain itu jabatan strategis kelak bisa didapat baik di lingkungan Marinir sendiri, TNI AL ataupun lainnya lantaran latar belakang di Taifib yang memang penuh dengan segudang kemampuan. Tak hanya bertempur, seorang prajurit Taifib modern juga diajarkan bagaimana sistem manajemen perkantoran modern. Sebagai pasukan khusus, tentu saja pendapatan mereka berbeda dengan pasukan marinir lainnya. Namun tidak dijelaskan secara rinci berapa pendapatan pasukan khusus baret ungu ini. Mungkin nama Taifib sebagai pasukan khususnya Marinir mungkin kurang “ngetop” sebab yang membedakan prajurit taifib dengan Marinir biasa hanyalah BREVET yang tidak semua orang mengetahuinya sedang warna baret dan lambang lainnya tetap sama dengan marinir biasa. Nasib serupa memang dialami oleh pasukan “kembaran” nya di KOSTRAD. Yang paling membedakan prajurit Ton Tai Pur dengan prajurit infanteri KOSTRAD lainnya hanyalah PDL sus berwarna hitam hitam yang kerap dipakai dan badge Ton Tai Pur yang diletakkan di bawah kantong sebelah kiri. Apabila kedua satuan khusus ini memakai PDL loreng TNI, maka akan sulit bagi kita mengidentifikasinya.
C. Taifib Arsenals
Ø Senjata Serbu : SS 1+SPG 40mm, MP 5, Pistol Sig Sauer P226, AK – 47,Uzi
Ø Senjata Sniper : Galil kaliber 7,62mm, SIG SG 550 kaliber 5,56mm
Ø Senjata Mesin : Minimi, Ultimax 100
Ø Perangkat Selam : Spiro, OxyNG, DPV+ Baterai Kering, sensor navigasi,radio komunikasi portable.
 
G. RENTANG PENUGASAN
Rentang penugasan para pasukan elit Marinir TNI - AL ini sangat panjang dan tak melulu bertugas hanya sebagai salah satu elemen bagi operasi amfibi. Mereka sering kali terlibat pertempuran frontal dari darat ke darat diberbagai operasi militer. Marinir seringkali bertempur bersama TNI – AD walaupun sebenarnya wilayah operasi tempur amfibi Korps Marinir hanya dibatasi ± 8 Km dari pantai. Mulai dari awal terbentuk, Taifib (dulu bernama KIPAM) terlibat dalam semua operasi tempur TNI sebagai elemen dari operasi amfibi maupun operasi tempur mandiri di darat bersama pasukan khusus TNI lainnya. Sebagai elemen inti dari pasukan pendarat Korps Marinir, Taifib senantiasa dikirim terlebih dahulu ke medan tempur sebelum pasukan pendarat reguler diturunkan. Jalan menuju titik persiapan pendaratan dilalui melalui 2 cara yaitu lewat pendaratan dengan menggunakan perahu karet atau melalui penerjunan Free fall dengan metode HAHO/HALO. Kiprah pasukan Taifib di dekade tahun 60-an sampai sekarang merupakan prestasi yang membanggakan sekaligus keberhasilan dari tradisi pendidikan Taifib yang keras selama puluhan tahun. Taifib terlibat beberapa operasi tempur berskala besar juga beberapa operasi tertutup off the record bersama Kopassus, Kopaska dan Paskhas. Tahun 1965 anggota KIPAM berhasil mengangkat jenazah para pahlawan revolusi. Namun sebelum itu, KIPAM terlibat perang frontal dari darat ke darat dengan berbagai gerakan separatis mulai dari operasi menumpas APRA, PRRI/Permesta, dan DI/TII. Setelah itu Komando Tri Kora membuat pasukan elit baret ungu ini bertempur sampai titik darah penghabisan walaupun dalam kenyataannya pertempuran dan pendaratan amfibi berskala besar tidak terjadi. Kumandang “Ganyang Malaysia” Dwi Kora juga mengharuskan Korps Marinir (KKO) merelakan 2 prajuritnya terbaiknya yang berasal dari KIPAM gugur di tiang gantungan di Singapura karena tertangkap sesaat setelah memasang bom untuk meledakkan objek vital di Malaysia. Setelah itu Taifib terlibat dalam operasi tempur dalam operasi Seroja dengan tugas menentukan dan menyiapkan titik pendaratan, mengumpulkan data intelijen sekaligus menyerbu markas fretilin walaupun persenjataan dan logistik terbatas, Operasi Papua (memberangus OPM), Ambon (menyekat kerusuhan SARA), dan yang terakhir operasi pemulihan keamanan di NAD. Taifib bersama Kopassus membebaskan sandera warganegara asing di Maduma Papua tahun 1996. Persaudaraan (marines brotherhood) dan pengalaman bertempur puluhan tahun di darat dan laut membuat Taifib adalah satuan yang tergolong “unik” dalam satuan khusus TNI. Selain itu anggota Taifib juga ditugaskan menjadi anggota kontingen Garuda di bawah bendera PBB. Taifib juga dipercaya sebagai perancang latihan tehnis bagi Regu Pandu Tempur Yonif Marinir secara terpusat yang diadakan di Puslatpur Antralina Sukabumi. Rupanpur adalah “special forces” nya Yonif Marinir. Bersama Kopaska, Taifib mengembangkan sistem Naval Special Warfare yang terus dimodifikasi tiap waktu sesuai perkembangan tehnologi dan taktik militer dalam peperangan laut khusus. Latihan penanggulangan teror aspek laut terutama di kapal niaga, pantai dan pelabuhan, objek vital lepas pantai, bahkan perkantoran, bus serta pusat keramaian sering dilaksanakan baik di Yonif Taifibmar 1 maupun 2. Anggota pilihan Taifib diseleksi lagi untuk menjadi anggota Detasemen Jala Mengkara. Sebuah detasemen khusus di bawah Korps Marinir yang bertugas menanggulangi penanggulangan teror aspek laut. Pasukan Taifib tergabung dalam Yon Gab TNI bersama Kopassus, Paskhas dan Kopaska yang disebut “RAJAWALI”.
 
H. DETASEMEN JALA MENGKARA
Detasemen Jala Mengkara sebenarnya adalah detasemen dengan personel gabungan antara Taifib Marinir dan Kopaska. namun secara komando pembinaan detasemen ini berada dalam komando Korps Marinir. Berdiri tahun 1982, terinsipirasi dari berbagai pembajakan laut di selat Malaka maka KSAL memandang diperlukan pasukan khusus laut (PASUSLA) dalam lingkungan TNI AL. Gagasan ini disetujui Panglima TNI. Maka dibentuklah pasukan dengan nama Jala Mengkara yang setingkat detasemen. Pendidikan pasukan ini terbilang “gabungan” antara ilmu Kopaska dan Taifib. Anggota Taifib dan Kopaska yang diseleksi detasemen khusus ini diseleksi sangat ketat. Terutama tentang kesehatan, renang, para, penyelaman tempur, anti teror, pengetahuan militer terutama senjata api dan peledak serta psikologi. Calon anggota Den Jaka di didik dengan program yang dikenal dengan nama PTAL (Penanggulangan Teror Aspek Laut) selama 6 bulan. Dengan diadakan penyempurnaan tahun 1997, maka resmilah Pasusla bernama Detasemen Jala Mengkara. PTAL dibagi dalam 4 tahap yaitu : 7 hari tahap prabakti (orientasi) disini siswa bagai siswa “bau kencur” dipelonco bersama rekan dari Kopaska untuk menerima indoktrinasi dan penyamaan persepsi tentang Naval Special Warfare dari senior mereka. Selanjutnya adalah teori di kelas selama 90 hari, praktik dari teori di kelas selama 65 hari dan tahap konsolidasi (berganda) selama 3 hari atau lebih. Setelah lulus dari tahap akhir maka personel baru berhak memakai brevet anti teror TNI AL dan brevet lainnya yang didapat di PTAL juga baret baru berlambang brevet anti teror Denjaka yang berwarna merah maroon. Komposisi pasukan Den Jaka “mirip” dengan komposisi satuan 81 Gultor di Kopassus TNI AD. Mereka terbagi dari tim penyerang, bantuan tehnis, peralata dan tim pelatih. Anggota Denjaka menguasai ilmu juri dengan ilmu semacam tenaga dalam untuk bertempur dalam keadaan terjepit dan dengan persenjataan minim. Kemanapun mereka pergi betempur selalu dilengkapi dengan Pistol SIG Sauer P-226, MP 5, Pistol mitraliur UZI serta senapan runduk SG kaliber 5, 56 mm, peralatan selam tempur, terjun payung, NVG, alat navigasi dan perahu karet. Keberhasilan di NAD yang cukup membuat petinggi TNI tercengang adalah mengungkap kasus penculikan Dan Satgas Recong Sakti XI Mayor (Mar) Edianto Abbas dan anggota KODIM 0103 Serda Syarifuddin. Tim yang hanya 3 orang itu “menerobos” kantong GAM dengan penyamaran yang mengagumkan untuk mengantongi info dan data intelijen. Den Jaka diturunkan pada operasi pemulihan keamanan sebagai elemen intai tempur TNI bersama Ton Tai Pur dan Kopassus Grup III. Mereka memberikan data intelijen yang berkategori “A1” sehingga sangat menunjang keberhasilan operasi pasukan TNI.
Saat ini komposisi pasukan Den Jaka terdiri dari 1 detasemen markas, 1 tim tehnis, dan 3 tim tempur yang dinamai Alpha, Bravo dan Charlie. Mereka bermarkas di Bhumi Marinir Cilandak. Den Jaka juga sering berlatih dengan Detasemen sejenis seperti Gultor dan Bravo. Mereka berlatih dengan US NAVY Seals untuk mendapat ilmu tempur baru seputar penanggulangan teror terutama aspek laut.
 

Panglima TNI: Perwira Tinggi Tak Boleh Duduk di Menara Gading

Panglima TNI: Perwira Tinggi Tak Boleh Duduk di Menara GadingPerayaan Hari Santri Nasional. (CNNIndonesia Photographer/Adhi Wicaksono) Jakarta, CNN 
 
Panglima Tentara Nasional Indonesia, Jenderal Gatot Nurmantyo memimpin upacara kenaikan pangkat bagi 15 perwira tinggi militer. Pada acara seremonial tersebut Gatot menyatakan, semakin tinggi jabatan yang diemban seorang perwira semakin besar pula tanggung jawab yang mereka pegang.
"Seorang perwira tinggi tidak lagi duduk di menara gading, tetapi juga harus bekerja keras dalam rangka mencapai tugas pokok yang diembankan kepadanya," ujar Gatot di Markas Besar TNI, Cilangkap, Jakarta, Senin (9/11).
Gatot menuturkan institusi militer menuntut para perwira tinggi untuk memberikan kontribusi positif bagi pembinaan satuan dengan tetap berpedoman profesionalitas, ketangguhan, modernisasi, wawasan kebangsaan, dan kecintaan terhadap masyarakat.
Gatot mengatakan kenaikan pangkat sebenarnya merupakan sumber motivasi dan inspirasi bagi para perwira tinggi negara. Di satu sisi, promosi tersebut adalah bentuk penghargaan negara terhadap anggota militer.
Terdapat 15 perwira tinggi yang mendapatkan kenaikan pangkat, enam berasal dari Angkatan Darat, empat dari Angkatan Laut serta lima perwira berasal dari Angkatan Udara.
Beberapa perwira tinggi itu adalah Rektor Universitas Pertahanan Letjen I Wayan Midhio, Inspektur Jenderal Kemenko Polhukam Brigjen Amrin dan Wakil Kepala Staf Angkatan Udara Marsdya Hadiyan Sumintaatmadja.
Kepada CNN Indonesia Hadiyan menuturkan seluruh perwira tinggi yang mendapatkan kenaikan pangkat akan menghadapi tantangan yang sama. Sebagai Wakasau, ia berkata, akan memikul tanggung jawab pertahanan udara yang begitu luas dan kompleks.
"Tantangan ke depan tidak semakin ringan. Ada kemajuan teknologi yang harus diikuti," ucapnya.
Hadiyan mengestafetkan target kerja Komando Pertahanan Udara Nasional kepada penerusnya, Marsda Abdul Muis. Ia berkata, radar merupakan instrumen penting untuk mengawasi pertahanan udara yang harus terus ditambah jumlahnya.
"Sebenarnya tidak hanya radar, tapi juga alat penindaknya, baik pesawat dan peluru kendali," katanya.
 

Sulitnya Meraih Baret Intai Amfibi

  Prajurit pasukan khusus Intai Amfibi Marinir TNI AL melakukan "Swamp Forest Patrol" atau patroli dalam rawa kawasan hutan bakau Parang Kursi, Lampon, Pesanggaran, Banyuwangi, Jawa Timur, Rabu (8/4).

Lulusan pendidikan Taifib disegani sekaligus ditakuti. Mereka adalah pasukan inti di Kesatuan Marinir yang mempunyai kemampuan di atas rata-rata. Kemampuan tersebut diraih setelah ditempa melalui pendidikan yang sangat ketat serta melewati ujian yang sangat berat selama sepuluh bulan.

Tidak heran, di antara ratusan prajurit yang mengikuti seleksi pendidikan Taifib, hanya puluhan bahkan belasan orang yang diterima. Mereka itulah yang kemudian digodok di kawah candradimuka di Situbondo. Mereka yang tak lulus dikembalikan ke kesatuannya semula di Marinir.

Selain fisik prima, calon Taifib juga dituntut memiliki IQ tinggi. Sebab, pasukan elite yang sering digunakan untuk penyusupan di daerah operasi itu harus mampu menghadapi berbagai masalah, baik secara individu maupun kelompok.

Selama pendidikan, teori di kelas hanya 20 persen. Selebihnya di lapangan, seperti hutan, laut, bahkan udara. Mereka harus mempunyai kemampuan terbaik di darat, laut, dan udara. Mereka dituntut mampu melaksanakan tugas rahasia secara sempurna di ketiga medan tersebut.

Untuk mencapai semua itu, diperlukan pendidikan yang sangat keras dan ketat. Mereka harus mampu menyusup dengan terjun payung, bergerak lincah di laut dengan daya tahan tinggi, serta survive di darat.

Mereka ditempa di tengah ombak ganas di Laut Banyuwangi, yang biasanya menghanyutkan perahu nelayan. Dengan tangan dan kaki diikat, para prajurit tersebut dibuang ke laut ganas itu. Mereka harus mampu bertahan sekaligus menyelamatkan diri.

Kenapa sampai demikian? Bila sewaktu-waktu prajurit trimedia (menguasai medan darat, laut, dan udara) itu dibuang ke laut dalam keadaan tangan dan kaki terikat oleh musuh, mereka akan mampu menyelamatkan diri.


Setelah melawan ombak besar di laut, mereka juga dituntut bertahan hidup di hutan tanpa perbekalan sedikit pun. Untuk menguji daya tahannya itu, para prajurit terpilih tersebut dilepas di tengah hutan dengan hanya bermodalkan garam. Air minum pun tidak diperkenankan dibawa. Selebihnya, cari sendiri di hutan. Latihan itu dilakukan di Alas Purwo. Di sana, mereka dilepas untuk melatih ketahanan fisik dan kemampuan perorangan.

Di tengah hutan, mereka harus bertahan berhari-hari. Mereka tak jarang hanya makan binatang buas, seperti ular. Bila mampu menangkap monyet, hewan itu pulalah yang disantap. Selama tiga hari tiga malam, mereka tidur di tengah hutan rimba tersebut. Kadang-kadang, juga lebih,

“Saya pernah minum air untuk tambal ban di pinggir jalan Alas Purwo,” cerita mantan Direktur Sekolah Khusus (Dirsus) Marinir Kol (Mar) Buyung Lalana. “Meski air itu siang harinya digunakan untuk mengetes ban mobil dan sepeda motor yang pecah, rasanya nikmat sekali karena begitu haus,” kenang Buyung lagi.

Itu semua belum cukup. Soal pukul-memukul oleh instruktur untuk melatih mental bukanlah hal aneh di kalangan mereka. Wartawan koran ini pernah menyaksikan betapa kerasnya pelonco dari kakak angkatan untuk prajurit yang mengawali pendidikan. Mereka benar-benar harus siap mental dan fisik. Begitu kerasnya, tidaklah heran kalau di awal pendidikan itu, ada yang mengundurkan diri.

Untuk latihan udara, mereka bukan lagi dilatih terjun tempur seperti prajurit biasa. Kalau terjun tempur, begitu keluar dari pintu pesawat, payung sudah terbuka. Tapi, Taifib dilatih terjun bebas.

Yang menarik, terjun bebas itu tidak saja dilakukan siang, tapi juga tengah malam. Dengan begitu, bila sewaktu-waktu masuk ke sasaran musuh, mereka tidak harus lewat darat atau laut yang mudah dideteksi lawan. Para Taifib juga bisa diturunkan dari pesawat dengan ketinggian yang sulit terdeteksi musuh.

Untuk menghindari pendeteksian musuh, mereka harus piawai menyelam. Dengan menggunakan kompas, sambil menghitung derajat daerah sasaran, para Taifib harus bisa muncul di titik yang tepat.

Itu baru tahap latihan. Bila pelantikan atau dikenal dengan pembaretan, mereka harus jalan kaki siang malam. Itu sering dilakukan Banyuwangi-Surabaya. Mereka dilepas di Banyuwangi dan diperintahkan kumpul di Surabaya dalam waktu yang ditentukan. Bila naik kendaraan dan ketahuan instruktur, hukuman berat bakal dirasakan. Baretnya pun bakal tak hinggap di kepala.
 

Indonesia Tahap Finalisasi Kerja sama Konstruksi KF-X/IF-X

  Model Pesawat KFX

PT Dirgantara Indonesia (Persero) masih bekerja menuju fase akhir kerjasama pembuatan pesawat tempur siluman multirole IF-X. PT DI akan bekerjasama dengan Defence Acquisition Program Administration (Dapa) Korea Selatan memproduksi pesawat tempur IF-X untuk Angkatan Udara Indonesia. IF-X adalah nama yang diberikan untuk versi Indonesia, sedangkan versi Korea menggunakan nama KF-X.

Ade Yuyu Wahyuana, VP Business Development & Marketing PTDI, mengatakan kepada Daily News, “Kami masih melakukan diskusi yang intensif untuk mendapatkan 30% kerjasama konstruksi, dan perjanjian kerjasama konstruksi tersebut belum ditandatangani dengan Dapa “.

“Kami melihat dua pekerjaan besar, paket engineering work package dan aircraft manufacturing untuk KF-X.” Ade melanjutkan, “Kami tidak berniat untuk menjadi produsen pesawat tempur. Kami ingin memanfaatkan teknologi yang kami peroleh dari program ini untuk program pesawat komersial kami. Prioritas utama bagi PTDI adalah memberikan pesawat tempur IF-X yang terbaik yang sesuai dengan persyaratan operasional Angkatan Udara Indonesia ”.


“Akan ada beberapa perbedaan antara KF-X Korea dan IF-X Indonesia, dan kami masih mencari cara untuk memenuhi persyaratan ini,” kata Ade. Beberapa perbedaan antara IF-X dan KF-X adalah, rem parasut untuk pendaratan, probe pengisian bahan bakar di udara, dan tangki bahan bakar cadangan untuk meningkatkan jangkauan.

KF-X dan IF-X adalah pesawat tempur siluman generasi 4,5 yang tersedia dalam konfigurasi kokpit tunggal dan tandem. Pesawat tempur memiliki desain aerodinamis canggih dan fitur siluman seperti integrated chine dan faceted fuselage, caret shape ramp intake dan a diamond Shape Wing.

KF-X /IF-X akan dilengkapi dengan radar AESA dan avionic canggih. Berkemampuan mengangkut persenjataan hingga £ 16.000 (7250 kg) pada 10 cantelan senjata disayap dan bawah badan pesawat, juga dilengkapi empat hard poin didalam badan pesawat untuk rudal AMRAAM.
 
Dailynews