Selasa, 11 Agustus 2015

Panser Anoa Mortar Version

  image
image
image
image
image
image
image
Pindad terus mengembangkan varian dari Panser Anoa, setelah versi APC, IFV, Ambulance, Recovery dan sebagainya, kini muncul versi pengankut Mortir atau Mortar Version.

pr1v4t33r
Defence.pk

Lanud RSN Siap Operasikan Jet Tempur Canggih

  Jet tempur F-16 (Fajar Adriyanto)
Jet tempur F-16 (Fajar Adriyanto)

Pangkalan Udara (Lanud) TNI-AU Roesmin Nurjadin (RSN) Pekanbaru, Riau, akhirnya resmi naik menjadi tipe A. Dengan begitu, RSN menjadi satu-satunya Pangkalan Udara TNI-AU bertipe A di wilayah Sumatera.
Kepala Penerangan (Kapen) Lanud RSN, Kapten Sus Rizwar, Senin (3/8/2015) mengatakan, peresmian menjadi tipe A (sebelumnya tipe B,red) juga diiringi dengan pergantian jabatan Komandan Lanud RSN, yang sebelumnya ditempati Kolonel Pnb M Khairil Lubis.
“Digantikan oleh Kolonel Pnb Henri Alfiandi yang sebelumnya bertugas di Staf Pengamanan TNI-AU (Spamau), dan Serah Terima Jabatan (Sertijab) dilaksanakan pagi ini di Main Aphrone Base Ops Lanud RSN,” katanya.
Dengan kenaikan status ini, Lanud RSN menjadi satu-satunya Pangkalan Udara di Sumatera yang sudah bertipe A. Selain RSN, ada dua Lanud lainnya yang turut naik, diantaranya Lanud Supadio Pontianak dan Lanud Suryadarma Kalijati. Artinya sudah 10 Pangkalan Udara di Indonesia yang telah bertipe A, dengan kekuatan tempur yang memadai.
“Diantaranya Lanud Halim, Lanud Atang Sanjaya Bogor, Lanud Iswahyudi Madiun, Lanud Adisucipto Jogjakarta, Lanud Abdurrahman Soleh Malang, dan Lanud Sultan Hasanuddin Makassar. Ditambah tiga yang baru naik termasuk Lanud RSN,” ucapnya.
“Semua ini untuk memaksimalkan pengamanan udara di wilayah NKRI. Dengan kekuatan Alutsista seperti pesawat tempur Hawk dan F-16 yang sudah ada di Lanud RSN,” tukas Kapten Sus Rizwar.

GoRiau.com

Pembentukan Pasukan Raider Kostrad

  image
Pasukan Raider Yonif 321/Galuh Taruna Kostrad, melakukan latihan pertempuran jarak dekat di Pusdikpassus Batujajar, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, 6/7/2015.
image
image
Kompi latihan C yang berjumlah 128 personil melaksanakan salah satu materi pelajaran di dalam masa latihan pembentukan Raider Yonif 321/Galuh Taruna, yaitu Pertempuran Jarak Dekat (PJD).
image
image
PJD merupakan pertempuran yang dilakukan dalam jarak dekat atau di dalam ruangan yang bersifat agresif, dadakan, surprise dan selektif fire. Para personil melaksanakan latihan dengan penuh semangat dan antusias. Mereka juga melaksanakan menembak basah dengan menggunakan munisi hampa dan munisi tajam. Kegiatan didampingi para pelatih.
image
Batalyon Infanteri 321/Galuh Taruna atau Yonif 321/GT merupakan Batalyon infanteri yang berada di bawah kendali komando Brigade Infanteri 13/Galuh, Divisi Infanteri 1/Kostrad. Markas Komando (mako) berada di Jalan Kyai Haji Abdul Halim, Majalengka (45418), Jawa Barat.

Republika.co.id
Foto: pr1v4t33r – defence.pk

Tiga Lanud TNI AU Resmi Naik Kelas, Kanon Oerlikon Skyshield Siap Beraksi

IMG_20141106_153651
Hari Senin lalu (3/8/2015), diwartakan ada tiga lanud TNI AU yang naik ‘kelas,’ dari tipe B ke tipe A. Ketiganya adalah lanud Supadio di Pontianak, lanud Roesmin Nurjadin di Pekanbaru, dan lanud Suryadarma di Subang. Naiknya status ketiga lanud menyiratkan peningkatan peran untuk mendukung misi strategis operasi udara.
Eksistensi lanud tipe A saat ini bisa disiratkan sebagai tempat bernaungnya Skadron Udara, terlebih pada keberadaan Skadron Tempur. Ambil contoh seperti lanud Iswahjudi di Madiun, lanud Hasanuddin di Makassar, lanud Abdurahman Saleh di Malang, dan lanud Halim Perdanukusumah. Yang disebut terakhir resminya memang tidak menaungi home base Skadron Tempur, tapi karena coverage-nya yang strategis untuk memayungi Ibu kota, di lanud Halim berlaku garnisun CAP (Combat Air Patrol) yang dilakukan bergiliran antar Skadron Tempur. Lain dari itu, lanud Halim menjadi rumah bagi beberapa skadron transport. Oleh karena mengemban peran strategis, lanud tipe A sejak awal dipimpin oleh perwira tinggi bintang satu.
1384066_968705596489103_3243297393611027129_n
Nah, terkait dengan naik kelasnya tiga lanud diatas, memang langsung berhubungan dengan elemen alutsista. Sebut saja lanud Roesmin Nurjadin menjadi home base Skadron Udara 16 yang berisi F-16 C/D Fighting Falcon, kemudian lanud Supadio meski sejak lama menjadi sarang Skadron Udara 1 Elang Khatulistiwa yang ditempati jet Hawk 109/209, baru-baru ini resmi menjadi home base bagi Skadron Udara 51, ini merupakan skadron UAV (drone) pertama yang ada di lingkup TNI AU. Dan terakhir lanud Suryadarma, meski sejak lama kondang sebagai home base helikopter latih, tapi ada proyeksi kedepan untuk dijadikan markas Skadron baru untuk helikopter Combat SAR EC-725 Super Cougar yang tak lama lagi dioperasikan.
10409118_10152503880482638_4773353747120442479_n
Karena ‘padatnya’ alutsista di lanud tipe A, maka unsur pertahanan pangkalan juga mutlak ditingkatkan. Selain keberadaan rudal MANPADS QW-3 yang melekat pada satuan Paskhas, sista lain yang diproyeksikan menjadi perisai lanud tipe A adalah kanon reaksi cepat Skyshield buatan Oerlikon Contraves – Rheinmetall Defence. Kanon laras tunggal ini dapat melontarkan proyektil hingga kecepatan 1.440 meter per detik dengan jangakaun tembak efektif hingga 4 kilometer. (HANS)


Indomil.

Jelang Kedatangan Changbogo Class, TNI AL Percepatan Pembangunan Pangkalan Kapal Selam di Palu

new
Menjelang kehadiran unit perdana Changbogo Class yang dijadwalkan pada awal tahun 2017, Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan, Tedjo Edhy Purdijatno, mengutarakan akan mempercepat realisasi pembangunan pangkalan kapal selam di Lanal Watusampu, Palu, Sulawesi Tengah.
Kepala Dinas Penerangan TNI AL (Kadispenal), Laksamana Pertama TNI M Zainudin, mengungkapkan, saat ini pihaknya memang terus melakukan upaya pengembangan pembangunan pangkalan kapal selam di Palu, Sulawesi Tengah. Pengembangan ini pun diharapkan selesai pada saat kedatangan dua kapal selam baru yang dipesan dari Korea Selatan.
Suasana Lanal Palu
Suasana Lanal Palu
Dikutip dari Republika.co,id (26/7/201), rampungnya pembangunan pangkalan itu nantinya dapat mendukung kedatangan dua kapal selam baru yang memperkuat TNI AL tersebut. ”Dua (kapal selam baru) di awal 2017 dan di akhir 2017. Jadi (pembangunan pangkalan kapal selam) diharapkan bisa sudah siap di awal 2017,” kata Zainudin.
4-1024x496
Kadispenal menambahkan, dalam upaya pembangunan pangkalan kapal selam itu, pihaknya melaksanakan secara bertahap. Selain itu, pembangunan itu disesuaikan dan berdasarkan anggaran yang didapat dari APBN. Saat ini, pembangunan dermaga dan dok untuk kapal selam sudah hampir rampung diselesaikan.
Saat ini, TNI AL baru memiliki dua kapal selam, yaitu KRI Cakra 401 dan KRI Nanggala 402. Dua kapal selam itu pun sudah tergolong cukup tua dan beroperasi sejak 1980 silam. Alhasil, pemerintah lewat Kementerian Pertahanan telah menyepakati soal pembelian tiga kapal selam jenis Changbogo dengan skema transfer of techology (ToT). Dimana unit kapal selam ketiga, nantinya akan dibangun di galangan PT PAL Surabaya. Sementara untuk dua unit yang datang di tahun 2017, dibuat di Korea Selatan oleh perusahaan galangan kapal Daewoo Shipbuilding and Marine Engineering (DSME). (Sam)

KRI Teluk Banten 516: Landing Ship Tank dengan Kemampuan Sebagai Kapal Markas

dewantoro2(1)
Jika dilihat saat ini, debut kapal perang buatan Korea Selatan ini serasa ‘pudar,’ maklum untuk peran angkut tank sebagasi asasinya, di kelas LST (Landing Ship Tank) kini yang paling besar dipegang KRI Teluk Bintuni 520. Sementara untuk mobilitas angkut logistik dan peran ekstra sebagai kapal markas, TNI AL cenderung mempercayakan armada LPD (Landing Plarform Dock) yang punya fasilitas modern, daya angkut besar dan fasilitas helipad plus hangar yang bisa menampung helikopter kelas medium.
kri-teluk-banten-51671IMG_20140906_140207
Yang dimaksud penulis dalam paragraf diatas adalah KRI Teluk Banten 516, sebuah kapal LST yang masuk dalam Teluk Semangka Class. Seperti diketahui, TNI AL pada awakl tahun 1980 memesan paket enam LST yang dibeli gress dari galangan kapal Tacoma SY (sekarang Hanjin Heavy Industries), Korea Selatan. Pengadaan LST ini juga dibarengi dengan pembelian empat KCR (Kapal Cepat Rudal) Mandau Class dari galangan yang sama.
02062014-Embarkasi-Latgab-t
Keenam LST asal Tacoma SY terdiri dari KRI Teluk Semangka 512, KRI Teluk Penyu 513, KRI Teluk Mandar 514, KRI Teluk Sampit 515, KRI Teluk Banten 516, dan KRI Teluk Ende 517. Karena faktor usia, sang leader KRI Teluk Semangka 512 telah berakhir masa tugasnya dan dijadikan sasaran uji tembak rudal Exocet MM-40 block II buatan Prancis dan Torpedo SUT pada Mei 2013. Sementara sisa kelima LST hingga saat ini masih dioperasikan penuh oleh Satfib (Satuan Kapal Amfibi) TNI AL.
Dari pengamatan penulis, diantara keenam LST Teluk Semangka Class, KRI Teluk Banten 516 terasa yang lebih sering dikedepankan dalam operasi militer utama. Selain kodratnya sebagai wahana penghantar tank amfibi dan pasukan Marinir, KRI Teluk Banten 516 beberapa kali dipercaya sebagai kapal markas. Salah satunya pada operasi Aru Jaya di tahun 1992 untuk menghalau masuknya kapal feri asal Portugal Lusitania Expresso yang berniat masuk ke perairan Timor Timur. Saat itu, KRI Teluk Banten 516 menjadi pusat kendali dari pergerakan beberapa kapal kombatan, seperti KRI Ki Hajar Dewantara 364, KRI Yos Sudarso 353 (Van Speijk Class), KRI Ngurah Rai 344 (Claude Jones/Samadikun Class), KRI Sorong 911 sebagai kapal tanker, KRI Kerapu 812, KRI Ajak 653, dan KRI Rakata 922.
IMG_20140703_151554

Kanon PSU Rheinmetall 20 mm.
Kanon PSU Rheinmetall 20 mm.
Apa yang membuat KRI Teluk Banten 516 terasa spesial? Jawabannya bisa beragam, penulis yang di tahun 1993 pernah ikut berlayar seharian dengan kapal ini beranggapan, untuk peran kapal markas, KRI Teluk Banten 516 memang ideal, karena punya dek helipad yang cukup besar, bisa di darati helikopet sedang. Dalam pelayaran, penulis sempat merasakan take off dan landing menaiki helikopter NBell-412 Puspenerbal. Lebih dari itu, helikopter sekelas NAS-332 Super Puma pun tak masalah mendarat di helipadnya. Perlu dicatat, hingga tahun 2005, tepatnya sebelum era LPD hadir, boleh dibilang fasilitas kapal perang TNI AL dengan helipad luas plus hangar berukuran besar memang hanya dipegang oleh jenis LST ini.
Ada kisah lain, pada tahun 1987 diadakan KTT Asean di Filipina pada tanggal 14 – 16 Desember. Saat itu di Filipina baru terjadi suksesi atas presiden Marcos dan situasi di sana sangat rawan, ledakan bom dan ancaman dari kaum militer pembangkang masih menghantui. Banyak pihak meminta untuk memindahkan KTT tersebut dari Filipina, tapi pemerintah Indonesia dengan tegas menolak usulan tersebut dan meyakinkan bahwa ke Filipina aman, untuk meyakinkan maka Mabes TNI membuat persiapan untuk mengirimkan armada AL ke Filipina.
Embarkasi pasukan Marinir.
Embarkasi pasukan Marinir.
KRI Teluk Ende 517, punya desain yang serupa KRI Teluk Banten 516.
KRI Teluk Ende 517, punya desain yang serupa KRI Teluk Banten 516.
KRI Teluk Ende 517.
KRI Teluk Ende 517.
KRI Teluk Ende 517.
KRI Teluk Ende 517.
Setelah persiapan dimulai maka TNI AL mengirimkan 5 kapal perang untuk membentuk Gugus Tugas pengamanan Presiden dengan 2 kapal bersandar di Manila dan 3 kapal stand by di tengah laut. Akhirnya ada dua kapal yang stand by di Manila adalah KRI Teluk Banten 516 dengan Helikopter Puma di geladaknya dan frigat KRI Wihelmus Zakaria Yohannes 332 (Tribal Class) yang berperan sebagai pengawal.
Meski masuk dalam Teluk Semangka Class, tapi KRI Teluk Banten 516 dan KRI Teluk Ende 517 tampil beda dari keempat saudaranya. Kedua kapal ini masuk dalam varian komando. Varian ini dicirikan dengan adanya superstructure berupa hangar yang desainnya cukup besar. Di dalam hangar ini bahkan dapat memuat 2 helikopter sekelas NBell-412 atau Super Puma dalam kondisi baling-baling dilipat. Sementara untuk deck heli hanya mampu menampung 1 unit heli ukuran sedang/berat.
Di varian komando ini hanya dapat membawa 2 unit LCVP(Landing, Craft, Vehicle, Personnel). Sementara untuk elemen persenjataan, terdapat dua pucuk kanon Bofors 40 mm pada haluan. Dan uniknya 2 pucuk kanon Bofors 40 mm pada ujung haluan tidak dilengkapi dengan penutup pelindung (terbuka). Ada lagi dua pucuk kanon 20 mm buatan Rheinmetall, dan 2 pucuk SMB (senapan mesin berat) kaliber 12,7 mm. Untuk sistem navigasi, menggunakan jenis radar JRC dan Raytheon. Bila KRI Teluk Banten 516 laris sebagai kapal markas, kembarannya KRI Teluk Ende 517 kerap diperankan sebagai kapal rumah sakit.
KRI Teluk Banten 516 ditenagai 2 mesin diesel dengan dua unit propeller berkekuatan 5.600 HP. Dalam gelar operasinya, kapal buatan Korea Selatan ini mampu membawa muatan pada kargo seberat 690 ton, atau bisa memuat 17 tank setingkat MBT (main battle tank). Sudah jadi langganan dalam gelar operasi amfibi, jenis LST ini membawa tank PT-76 dan pansam BTR-50 Korps Marinir.
LST Capana Class AL Venezuela
LST Capana Class AL Venezuela
LST Kojoonbong Class AL Korea Selatan
LST Kojoonbong Class AL Korea Selatan
Kabar terakhir yang dikutip dari situs tnial.mil.id (27/2/2014), KRI Teluk Banten 516 ikut dilibatkan dalam Operasi Benteng Paus 2014 untuk melaksanakan pengamanan perbatasan yang meliputi pencegahan dan penangkalan serta penindakan terhadap pelanggaran wilayah disekitar perbatasan Indonesia-Australia-Timur Leste.
Dirunut dari sejarahnya, Teluk Semangka Class merujuk pada rancangan LST Capana Class yang juga buatan Korea Selatan. Capana Class sebanyak empat unit dibangun untuk kebutuhan AL Venezuela pada tahun 1980. Kemudian di tahun 1990, AL Korea Selatan melakukan peningkatan kemampuan pada LST, dan kemudian diberi nama Kojoonbong Class. Kapal perang ini masuk ke segmen medium LST. Teluk Semangka Class dibangun dengan desain lebih kecil dan bobot lebih ringan dari Capana Class (bobot penuh 4.070 ton) dan Kojoonbong Class (bobot penuh 4.200 ton). (Haryo Adjie)

Spesifikasi KRI Teluk Banten 516
– Galangan : Tacoma SY (Hanjin Heavy Industries), Masan – Korea Selatan
– Dimensi : 100 x 15,4 x 4,2 meters
– Bobot penuh : 3.770 ton
– Bobot standar : 1.800 ton
– Mesin 2 diesels, 2 shafts, 6.860 bhp
– Kecepatan maksimum : 15 knots
– Jarak jelajah : 13.890 Km dengan kecepatan 13 knots
– Total kapasitas helikopter : 3 unit (dua di dalam hangar)
– Jumlah awak : 115
– Jumlah pasukan : 202 (Marinir)

Senin, 03 Agustus 2015

M1939 52-K: Meriam PSU “Heavy AA” Legendaris Arhanud Marinir TNI AL

oke
Meski agak sulit mendapatkan informasi resmi, namun ada fakta yang menunjukkan bahwa TNI juga memiliki meriam (PSU) penangkis serangan udara yang berkategori heavy AA (anti aircraft). Maklum selama ini publik lebih mengenal keberadaan meriam PSU paling banter di kaliber sedang, seperti meriam S-60 kaliber 57 mm dan Bofors 40 mm. Meski bukan lagi barang keluaran baru, nyatanya etalase alutsista Arhanud Marinir TNI AL justru punya kaliber yang lebih dahsyat, yakni lewat tipe meriam M1939 52-K yang berkaliber 85 mm.
Mengingat usianya yang tua, jika meriam ini masih aktif, tingkat kesiapan senjata ini agak diragukan, tapi toh 52-K adalah legenda tersendiri dalam jagad sista penangkis serangan udara. Bersama dengan M1939 61-K, meriam 52-K punya reputasi tinggi selama Perang Dunia Dua. Seperti halnya meriam 61-K, meriam 52-K hadir atas desakan kebutuhan Arhanud Uni Soviet untuk menghalau gempuran bomber NAZI Jerman.
oke-1
10852-k-85mm-m1939-aa-gun
Prestasi meriam ini pun layak diacungi jempol, selama berlangsungnya Perang Dunia Dua, total ada 4.047 pesawat Jerman yang dirontokkan oleh kru meriam ini. Hitungannya, untuk menjatuhkan satu pesawat menghabiskan 598 peluru. Karena kalibernya yang besar dan bobot amunisi yang relatif lebih berat, kecepatan tembak meriam ini hanya 10 -12 peluru per menit. Sebagai perbandingan meriam K-61 yang juga dipakai Arhanud Marinir TNI AL, kecepatan tembaknya bisa mencapai 60 peluru per menit. Meski begitu, K-52 punya keunggulan dalam hal jangkauan tembak, dengan kecepatan luncur proyektil 792 meter per detik, jarak tembak maksimum K-52 ini mencapai 15.000 meter. Sementara jarak tembak efektif (dalam sudut vertical) mencapai 10.500 meter. Dengan kemampuannya tersebut, wajar bila meriam ini jadi momok yang menakutkan bagi pesawat tempur yang terbang di ketinggian tinggi.
3026_4-auto_downl9214436161_96e57aa8e2_b

KS-12_85mm_anti-aicraft_gun
Dirunut dari sejarahnya, meriam K-52 dirancang oleh M. N. Loginov and G. D. Dorokhin, dan kemudian diproduksi dalam rentang 1939 hingga 1945. Keberadaan meriam ini di Indonesia diperkirakan terkait dengan kampanye operasi Trikora di awak tahun 60-an. Selain Indonesia, populasi meriam ini cukup merakyat di negara-negara sekutu Soviet, meski sebagian telah mengganti ke kaliber 100 mm.
Sempat hadir dalam model kit.
Sempat hadir dalam model kit.
Yang menarik dari meriam K-52 adalah pada larasnya yang mengambil basis laras pada tank. Dengan bobot total 4,5 ton, soal kelincahan memang tak terlalu maksimal, namun K-52 tetap dapat berputar 360 derajat dengan gerakan sudut elevasi laras antara -3 hingga 82 derajat. Pola pengisian amunisi tidak seperti meriam S-60, Bofors 40 mm dan 61-K yang menggunakan cartridge, di 52-K pengisian amunisi mengusung pola vertical sliding wedge. Sedangkan untuk mengantisipasi efek tolak balik dari laras menggunakan hydraulic buffer.
Tidak diketahui persis, apakah meriam ini masih operasional atau tidak, namun dari foto yang ada, meriam K-52 setidaknya pernah digunakan Batalyon Marinir Pertahanan Pangkalan (Yonmarharlan) TNI AL. (Haryo Adjie)

Spesifikasi M1939 K-52
– Kaliber : 85 mm (3.34 inchi)
– Panjang laras: 55 Cal
– Berat: 4.500 kg
– Panjang keseluruhan: 7,05 meter
– Lebar: 2,15 meter
– Tinggi: 2,25 meter
– Elevasi laras: -3 hingga 82 derajat
– Jarak tembak maksimum: 15.500 meter
– Jarak tembak efekif: 10.500 meter
– Jumlah awak: 7 orang