Selasa, 14 Juli 2015

AMX-10 PAC 90: Amphibious Fire Support Vehicle Korps Marinir TNI AL dari Era 80-an

fs8jpqsc
Dengan niatan memperbaharui alutsista, pada tahun 1981 Korps Marinir TNI AL mendapat pengadaan alutsista yang dibeli gress dari Perancis, yakni AMX-10 PAC 9 dan AMX-10P. Kedua ranpur amfibi ini di datangkan dalam jumlah besar (80 unit) untuk kelak bisa menggantikan peran ranpur lawas eks Uni Soviet, tank PT-76M dan BTR-50P yang legendaris.
AMX-10P-PAC-90AMX10_PAC90

Tapi harapan itu pupus, lantaran peran AMX-10 PAC 90 dan AMX-10P tidak dapat memenuhi standar operasi Korps Marinir. Walaupun kedua jenis tank tersebut merupakan jenis amfibi, pada beberapa kali uji latihan dan operasi untuk kemampuan di laut, nyatanya masih jauh dari kemampuan ranpur amfibi eks Uni Soviet, seperti tank PT-76M dan pansam BTR-50P. Dengan kondisi mesin di depan sebelah kanan, AMX-10 mengalami beberapa hambatan pada saat melaju di air/laut. Karena alasan tersebut, baik AMX-10 PAC 90 dan AMX-10P tidak lagi dioperasikan di laut, namun untuk tugas-tugas pada operasi di darat, kedua ranpur ini cukup handal digunakan.
pac90_03amx10
AMX-10 PAC 90 milik AD Singapura.
AMX-10 PAC 90 milik AD Singapura.
Konfigurasi awak dan pasukan pada AMX-10 PAC 90.
Konfigurasi awak dan pasukan pada AMX-10 PAC 90.
Malahan ada yang menyebut AMX-10 mudah terguling. Usut punya usut ternyata, AMX-10 memang sejak awal tidak direkomendasikan oleh Korps Marinir. Maklum di era orde baru pengadaan alat tempur erat dengan isu mark up dan lain-lain. Tapi kiprah AMX-10 PAC 90 dan AMX-10P bukan justru redup, justru kedua ranpur roda rantai ini cukup sering tampil dalam defile di depan publik. Sangat disayangkan, kedua ranpur yang punya teknologi canggih ini malah absen dalam beberapa operasi militer.
Lepas dari beberapa hal minor, sejatinya AMX-10 PAC 90 adalah tank modern berkemampuan amfibi yang dirancang handal. AMX-10 PAC 90 mengusung jenis kubah meriam TS-90, sementara kanon nya dipilih jenis GIAT CS-90F-90 mm high velocity. Dalam operasi tempur, AMX-10 PAC 90 dapat membawa 30 amunis. Untuk amunisi dapat membawa hulu ledak tipe HEAT (High Explosive Anti Tank), HE-FRAG (High Explosive Fragmentation), APFSDS (Armour-piercing fin-stabilized discarding-sabot), dan peluru asap. APFSDS dapat menembus plat baja dengan ketebalan 120 mm pada jarak 1.500 meter, sedangkan HEAT dapat melibas plat baja dengan ketebalan 320 mm pada ranpur. Sebagai senjata tambahan, ada senapan mesin kaliber 7,62 mm coaxial yang mengikuti arah putaran kubah.
f-amx_10p_02_of_130_11fd35_921a1853_orig
Untuk perlindungan, material lapis baja pada tank ini punya ketebalan 14,5 mm. Lebih dari itu, AMX-10 PAC 90 dengan tiga awak ini juga dibekali fasilitas perlindungan dari bahaya NBK (Nuklir Biologi dan Kimia). Awak tank ini terdiri dari komandan, gunner (juru tembak), dan driver. Hebatnya, tank ini masih mampu membawa empat personel infanteri, yang keluar masuk lewat pintu (ramp door) bagian belakang.
AMX-10 PAC 90 ditenagai mesin Hispano Suiza HS 115 multi fuel diesel. Mesin dapat menghasilkan tenaga hingga 280 HP. Bila di jalan raya, tank ini dapat melaju hingga 65 km per jam, sementara bila melaju di air, kecepatan bisa mencapai 2 km per jam. Untuk berenang, AMX-10 PAC 90 mengandalkan alur pergerakan roda rantai, bila ingin melaju lebih cepat, tank ini dapat dipasangkan dua waterjet sebagai opsi tambahan. Nah, bila berenang dengan bantuan waterjet, kecepatan di air bisa meningkat jadi 8 km per jam. (Haryo Adjie)
Spesifikasi AMX-10 PAC 90
spek

Pangkostrad Letjen Mulyono Ditunjuk sebagai KSAD?

Pangkostrad Letjen Mulyono
Pangkostrad Letjen Mulyono
Anggota Komisi I DPR RI fraksis PDI Perjuangan Charles Honoris menyebut jabatan Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) akan dijabat Letjen Mulyono.
“Ya, saya dengar-dengar informasinya, KSAD itu dijabat Mulyono,” ujar dia ketika ditemui di kompleks Mabes TNI Jakarta pada Selasa (14/7/2015).
Diketahui, saat ini Mulyono masih menjabat sebagai Panglima Komando Cadangan Strategis TNI Angkatan Darat (Pangkostrad). Sebelumnya, ia menjabat sebagai Panglima Kodam Jayakarta.
Charles mengapresiasi positif jika informasi itu benar. Mulyono, lanjut Charles, mempunyai rekam jejak jabatan yang cocok dengan tugas pokok dan fungsi sebagai Kepala Staf Angkatan Darat.
“Saat ini beliau kan Pangkostrad, sebelumnya dia memimpin Jakarta sebagai Pangdam Jaya. Beliau punya pengalaman memimpin sebuah pasukan,” ujar Charles.
Charles juga memuji gaya komunikasi Mulyono. Menurut dia, seorang KSAD memang harus memiliki kemampuan komunikasi yang baik sebab jabatan itu mengharuskan terus mendampingi Panglima untuk urusan dengan instansi lain.
Saat ditanya perihal kabar tersebut, Mulyono sendiri enggan berkomentar. “Jangan tanya ke saya, saya enggak boleh berkomentar,” ujar dia.
Namun, sebagai prajurit TNI, Mulyono selalu siap untuk ditugaskan ke manapun. “Namanya prajurit TNI harus selalu siap,” ujar dia. (Kompas)

Jenderal Gatot Tiga Kali Gantikan Posisi Moeldoko

Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo
Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo
Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo mengaku sudah tiga kali menggantikan posisi (Purn) Jenderal Moeldoko.
Seperti diketahui, sebelum memegang tampuk pimpinan militer, kedua Jenderal tersebut pernah menjabat sebagai Sekretaris Pribadi (Sespri) Wakil KSAD, Komandan Brigif-1/Jaya Sakti, serta Panglima TNI.
“Saya ketiga kali ini menggantikan Pak Moeldoko,” ujar Gatot usai upacara sertijab di plaza lapangan Mabes TNI, Cilangkap, Jakarta Timur, Selasa (14/7/2015).
Dalam waktu dekat, Gatot memastikan pihaknya akan melakukan optimalisasi guna meningkatkan operasional TNI. Selanjutnya, ia akan membangun hubungan dengan negara sahabat serta membangun sinergitas TNI-Polri serta lembaga lain.
“Pertama peningkatan opersional TNI secara terpadu melalui optimalisasi, membangun negara sahabat, dan membangun hubungan kelembagaan,” imbuhnya.
Gatot mengakui, tugas kedepan akan lebih sulit. Terlebih dengan berlakunya perekonomian global. Meski demikian, dengan semangat kebersamaan, ia yakin mampu memimpin prajuritnya.
“Tugas TNI kedepan tidaklah mudah, tapi saya percaya kita bisa,” pungkasnya. (Okezone)

Moeldoko Ingatkan Tugas Berat Panglima TNI

Moeldoko Ingatkan Tugas Berat Panglima TNI
Jenderal TNI Moeldoko dan Panglima Jenderal TNI Gatot Nurmantyo usai upacara Serah Terima Jabatan Panglima Tentara Nasional Indonesia (TNI), di Mabes TNI, Cilangkap, Jakarta Timur, Selasa (14/0/2015) (VIVA.co.id/Anhar Rizki Affandi)
Jenderal Moeldoko resmi purnatugas sebagai Panglima Tentara Nasional Indonesia (TNI).

Dia telah menyerahkan tongkat komando TNI kepada Panglima baru, Jenderal Gatot Nurmantyo, di Markas Besar TNI di Cilangkap, Jakarta, pada Selasa, 14 Juli 2015.

Moeldoko berpesan kepada Gatot tentang tugas berat Panglima TNI di masa mendatang. Tugas berat itu sebagaimana telah ditetapkan dalam Rencana Strategis (Renstra) dalam program yang disebut Minimum Essential Force (MEF) atau pemenuhan kekuatan pokok minimum pertahanan/militer.

Program itu dibagi dalam tiga tahap rencana strategis (renstra) yang dimulai tahun 2011 sampai 2024, yakni renstra I (2011-2014), renstra II (2015-2019), renstra III (2020-2024).

Secara umum meliputi pembangunan dan pengembangan kekuatan, pembangunan kesejahteraan, dan pemeliharaan alat utama sistem persenjataan (alutsista).

Menurut Moeldoko, renstra itu memang wajib dijalankan oleh siapa pun yang menjadi Panglima TNI. Tetapi masing-masing Panglima wajib mencurahkan segala daya dan pemikirannya untuk mewujudkan program-program itu.

Kalau program-program itu terwujud semua, Moeldoko mengaku sangat yakin TNI bakal menjadi kekuatan pertahanan negara yang profesional dan tangguh. TNI juga bakal menjadi kekuatan penentu di kawasan, terutama Asia Tenggara.

"Dalam renstra itulah, menurut konsep saya, terletak kemampuan dan kekuatan TNI pada pelaksanaan tugas dan kemampuan menciptakan stabilitas kawasan dalam rangka memberikan kontribusi positif terhadap stabilitas keamanan maritim Indonesia," ujar Moeldoko dalam serah-terima jabatan kepada Jenderal Gatot.

Dia juga berpesan kepada para prajurit serta pegawai negeri sipil TNI agar membangun soliditas dan optimilisasi pelaksanaan tugas pokok. Soalnya prajurit sangat penting bagi organisasi TNI.

"Saya berharap kepada prajurit TNI dan PNS TNI untuk mengerahkan dedikasi dan loyalitasnya kepada Panglima TNI," kata Moeldoko.

Moeldoko meyakini Jenderal Gatot Nurmantyo sebagai Panglima bakal menciptakan TNI yang profesional, modern, solid, militan, dan lebih sejahtera serta dicintai rakyat. Semua itu adalah indikator kemajuan TNI.

Dia meminta maaf kepada semua prajurit TNI karena pasti ada kekurangan selama menjabat Panglima. Lagi pula, dia berterus terang belum berbuat banyak untuk TNI.

"Saya menyampaikan mohon maaf lahir dan batin atas segala kekurangan dan kekhilafan," ujar Moeldoko. 
 

Moeldoko cocok jadi Menko Polhukam

Tantowi sebut Moeldoko cocok jadi Menko Polhukam
Tantowi Yahya (ANTARA FOTO/Dhoni Setiawan)
 
Wakil Ketua Komisi I DPR Tantowi Yahya menilai Jenderal Moeldoko cocok menjabat sebagai Menteri Koordinator bidang Politik Hukum dan Keamanan manakala Menko Polhukam Tedjo Edhy Pudijatno terkena "reshuffle" atau perombakan kabinet oleh Presiden Joko Widodo.

"Beliau bagus, cocok dan memenuhi persyaratan," kata Tantowi kepada wartawan di Jakarta, Senin.

Perombakan atau reshuffle Kabinet Kerja kabarnya akan dilakukan Presiden Joko Widodo setelah Hari Raya Idul Fitri 2015, salah satunya yang santer dicopot Menko Polhukam Tedjo Edhy Purdijatno.

Tedjo yang membawahi sejumlah kementerian penting, disebut kurang piawai dalam melakukan koordinasi, sinergi, berwibawa, dan dituntut untuk komunikasi dengan publik secara baik.

Menurut dia, sejumlah nama cocok ditempatkan untuk menganti posisi Tedjo, salah satunya ialah mantan Panglima TNI Jenderal TNI Moeldoko.

Ia menilai mulai prajurit hingga berpangkat jenderal, Moeldoko selalu menempati posisi strategis di dalam struktur militernya.

Selain mahir ilmu kemiliteran, Moeldoko juga telah meraih gelar Doktor (S-3) jurusan Administrasi Negara dari Universitas Indonesia.Kemampuan diplomasi dengan publik atau pun dengan lembaga legislatif, tidak kalah dengan para seniornya yang pernah menjabat Menko Polhukam, seperti Widodo AS dan Djoko Suyanto.

Kedekatannya dengan Presiden Jokowi selama ini, juga bisa menambah nilai plus dari sosok Moeldoko. Secara politik, Moeldoko adalah sosok yang masih diterima oleh semua pihak. Saat menjadi Panglima TNI, ia membawa TNI bersikap netral dalam Pemilu 2014.

Moeldoko selalu bisa menempatkan diri pada posisi sesungguhnya, yang membuat para tokoh politik seperti Megawati, Jusuf Kalla dan Prabowo tak pernah mengkritiknya.

Dengan kepemimpinan Moeldoko, mereka yang kadang sensitif terhadap manuver petinggi militer, untuk kali itu merasa tenteram dan tidak merasa terusik.

Memilih Moeldoko sebagai Menko Polhukam, juga keuntungan buat Jokowi. Seorang pemimpin sipil sesungguhnya membutuhkan pendamping seorang mantan militer (Moeldoko pensiun Agustus 2015) yang cerdas dan punya wawasan kebangsaan kuat. Tanpa itu, kekuatan pemimpin sipil bak seperti macan ompong.

Hingga saat ini, Moeldoko belum terkontaminasi oleh partai, sehingga oleh Jokowi bisa dijadikan partner yang baik dalam hal mengelola urusan politik, keamanan dan hukum. Dan bukan tidak mungkin keduanya akan terus bekerja sama di Pemilu 2019.

Gatot Nurmantyo resmi Panglima TNI

Gatot Nurmantyo resmi Panglima TNI
Panglima TNI Jenderal TNI Gatot Nurmantyo (kiri) berjabat tangan komando dengan Jenderal TNI Moeldoko (kanan) pada Upacara Serah Terima Jabatan di Plaza Mabes TNI, Cilangkap, Jakarta Timur, Selasa (14/7/15). (ANTARA FOTO/Widodo S. Jusuf) 
 
Jenderal TNI Gatot Nurmantyo resmi menjabat Panglima TNI untuk menggantikan Jenderal TNI Moeldoko yang memasuki masa pensiun dalam upacara serah terima jabatan Panglima TNI di Lapangan Plaza Mabes TNI Cilangkap, Jakarta Timur, Selasa.

Berdasarkan Keppres Nomor 49/TNI/2015, Presiden Joko Widodo menunjuk Jenderal Gatot Nurmantyo sebagai Panglima TNI. Presiden pun telah melantik Jenderal TNI Gatot Nurmantyo sebagai Panglima TNI.

Jenderal TNI Gatot Nurmantyo yang lahir di Tegal 13 Maret 1960 adalah lulusan Akabri 1982.

Mantan Kepala Staf TNI Angkatan Darat ini berpengalaman di kesatuan infanteri baret hijau Kostrad. Dia pernah menjabat Komandan Kodiklat TNI, Pangkostrad, Pangdam V Brawijaya dan Gubernur Akmil, hingga KSAD, serta sederet posisi strategis lainnya di TNI.

Saat menjabat KSAD ke-30, Jenderal Gatot ditunjuk Presiden keenam RI Susilo Bambang Yudhoyono pada 25 Juli 2014. Kemudian dipilih Presiden Jokowi sebagai Panglima TNI menggantikan Jenderal Moeldoko yang memasuki masa purna.

Selama kurun waktu 30 tahun pengabdian sebagai prajurit TNI, Jenderal TNI Gatot Nurmantyo memperoleh sejumlah tanda jasa antara lain Bintang Dharma, Bintang Yudha Dharma Pratama, Bintang Kartika Eka Paksi Pratama, Bintang Yudha Dharma Nararya, Bintang Kartika Eka Paksi Nararya.

Selain itu, Satya Lencana Kesetiaan VIII tahun, Satya Lencana Kesetiaan XVI tahun, Satya Lencana Kesetiaan XXIV tahun, Satya Lencana Raksaka Dharma, Satya Lencana Seroja, Satya Lencana Widya Sista.

Sebanyak 1.664 prajurit dari Angkatan Darat, Angkatan Laut, dan Angkatan Udara, akan menjadi saksi penobatan Panglima TNI yang baru.

Selain itu, beberapa alat utama sistem perhanan (alutsista) milik ketiga matra juga akan dipamerkan dalam upacara itu.

Empat unit tank Scorpion milik AD, empat unit kerdaraan taktis (rantis) Anoa,serta empat unit tank amfibi BMB kepunyaan Marinir. Lalu dua unit RM 70 Grand milik Marinir, dua unit LVT-7 kepunyaan Marinir.

Tak hanya itu, alutsista terbaru AU, dua unit pertahanan udara Orlikon milik Paskas, serta tiga unit helikopter dari AD, AL, dan AU juga turut disertakan dalam gelar persenjataan korps militer.
 

KCR 40 TNI AL Fully Armed

image
Meriam 6 barrel 30mm NG-18 Norinco di KCR 40 TNI AL
image
image
KCR 40 TNI AL (photo: pr1v4t33r /defence.pk)
image
KCR 40 TNI AL (photo: pr1v4t33r /defence.pk)
image
KCR 40 TNI AL
KCR 40 TNI AL
KCR 40 TNI AL
KCR 40 TNI AL
KCR 40 telah dilengkapi senjata secara penuh, sesuai dengan spesifikasi awal yang ditentukan. Di belakang ada dua Launcher rudal 705, di depan terpasang meriam 6 barrel 30mm, NG-18 Norinco dan di atas kapal ada dua senjata mesin. Kapal ini terakhir dibawa TNI AL dalam pameran maritim dan udara international LIMA 2015 di langkawi, Malaysia.