Selasa, 14 Juli 2015

SIG 550 Sniper: Senapan Runduk Andalan Korps Marinir di Kaliber 5,55 mm

image64
Heckler & Koch (H&K) G3/SG-1 dan Galil Galatz dikenal sebagai senapan runduk (sniper) yang digunakan TNI yang berasal dari rancangan senapan serbu (assault rifle). Tapi selain dua nama besar tersebut, masih ada senapan sniper lain yang juga berasal dari keluarga senapan serbu. Yang dimaksud adalah SIG 550 Sniper, salah satu senapan runduk yang dipakai unit infanteri Korps Marinir TNI AL.
SIG 550 Sniper atau kerap dikenal dengan label SIG SG550-1, merupakan produksi manufaktur asal Swiss, Schweizerische Industrie Gesellschaft (SIG) (kini Swiss Arms AG). Tidak seperti H&K G3/SG-1 dan Galil Galatz yang mengusung kaliber 7,62 mm, SIG 550 justru menggunakan kaliber 5,56 x 45 mm. SIG 550 bukan barang baru dalam inventaris Marinir TNI AL, dan dirunut dari sejarahnya, SIG 550 mulai diperkenalkan pada tahun 1989.
sg_550_sniperimage61
berita_133031_800x600_AsopsPanglimaTNITinjauLatihanPamVVIP4SG550sniper
Dari segi rancangan, SIG 550 Sniper berasal dari platform series SIG 550 yang kondang digunakan angkatan bersenjata Swiss, meski awalnya SIG 550 Sniper justru dipakai satuan elit di kepolisian Swiss. Militer Swiss sebelumnya telah melakukan beragam pengujian yang ketat untuk memastikan presisi dan kehandalan SIG 550, hingga akhirnya diputuskan resmi diadopsi untuk kebutuhan organik.
Sebagai keturunan dari senapan serbu yang sudah eksis, SIG 550 Sniper punya basis receiver yang serupa SIG 550 series, hanya karena dibuat untuk misi khusus, senjata sniper ini punya laras lebih lanjang yang tak dilengkapi flash hider, teleskop pembidik, pistol grip yang ergonomis, bipod pada ujung laras, dan area popor yang dapat disesuaikan untuk kenyamanan dalam menahan hentakan. SIG 550 punya keuggulan dalam hal akurasi, ini didasarkan pada laras heavy hammer-forged precision yang menghasilkan efek tolak balik rendah. Sistem gas-operated loading-nya menggunakan skema rotating bolt.
Briefcase SIG 550 dengan paket senjata lengkap.
Briefcase SIG 550 dengan paket senjata lengkap.
Bagian popor yang dapat disesuaikan.
Bagian popor yang dapat disesuaikan.

Dengan kapasitas magasin isi 5, 20, dan 30 peluru, SIG 550 beroperasi dengan mode semi otomatis, meski begitu, siklus kecepatan tembak bisa di setting mendekati kecepatan mode otomatis. Untuk memudahkan kontrol sisa amunisi, magasin dibuat dari bahan plastik yang transparan. Dengan kaliber yang familiar dengan senapan serbu standar (5,56 mm), ini menandakan bahwa SIG 55o mengarah sebagai bagian integral bagi sniper di dalam struktur regu, bukan untuk sniper murni.
550snipSIGSG550501px-550sniper
Dalam hal operasional, karena digunakan oleh pasukan berkualifikasi amfibi, urusan pemeliharan dan pembersihan senjata harus dibuat sederhana. Dan memang SIG 550 dapat dibongkar dan dipasang kembali dengan mudah tanpa bantuan alat apa pun.
Untuk dudukan teleskop di atas receiver, SIG 550 menggunakan mounting rails dengan standar NATO STANAG 2324, sehingga SIG 550 cocok dipasangkan dengan beragam tipe teleskop. Beberepa tipe teleskop yang biasa dipasang pada SIG 550 seperti Kahles ZFM 10x yang dilengkapi built in bullet drop compensator. Tipe teleskop lain ada Carl Zeiss, Hensoldt, dan Kern optics, dengan pembesaran hingga 10x.
Dari ulasan diatas, SIG 550 Sniper dapat melibas sasaran secara efektif hingga jarak 400 meter, dengan kecepatan lesat proyektil 940 meter per detik. Dengan pola rotating bolt, secara teori kecepatan tembak SIG 550 bisa mencapai 700 peluru per menit.
SIG 550 Sniper nyatanya juga kondang sebagai lakon di beberapa film action, sebut saja pernah digunakan oleh karakter The Professor dalam film Bourne Identity, dan yang paling baru, SIG 550 tampil dalam film Taken 3 yang dibintangi aktor Liam Neeson. Di Taken 3, SIG 550 digunakan oleh karakter antagonis, Oleg Malankov. (Haryo Adjie)
600px-Taken3_307
SIG 550 dalam film Taken 3

Spesifikasi SIG 550 Sniper
– Negara asal: Swiss
– Manufaktur: Swiss Arms AG (d/h SIG)
– Kaliber: 5,56 x 45 mm
– Berat: 7,02 kg
– Panjang: 1.130 mm (popor terbuka)/ 905 mm (popor terlipat)
– Panjang laras: 650 mm
– Magasin: 5/20 dan 30 peluru
– Jarak tembak efektif: 100 – 400 meter

KRI Karang Pilang 981: Nasib Kapal Angkut Sipil yang Terkena “Wajib Militer”

Karangpilang2
Wamil (wajib militer) nyatanya tak melulu ditujukan ke warga sipil, untuk memperkuat kebutuhan operasional, baik TNI AL dan TNI AU jamak menerima ‘wamil’ berupa limpahan wahana yang awalnya sebagai transportasi sipil. Di lingkup armada TNI AL, adalah Satban (Satuan Kapal Bantu) yang dipercaya mengkaryakan kapal-kapal eks sipil yang dikonversi sebagai kapal pengangkut pasukan. Nah, untuk urusan yang satu ini, TNI AL rupanya punya bebarapa varian.
Untuk kapal-kapal eks PT Pelni, diberi kode awalan Tanjung. Dan jadilah seperti yang kita kenal KRI Tanjung Kambani 971, KRI Tanjung Oisina 972, KRI Tanjung Nusanive 973, dan KRI Tanjung Fatagar 974. Sebagai eks kapal Pelni yang lumrah mengemban misi transportasi antar pulau jarak menengah – jauh, maka kapal-kapal dengan awalan ‘Tanjung’ punya tonase yang besar. Perannnya cukup strategis, seperti dalam pergeseran pasukan dalam jumlah besar. Di masa damai pun, kapal-kapal ini banyak dimanfaatkan untuk misi sosial.
KM Ambulu (kini KRI Karang Pilang 981)
KM Ambulu (kini KRI Karang Pilang 981)
Bagian buritan KRI Karang Pilang 981
Bagian buritan KRI Karang Pilang 981
Selain itu Satban juga punya kapal angkut cepat. Kapal-kapal ini merupakan limpahan dari PT ASDP (Angkutan Sungai Danau dan Penyeberan). Dari kualifikasinya masuk sebagai KFC (Kapal Ferry Cepat). Agar mudah mengkategorikannya, TNI AL memberi identitas awalan nama ‘Karang’ di setiap kapal. Yakni KRI Karang Pilang 981, KRI Karang Tekok 982, KRI Karang Banteng 983, KRI Karang Galang 984, dan KRI Karang Unarang 985. Proses hibah lima kapal ini dilaksanakan antara Departemen Perhubungan ke Departemen Pertahanan pada September 2005 dengan nilai Rp491 miliar. Alasan hibah kapal-kapal ini lantaran KFC mulai sepi peminat, kalah bersaing dengan tiket murah pesawat, dan biaya operasional KFC yang cukup tinggi.
KRI Karang Unarang 985.
KRI Karang Unarang 985.
KRI Karang Unarang dikembalikan sebagai wahana tranport sipil.
KRI Karang Unarang dikembalikan sebagai wahana tranport sipil.
Sebagai kapal cepat, armada KFC memang mampu ngebut layaknya MTB (Motor Torpedo Boat) Jaguar. KFC dibuat oleh galangan kapal Lurrsen (Fr. Lurssen Werft) di Bremen, Jerman pada tahun 1998. Mengandalkan empat Mesin Pendorong Pokok (MPK) bertenaga Water Jet, dapat dicapai kecepatan maksimal hingga 38 knot, serta kecepatan jelajah 30 knot. Namun, kemampuan dalam kecepatan yang menjadi ciri khas kapal buatan Jerman ini, rupanya menjadi batu sandungan dalam hal operasional. Kecepatan kapal identik dengan borosnya konsumsi bahan bakar. Sementara jika kapal boros bahan bakar, maka gelar operasionalnya akan menjadi sulit, mengingat keterbatasan anggaran.
Untuk itu, dua KFC (KRI Karang Pilang 981 dan KRI Karang Unarang 985) diputuskan guna dilakukan downgrade pada sistem propulsi. Penggantian sistem propulsi dari empat MPK menjadi dua MPK Shaft Propeler adalah usaha untuk menghemat bahan bakar. Kecepatan kapal turun drastis dari 38 knot menjadi 18 knot, namun dari segi konsumsi bahan bakar solar dapat menghemat pemakaian dari 2 ton per jam menjadi 2 ton per hari. Kapasitas maksimal BBM adalah 54 ton dengan kemampuan jelajah kapal mencapai 926 km.
KRI Karang Banteng 983.
KRI Karang Banteng 983.

Karena fungsinya juga sebagai kapal angkut militer, maka kapasitas penumpang kapal ini dikurangi untuk memberi tempat bagi peralatan militer yang akan diangkut, dari kapasitas awal 925 orang menjadi 600 orang. Meski mesinnya di downgrade, namun TNI AL melengkapi kapal ini dengan senjata anti serangan udara, khususnya pada KRI Karang Pilang dipasang dua pucuk kanon kaliber 20 mm. Proses modifikasi KRI Karang Pilang 981 dilaksanakan oleh Dock Ship Lift Divisi Kapal Perang PT. PAL. Meski tak punya kemampuan stealth, tapi dengan bodi yang streamline plus badan kapal terbuat dari alumunium, maka secara teknis jika terdeteksi radar kapal perang musuh, kapal ini akan tampak samar.
Dirunut dari sejarahnya, KM Ambulu (sekarang KRI Karang Pilang 981), KM Mahakam (KRI Karang Tekok 982), KM Serayu (KRI Karang Banteng 983), KM Cisadane (KRI Karang Galang 984), dan KM Barito (KRI Unarang 985). Pengoperasian dua kapal terakhir diserahkan ke Armada RI Kawasan Barat.

Jadi Tumbal
Saat menjadi wahana transportasi sipil diberi label KFC (Kapal Ferry Cepat), maka kini sudah berubah identitas dalam pengebutan, yakni sebagai KCAP (Kapal Cepat Angkut Personel) yang diawaki oleh 30 anak buah kapal dengan komandan dengan berpangkat mayor.
Sayangnya, kapal angkut cepat ini tinggal satu unit yang dioperasikan TNI AL, yakni KRI Karang Pilang 981. Dengan alasan kurang efisien dalam biaya operasional, satu per satu kapal asli Jerman ini mulai di purna tugaskan. Seperti KRI Karang Banteng 983 yang nasibnya dijadikan tumbal dalam latihan gabungan TNI pada Juni 2014. KRI Karang Banteng 983 dijadikan sasaran tembak rudal Exocet yang dilkepaskan dari korvet KRI Sultan Iskandar Muda 367. Sebelumnya KRI Karang Galang 984 sudah dikaramkan pada tahun 2008, saat itu kapal ini ditembakkan dengan rudal C-802 yang dilepaskan dari KRI Layang FPB-57 Nav V dalam Latihan Gabungan.
Lalu bagaimana dengan kisah Karang Unarang 985? KRI ini nasibnya masih mujur, karena pada tahun 2012 telah dihibahkan TNI AL kepada Pemerintah Kabupaten Sangihe, Sulawesi Utara, yang akan digunakan untuk mobilitas penumpang dan barang. Sebagai kapal angkut, sejatinya kelengkapan kapal ini terbilang modern, diantaranya adopsi sistem pemadaman sentral otomatis dengan menggunakan smoke detector. Tidak perlu pemadaman manual dengan menggunakan CO2 portabel seperti yang diterapkan di kapal-kapal lama. Begitu pula sistem kemudi sudah memakai joystick. (Bayu Pamungkas)

Spesifikasi KRI Karang Pilang 981
  • Panjang keseluruhan: 69,80 m
  • Panjang antara garis tegak (LBP): 62,00 m
  • Lebar: 10,40 m
  • Berat bersih : 493 metrik ton
  • Tangki BBM (FOT total): 54 ton
  • Kecepatan maksimum : 38 knot
  • Kecepatan jelajah : 30 knot
  • Jarak jelajah maksimum : 926 km
  • Daya mesin penggerak (MPK) 3.805 AW/2 unit.
  • Daya angkut sebanyak 600 pasukan.
Indomil.

Kamis, 09 Juli 2015

Kepolisian Australia Curigai Dua Pilot Indonesia Diradikalisasi ISIS


Laporan Kepolisian Federal Australia (Australian Federal Police, AFP) yang bocor ke media menyatakan dua orang pilot Indonesia bernama Ridwan Agustin dan Tommy Abu Alfatih patut diwaspadai karena kemungkinan besar telah diradikalisasi oleh kelompok teroris ISIS.
Kedua pilot itu, menurut laporan AFP yang berjudul "Identifikasi Daftar Pilot Indonesia yang Berpandangan Ekstrim", patut dicurgai sebagai ancaman serius.
Laporan AFP yang disusun bulan Maret 2015 itu bocor dan dimuat di website Amerika Serikat bernama The Intercept. Website itu menyatakan laporan AFP ini telah dibagi di kalangan penegak hukum di Turki, Yordania, Inggris, dan AS sendiri.
"Pada 16 Maret 2015, AFP menerima informasi bahwa dua orang pilot Indonesia, yang kemungkinan bekerja di AirAsia and PremiAir, telah memposting di laman Facebook mereka pernyataan dukungan bagi ISIS," demikian laporan AFP seperti dikutip The Intercept.
Disebutkan bahwa pilot bernama Tommy pernah ke Australia tahun lalu selain mengunjungi berbagai negara tujuan lainnya.
"Berdasarkan atas analisa isi akun Facebook mereka, dipercaya bahwa kedua orang ini telah dipengaruhi elemen-elemen radikal - paling tidak secara online - dan akibatnya, mungkin menimbulkan ancaman bagi keamanan," kata The Intercept mengutip apa yang mereka sebut laporan AFP.
Ditambahkan, "Kedua pilot tampaknya dipengaruhi elemen ISIS termasuk propaganda online oleh unsur radikal Indonesia dan oleh milisi ISIS asal Indonesia yang ada di Suriah atau Irak".
Hingga Kamis (9/7/2015) siang waktu Melbourne, pihak AFP menolak memberi penjelasan mengenai benar-tidaknya laporan tersebut.

Viva. 

Pengganti Hercules dan F-5 Tiger, Sudah Diusulkan ke Kemhan

A-400M Atlas
A-400M Atlas

Kepala Staf TNI Angkatan Udara Marsekal TNI Agus Supriatna mengaku sudah melakukan kajian untuk mengganti pesawat Hercules dengan pesawat angkut yang baru. Namun, penggantian pesawat itu menunggu keputusan dari Kementerian Pertahanan.
“Kita sudah bikin pengkajian tapi semua tergantung pemerintah. Kita jelas minta yang terbaru dan banyak. Dari Airbus Perancis ada, dari Amerika ada, dan dari Rusia ada,” kata KSAU di Mabes TNI Cilangkap, Jakarta Timur, Selasa (7/7/2015).
Ia mengaku sudah menyerahkan hasil kajian itu kepada Kemhan, namun keputusan untuk mengganti pesawat angkut TNI AU tergantung Kementerian Pertahanan.
“Rencana strategis tahun 2015-2019 ada. Ada pesawat tempur, pengganti F5. Pesawat angkut berat, pesawat helikopter berat, dan helikopter angkut besar,” katanya.
Dihubungi secara terpisah, Kepala Pusat Komunikasi Publik Kemenhan, Brigjen TNI Jundan Eko Bintoro membenarkan pengganti pesawat Hercules yaitu Airbus A400M asal Prancis atau Boeing C-17 milik Amerika Serikat. Kedua pesawat angkut tersebut memiliki kapasitas yang besar.
“Pesawat lebih besar, yang jelas itu baru, sekarang sudah disepakati kalau pengadaan mengutamakan yang baru, yang sudah terlanjur apa boleh buat ya sudah dilakukan. Pengadaan di Renstara II kemungkinan 2016 sampai 2018,” kata Jundan.
Kompas.com

T-50i Golden Eagle: Pesawat Tempur Taktis Modern Pencetak Pilot Fighter TNI AU

114304_159269_pesawat_persi
Masuk dalam kelompok penempur taktis, T-50i Golden Eagle yang punya predikat lighweight multirole fighter menjadi pelengkap dari keberadaan Hawk 109 dan Hawk 209. Dan bisa dibilang kini TNI AU punya tiga jenis jet tempur lapis kedua yang di-handle tiga Skadron Udara. Tapi kodrat lain T-50i juga menyandang gelar lead in fighter trainer, atau jet tempur latih lanjut, karena 16 unit T-50i yang memperkuat Skadron Udara 15, resmi menjadi pengganti Hawk MK.53.
Diproduksi oleh Korea Aerospace Industries (KAI) dengan dukungan teknologi Lockheed Martin, varian pertama dari keluarga T-50 terbang perdana pada tahun 2002, dan resmi diperkenalkan ke publik pada Februari 2005. Sebagai jet tempur dengan citarasa AS, T-50 tampil dengan desain menarik, seperti mengusung gaya hybrid antara F/A-18 Hornet pada sisi depan, dan sisi belakang (ekor dan mesin) mengacu pada konsep F-16 Fighting Falcon. Di negeri asalnya, T-50 memang di dapuk sebagai jet latih bagi penerbang untuk transisi ke jet F-16 atau F-15.
Keluarga T-50 secara keseluruhan terdiri dari T-50 (versi dasar), T-50B, TA-50, dan FA-50. Seri paling canggih sudah barang tentu FA-50 yang punya kapabiltas tempur paling tinggi. Tapi secara umum, KAI merancang tipe TA-50 dan FA-50 untuk misi tempur udara ke udara dan udara ke permukaan. Wujudnya, baik TA-50 dan FA-50 dilengkapi dengan kanon internal, sebaliknya T-50 dan T-50B yang diandalkan untuk tim aerobatic, hadir minus kanon internal.
T-50i-Golden-Eagle-TNI-AU159976
Tipe yang dibeli Indonesia adalah T-50i, atau merujuk ke tipe TA-50 yang dilengkapi kanon internal Vulcan M197 20 mm yang menjadi senjata organik. Kanon ini mengusung konsep gatling dengan tiga laras putar. Ditempatkan pada sisi kiri kokpit, serupa dengan penempatan kanon Vulcan pada jet F-16 yang memakai gatling dengan enam laras. Vulcan M197 juga digunakan pada helikopter serbu AH-1Z Cobra. Perihal keberadaan kanon internal, di awal kehadirann T-50i sempat menimbulkan kontroversi, karena dalam beberapa foto tidak terlihat adanya laras kanon di pesawat (T-50). Kami pun pernah mengupas tentang kanon M197 secara khusus di artikel terdahulu.
Tampak T-50i TNI AU sudah dengan ujung kanon internal terpasang.
Tampak T-50i TNI AU sudah dengan ujung kanon internal terpasang.
Sebaliknya di foto ini, ujung laras kanon internal dalam posisi ditutup atau belum terpasang.
Sebaliknya di foto ini, ujung laras kanon internal dalam posisi ditutup atau belum terpasang.
Di foto ini nampak ujung laras kanon internal juga belum terlihat.
Di foto ini nampak ujung laras kanon internal juga belum terlihat.

Total ada 16 unit T-50i yang memperkuat Skadron Udara 15 yang ber-home base di Lanud Iswahjudi, Madiun, Jawa Timur. Semua pesawat itu di kirim ke Indonesia secara bertahap, mulai bulan September 2013 hingga Februari 2014. Pesawat ini akan digunakan sebagai pesawat latih calon penerbang tempur. Delapan pesawat memiliki warna biru dan kuning khas tim aerobatik legendaris TNI AU Elang Biru. Sementara delapan pesawat lagi berwarna kamuflase hijau khas misi tempur.
Meski sudah dinobatkan sebagai elemen TT (Tempur Taktis), tapi ironisnya T-50i saat hadir di Indonesia belum dibekali radar udara. Hal ini menjadikan T-50i belum optimal 100% untuk misi tempur, macam CAP (Combat Air Patrol). Bila ada kebutuhan operasi pertahanan udara yang mendesak, T-50i memang masih tetap mampu beraksi dengan panduan dari radar ground control yang akan memandu pilot menuju sasaran. Namun untuk eksekusi tembakan, selanjutnya pilot hanya bisa mengandalkan kemampuan visual langsung. Karena tidak adanya perangkat radar, maka saat ini pada bagian dalam hidung pesawat hanya dibekali ballast (pemberat) agar pesawat seimbang.
3716935022_s6xXKHTc_TT-5007t-50-i-tni
Tentu saja, TNI AU kedepan berencana untuk melengkapi armada T-50i dengan radar agar pilot dapat beropeasi secara mandiri. Pilihan yang digariskan adalah jenis multimode radar AN/APG-67 besutan General Electric. Ini jenis radar yang dulu sempat digunakan pada prototipe F-20 Tigershark. Radar ini bisa mendeteksi target sejauh 80 nautical mile (148 km) pada mode air to air, air to surface, dan air to sea.
Kecanggihan T-50i terletak pada flight control system, diantaranya pesawat berkursi tandem ini sudah menggunakan fly by wire digital flight control, active stick technology, on board oxygen generation system (OBOGS), electrical emergency power unit, triple redundant electrical system, dan digital break by wire. Sementara pada bagian dalam kokpit, sudah terbenam layar HUD (head up display), integrated up front control, color multifunction displays, HOTAS (Hand on Throttle and Stick), dan untuk kursi lontar menggunakan Martin Baker MK1o. Untuk menunjang misi tempur, T-50i dibekali sistem GPS/INS, radio UHF/VHF, integrated IFF (identification friend or foe), radar altimeter, integrated mission computer, dan radar warning receivers (RWR), sehingga mampu mendeteksi keberadaan musuh dari segala arah.
Kapabilitas daya hancur masuk di segmen light attack mission, selain bekal kanon internal, T-50i dibekali tujuh hardpoints. Senjata andalannya seperti rudal udara ke udara AIM-9 Sidewinder, bom MK82, SUU-20, dan rudal udara ke permukaan AGM-65 Maverick.
spek
Dapur pacu T-50i dipercayakan pada mesin tunggal F404-GE-102 dan mampu menghasilkan daya dorong 17.700 pounds dengan after burner dan 11.000 pounds dengan tenaga mil power. Mesin besutan General Electric ini disokong teknologi dual channel digital electronic control. Kecepatan maksimal T-50i mencapai Mach 1.5. Untuk kelincahan di udara, T-50i sanggup menahan gravitasi hingga 8g force, masih kalah dibanding F-16 yang 9g force. T-50i tidak dibekali kemampuan air refuelling, namun punya jarak jangkau hingga 1.851 km. Sementara untuk batas ketinggian terbang sampai 14.630 meter. Kecepatan menanjak T-50i mencapai 11.887 meter per menit. (Gilang Perdana)

Spesifiksi T-50i Golden Eagle
– Kru : 2
– Panjang : 13,14 meter
– Lebar sayap : 9,45 meter (dengan rudal)
– Tinggi : 4,94 meter
– Berat kosong : 6.470 kg
– Berat penuh : 12.300 kg
– Mesin : F404-GE-102 (lisensi dari Samsung Techwin)

Multi Role Tanker Transport: Solusi Air Refuelling Aneka Jet Tempur TNI AU

Urusan daya jelajah menjadi penting bagi keberadaan jet tempur TNI AU, maklum wilayah udara yang harus di-cover terbilang ekstra luas. Meski ada beberapa pangkalan (Lanud) aju untuk mendukung operasi jarak jauh, tapi dalam prakteknya menyiapkan pangkalan aju belum tentu efektif dan dibutuhkan waktu untuk segala macam persiapan guna menerima kedatangan jet tempur dari pangkalan utama.
Bagi jet tempur TNI AU, seperti Sukhoi Su-30 MK2 Flanker dan Hawk 200, jangkauan jelajahnya bisa dimaksimalkan dengan fasilitas air refuelling system. Agar diketahui, TNI AU lewat Skadron Udara 32 sejak 1961 telah mengoperasikan dua unit KC-130B Hercules, yakni jenis pesawat angkut berat C-130 Hercules yang punya kemampuan multi purpose, salah satunya sebagai pesawat tanker udara. KC- 130B Hercules mampu ‘menyusui’ di udara lewat teknik hose. Dengan teknik hose, pesawat tempur penerima harus menggapai drogue, berupa parasut kecil untuk proses air refuelling. Dalam pola ini, pesawat penerima yang harus aktif mencari ‘puting susu’ dari tanker tersebut.
Aksi KC-130B Hercules TNI AU saat akan "menyusui" Sukhoi
Aksi KC-130B Hercules TNI AU saat akan “menyusui” Sukhoi
A-4E Skyhawk (ex-skadron 11), telah menjadi klien KC-130 sejak tahun 80-an.
A-4E Skyhawk (ex-skadron 11), telah menjadi klien KC-130 sejak tahun 80-an.

 Selain Sukhoi Su-30 dan Hawk 200, ‘pelanggan’ awal KC-130 Hercules TNI AU adalah jet tempur A-4E Skyhawk yang kini telah dipensiunkan dari kedinasan. Tentu saja, kemampuan KC-130 Hercules yang hanya bisa menyalurkan bahan bakar dengan teknik hose menjadi kendala bagi jet tempur TNI AU lainnya. Adalah F-16 A/B Fighting Falcon Skadron Udara 3 dan F-16 C/D Skadron Udara 16, kedua varian jet tempur first layer TNI AU ini tak bisa maksimal untuk urusan jelajah. Ambil contoh untuk melaksanakan operasi udara di wilayah Indonesia Timur, F-16 dari Lanud Iswahjudi mutlak membutuhkan pangkalan aju.
Yang jadi masalah utama, varian F-16 Fighting Falcon menganut teknik berbeda untuk air refuelling, yakni dengan teknik boom. Teknik boom adalah pengisian bahan bakar di udara menggunakan tail boom, semacam tangkai sodok di ekor. Dalam pola ini, pesawat tanker yang aktif memberi ‘asupan susu’ alias asupan bahan bakar ke pesawat penerima. Karena tak punya tanker udara untuk F-16, TNI AU selama ini sebatas memanfaatkan latihan bersama untuk berlatih air refuelling menggunakan pesawat KC-135 Stratotanker milik AU AS. Hati menjadi miris, setelah tahu bahwa AU Singapura dengan ruang udara yang amat minim, justru memiliki 4 unit KC-135 Stratotanker.

MRTT Solusi Untuk Semua Jet Tempur
Menyadari peran strategis dari air refuelling, mengingat jet tempur TNI AU pengganti F-5 E/F Tiger nanti juga pasti punya kemampuan air refuelling, maka mantan KSAU Marsekal TNI Ida Bagus Putu Dunia pernah menyampaikan bahwa TNI AU tengah mengajukan pengadaan pesawat tanker kelas MRTT (Multi Role Tanker Transport). Hal tesebut disampaikan Ida Bagus dalam acara Exit Briefing sebelum mengakhiri masa tugasnya sebagai KSAU di Mabesau, Cilangkap (8/1/2015).
F/8-18 Super Hornet AU Australia dengan A330 MRTT.
F/8-18 Super Hornet AU Australia dengan A330 MRTT.
Konfigurasi Medevac pada A330 MRTT.
Konfigurasi Medevac pada A330 MRTT.

Kemudian menjadi menarik perhatian, apa itu MRTT? Secara sederhana bisa disebut MRTT adalah pesawat tanker yang berasal dari platform pesawat jet sipil (wide body). Selain punya peran sebagai pesawat tanker, MRTT dapat pula disulap untuk kebutuhan angkut personel dan Medevac (medical evacuation). Skema multi purpose-nya tak beda dengan KC-130 Hercules TNI AU. Tapi karena punya dimensi lebih besar, maka kapasitas bahan bakar (avtur) yang bisa digelontorkan di udara juga lebih banyak. Dan yang paling penting, MRTT dapat mengusung dua teknik air refuelling, baik teknik hose dan boom. Alhasil nantinya semua jet tempur TNI AU, termasuk F-16 pun akan punya kepak sayap lebih kuat di udara.

Airbus A330 MRTT
Dari beberapa tipe MRTT yang ada di pasaran, besar kemungkinan yang akan diboyong TNI AU adalah Aribus A330 MRTT. Pasalnya, Airbus Military terbilang punya hubungan yang lekat dengan Indonesia, khususnya PT Dirgantara Indonesia yang telah bekerjasama cukup lama dalam hal ToT (Transfer of Technology). Arbus A330 MRTT dibangun dari platform pesawat sipil Airbus A330-200. Pesawat tanker dengan dua mesin jet ini dapat membawa muatan 111 ton bahan bakar, tanpa fuel tank tambahan. Selain itu, masih bisa ditambah kargo tambahan hingga kapasitas 45 ton. Muatan kargo dapat dibawa dalam 8 military pallets.
Tail boom di Airbus A330 MRTT.
Tail boom di Airbus A330 MRTT.
Konfigurasi tanki bahan bakar Airbus A330 MRTT.
Konfigurasi tanki bahan bakar Airbus A330 MRTT.
Bagian dalam refuelling pod untuk teknik hose.
Bagian dalam refuelling pod untuk teknik hose.
Pod air refuelling pada hard point sayap untuk teknik pengisian hose.
Pod air refuelling pada hard point sayap untuk teknik pengisian hose.

Bila disulap sebagai pembawa personel, A330 MRTT dapat membawa 380 penumpang (konfigurasi single class). Saat keadaan mendesak, Aribus A330 MRTT dapat disulap sebagai Medical Evacuation, 130 usungan standar dapat dibawa.
Kembali ke air refuelling, jika Airbus A330 MRTT dapat membawa 111 ton bahan bakar, sebagai perbandingan KC-130B Hercules TNI AU hanya mampu membawa 136,26 hecto liter bahan bakar, atau setara 13.630 liter. Sebagai pesawat tanker, pada masing-masing sayap dilengkapi hard point untuk penempatan refuelling pod guna menjulurkan teknik hose. Sementara untuk mendukung teknik boom, terdapat tail boom pada sisi ekor bawah pesawat.
Airbus A330 MRT dengan bobot kosong 125 ton dapat menjelajah hingga 14.800 km. Punya kecepatan maksimum 880 km per jam, dan ketinggian terbang maksimum 13.000 meter. Sampai saat ini, A330 MRTT sudah digunakan oleh AU Inggris, AU Australia, AU Emirat Arab, AU India, dan AU Arab Saudi. Bila Indonesia baru sebatas melirik pesawat tanker ini, lain hal dengan Singapura, negeri pulau ini malahan sudah memesan 6 unit A330 MRTT pada Februari 2014, yang rencananya akan mulai hadir pada tahun 2018 mendatang. (Haryo Adjie)

Spesifikasi Airbus A330 MRTT
  • Crew: 3: 2 pilots, 1 air refuelling operator
  • Capacity: 291 passengers, and 8 military pallets + 1LD6 container + 1 LD3 container
  • Length: 58.80 m
  • Wingspan: 60.3 m
  • Height: 17.4 m
  • Empty weight: 125,000 kg
  • Useful load: 45,000 kg non-fuel payload
  • Powerplant: 2× Rolls-Royce Trent 772B or General Electric CF6-80E1A4 or Pratt & Whitney PW 4170 turbofans
  • Fuel Capability: 111,000 kg
  • Maximum speed: 880 km/h
  • Cruise speed: 860 km/h
  • Range: 14,800 km
Indomil.
  • Service ceiling: 13,000 m

Selasa, 07 Juli 2015

Renstra perawatan alutsista TNI capai Rp120,6 triliun

Renstra perawatan alutsista TNI capai Rp120,6 triliun
Ilustrasi. Prajurit menembakkan roket ke sasaran yang dianggap sebagai musuh saat demonstrasi latihan tempur TNI AD di Pusat Latihan Tempur (Puslatpur) Baturaja, Sumsel, Selasa (16/6/15). Demonstrasi latihan tempur TNI AD disaksikan langsung oleh Presiden RI Joko Widodo didampingi Panglima TNI Jenderal Moeldoko, KSAD TNI AD Jenderal Gatot Nurmanto dan Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu. (ANTARA FOTO/Nova Wahyudi)
....Untuk Angkatan Darat sebesar Rp9,3 triliun, Angkatan Laut Rp17,4 triliun dan Angkatan Udara Rp93,9 triliun."
Jakarta (ANTARA News) - Panglima TNI Jenderal TNI Moeldoko mengatakan, TNI sedang menyusun rencana strategis (renstra) untuk perawatan dan perbaikan alat utama sistem senjata (alutsista) sebesar Rp 120,6 triliun untuk periode 2015-2019.

"Kami sedang menyusun renstra perawatan dan perbaikan alutsista. Untuk Angkatan Darat sebesar Rp9,3 triliun, Angkatan Laut Rp17,4 triliun dan Angkatan Udara Rp93,9 triliun," kata Panglima TNI dalam pemaparan hasil kerjanya di hadapan Komisi I DPR di Mabes TNI Cilangkap, Jakarta Timur, Senin.

Menurut dia, dengan dana perawatan dan perbaikan sebesar itu, diharapkan renstra dapat terprogram dengan baik, sehingga tak ada lagi alutsista yang ditambal sulam.

"Jangan sampai ada tambal sulam atau kanibal. Itu tidak boleh lagi. Ini keharusan. Kalau tidak prajurit TNI akan menghadapi situasi sulit nantinya. Renstra ini segera kami dorong ke Presiden Joko Widodo untuk disahkan melalui Perpres," kata Moeldoko.

Mengenai alutsista, Panglima TNI mengakui bahwa masih ada 52 persen alutsista yang berusia di atas 30 tahun. Namun dengan adanya minimum essential force (MEF), maka alutsista-alutsista tua akan tergeser dengan sendirinya.

"Saya pikir dengan peremajaan melalui MEF 2010-2014, langkah kita sekarang 34 persen, pasti secara alamiah alutsista kita yang sudah kuno itu akan minggir pelan-pelan. Diharapkan pada MEF kedua 2015-2019 dapat mencapai 68 persen," kata Moeldoko.

Selain renstra pemeliharan dan perbaikan alutsista, TNI juga menyusun renstra pengadaan alutsista, dan renstra kesejahteraan prajurit serta PNS di jajaran TNI. Ini diharapkan dapat tercapai pada renstra 2015-2019.

"Itu termasuk juga di antaranya perumahan (untuk prajurit)," katanya.