Minggu, 14 Desember 2014

AS 550 Fennec Puspenerbad, Tampil Perdana di Pameran Alutsista TNI AD 2014

Foto: Republika Online
Foto: Republika Online

Berita kedatangan AS 550 Fennec sudah terendus cukup lama, bahkan unit perdananya telah diserahkan ke Pusat Penerbangan Angkatan Darat (Puspenerbad) TNI AD pada bulan November lalu. Tapi baru pada momen Pameran Alutsista TNI AD 2014 di Lapangan Monas – Jakarta, helikopter ini resmi dipajang di hadapan publik. AS 550 Fennec dan juga beberapa helikopter Puspenerbad seperti Mi-35P Hind, Mi-17-V5, Bell 205 A-1, NBell-412, dan NBO-105, siap menyapa publik mulai 12 – 15 Desember 2014.
fennecBxQSZnWCcAAEv65
Sesuai dengan penempatannya, 12 unit Fennec yang merupakan generasi penerus NBO-105 akan dibentuk menjadi satu skadron serbu ringan. Berdasarkan kesepakatan antara Airbus Helicopters dengan PT Dirgantara Indonesia, peralatan tempur untuk AS550 Fennec TNI AD mencakup senapan mesin dan peluncur roket FFAR yang akan dipasang oleh PT Dirgantara Indonesia di pabriknya di Bandung. Fennec adalah versi militer dari seri helikopter Airbus Ecureuil. Seri ini terdiri dari tipe mesin tunggal dan ganda yang memiliki kemampuan adaptasi dan solusi sistem yang hemat biaya. (HANS)

Komar Class: Generasi Awal Kapal Cepat Rudal TNI AL

Komar-Class
Bila kecepatan kapal kini menjadi dilema di Satuan Kapal Cepat (Satkat) TNI AL, maka dahulu justru kebalikannya. Di era tahun 60-an, tepatnya saat menyongsong operasi Trikora, TNI AL (d/h ALRI) sudah benar-benar mengoperasikan jenis kapal yang memang benar-benar masuk kualifikasi kapal cepat. Kala itu ada dua jenis kapal cepat, yakni MTB (Motor Torpedo Boat) Jaguar Class buatan galangan kapal Lursen & Kroger di Bremen, Jerman Barat. Dan, jenis kedua KCR (Kapal Cepat Rudal) Komar Class buatan Uni Soviet.
Baik MTB Jaguar Class dan Komar Class bisa disebut kapal cepat sejati, pasalnya kedua kapal mampu melaju dengan kecepatan diatas 40 knot, MTB Jaguar yang naik pamor dalam insiden KRI Matjan Tutul sanggup ngebut di perairan dangkal hingga 42 knot, sementara Komar Class yang amat ditakuti pada masanya, mampu melejit hingga 44 knot. Jika disetarakan dengan kondisi Satkat TNI AL saat ini, maka kemampuan soal kecepatan hanya bisa disandingkan dengan KCR Mandau Class buatan Korea Selatan.
Setelah di artikel terdahulu kami kupas tuntas tentang Mandau Class, kini rasanya cukup pas untuk sedikit mengulas seputar Komar Class. Dengan bekal dua unit rudal Styx (SS-N-2), kapal berbobot penuh 66,5 ton ini layak dinobatkan sebagai generasi awal KCR TNI AL. Di Asia Tenggara, tercatat hanya Indonesia dan Vietnam yang mengoprasikan Komar Class.
komarClassfastattackcraftmissileUSSRp-komar
Bila dirunut dari sejarah kehadirannya di Indonesia, kapal yang di daulat untuk mengkaramkan destroyer Belanda ini, mulai berdatangan pada periode 1961 hingga 1965. Dari 112 unit yang diproduksi, 12 unit diantaranya dioperasikan oleh TNI AL. Kapal-kapal yang masuk keluarga Komar adalah KRI Kelaplintah 601, KRI Kalmisani 602, KRI Sarpawasesa 603, KRI Sarpamina 604, KRI Pulanggeni 605, KRI Kalanada 606, KRI Hardadedali 607, KRI Sarotama 608, KRI Ratjabala 609, KRI Tritusta 610, KRI Nagapasa 611, dan KRI Gwawidjaja 612. Dari kuanitasnya, armada Komar Class menyamai jumlah FPB-57 yang total diproduksi PT PAL juga 12 unit.
Meski dari segi bobot tergolong ringan, plus dimensinya hanya punya panjang 25,4 meter, tapi Komar Class dengan rudal Styx menjadi momok yang menakutkan bagi armada NATO saat itu. Sebagai rudal anti kapal yang lahir di era perang dingin, Styx dirancang dengan daya hancur tinggi. Indikatornya bisa dilihat dari berat hulu ledaknya seberat 500 kg high explosive, sementara bobot rudal secara keseleruhan yakni 2.340 kg dengan jangkauan efektif mencapai jangkauan 40 km, meski dalam teorinya bisa mencapai jarak 80 km.
komarsidece6ba5
Kapal Cepat Komar tampak dari depan dengan dua tabung peluncur Sytx
Kapal Cepat Komar tampak dari depan dengan dua tabung peluncur Sytx
Kapal Cepat Komar saat melepaskan Styx
Kapal Cepat Komar saat melepaskan Styx

Styx diluncurkan dengan beberapa pilihan sistem pemandu, yakni mulai dari auto pilot, acitive radar, hingga pemandu berdasarkan infra merah. Untuk opsi pemandu radar biasanya didukung perangkat Electronic Support Measures (ESM) dan radar Garpun yang akan menuntun rudal antara jarak 5,5 Km dan 27 km dari batas target. Sensor pembidik pada rudal sendiri akan aktif mulai 11 km dari target sasaran, saat itu posisi rudal akan turun 1-2 derajat dari level target. Rudal maut ini umumnya meluncur sekitar 120 hingga 250 meter dari atas permukaan laut dengan kecepatan sub sonic 0.9 Mach. Untuk mendukung operasional rudal, di Komar Class terdapat MR-331 rangout radar dan Nikhrom IFF (identification friend or foe). Konon Komar Class dapat melepaskan rudal ini meski kondisi gelombang laut mencapai sea stage 4.
Bekal senjata lain yang ada ditempel pada Komar Class adalah kanon 2M3 25 mm Twin barrel (laras ganda), kanon ini disematkan sebagai senjata haluan. Untuk membidik target, masih dilakukan secara manual dengan dukungan iron ring sight. Kehandalan kanon ini dapat dilihat dari jangkauan tembak permukaan yang bisa mencapai 3.250 meter, dan jarak tembak obyek udara mencapai 2.770 meter. Secara teori, jangkauan tembak maksimum bisa mencapai 3.400 meter. Secara teori, 2M2 25 mm dapat memuntahkan 450 peluru per menit, meski dalam prakteknya hanya 270 peluru per menit.
Styx juga dapat dilepaskan dari platform kendaraan tempur di darat
Styx juga dapat dilepaskan dari platform kendaraan tempur di darat
Rudal Styx di Museum Satria Mandala.
Rudal Styx di Museum Satria Mandala.

Untuk urusan menguber sasaran pun, Komar yang artinya nyamuk ini juga bisa bikin keder lawan. Disokong mesin M-50F diesels 4800 hp dengan 4 propeller, Komar bisa melaju 44 knot. Dengan kecepatannya, hampir setiap obyek di laut dapat diuber dengan mudah. Pada kecepatan 32 knot, Komar Class dapat berlayar sejauh 1.111 km.
Sangat disayangkan, tak satu pun sisa Komar Class TNI AL yang diabadikan sebagai monumen atau museum untuk kenangan sejarah. Informasi yang cukup mengejutkan, sejumlah Komar Class ternyata masih operasional hingga tahun 1978. Walau untuk soal fungsi dari rudal Styx diyakini sudah out of service. Sumber dari Jane’s Fighting Ship bahkan menyebut Komar Class baru pensiun dari armada TNI AL pada tahun 1985.

Komar Class, Si Penghancur Destroyer Israel
Bila Komar Class di Indonesia gagal membuktikan kesaktiannya menggasak kapal perang Belanda, maka prestasi memukau berhasil di toreh AL Mesir. Tepatnya pada 21 Oktober 1976, dua Komar Class AL Mesir di Port Said berhasil mengkaramkan destroyer Israel INS Eilat (K40). Selain karam, 47 awak INS Eilat ikut tewas. Insiden ini terjadi dalam babak perang Arab – Israel yang dikenal dengan sebutan “Six Day War.” Dalam operasi penyerbuan ini, dua Komar AL Mesir melepaskan tiga rudal Styx ke INS Eilat.
INS Eilat
INS Eilat
Formasi serbu dua Komar AL Mesir.
Formasi serbu dua Komar AL Mesir.
Komar Class milik AL Mesir.
Komar Class milik AL Mesir.
Lokasi karamnya INS Eilat.
Lokasi karamnya INS Eilat.

Insiden karamnya INS Eilat sontak menjadi babak baru dalam sejarah peperangan di lautan, pasalnya inilah pertama kalinya kapal sekelas destroyer dengan bobot 1.710 ton berhasil dihancurkan oleh kapal cepat yang hanya bertonase 66,5 ton. INS Eilat sejatinya merupakan kapal tua eks era Perang Dunia II. Sebelum dibeli Israel, INS Eilat adalah kapal perang Inggris HMS Zealous R39. Destroyer ini memang rentan terkena serangan rudal, karena hanya dibekali 4 meriam 4.5 inchi, 4 meriam 40 mm, dan delapan peluncur torpedo. (Haryo Adjie)

Spesifikasi Komar Class
  • Tipe : Fast attack craft
  • Displacement : 61,5 tons standard dan 66,5 tons full load
  • Length : 25,4 meter
  • Beam : 6,24 meter
  • Draught : 1,24 meter
  • Draft : 2 meter
  • Propulsion : 4 shaft M-50F diesels 4800 hp
  • Speed : 44 knots
  • Range : 1.111 Km at 32 knots
  • Crew : 17 (3 officers)
Indomil.

NBell-412 SP/HP/EP: Tulang Punggung Kavaleri Udara TNI AD

cek2
Jawara helikopter angkut taktis multi peran di kavaleri udara TNI AD kini disandang heli jenis Mil Mi-17-V5. Dengan ukurannya yang bongsor, Mi-17-V5 menjadi andalan Puspenerbad, dalam sekali terbang bisa membawa kapasitas angkut di kabin hingga 4,07 ton dan kapasitas angkut di luar kabin mencapai 5 ton. Namun, karena populasi Mi-17-V5 Skadron 31 yang hanya 12 unit, membuat heli ini belum bisa menjadi tulang punggung aktivitas kavaleri udara, khususnya dalam operasi mobil udara.
Meski kedengaran sudah agak usang, tulang punggung segmen UH (utility helicopter) dengan kemampuan serbu terbatas milik Puspenerbad masih mengerucut pada nama-nama heli lawas, yakni Bell 205 A-1, NBell-412, NBO-105, dan menyusul AS 550 Fennec buatan Eurocopter. NBO-105 dan AS 550 Fennec masuk kategori heli serba guna ringan yang bisa dipersenjatai. Sedangkan Bell 205-A1 dan NBell-412 masuk segmen helikopter angkut sedang. Di sini kami sebut tulang punggung lebih dikarenakan kuantitas unit yang dimiliki dalam menunjang tugas operasi. Bell 205-A1 di tahap pembelian awal pada tahun 1977 ada 18 unit, kemudian tersisa 8 unit. Sementara merujuk ke sumber di majalah Angkasa edisi Juni 1995, disebutkan Penerbad akan mendapat tambahan 20 unit heli Bell 205 A-1 dari AS yang nantinya akan dikonversi menjadi versi UH-1.
Bell 205 A-1 TNI AD
Bell 205 A-1 TNI AD
NBell-412 di Indo Defence 2014, lengkap dengan door gun.
NBell-412 di Indo Defence 2014, lengkap dengan door gun.

Tentang Bell 205 A-1, NBO-105, dan AS 550 Fennec telah kami kupas di artikel terdahulu, dan melengkapi etalase tempur, kini giliran dikupas NBell-412 Penerbad produksi PT Dirgantara Indonesia dari lisensi Bell Helicopter Textron. Penerbad mulai menggunakan NBell-412 sejak tahun 1984 dengan varian NBell-412 SP (Special Performace), kemudian berlanjut ke varian NBell-412 HP (High Performance) di dekade 90-an, dan terakhir diperkuat varian NBell-412 EP (Enhanced Performace). Dilihat dari labelnya, sejatinya heli-heli diatas merupakan varian sipil dari Huey dan dihadirkan tanpa senjata terpasang.
Merujuk informasi di situs Wikipedia.com, saat ini populasi NBell-412 Penerbad TNI AD terdiri dari 14 unit NBell-412 SP, 14 unit NBell-412 HP, dan 16 unit NBell-412 EP. Distribusi ke-44 unit heli tersebut dipercayakan pada Skadron 11/Serbu di Semarang, Jawa Tengah yang mengoperasikan Bell 205 A-1 dan NBell-412 SP/HP, kemudian Skadron 12/Serbu di Waytuba, Lampung yang mengoperasikan jenis NBell-412 EP.
NBell-412 EP TNI AD
NBell-412 EP TNI AD dengan radar cuaca
153538_620
NBell-412 hibah dari Pemprov Kaltim dibekali perangkat FLIR.
NBell-412 hibah dari Pemprov Kaltim dibekali perangkat FLIR.
Tampil di Pameran Alutsista TNI AD 2013
Tampil di Pameran Alutsista TNI AD 2013
457px-Bell_412_Line_Drawing.svg
Sebagai heli sipil yang dipersenjatai, adopsi senjata antara Bell 205 A-1 dan NBell-412 TNI AD bisa dikatakan serupa. Lewat pengembangan yang dilakukan di dalam negeri, kedua helikopter mampu dipersenjatai, mulai dari doorgun menggunakan FN-Herstal MAG 58 kaliber 7,62 mm , hingga peluncur roket FFAR (Folding Fins Air Rockets) jenis T.905 kaliber 2,75 inchi. Meski saat hadir tidak dibekali kokpit NVG (night vision goggles) capable, namun sejak era 1990-an semua varian huey TNI AD dapat diterbangkan dalam operasi militer oleh pilot yang menggunakan NVG.
Sekilas pandang, tidak ada perbedaan yang mencolok dari segi tampilan diantara ketiga varian NBell-412. Perbedaan antar varian lebih ditekankan pada adopsi mesin yang berbeda. NBell-412 SP (Special Performace) yang menggunakan mesin PT63-BF, NBell-412 HP (High Performance) yang menggunakan mesin PT63-BE, dan yang paling baru NBell-412 EP (Enhanced Performace) yang mengusung mesin twin turbine Pratt & Whitney PT63-D. Perbedaan mesin sudah barang tentu membawa efek pada kinerja, kecepatan, dan kemampuan jelajah. Khusus di NBell-412 EP ditambahkan kemampuan dual digital automatic control flight system dan peningkatan kekuatan tail rotor. Sementara untuk jumlah awak tetap 4 orang (pilot, kopilot dan dua gunner untuk door gun). Dalam kondisi standar, heli ini dapat membawa 11 penumpang dengan senjata lengkap. Sebagai fitur tambahan di NBell-412 EP, ada bekal teknologi autopilot dan radar cuaca. Bahkan, NBell-412 EP yang dihibahkan dari Pemprov Kalimantan Timur punya kemampuan lebih dari yang lain. Dengan tugas untuk patroli perbatasan, heli ini dibekali perangkat FLIR (Forward Looking Infra Red).
69258_480553425325824_1855781825_n

Spesifikasi NBell-412 SP/HP/EP
  • Main rotor blades : 4
  • Tail rotor blades : 2
  • Main rotor diameter : 14 meter
  • Panjang : 17,1 meter
  • Tinggi : 4,6 meter
  • Lebar : 2,5 meter
  • Ketinggian maks : 6.094 meter
  • Mesin : NBell-412 SP – 2 x Pratt & Whitney PT6T-3BF
    NBell-412 HP – 2 x Pratt & Whitney PT6T-BE
    NBell-412 EP – 2 x Pratt & Whitney PT6T-D
  • Kecepatan Max : NBell-412 SP – 240 Km/jam
    NBell-412 HP – 259 Km/jam
    NBell-412 EP – 259 Km/jam
  • Jangkauan : NBell-412 SP – 571 Km
    NBell-412 HP – 874 Km
    NBell-412 EP – 745 Km
Antara Bell 205 A-1 dan NBell-412
Walau hadir dengan mesin yang lebih kuat dan teknologi yang lebih maju dari Bell 205 A-1, tapi NBell 412 lebih manja dalam urusan perawatan, serta dengan menggunakan dua mesin, pilot harus rajin menyelaraskan putaran kedua mesin. Karena punya mesin yang lebih maju, getaran mesin NBell-412 memang lebih kecil. Perbedaan yang mendasar, bila Bell 205 A-1 hanya dibekali mesin tunggal Lycoming T53-L-13 dan dua bilah baling-baling utama, maka NBell-412 dibekali dua mesin dan empat bilah baling-baling utama.
nb412hover
NBell-412 Penerbal TNI AL
NBell-412 Penerbal TNI AL
NBell-412 Polri.
NBell-412 Polri.

Kenyamanan dan kekuatan angkut yang lebih besar membuat heli ini lebih sering dipilih sebagai pembawa rombongan VIP, angkut medis, dan angkut artileri. Khusus soal angkut artileri, NBell-412 digunakan sebagai pengangkut meriam gunung Howitzer 76 mm beserta awaknya. Teknik ini membuat meriam buatan Yugoslavia yang tergolong tua ini dapat diangkut langsung ke posisi penembakan dan dapat mulai digunakan dalam waktu kurang dari empat menit sejak di daratkan. Selain digunakan oleh TNI AD, NBell-412 juga dioperasikan oleh Puspenerbal TNI AL dan Polri. (Gilang Perdana)

Selasa, 09 Desember 2014

Dengan senjata Pindad, TNI AD pecundangi tentara se-ASEAN lagi

Senjata Buatan Pindad
Kepala Staf TNI Angkatan Darat (Kasad) Jenderal Gatot Nurmantyo menerima kontingen penembak TNI AD yang menjadi juara umum dalam lomba tembak internasional atau Asean Armies Rifle Meet (AARM) di Vietnam. Seperti biasa TNI AD memenangkan lomba tembak ini nyaris tanpa perlawanan. Mereka menggunakan senjata buatan PT Pindad.
Gatot mengatakan sangat bangga terhadap prestasi yang sudah ditorehkan pasukannya di Vietnam. Sebabnya, kontingen penembak tersebut memperoleh 29 medali emas. Jumlah ini melebihi target yang ditetapkan sebanyak 22 medali.
Selain itu, Jenderal Gatot menegaskan prestasi tersebut merupakan prestasi terbesar sepanjang sejarah perhelatan AARM.
“Ini prestasi terbaik sepanjang sejarah AARM dimana pasukan kita memperoleh piala dan medali paling banyak. Atas nama Kasad saya ucapkan selamat datang, kami bangga atas prestasi ini,” kata Gatot di Mabesad Jl Veteran No 5 Jakarta Pusat, Senin, (8/12).
Gatot mengatakan perolehan Trofi para kontingen penembak tersebut melebihi perolehan pada kompetisi sebelumnya di Myanmar.
“Perolehan Trofi pada saat lalu 8, dan saat ini memperoleh 9 Trofi,” katanya.
Berikut kisah-kisah unik TNI AD menjadi raja tembak di Asia Tenggara:

1. Jadi ajang promosi senjata gratis
Kontingen penembak TNI AD menjadi juara umum dalam lomba tembak internasional atau Asean Armies Rifle Meet (AARM).
Kepala Staf Angkatan Darat (Kasad) Jendral Gatot Nurmantyo mengatakan kemenangan ini dapat menjadi ajang promosi sejumlah senjata produk dalam negeri atau PT Pindad.
“Ini kesempatan emas untuk menunjukkan senjata produk Pindad di taraf internasional,” katanya di Mabesad Jln. Veteran No. 5 Jakarta Pusat, Senin,( 8/12).
Gatot menjelaskan para kontingen itu secara tidak langsung telah menjadi marketing senjata buatan Pindad. Dia menegaskan, beberapa negara terpukau melihat kecanggihan senjata produksi Pindad dan mulai tertarik untuk memesan senjata-senjata produk dalam negeri tersebut.
“Yang membanggakan, mereka sekaligus marketing karena menggunakan senjata Pindad, dan negara lain langsung memesan seperti Thailand,” paparnya.

2. Uang hadiah hasil iuran
Kepala Staf TNI AD Jendral Gatot Nurmantyo mengatakan para anggota kontingen tersebut akan mendapatkan hadiah sesuai prestasinya masing-masing.
Uniknya, uang yang dijadikan hadiah itu adalah hasil patungan (iuran) dari rekan-rekan mereka di TNI AD yang merasa bangga akan prestasi yang diraih rekan-rekannya di Vietnam.
Dari hasil patungan itu terkumpul sejumlah uang Rp 500 juta lebih.
“Patungan sekitar Rp 500 juta lebih, karena kecintaan terhadap sesama prajurit. Namun pembagiannya sesuai dengan prestasi,” katanya.
Gatot juga menegaskan para kontingen tersebut telah berbuat yang terbaik untuk mengharumkan nama bangsa di dunia internasional. Untuk meningkatkan prestasi di masa depan, Gatot mengingatkan agar para prajurit tak cepat puas.

3. Hasil latihan keras Kopassus
Danjen Kopassus Mayjen TNI Doni Monardo bangga pada anak buahnya yang ikut dalam kontingen menembak TNI AD.
Dirinya menjelaskan bahwa upaya keras masing-masing anggota Kopassus dan pelatihan yang maksimal, menjadi kunci utama bagi prestasi yang sangat membanggakan tersebut
Doni mengakui bahwa pembenahan sistem rekrutmen di dalam kesatuannya itu, merupakan tonggak balik bagi pengembangan kualitas personel yang ada saat ini, di kesatuan berbaret merah tersebut.
“Kaderisasi kita sangat baik. Delapan tahun yang lalu, kita memang masih belum superior dan belum begitu dominan. Saat itu kita juga masih belajar dari beberapa negara di Asia Tenggara. Tapi karena kita punya kemauan yang tinggi, kaderisasi di tingkat TNI terutama angkatan darat, khususnya Kopassus, juga sangat baik. Sehingga akhir-akhir inilah prestasi-prestasi tersebut bisa kita raih,” ujar Doni.

4. Senjata dan kemampuan dalam negeri
Mayjen Doni Monardo mengakui ada kebanggaan tersendiri yang turut mengiringi sejumlah kesuksesan Kopassus dalam beberapa tahun terakhir.
Hal itu disebabkan baik SDM dan segala macam peralatannya, merupakan dua hal yang patut dibanggakan dari usaha-usaha para anak negeri yang berjibaku dalam peningkatan kualitas diri.
“Dan yang paling membanggakan, kemenangan-kemenangan itu semuanya menggunakan senjata SS2 buatan Pindad. Jadi kemenangan itu baik SDM maupun peralatannya asli dari dalam negeri,” katanya.
“Kemenangan-kemenangan itu faktor utamanya adalah karena kemauan berlatih para pasukannya semakin tinggi. Tahun lalu Kopassus juga meraih juara umum, dengan perolehan 28 medali emas dan 8 trofi. Tahun ini kita menang lagi dengan prestasi yang meningkat, menjadi 29 medali emas dan 3 trofi,” kata Danjen Kopassus Doni Monardo saat ditemui usai acara penanaman pohon di kampus UI Depok, Jawa Barat pada Sabtu (6/12).

Senin, 08 Desember 2014

Anoa 6×6 Armoured Recovery Vehicle: Ranpur Reparasi Pertama Buatan Dalam Negeri

url
Hingga tulisan ini dibuat, sekitar 300 ranpur lapis baja Anoa 6×6 buatan PT Pindad dalam berbagai varian tengah dan telah berhasil di produksi. Sebagian besar dibuat untuk memenuhi kebutuhan Yonif Mekanis TNI AD, sementara sisanya dibuat untuk memenuhi pesanan dari Malaysia, Brenei, dan Oman. Sebagai flagship ranpur buatan industri Dalam Negeri, Anoa cukup membanggakan, pasalnya pihak PT Pindad menghadirkan Anoa 6×6 dalam berbagai varian.
Meski pesanan paling dominan adalah varian APC (Armoured Personnel Carrier), namun untuk melengkapi gelar operasional Yonif Mekanis TNI AD, khusus 3 Yonif Mekanis di lingkup Kodam Jaya, Anoa 6×6 juga di datangkan berupa varian komando, kanon, logistik amunisi, ambulance, dan ARV (Armoured Recovery Vehicle). Nah, melengkapi tulisan sebelumnya, dimana TNI telah mengoperasikan jenis AMX-13 ARV dan BREM-L ARV Marinir TNI AL, kini kami kupas Anoa 6×6 ARV, yang juga di daulat sebagai ranpur recovery pertama yang dibuat oleh Indonesia. Dari pesanan gelombang pertama, yakni 150 Anoa pada tahun 2008, diketahui ada 4 unit diantaranya merupakan varian recovery.
Anoa-ready-for-specialist-roles-_ID14D1_
anoa-6-x-6-recovery2IMAG0237image7
Dari spesifikasi standar, Anoa 6×6 Recovery tak ada beda dengan Anoa varian lainnya. Namun, karena punya fungsi khusus, maka ruang pasukan di bagian belakang disulap menjadi tempat crane. Sekilas ya memang karena crane inilah yang membuat Anoa 6×6 Recovery beda tampilan dengan saudara-saudaranya. Sebagai ranpur recovery, peran utamanya adalah memperbaiki, menderek (towed), dan merawat Anoa lain yang sedang mengalami kerusakan. Kelengkapan utama yang digadang adalah hydraulic crane yang mampu mengangkat beban hingga 12,6 ton. Sementara berat crane mencapai 2,1 ton yang bisa dipanjangkan hingga 10 meter. Agar seimbang selagi mengangkat beban, pada tiap sisi Anoa disematkan dua kaki hidrolik yang menunjang bodi ranpur. Selain crane, untuk menuntaskan misi bantuannya, Anoa 6×6 Armoured Vehicle Recovery juga dibekali perlengkapan lain, seperti mesin chain saw, pemotong baja, dan genset 2 KVA.
Meski berlaku sebagai unit bantuan di pertempuran, namun Anoa 6×6 Recovery juga dibekali persenjataan, meski pilihannya hanya terbatas di senapan mesin kaliber 7,62 mm dan pelontar granat asap untuk self defence. Untuk proteksi lapisan baja 8-10 mm juga sama dengan Anoa lainnya, termasuk kaca tahan proyektil kaliber 7,62 mm. Dengan banyaknya perkakas yang dijejali di ranpur ini, maka ruang untuk awak hanya disediakan untuk tiga orang saja.
Selain rajin dipamerkan oleh Pindad di berbagai pameran, Anoa 6×6 Recovery belum lama ini juga telah tampil di medan pengabdian yang sebenarnya. Pada hari Senin (27/7/2014), sebuah Anoa APC terlihat mogok di sekitar pintu keluar tol Kebon Jeruk di KM 03+400, Jakarta Barat. Akibat mogoknya kendaraan berat ini lalu lintas dari Kebon Jeruk mengarah ke Tomang tersendat. Nah, sebagai aksi pertolongan, di datangkan dua unit Anoa ke TKP, dan salah satunya diketahui adalah Anoa 6×6 Recovery dari Kodam Jaya. (Heru Baskoro)
105057_pansermogok_luar4020615_20140721111124

Spesifikasi Anoa 6×6 Armoured Recovery Vehicle:
  • Crew : 3
  • Dimension : 6 x2,5 x 2,17 meter
  • Crane : Hydraulic capacity 12,6 ton
  • Wheel Base : 1.510 mm
  • Empty Weight : ± 12.500 kg
  • Power to Weight Ratio : > 20 Hp/ton
  • Max Speed : ± 80 km/h (flat road),± 40 km/h (offroad)
  • Turning Radius : < 10 m
  • Fuel Tank : ± 200 Liter
  • Maximum Range : ± 600 km
Indomil.

RBS-15 MK3: Rudal Anti Kapal Untuk KCR Klewang Class TNI AL

rbs15
Jagad sista rudal anti kapal untuk TNI AL bakal bertambah lagi, pasalnya di bulan Agustus 2014, TNI AL telah resmi memesan 4 unit KCR (Kapal Cepat Rudal) Klewang Class dari PT. Lundin Industry Invest (North Sea Boats). Nah, melengkapi Klewang Class yang berdesain trimaran adalah rudal anti kapal RBS (Robotsystem)-15 MK3 buatan dua manufaktur senjata asal Eropa Barat, yakni Saab Bofors Dynamic, Swedia dan Diehl BGT Defence, Jerman.
Awalnya, KCR Klewang Class yang seri perdananya KRI Klewang 625 akan dipasangkan rudal anti kapal buatan Cina, C-705. Namun, karena platform dan teknologi sensor serta lambungnya mengadopsi besutan Saab, maka kemudian sistem senjata dan radar pun akhirnya mencomot produk yang dibuat oleh Saab. Untuk rudal anti kapal, KCR Klewang Class akan dibekali 4 unit peluncur rudal RBS-15 MK3 pada tiap kapal. Seperti halnya rudal Exocet MM38/MM40, rudal C-802, dan rudal C-705, RBS-15 diluncurkan dengan pola menyamping, bukan VLS (vertical launch system) seperti rudal Yakhont di Van Speijk Class TNI AL.
Dari kategori, RBS-15 adalah rudal multi platform, artinya dapat diluncurkan dari kendaraan di darat (truk), aneka jenis kapal perang, dan pesawat tempur. Meski varian perdananya lebih muda dari MM38 Exocet, namun RBS-15 MK1 sudah mulai digunakan AL Swedia pada tahun 1984. Kini yang bakal diadopsi TNI AL adalah varian terbaru dan paling canggih, RBS-15 MK3. Dari spesifikasi, RBS-15 MK3 masuk kelas rudal jelajah yang pola operasinya fire and forget.
RBS-15 MK3 meluncur dengan booster.
RBS-15 MK3 meluncur dengan booster.
Saat lepas dari tabung peluncur, posisi sirip terlipat.
Saat lepas dari tabung peluncur, posisi sayap terlipat.
2l-imageTBU_RBS15_01
Untuk varian yang diluncurkan dari kapal perang, RBS-15 MK3 bisa dipasang mulai dari kelas frigat, korvet, sampai level kapal cepat. Salah satu kemudahan yang ditawarkan adalah kemudahan dalam integrasi ke CMS (combat management system) dan dapat dioperasikan secara stand alone, atau bisa juga secara full integrated architecture.
Sebagai rudal anti kapal berkemampuan jelajah, RBS-15 MK3 bisa bekerja dengan pola beyond the horizon operation, pasalnya jangkauan rudal ini bisa tembus diatas 200 Km. Untuk melibas sasaran di balik cakralawa, RBS-15 MK3 dapat bermanuver diantara beberapa pulau, hal ini berkat sokongan teknologi navigasi 3D multiple waypoint. Dengan multiple waypoint, menjadikan arah dan alur gerakan rudal lebih sulit terdeteksi oleh lawan.
Meski berasal dari lingkungan produksi yang berhawa dingin di Swedia, tapi Saab merancang rudal ini untuk dapat beroperasi optimal dalam cuaca panas dengan suhu gurun di kisaran 40 derajat Celcius. Juga tak ada kesulitan untuk meluncur dalam cuaca dingin dan berkabut dengan suhu -22 derajat Celcius.



RBS-15_Mk3
Untuk meluncur ke sasaran, RBS-15 mengandalkan seeker berupa high resolution active radar Ku band dan radar altimeter, sementara untuk setup navigasi menggunakan kombinasi GPS (Global Positioning System) dan INS (Inertial Navigation System). Untuk memburu sasaran, RBS-15 MK3 mengusung kecepatan subsonic 0,9 Mach. Untuk urusan bobot, RBS-15 MK3 terbilang bongsor dengan panjang 4,35 meter, dan berat rudal saat mengudara yakni 630 Kg, sementara berat jika dihitung dengan booster mencapai 800 Kg.
Dapur pacu rudal ini ditenagai mesin TR60-5 variable thrust turbo jet buatan Microturbo (Turbomeca). Karena menggunakan mesin jet, maka sudah keharusan bila rudal ini dilengkapi fuselage dengan diameter lubang 0,5 meter. Dalam skema operasi, saat pertama lepas dari peluncur, rudal akan dibantu oleh dua booster motor. Saat keluar dari tabung peluncur, sirip rudal dalam keadaan terlipat, sesaat setelah mengudara sirip akan mengembang dengan lebar 1,4 meter.
Penampang peluncur RBS-15 MK3.
Penampang peluncur RBS-15 MK3.
Peluncur RBS-15 MK3 sudah terpasang.
Peluncur RBS-15 MK3 sudah terpasang.
RBS15mk3atDSEi
RBS-15 di korvet K130 Jerman.
kg_12DSC098851
Proses loading peluncur RBS-15 MK3.
Proses loading peluncur RBS-15 MK3.

Untuk mengelak dari pendeteksian, RBS-15 MK3 dirancang untuk tidak mudah terendus penjejak dari infra red dan radar cross section. Saab juga telah mempersiapkan RBS-15 MK3 bila menghadapi chaff yang ditebar kapal sasaran, plus dapat menangkal jammer aktif, decoy, serta perangkat perang elektronik lainnya. Sistem komputernya dapat mengatur kerja sensor untuk menghadapi situasi tak terduga lewat missile engagement planning system (MEPS). Semisal untuk menghindari terjangan kanon CIWS (Close In Weapon System), rudal akan bermanuver tinggi dan melaju secara sea skimming (terbang rendah di atas permukaan laut). Hulu ledak yang dibawa seberat 200 Kg HE (High Explosive) fragmented warhead.
Selain digunakan AL Swedia, RBS-15 MK3 saat ini telah digunakan oleh AL Jerman, AL Finlandia, dan AL Polandia. Di AL Swedia, RBS-15 MK3 sudah terpasang di korvet stealth Visby Class. Sedangkan AL Jerman sejak tahun 2005 memasang RBS-15 MK3 di korvet K130, dan AL Polandia memasang rudal ini di kapal cepat Orkan Class. Dalam paket jualnya, pihak Saab menjamin dukungan service hingga usia pakai 30 tahun. Bila RBS-15 MK3 jadi digunakan TNI AL, maka Indonesia menjadi pasar pertama rudal ini di Asia.
RBS-15 dapat digotong oleh jet Gripen.
RBS-15 dapat digotong oleh jet Gripen.
RBS-15 dalam platform peluncur truk.
RBS-15 dalam platform peluncur truk.

Selain bakal diadopsi untuk KCR Klewang Class, RBS-15 MK3 kabarnya juga akan diproyeksikan untuk dapat diluncurkan pada platform Bonefish USV (Unmanned Surface Vessel). Meski dibekali beragam sensor dan kemampuan jelajah yang cukup meyakinkan, sayang kecepatan rudal ini belum masuk level supersonic. (Bayu Pamungkas)

Spesifikasi RBS-15 MK3
  • Length : 4,35 meter
  • Fuselage diameter : 0,50 meter
  • Wingspan : 1,4 meter
  • Weight (in flight) 630 kg
  • Weight (w. boosters) 800 kg
  • Seeker : Active radar
  • Speed : 0,9 Mach (subsonic)
  • Range : >200 km
  • Trajectory : Multiple 3D waypoints