Sabtu, 13 September 2014

Siasat Penyelaman Kapal Selam



Saat bergerak di air Kapal Selam (KS) hanya mengandalkan propeller dan saat ini belum ada teknologi pendorong jet bagi KS. Kalau untuk kapal permukaan mungkin ada, tetapi bagi kS yang 90 persen kegiatannya berada dalam air, perlu penelitian yang lebih serius, untuk memiliki kemampuan itu.
AIP (air independent propulsion) memberikan kemampuan menyelam lebih lama bagi KS konvensionil bertenaga diesel, sebelum diharuskan snorkeling untuk mengisi kembali baterai penggerak motor elektrik saat menyelam.
Dalam pengoperasiannya, KS dapat menyelam pada beberapa macam kedalaman. KS bisa dikatakan menyelam pada kedalaman periskop, yaitu sekitar empat belas meter, dimana KS masih dapat menggunakan periskopnya untuk melaksanakan kegiatan pengamatan daerah operasi sekitar KS berada, dan juga masih dapat menggunakan alat alat angkatnya untuk bekerja (melakukan pengisian baterai dengan rezim RDP, atau mengirimkan / menerima berita dan lain-lain).
Biasanya KS akan berada pada kedalaman ini pada saat melakukan pengintaian di daerah lawan.
Kedalaman aman adalah kedalaman selam sekitar tiga puluh sampai tiga puluh lima meter sekurang-kurangnya, dimana KS dapat berlayar dengan aman, walaupun tidak dapat melihat lingkungan sekitarnya yang ada di atas air, karena pada kedalaman ini KS tidak akan mungkin tertabrak oleh kapal atas air (dengan asumsi, bahwa tidak akan ada kapal atas air yang demikian besarnya, sehingga sarat kapalnya mencapai tiga puluh meter).
KS dilarang keras menyelam lama pada kedalaman di antara dalam periskop dan dalam aman, karena ada kemungkinan akan tertabrak oleh kapal atas air.
Kedalaman operasi adalah kedalaman di atas atau lebih dalam dari kedalaman aman, dimana KS boleh beroperasi dengan jangka waktu yang tidak terbatas.
Kedalaman maksimal adalah suatu kedalaman, dimana kapal masih boleh menyelam, tetapi waktu untuk berada di daerah kedalaman ini dibatasi. Hal ini berkaitan dengan keselamatan badan tekan KS, dalam menerima tekanan kedalaman air tempatnya menyelam, yang akan bertambah besar 1 kg/cm2 setiap pertambahan kedalaman sepuluh meter.
Biasanya kedalaman ini dicapai saat KS harus melarikan diri dari kejaran musuh, masuk kekedalaman ini untuk mengambil keuntungan adanya layer dalam air yang memiliki kemampuan menghalangi propagasi pancaran sonar aktif kapal atas air musuh, atau menurunkan kemampuan deteksi sonar pasif kapal selam lawan. Lama berlayar pada kedalaman maximal harus senantiasa dicatat, karena ini akan mempengaruhi kekuatan badan tekan KS secara keseluruhannya.
KRI Nanggala 502 (photo: detik.com)
KRI Nanggala 502 (photo: detik.com)

Kedalaman kehancuran atau collapse depth adalah kedalaman yang diperhitungkan secara teoritis, berdasarkan ketebalan badan tekan kapal akan dapat menghancurkan kapal. Bagi Changbogo class, collapse depth adalah sekitar empat ratus lima puluh meter sampai lima ratus meter, tetapi tergantung seberapa lama dan sering KS ini telah menjalani pelayarannya pada kedalaman maksimal pada masa masa sebelumnya. Makin lama KS pernah berada pada kedalaman maximal, makin rendah dalam arti makin kecil nilai collapse depth tersebut. ditiap kedalaman tersebut prosedur penanganan emergency yang berbeda-beda.
Secara prosedur yang dilarang itu adalah diantara kedalaman periskop dan kedalaman aman, alias di tengah-tengah. Sonar memang bisa aktif memantau tetapi bila kita bisa menghindar dari resiko, akan lebih baik. Saat KS memantau melalui periskop (kedalaman periskop) yang muncul di permukaan hanya periskopnya saja. Riak bisa timbul tergantung kecepatan KS saat itu. Saat KS mengintai biasanya berjalan lambat, lagipula periskop KS itu mempunyai jarak pantau yang jauh.
Kapal selam juga memiliki tipe dan jenis. Perbedaan KS Pemburu dan KS biasa, cukup banyak, mulai dari bentuk desain KS nya, propeller, persenjataan, elektronika, navigasi, sensor dan lain-lain. (by Pocong Syereem).

Senin, 08 September 2014

TNI Berkomitmen Gunakan Alutsista dan Amunisi Buatan Dalam Negeri

 http://www.gatra.com/images/gatracom/2014/default_foto/tokoh/J-N/Moeldoko_PanglimaTNI_ANTARA_JessicaHelenaWuysang.jpeg
Panglima TNI Jenderal Moeldoko (ANTARA/ Jessica Helena Wuysang)

Panglima TNI Jenderal TNI Dr. Moeldoko menerima Audiensi Direktur Utama (Dirut) PT. Pindad Bapak Sudirman Said beserta 2 orang staf, bertempat di Ruang Tamu Panglima TNI Mabes TNI Cilangkap Jakarta, Rabu (3/9).
Dirut PT. Pindat dalam kesempatan tersebut memperkenalkan diri sebagai pejabat yang baru sekaligus menyampaikan hasil produksi yang dibutuhkan TNI serta tantangan ke depan yang akan dihadapi. Saat ini PT. Pindad terus berbenah diri atas kepercayaan dan kesempatan yang sangat besar dari pemerintah.
Disamping itu, berdasarkan Undang-Undang Industri Pertahanan juga memberikan peluang untuk terus meningkatkan tuntutan dari segi kualitas. Untuk itu PT. Pindad terus berbenah diri guna melakukan perbaikan baik kualitas produksi dan pembenahan organisasi.
Panglima TNI juga mengapresiasi dan menyambut baik kedatangan Dirut PT. Pindad ke Mabes TNI. Pada pertemuan tersebut Panglima TNI menyampaikan prioritas penggunaan Alutsista produk dalam negeri dalam hal ini produk PT. Pindad termasuk amunisi kaliber besar, supaya pengerjaannya dipercepat agar dapat mendukung kendaraan taktis maupun amunisi yang dibutuhkan TNI.
Sementara itu, Panglima TNI menyampaikan agar PT. Pindad mengoptimalkan waktu dalam memproduksinya sehingga kebutuhan Alutsista TNI khususnya amunisi ringan dapat terpenuhi. “Kebutuhan TNI ke depan sangat banyak, sehingga PT. Pindad dapat memprioritaskan dan merealisasikan apa yang dibutuhkan TNI”, ujar Jenderal TNI Dr. Moeldoko.
Saat ini andalan produk PT. Pindad untuk jenis kendaraan adalah kendaraan taktis Anoa, Komodo dan menyuplai secara rutin senjata, amunisi kepada Kemenhan RI, Mabes TNI dan Angkatan. Penambahan produk untuk amunisi besar saat ini meriam 105 mm yang sedang dilakukan dengan harapan ke depan, amunisi tank juga dapat terpenuhi. Kemudian untuk saat ini, senjata SS2 yang terbaru dan ke depan ada kebutuhan senapan 7.62 mm, diharapkan akhir tahun ini dapat diproduksi. (www.gatra.com)

2017, TNI AL Bakal Dapat 3 Kapal Selam Baru

 
2017, TNI AL Bakal Dapat 3 Kapal Selam Baru
Pemberian warga kehormatan di atas kapal selam (foto: Batur Farisi/Okezone)

Tiga unit kapal selam baru rencananya akan didatangkan pada 2017 mendatang. Kapal tersebut, akan menambah jumlah kapal yang dimiliki angkatan laut Indonesia yang kini hanya ada 2 unit saja.
Menko Perekonomian, Chaerul Tanjung, mengatakan pada masa jayanya TNI-AL sempat memiliki 12 kapal selam. Tapi saat ini hanya dua saja. padahal Indonesia merupakan negara maritim. “Nanti ke depannya akan kembali lagi ke arah 12,” kata pria yang akrab disapa CT ini usai mendapatkan penghormatan TNI-AL di Pelabuhan indah Kiyat, Merak, Kota Cilegon, Banten, Sabtu (6/9/2014).
Kapal yang dimiliki Indonesia itu, yaitu berupa dua buah kapal selam yang diberi nama NRI Nanggala 401 dan 402, jenis 209/1300. Hasil produksi Howaldtswerke, Kiel, Jerman Barat pada tahun 1981.
KRI Nanggala 402 sendiri memiliki berat selam 1,395 ton dengan panjang 59,5 meter, lebar 6,3 meter dan tinggi 5,5 meter. Kapal selam ini digerakkan tenaga mesin elektrik 4 diesel dengan kecepatan laju maksimal 21,5 knot.
Pada zaman kejayaan angkatan perang Indonesia, TNI AL sempat memiliki 12 kapal selam kelas Tjakra buatan Rusia (kelas Whiskey) yang dihapus tahun 1970-an, dan pernah dilibatkan dalam perebutan Irian Barat untuk direbut kembali ke Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Kapal selam yang menjadi andalan Indonesia itu, pernah disertakan dalam latihan tempur bersama angkatan laut Amerika, US Navy, dengan sandy Coorrperation Afloat Readness and Training/CARAT di perairan laut Jawa dan Selat Bali pada tanggal 27 Mei-03 Juni 2002 lalu.
Berikutnya, kapal selam tersebut juga ikut dalam latihan operasi laut gabungan (Latopslagab) XV/04 di samudera hindia 08 April-02 Mei 2004 lalu.
“Indonesia merupakan negara kepulauan dengan 17 ribu lebih pulau. Dimana dua pertiganya merupakan lautan, maka dibutuhkan angkatan laut yang kuat,” tutupnya. (news.okezone.com)

TOM-357 Memasuki Wilayah RI

KRI Bung Tomo (TOM-357) memasuki wilayah perairan Indonesia di sekitar Pulau Rondo, Minggu (7/9). Kedatangan KRI kelas Multirole Light Fregate (MRLF) buatan BAE System Maritime Naval Ship Inggris ini, disambut KRI Oswald Siahaan (OWA-354) di ujung paling barat pulau Sumatera, KRI TOM selanjutnya akan masuk ke jajaran Satuan Kapal Eskorta TNI AL bersama kapal fregate kelas Van Speijk. ANTARA/Joko Sulistyo/ip. (MetroTVnews.com). image 

image 

image
JKGR.

SAM Medium Indonesia

SAM Medium NASAMS II
SAM Medium NASAMS II

Indonesia tampaknya akan melirik rudal pertahanan udara / Surface to air missile (SAM) jarak menengah dalam MEF II, 2015 -2019. Alutsista ini sudah dilihat oleh user dan mereka mengaku puas terhadap performanya. Namun keputusan akhir akan berada di tangan Presiden Terpilih Joko Widodo saat nanti beliau menjabat, dan tentunya juga persetujuan Komisi I DPR.
Menurut rekan warjag (Bung Sempak), kemungkinan besar SAM jarak menengah itu buatan Eropa, alutsista yang dipakai NATO.
Clue dari SAM jarak menengah ini adalah, Menteri Pertahanan Indonesia sudah melakukan lawatan ke negara tersebut. Begitu pula dengan Panglima TNI.
Medium dan Long Range SAM rencananya akan berada di bawah Arhanud yang menjadi operatornya, bukan dari Paskhas atau TNI AU.
Pembelian Alutsista TNI
Pembelian Alutsista TNI (by Jalo)

Dari dokumentasi yang dimiliki warjag, rudal NASAMS merupakan, alutsista yang juga dimintai oleh PT DI, untuk dikembangkan di Indonesia. NASAMS menggunakan rudal AIM-120 Amraam, sehingga familiar dengan Indonesia. 
Sistem Pertahanan Udara Jarak Menengah NASAMS
Sistem Pertahanan Udara Jarak Menengah NASAMS

Tentu rudal NASAMS yang akan dijadikan SAM medium Indonesia di MEF 2, masih berupa dugaan semata. Dugaan ini bisa dipertajam, dengan memecahkan sejumlah clue yang telah disampaikan rekan Warjag Bung Sempak dan Bung Jalo, dengan opsi, jika disetujui Pemerintahan yang baru nanti. 
(JKGR).

Minggu, 07 September 2014

KRI Teluk Bintuni 520: LST Terbesar Satuan Kapal Amfibi TNI AL

24IMG_20140905_140830
Dari beragam jenis kapal perang milik TNI AL, tipe LST (landing ship tank) termasuk sepi dalam bahasan alutsista. Apalagi setelah hadirnya LPD (landing platform dock), sontak menjadi maskot TNI AL dalam misi operasi amfibi, bantuan bencana alam, operasi sosial/kesehatan, bahkan kerap difungsikan sebagai kapal markas. Meski secara teknologi LPD lebih maju dan lebih banyak kebisaan dibanding LST, tapi tetap saja, LST punya peran strategis bagi TNI AL.
Di lingkungan armada TNI AL, tipe kapal LST dan LPD masuk dalam naungan Satuan Kapal Amfibi (Satfib), yang terbagi dalam Armada RI Kawasan Barat dan Armada RI Kawasan Timur. Peran LST tentu tak bisa dikesapingkan, ibarat keberadaan C-130 Hercules di lingkup TNI AU, maka LST punya andil sebagai tulang punggung transportasi bagi TNI AL, khususnya dalam tugas-tugas serbuan amfibi. Karena luasnya wilayah lautan Indonesia, TNI AL udah sejak dahulu ‘dinobatkan’ sebagai operator LST terbanyak di kawasan Asia Tenggara.
Saat ini ujung tombak LST Satfib TNI AL masih dipercayakan pada Frosch Class buatan Jerman Timur, Frosch Class terdiri dari KRI Teluk Gilimanuk 531, KRI Teluk Celukan Bawang 532, KRI Teluk Cendrawasih 533, KRI Teluk Berau 533, KRI Teluk Peleng 535, KRI Teluk Sibolga 536, KRI Teluk Manado 537, KRI Teluk Hading 538, KRI Teluk Parigi 539, KRI Teluk Lampung 540, KRI Teluk Jakarta 541, KRI Teluk Sangkulirang 542, KRI Teluk Cirebon 543 dan KRI Teluk Sabang 544. Ditambah lagi ada varian LST besutan galangan kapal Tacoma SY, Korea Selatan. LST buatan Korea ini terdiri dari KRI Teluk Semangka 512 (purna tugas) , KRI Teluk Penyu 513, KRI Teluk Mandar 514, KRI Teluk Sampit 515, KRI Teluk Banten 516, dan KRI Teluk Ende. Bahkan TNI AL hingga kini masih mengoperasikan LST buatan AS keluaran era Perang Dunia II, yaitu KRI Teluk Bayur 502, KRI Teluk Amboina 503, KRI Teluk Ratai 509 dan KRI Teluk Bone 511. Identitas LST dicirikan dengan kode angka 5xx dan penyebutan nama Teluk di Nusantara.
Dalam setiap laga operasi tempur amfibi yang melibatkan gelar pendaratan pasukan Marinir, pendaratan tank dan pansam (panser amfibi), maka LST dipastikan selalu diikutkan. Sebut saja peran penting LST buatan AS saat operasi Seroja di Timor Timur di tahun 70-an, hingga peran LST dalam operasi pendaratan pasukan TNI saat operasi keamanan melawan separatis GAM di Aceh.
Mengingat beberapa LST TNI AL sudah memasuki usia pengabdian yang sangat tua, maka sudah merupakan keharusan untuk dilakukan penggantian dengan jenis LST yang baru ini. Itu telah terangkum dalam susunan list di MEF (minimum essential force) I. Untuk maksud pengadaan LST, TNI AL memesan 3 unit LST baru. Kementerian Pertahanan memesan 2 unit dari BUMN PT Dok dan Perkapalan Kodja Bahari dan 1 unit dari perusahaan swasta PT Daya Radar Utama (DRU) yang galangannya berada di Lampung Selatan.

KRI Teluk Bintuni 520
Dari ketiga LST pesanan Kemenhan RI, tipe pertama yang rampung adalah KRI Teluk Bintuni 520 yang dibuat PT DRU. Dari segi bobot mati, bobot kapal dalam keadaan kosong, maka Teluk Bintuni dengan bobot 2.300 ton menjadi LST terbesar TNI AL. Sebagai perbandingan LST buatan Tacoma punya bobot mati 1.800 ton, sementara yang lebih kecil, LST Frosch Class bobot matinya 1.530 ton. Bobot yang besar pada KRI Teluk Bintuni ternyata berkorelasi dengan tugas yang diembannnya, dimana kapal perang ini dirancang untuk membawa MBT (main battle tank) Leopard.
KRI Teluk Bintuni dalam proses finishing. Sumber foto: Saibumi.com
KRI Teluk Bintuni dalam proses finishing. Sumber foto: Saibumi.com
989822kapal-angkut-tank-3
Bagian buritan sebelum di cat.
Bagian buritan setelah di cat.
Bagian buritan setelah di cat.
bintuni2_zps38666668
Total kapal ini bisa membawa 10 unit MBT Leopard 2A4 yang berat tiap tank mencapai 62,5 ton. Sebuah lompatan besar, bila sebelumnya LST TNI AL hanya akrab membawa tank ringan dengan berat per tank hanya belasan ton. Selain itu, KRI Teluk Bintuni bisa membawa 2 unit helikopter, kapal ini memang dibekali dua helipad dengan fasilitas hangar. Dikutip dari situs Saibumi.com, kapal ini punya panjang 120 meter, lebar 18 meter, dengan tinggi 11 meter. Kecepatannya 16 knot dengan main engine 2×3285 KW yang ditenagai dua mesin.
KRI Teluk Bintuni terdiri dari 7 lantai yang letaknya secara berurutan dimulai dari bawah yakni deck A merupakan ruang untuk tangki dan ruang pasukan. Paling bawah adalah bottom deck yang menjadi ruang khusus mesin kapal dan deck B untuk pasukan. Lalu, deck C untuk kru kapal termasuk tempat tidur dan peralatan keseharian kru kapal. Deck D juga untuk kru kapal dan deck E untuk komandan dan para perwira. Kemudian, deck F untuk ruang komando. Terakhir, deck G alias top deck atau kompas deck digunakan untuk meletakkan dua radar utama. Belum dijelaskan tentang jenis radar yang bakal diadopsi.
Sementara untuk persenjataan, hanya diproyeksikan untuk self defence. LST ini mengandalkan meriam Bofors kaliber 40/L70 mm yang ditempatkan pada bagian haluan. Kemudian ada kanon PSU kaliber 20 mm, serta dua unit SMB (senapan mesin berat) kaliber 12,7 mm. Dalam operasi tempur, LST harus mendapat kawalan dari Satuan Kapal Eskorta atau Satuan Kapal Cepat. Secara umum KRI Teluk Bintuni sanggup dimuati 113 ABK (anak buah kapal), enam orang kru helikopter, dan pasukan sebanyak 361 orang. Untuk mengantar pasukan Marinir ke pantai, LST ini dapat membawa 4 unit LCVP (Landing Craft, Vehicle, Personnel). Untuk memudahkan loading logistik dan cargo, pada bagian depan anjungan juga dilengkapi crane, mengingatkan pada desain crane di kapal-kapal Pelni. Kapal ini ditargetkan setelah rampung akan ditampilkan dalam defile HUT TNI ke-69 yang berlangsung di Dermaga Koarmatim, Surabaya.
Tampak bagian haluan, pada posisi tengah nampak dudukan untuk meriam Bofors 40mm.
Tampak bagian haluan, pada posisi tengah nampak dudukan untuk meriam Bofors 40mm.

Dihadang Musibah
Seperti halnya KRI Klewang 625, KRI Teluk Bintuni 520 juga dihadang masalah pada saat peluncuran. Bedanya, KRI Klewang 625 sempat sukses melaut, meski kemudian hangus terbakar (total loss) beberapa hari kemudian. Sementara masalah di Teluk Bintuni lain lagi, musibah datang saat peluncuran baru akan dilakukan. Baik KRI Klewang dan KRI Teluk Bintuni punya kesamaan, kedua kapal pesanan TNI AL ini dibuat oleh perusahaan swasta nasional.
Upacara peluncuran KRI Teluk Bintuni 520 pada hari Jumat (5/9/2014) berubah menjadi bencana akibat sling penahan kapal putus sebelum kapal resmi diluncurkan. Insiden tersebut mengakibatkan dua pekerja harus dilarikan ke rumah sakit. Akibatnya, upacara peluncuran kapal yang dilakukan di tempat pembuatannya di galangan kapal PT Daya Radar Utama, Lampung Selatan menjadi batal dilaksanakan.
Lewat tabung pelampung berbahan karet inilah KRI Teluk Bintuni digerakkan ke laut.
Lewat tabung pelampung berbahan karet inilah KRI Teluk Bintuni digerakkan ke laut.

Berdasarkan kronologinya, KRI Teluk Bintuni saat itu berada di pinggir galangan. Dalam tahap persiapan, kapal berbobot 2.300 ton ini dialasi tabung-tabung pelampung berbahan karet dan bodi kapal diikat sling serat baja. Saat sejumlah pekerja sedang mempersiapkan upacara peluncuran kapal pengangkut tank Leopard ini, tiba-tiba sling putus dan otomatis tanpa dikendalikan kapal meluncur ke pinggir laut. Sejumlah pekerja yang berada di pinggir kapal berlari menyelamatkan diri. Namun, naas, dua pekerja di bibir pantai terlindas tabung pelampung karet. Beruntung, tidak ada korban yang mengalami luka serius, disebutkan korban hanya mengalami shock. Teluk Bintuni diambil dari salah satu teluk di kawasan Papua.(Danang)

Oerlikon Skyshield plus Chiron

 
Chiron, man-portable, fire-and-forget system, day-night operational
Chiron, man-portable, fire-and-forget system, day-night operational

Lanud Iswahjudi mulai dilengkapi dengan sistem pertahanan udara baru nan canggih. Kaunitharsenrat Bengsen Sathar 61 Depohar 60, Lettu Tek Fajar Ari Kumbara, dalam briefing pagi, Rabu (3/9), memberikan paparan tentang alutsista berupa persenjataan Oerlikon Skyshield 35 MM, pabrikan Rheinmetall Air Defence dari negara Switzerland.
Menurut Lettu Tek Fajar Ari Kumbara, senjata Oerlikon Skyshield 35 MM adalah senjata Penangkis Serangan Udara kaliber 35 mm yang dioperasikan secara otomatis dan diintegrasikan dengan Chiron missile.
Chiron Missile
Chiron Missile

Sedangkan Chiron Missile memiliki data teknik, jarak maksimum maksimum 7 km, Jarak efektif 3-5 km, ketinggian 3,5 km, berat missile 20 kg fuse impack dan proximity, diameter 80mm, launcher pedestal, Chiron Missile diproduksi negara Korea Selatan.
Briefing yang dilaksanakan secara rutin di ruang Tedy Kustari tersebut, diikuti oleh Komandan Lanud Iswahjudi Marsekal Pertama TNI Donny Ermawan T. M.D.S., serta segenap pejabat dan seluruh penerbang Lanud Iswahjudi. (lanud-iswahjudi.mil.id).