Jumat, 28 Februari 2014

Konflik Darfur medan operasi yang tak ringan

Konflik Darfur medan operasi yang tak ringan
Ilustrasi, (SINDOphoto).
Tentara Nasional Indonesia (TNI) Angkatan Darat (AD) mengakui, jika daerah Darfur, Sudan, merupakan medan operasi yang tidak ringan.

Hal tersebut dikatakan, Wakil Kepala Staf Angkatan Darat (Wakasad) Letnan Jenderal (Letjen) TNI Munir. Pernyataan Munir itu disampaikan di hadapan 800 prajurit TNI yang tergabung dalam Satgas Batalion Komposit TNI Kontingen Garuda (Konga) XXXV-B/UNAMID (United Nations Mission In Darfur).

Konga sebelumnya sedang melaksanakan PDT (Pre Deployment Training) beberapa waktu lalu, di Pusat Misi Pemeliharaan Perdamaian (PMPP) TNI, Sentul, Bogor, Jawa Barat, Kamis (27/2/2014).

Wakasad menegaskan, sebagai pasukan yang tergabung dalam Pasukan Perdamaian PBB, Satgas Batalion Komposit TNI Konga XXXV-B harus dapat membawa perdamaian di Darfur. “Upayakan untuk bisa berkomunikasi dengan kelompok yang bertikai, agar dapat menjadi penengah,” ucapnya.

Seperti diketahui, Batalion Komposit merupakan misi Satgas TNI pertama yang memang dipersiapkan untuk menjadi Pasukan Perdamaian PBB di Darfur, Sudan, Afrika, selama satu tahun.

Dengan dikomandani oleh Mayor Inf Rudy Sandry, alumni Akademi Militer 1997, Batalion yang berkekuatan 800 personel TNI, terdiri dari unsur TNI Angkatan Darat, TNI Angkatan Laut, TNI Angkatan Udara, dimana sebagian besar pasukan ini direkrut dari Batalyon Infanteri 721/Makkasau, Kodam VII/Wirabuana, Sulawesi.

Sementara itu, Komandan Satgas (Dansatgas) Batalion Komposit TNI Konga XXXV-B/Unamid Mayor Inf Rudy Sandry mengatakan, keberangkatan pasukan ke Darfur untuk membawa kedamaian dan harus mampu memenangkan hati dan pikiran rakyat Darfur.

Saat ini, Satgas Batalion Komposit TNI sedang melaksanakan berbagai persiapan dalam rangka penugasan ke Darfur, melalui kegiatan PDT yang diselenggarakan oleh PMPP TNI.

Personel Konga XXXV-B/Unamid dilatih dan diberikan berbagai pembekalan, yang terkait dengan  aspek  penugasannya di Darfur. Kegiatan PDT sendiri dilaksanakan sejak 18 Februari sampai dengan 19 Maret mendatang.

Kapal TNI AL Pantau Perbatasan Libanon-Israel


Kepala Staf TNI Angkatan Laut Laksamana Marsetio mengirim kapal perang KRI Frans Kaisiepo 368 ke Libanon, Jumat, 28 Februari 2014, di Komando Lintas Laut Militer, Tanjung Priok, Jakarta Utara. Kapal perang tersebut dikirim untuk misi perdamaian dari Persatuan Bangsa-Bangsa di wilayah yang masih diwarnai konflik.

KRI Frans Kaisiepo punya tugas khusus dari PBB. "Menjaga dan patroli di laut perbatasan Libanon-Israel," kata Marsetio.

Menurut dia, untuk menjaga laut Libanon, PBB membutuhkan setidaknya enam atau delapan unit kapal perang. Walau hanya mengirim satu unit kapal perang, Marsetio sudah bangga TNI bisa berkontribusi menjaga perdamaian internasional. "Sisanya ada kapal perang dari negara-negara Eropa dan lainnya." 

Dengan pengiriman KRI Frans Kaisiepo, kata dia, berarti Indonesia sudah enam kali mengirim kapal perangnya dalam misi PBB. Sebelumnya, KRI Diponegoro-365 sudah bertugas di Libanon tahun 2009, KRI Sultan Iskandar Muda-367 pada 2011, dan KRI Sultan Hasanuddin-366 tahun 2012. KRI Frans Kaisiepo sebelumnya juga pernah mengemban misi perdamaian di Libanon pada 2010.

Marsetio yakin seratus prajurit yang ikut berlayar bersama KRI Frans Kaisiepo dapat bertugas secara maksimal di Libanon. Sebab, mereka sudah menjalani serangkaian latihan dan seleksi yang ketat. Perwakilan PBB dari New York pun bertandang ke Indonesia untuk mengecek kesiapan personel dan peralatan tempur TNI AL. "Bukan cuma personel, tapi meriam, peluru kendali, dan helikopter di kapal juga dicek," katanya.

Karena itu, Marsetio yakin anak buahnya bakal sukses bertugas di Libanon. "Selama ini pasukan TNI yang bertugas (di luar negeri) selalu pulang dengan pujian dari PBB."

KRI Frans Kaisiepo membawa seratus personel TNI yang terdiri atas 88 anak buah kapal perang, tujuh pilot helikopter penerbang Angkatan Laut, serta masing-masing satu perwira kesehatan, satuan Komando Pasukan Katak, penyelam, perwira intelijen, dan perwira penerangan. Kapal korvet kelas SIGMA (Ship Integrated Geometrical Modulary Approach) dikomandani Letnan Kolonel Laut Ade Nanno Suwardi.

KRI Frans Kaisiepo akan bertugas selama sepuluh bulan: delapan bulan untuk bertugas di Libanon dan dua bulan dipakai untuk pergi-pulang Indonesia-Lebanon.

Tempo. 

MiG-17 Fresco: Kebanggaan AURI Era Soekarno

Dogfight antara F-4 Phantom dan MIG-17 Fresco di perang Vietnam
Dogfight F-4 Phantom dan MIG-17 Fresco di perang Vietnam

Tengah hari bolong, 9 Maret 1960, sebuah MiG-17F Fresco dari skadron udara 11 AURI, menukik ke arah Istana Merdeka. Sejurus kemudian rentetan tembakan terdengar memecah udara siang yang panas itu. Berondongan peluru menghunjam ke beberapa bagian Istana. Asalnya dari moncong kanon 23 mm Fresco bernomor 1112 yang diterbangkan Letnan II Penerbang Daniel Maukar. Untungnya Presiden Soekarno sedang tak berada di Istana ketika itu.
Berbagai spekulasi memang merebak di balik insiden yang mencoreng AURI tersebut. Yang jelas, Letnan Daniel memang sudah merencanakan aksi nekatnya itu. Ia bahkan sudah menetapkan target dan jalur pelarian. Begitu lepas landas dari bandara Kemayoran, ia membawa pesawatnya memutar menuju Plumpang, mencoba menembak depot minyak milik Shell, setelah itu banting setir ke kanan menuju Istana Merdeka. Dari sana, Daniel ngebut ke Bogor untuk memberondong Istana Bogor, baru kemudian kabur ke arah Garut. Ia mendarat darurat di pesawahan di daerah Kadungora, Garut, untuk tak lama kemudian ditangkap aparat keamanan.
MIG-17 TNI-AU di pintu masuk Lanud Iswahyudi, Madiun
MIG-17 TNI-AU di pintu masuk Lanud Iswahyudi, Madiun

Meskipun gagal meledakkan depot minyak Shell, serta hanya menyebabkan lecet tak berarti di Istana Merdeka, dan menuai cercaan, tapi banyak kalangan penerbang mengakui bahwa aksi itu hanya bisa dilakukan oleh pilot brilian, mengingat tingkat kesulitan manuver-manuver yang harus dilakukannya. Sekaligus juga sebagai ajang pembuktian kemampuan manuver MiG-17F Fresco, yang disebut-sebut sebagai penempur lincah ini.
Tampilan kokpit MIG-17 Fresco
Tampilan kokpit MIG-17 Fresco

Tapi ironis juga, mengingat Fresco yang masuk jajaran AURI tersebut adalah pesawat gres yang baru didatangkan dari Uni Soviet dalam rangka persiapan Operasi Trikora, operasi pembebasan Irian Barat dari cengkeraman Belanda. Alih-alih menunjukkan kehebatannya dalam Palagan Irian, yang tak kesampaian karena konflik akhirnya diakhiri di meja diplomasi, justru Fresco unjuk gigi menembaki Istana sendiri.
Fresco termasuk di antara jajaran pesawat tempur modern (pada saat itu) yang pernah dimiliki angkatan udara Indonesia. Datang dalam satu paket bersama MiG-15 Fagot, MiG-21 Fishbed, Tu-16 dan lain-lain, sebagai hasil hubungan mesra Indonesia dengan Uni Soviet. Mulai masuk AURI pada 1960 dan pensiun pada 1969, usia operasional yang sangat singkat untuk sebuah jet tempur.

Kelahiran Fresco
MiG-17 yang oleh pihak NATO dijuluki “Fresco” dibuat oleh Mikoyan-Gurevich, salah satu pabrikan pesawat perang tersukses di Uni Soviet. Pesawat yang dirancang sebagai fighter ini, merupakan penyempurnaan dari pendahulunya, MiG-15 Fagot. Dari bentuk dan spesifikasi, nyaris semuanya mirip dengan “kakak”nya itu. Kecuali semacam sirip kecil yang membelah sayap. Pada Fagot, sirip itu hanya dua, sementara di Fresco ada tiga.
MIG-17 dengan afterburner
MIG-17 dengan afterburner

Kelahiran jet tempur berkecepatan subsonik ini, sedikit banyak juga dipicu dengan kehandalan F-86 AVON Sabre, buatan Amerika, yang jadi seteru bebuyutannya Soviet. Pada perang Korea, terbukti Sabre lebih ampuh dan mampu mengatasi kegesitan MiG-15. Belajar dari kekurangan MiG-15 itulah, kemudian Soviet mulai merancang Fresco.
Pada dasarnya, pesawat ini dirancang sebagai pesawat penempur (fighter), yang nantinya bakal ditugaskan meladeni penempur-penempur Amerika. MiG-15 sendiri secara struktur aerodinamisnya sebenarnya sudah sangat memenuhi syarat dan sudah teruji kegesitannya di kancah perang udara. Maka itu, dari sisi rancang bentuk aerodinamika, tak banyak pengembangan yang dilakukan. Bahkan mesinnya pun sama-sama menggunakan mesin Klimov VK-1.
Prototipenya yang dinamai SI terbang perdana pada Januari 1950. Dua bulan kemudian, SI mengalami kecelakaan terbang saat uji coba. Itu membuat para insinyur MiG bekerja keras, mengevaluasi kembali titik-titik lemah SI, dan memperbaiki kekurangan tersebut. Hasilnya memuaskan. Prototipe selanjutnya, SI-2, berhasil melalui rangkaian uji terbang. Meski dengan mesin sama, pesawat baru ini terbukti mampu terbang lebih cepat dari pendahulunya, dan memiliki kemampuan manuver jauh lebih baik saat terbang tinggi (high altitude).
Produksi pertama dimulai pada September 1951. Generasi pertama Fresco dirancang sebagai penempur subsonik siang, dan memiliki tiga kanon untuk persenjataannya. Dua kanon NR-23 kaliber 23 mm (100 rounds) serta satu NR-37 kaliber 37 mm (40 rounds). Persenjataan itu ditempatkan di bawah moncong pesawat, persis di bawah air intake. Selain itu, Fresco juga mampu menggendong bom 100 kg, yang dicantelkan di bawah sayapnya. Itu membuat pesawat ini juga bisa berfungsi sebagai fighter-bomber. Namun pada prakteknya, cantelan bom tersebut lebih sering dipakai untuk mengangkut tangki bahan bakar cadangan (external tanks).
MIG-17 Uni Soviet
MIG-17 Uni Soviet

Dalam pengembangannya, Fresco memiliki sejumlah varian dengan penambahan kemampuan atau konversi fungsi. Seperti pada varian MiG-17P yang dilengkapi radar Izumrud-1 (RP-1), yang dirancang sebagai pesawat pencegat (interceptor). Varian ini juga dirancang sebagai penempur segala cuaca (all weather fighter). Pengembangan lain melahirkan varian MiG-17F, yang mesin VK-1F nya sudah mengadopsi teknologi afterburner, yang membuat pesawat melejit lebih cepat. Sementara varian MiG-17PM, sudah mampu menggendong empat misil udara ke udara jenis K-5 (AA1-Alkali), tapi konsekuensinya tak punya kanon. Varian ini juga dilengkapi radar pembidik pesawat lawan. Varian lain difungsikan sebagai pesawat pengintai.

Pengalaman Perang
silvermig17

Meski dirancang untuk menandingi F-86 Sabre, toh Fresco tak sempat diterjunkan ke kancah perang Korea di tahun 50-an. Padahal, dalam kancah perang di semenanjung Korea itulah Sabre merajalela, menerkam pesawat-pesawat MiG-15 Korea. Bentrokan antara Fresco dan Sabre, dilaporkan pertama kali terjadi di selat Taiwan. Saat itu, Fresco milik angkatan udara Cina terlibat dule udara dengan F-86 Sabre Taiwan.
Fresco sendiri baru meraih nama harum ketika terjun di palagan udara Vietnam. Dengan joki-joki handal dari VPAF (angkatan udara Vietnam Utara), Fresco menjadi momok menakutkan bagi pilot-pilot angkatan udara maupun angkatan laut Amerika. Padahal, di situ Fresco menghadapi lawan yang jauh lebih modern, semacam F-4 Phantom dan jet serang darat F-105 Thunderchief. Padahal lagi, kedua pesawat andalan Amerika itu punya kelebihan mampu terbang super sonik, sementara Fresco “cuma” pemburu sub-sonik. Namun, pilot-pilot VPAF mampu memaksimalkan kelincahan Fresco, sehingga banyak pesawat Amerika yang rontok dibuatnya. Terutama pada periode awal-awal perang. Top ace VPAF untuk pilot MiG-17 adalah Nguyen Van Bay, yang berhasil merontokkan 7 pesawat Amerika. Di antara pesawat yang dijatuhkan Van Bay, ada satu Phantom dan satu Thunderchief.
MIG-17 AURI jadi monumen di obyek wisata Sarangan, Magetan
MIG-17 AURI jadi monumen di obyek wisata Sarangan, Magetan

Pesawat pencegat yang pernah jadi andalan angkatan udara Blok Timur (Pakta Warsawa) ini, sebagian besar sudah pensiun dari operasional. Namun begitu, masih ada pula negara yang mengoperasikan Fresco hingga kini. Sebagian besar adalah negara-negara Afrika, semacam Sudan, Angola, Mali, dan lain-lain. Korea Utara juga masih mengoperasikan pencegat lincah ini. Sementara Indonesia, sejak akhir 1969 silam sudah memensiunkan Fresco. Kini, sosok Fresco yang bulat terpajang menjadi koleksi museum dirgantara dan menjadi monumen di pangkalan udara TNI-AU. (Aulia Hs)
Spesifikasi:
• Crew: One
• Length: 11.36 m (37 ft 3 in)
• Wingspan: 9.63 m (31 ft 7 in)
• Height: 3.80 m (12 ft 6 in)
• Wing area: 22.6 m² (243.2 ft²)
• Empty weight: 3,930 kg (8,646 lb)
• Loaded weight: 5,354 kg (11,803 lb)
• Max takeoff weight: 6,286 kg (13,858 lb)
• Powerplant: 1× Klimov VK-1F afterburning turbojet, 33.1 kN with afterburner (7,440 lbf)
Performance
• Maximum speed: 1,144 km/h at 3,000 m (711 mph at 10,000 ft (3,000 m))
• Range: 1,080 km, 1,670 km with drop tanks (670 mi / 1,035 mi)
• Service ceiling: 16,600 m (54,500 ft)
• Rate of climb: 65 m/s (12,795 ft/min)
• Wing loading: 237 kg/m² (48 lb/ft²)
• Thrust/weight: 0.63
Armament
• 1x 37 mm Nudelman N-37 cannon (40 rounds total)
• 2x Nudelman-Rikhter NR-23 cannons (80 rounds per gun, 160 rounds total)
• Up to 500 kg (1,100 lb) of external stores on two pylons, including 100 kg (220 lb) and 250 kg (550 lb) bombs or fuel tanks.

Indomil.

Panglima TNI: Indonesia bisa menjadi macan asia


Panglima TNI, Jenderal TNI Moeldoko menyatakan, Indonesia bisa kembali menjadi macan Asia tidak saja di bidang pertahanan militer tetapi juga ekonomi.

"Sangat bisa doong (menjadi macan Asia, red)," katanya dalam perbincangan dengan ANTARA di sela-sela kunjungan lima hari kerjanya di Beijing.

Moeldoko menuturkan Indonesia telah mengalami kemajuan di beragam bidang.

"Meski banyak yang kurang sreg, kalau indikatornya adalah ekonomi, tapi harus diakui ekonomi kita pertumbuhannya positif," katanya.

Selain itu, makin meningkatnya kelompok masyarakat menengah ke atas, yang otomatis sangat adaptif dengan globalisasi.

"Artinya, masyarakat kita semakin memahami pekembangan dan persaingan global yang dihadapi, dan tahu bagaimana menyikapinya," kata Moeldoko.

Selain itu, lanjut dia, daya beli masyarakat juga masih dapat dipertahankan pada tingkatan yang positif.

"Dari sisi situasi politik, pertahanan dan keamanan, Indonesia juga relatif kondusif. Jika ada gejolak pun, itu hanya di tingkat elit. Dengan kondisi yang positif itu Indonesia sangat kondusif bagi investor dari luar. Artinya, ekonomi Indonesia terus mengalami pertumbuhan," tutur Panglima TNI.

Moeldoko yang memiliki motto soldier by choice, a general by career and patriot by nature itu yakin, di bidang pertahanan dan militer Indonesia juga akan semakin besar, modern dan profesional, tanpa kehilangan jati dirinya.

"Saat ini kekuatan pokok minimum kita sekitar 32 persen dan akan meningkat menjadi 42 persen. Ini menunjukkan Indonesia serius dan konsisten meningkatkan kemampuan pertahanan militernya, sesuai perkembangan dan dinamika ancaman yang dihadapi," katanya.

Pada 2014 persenjataan TNI semakin bertambah, seperti 102 alat utama sistem senjata (alutsista) baru pada rencana strategis pembangunan TNI Angkatan Udara 2010-2014, berupa pesawat tempur F-16, T-50i, Sukhoi, Super Tucano, CN-295, pesawat angkut Hercules, Helikopter Cougar, Grob, KT-1, Boeing 737-500 dan radar.

TNI Angkatan Darat, selain membeli 114 unit tank Leopard, pemerintah juga mengadakan 28 unit helikopter dan delapan unit Apache tipe AH-64E. Tepatnya sebanyak 30 unit Leopard dan 21 Marder akan tiba sebelum bulan september 2014.

Tak hanya itu meriam Caesar, dimana dari 37 unit, 4 unit diantaranya akan tiba sebelum Oktober 2014. Sementara untuk roket MLRS Astros II akan tiba 13 unit sebelum Oktober 2014. TNI AD juga akan dilengakpi rudal pertahanan udara jenis Starstreak serta Mistral dijadwalkan juga tiba sebelum Oktober 2014, khususnya Mistral akan datang sebanyak 9 unit pada Juni 2014.

Untuk matra laut, terdapat peningkatan Kapal perang korvet kelas Fatahillah, Kapal latih pengganti KRI Dewaruci, pengadaan 2 unit Kapal Hidro Oceanografi, dan lain lain. Untuk tank amfibi BMP-3F sebanyak 37 unit, beberapa diantaranya sedang dalam proses uji terima.

Sementara panser amfibi BTR-4 sebanyak lima unit, dimana dua unit diantaranya akan tiba di tanah air pada September 2014.

"Menjadi kekuatan yang diperhitungkan, sebagai macan di Asia, tidak bisa sekadar bersandar pada pertumbuhan ekonomi saja, atau kekuatan militer saja. Tetapi Indonesia harus benar-benar kuat dan solid di berbagai bidang, ya ekonomi, politik, hukum, pertahanan, militer dan seterusnya," ujar Moeldoko menekankan.

Diplomasi yang dilakukan semua pihak juga harus kuat, lanjut dia.

"TNI sebagai bagian dari Pemerintah Indonesia juga menjalankan misi diplomasi, antara lain memberikan gambaran, jaminan bahwa Indonesia kuat, aman, dan kondusif bagi pertumbuhan ekonomi, bagi para investor asing yang akan menanamkan modalnya di Indonesia dan seterusnya," tutur Moeldoko.

Pesawat Tempur Golden Eagle Alami Kendala di Langit Pemalang

Ada empat jet T-50i yang akan terbang menuju Madiun.

Pesawat Tempur T-50i Golden Eagle di Halim Perdanakusumah
Pesawat Tempur T-50i Golden Eagle di Halim Perdanakusumah (VIVAnews/Muhamad Solihin)
Jet tempur T-501 "Golden Eagle" milik TNI Angkatan Udara yang akan menuju Bandara Iswahjudi, Madiun, Jawa Timur, mendarat darurat di Penerbad Bandara Ahmad Yani, Semarang, Jawa Tengah, akibat mengalami kendala pada indikator generator. Pesawat buatan Korea ini baru 10 hari tiba di Indonesia.

Menurut Kepala Dinas Penerangan Umum TNI Angkatan Udara, Marsma Hadi Tjahjanto, ada empat jet T-50i Golden Eagle yang terbang menuju Madiun. Satu pesawat terpaksa memisahkan diri dari rombongan karena indikator genarator pesawat menyala.

"Bukan karena mesin mati. Pesawat ini hanya memiliki satu mesin, tapi ada indikator sistem kelistrikan yang menyala. Pesawat mengalami kendala di Pemalang, Jawa Tengah," katanya.

Menurut Hadi, pesawat bisa saja terus terbang hingga ke Madiun bila dalam kondisi perang, tapi dalam kondsisi normal saat ini dan untuk keamanan, pesawat harus turun di Semarang.

"Pesawat ini kami terbangkan karena landasan baru bisa dibuka akibat erupsi Gunung Kelud. Tiga pesawat terus ke Madiun, satu turun di Semarang sekitar  pukul 08.30 WIB," katanya lagi.

Hadi mengungkapkan setelah tiba di Halim Perdanakusumah pada Kamis 13 Februari 2014 pagi dari Korea, jet ini memang tidak masuk hanggar karena keterbatasan tempat.

"Iya baru dari Korea kemarin, pesawat itu tidak dimasukkan dalam hanggar, kemungkinan ada kelembaban udara. Ada indikator yang menyala," katanya.

Saat ini T-50i Golden Eagle yang mendarat darurat sudah diparkir dan sedang dalam pengecekan. Bila tidak ada kendala akan kembali terbang ke Pangkalan Udara Iswahjudi.

"Kita akan cek dengan tester yang sedang dibawa dari Madiun dengan Hercules. Bila tidak ada kendala, sore bisa langsung terbang," katanya.

Sebagai pesawat tempur, T-50i Golden Eagle dilengkapi mesin General Electric F404-GE-102 yang mampu menghasilkan daya dorong 17.700 pounds dengan after burner dan 11.000 pounds dengan tenaga mil power. Bahkan, bila dibutuhkan, kecepatan maksimal bisa mencapai 1,5 mach atau 1,5 kali kecepatan suara.

Dalam konfigurasi lengkap pada bobot maksimal 27.322 pounds (14 ton) pesawat ini mampu dengan mudah menanjak hingga ketinggian mencapai 55.000 kaki dari permukaan laut.

Desain dan penampilannya sekilas mirip F16. Sebagai pesawat tempur, T-50i memiliki kelincahan, kepraktisan, dan kemampuan persenjataan untuk digunakan sebagai misi multirole. Sanggup bertempur di udara dan cukup mematikan terhadap sasaran bawah. Total kapasitas angkut persenjataan sekitar 10.500 pounds atau 15 ton.

Pesawat ini juga dilengkapi cannon gatling internal 3 laras general dynamics 20 mm yang mampu menyemburkan 2.000 peluru per menit. Canon ini ditempatkan di sisi kiri kokpit. Lima external station pada bagian under fuselage dan under wing serta dua missile laucher rail pada wing tip untuk membawa semua jenis bom, rudal maupun roket.
 

Pesawat Tempur Golden Eagle Mendarat Darurat di Semarang

Pesawat buatan Korea ini baru sepuluh hari tiba di Indonesia.

 Pesawat Tempur T-50i Golden Eagle di Halim Perdanakusuma
Pesawat Tempur T-50i Golden Eagle di Halim Perdanakusuma (VIVAnews/Muhamad Solihin)
Sebuah pesawat tempur TNI Angkatan Udara T-50i mendarat darurat di Lapangan Udara Penerbad Bandara Ahmad Yani, Semarang, Jawa Tengah, Jumat, 28 Februari 2014. Pesawat mendarat darurat, karena mengalami kerusakan mesin yang membuat salah satu mesin mati.

"Salah satu mesinnya mati. Kemudian, pesawat itu mendarat darurat di Lanud Penerbad (TNI AD)," kata Sudiono, petugas Air Traffic Control (ATC) Bandara Ahmad Yani, Semarang.

Peristiwa tersebut tidak mengganggu aktivitas Lanud Penerbad. "Saat pesawat mendarat, sudah bisa langsung ditarik dan dilakukan perbaikan," ujar Sudiono.

Pesawat tempur itu terbang dari Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur. Semula, ada 2 pesawat tempur T-50i yang terbang dari Jakarta. Satu pesawat kemudian mendarat di Bandara Madiun untuk pengisian bahan bakar.

Satu pesawat lain akhirnya mendarat darurat di Bandara Ahmad Yani. Saat ini, sedang dilakukan penambahan oli dan perbaikan wiper. Direncanakan sore ini juga akan langsung melanjutkan perjalanan. (art)
 

Anggaran Alutsista Rp 27 T Ditolak Menkeu, Ini Tanggapan Menhan

http://images.detik.com/content/2014/02/27/4/204419_alut2.jpg Anggaran Alat Utama Sistem Persenjataan (Alutsista) Rp 27 triliun tahun ini ditolak Menteri Keuangan Chatib Basri. Apa tanggapan Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro soal hal ini?
Menurut Purnomo, sejak awal kabinet Indonesia Bersatu Jilid II dimulai, nilai anggaran Alutsista mencapai Rp 150 triliun. Namun tahun ini masih ada sisa Rp 27 triliun.

"Itukan diberikan dalam bentuk Perpres 35/2010. Artinya total Rp 150 triliun. Dalam perjalanannya itu kan kita belanjakan untuk pembangunan Alutsista. Angkatan Udara sudah kita gelar kemarin, habis itu Laut dan Darat. Untuk menyampaikan kepada publik pertanggungjawaban terhadap dana yang kita anggarkan. Dari Rp 150 triliun itu, kelihatannya belum kepakai Rp 27 triliun, dan itu memang tak diberikan (ditolak0," ujar Purnomo di kantor Presiden, Jalan Medan Merdeka Utara, Jakarta, Kamis (27/2/2014).

Purnomo menegaskan, hal tersebut tidak membuat pertahanan milik Indonesia menjadi melempem ataupun berkurang. Menurutnya, dana Alutsista yang selama ini sudah dibelanjakan cukup kuat membangun infrastruktur pertahanan Indonesia.

"Karena yang kita lakukan itu, misalkan F-16, itu bujetnya beli 6, ternyata kita bisa dapat 24. Enam itu kan bujet beli baru, kita dapat sekarang yang second hand, tapi kita upgrade lebih bagus lagi," terang Purnomo.

Mantan Menteri ESDM ini mengaku, Indonesia sudah mendapat banyak peralatan tempur dari dana yang terpakai selama ini. Bahkan dalam perencanaan, awalnya Indonesia yang tidak memasukan pesawat Hercules, namun karena adanya kelebihan dana maka Indonesia bisa membeli Hercules bekas dari Australia.

"Bahkan Apache (helikopter) yang tadinya tidak masuk dalam daftar untuk renstra (rencana strategi), sekarang kontraknya sudah jalan. Hercules Australia yang dulunya tak masuk daftar, sekarang bisa masuk karena kita butuh heli transportasi. Jadi walaupun Rp 27 triliun tidak diberikan, saya kira ini salah satu bentuk efisiensi yang kita lakukan," tutup Purnomo.