(ANTARA FOTO/Widodo S. Jusuf)
Kehadiran Delegasi Sekretaris Dewan Keamanan Federasi Rusia, yang
dipimpin Nikolai Patrushev bertemu dengan Presiden Joko Widodo, juga
dimanfaatkan untuk menawarkan sejumlah peralatan militer canggih mereka.
Bahkan Rusia tidak hanya menjual, tapi juga siap melakukan
transfer of technology atau TOT, kepada pemerintah Indonesia.
"Mereka (Rusia) menawarkan beberapa alat-alat canggih yang bersedia
untuk TOT (Transfer of Technology) juga, yaitu mulai dari SU 35
(sukhoi), helikopter sampai dengan peralatan-peralatan canggih lainnya,
kapal selam, kapal cepat," kata Menteri Koordinator Bidang Politik,
Hukum dan Keamanan, Luhut Binsar Pandjaitan, di Istana Merdeka, Jakarta,
Rabu 10 Februari 2016.
Luhut mengaku, belum ada pembicaraan teknis untuk pembelian itu. Namun
Rusia sudah mengajak Luhut dan Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu,
untuk berkunjung dan melihat secara langsung, alutsista unggulan yang
ditawarkan itu.
Namun setidaknya, keinginan membeli itu sudah selangkah di depan.
Mengingat, Kementerian Pertahanan sudah juga meninjau peralatan canggih
Rusia.
"Kemenhan sudah menjajaki kemungkinan-kemungkinan pembelian alat itu,
tentu tidak lepas dari usulan TNI, karena TNI yang paling berkepentingan
atau pengguna," kata Luhut.
Selain itu, Indonesia juga tidak hanya membeli. Tapi juga, ada transfer teknologi, sehingga Indonesia tidak semata-mata menjadi
market atau pasar.
Presiden Joko Widodo, lanjut Luhut, tentu menginginkan peralatan yang
canggih dari TNI melalui pengadaan alat utama sistem pertahanan atau
alutsista. Apalagi, saat ini kondisi perekonomian Indonesia sudah
membaik, dibanding tahun 2015 lalu.
Sehingga, anggaran TNI dan polisi terkait pengadaan alutsista tersebut,
juga akan meningkat. "Oleh karena itu, kita ingin mengembangkan
industri strategis kita. Dalam konteks itu, kita membuka peluang kerja
sama dengan industri pertahanan mereka (Rusia)," jelas dia.
Viva.