Kapal Bakamla
Badan Keamanan Laut (Bakamla) terus memperkuat kemampuannya dalam
menjaga kedaulatan perairan Indonesia. Salah satunya dengan melengkapi
landasan peluncur peluru kendali dan senjata mesin kaliber 12,7 mm pada
kapal mereka.
Pelaksana tugas Sekretaris Utama (Sestama) Bakamla Laksma Maritim, Dicky R Munaf mengatakan, ada enam kapal yang dipasang alat utama sistem persenjataan (alutsista) dan landasan peluncur peluru kendali. Enam kapal itu seri 48 meter mulai dari 01 hingga 06.
“Di kapal kita siapkan juga landasan peluncur peluru kendali, kalau dalam kondisi perang bisa digunakan, karena kita bagian dari komponen cadangan,” ujar Dicky, Jakarta, Rabu (10/2/2016).
Penempatan alutsista di kapal Bakamla telah sesuai aturan dari Menteri Pertahanan Nomor 7 Tahun 2010 tentang pedoman perizinan, pengawasan dan pengendalian senjata api standar militer di luar lingkungan Kementerian Pertahanan dan TNI.
“Karena kita masuk kategori komponen cadangan. Memang disiapkan jika terjadi perang. Makanya kita ada latihan nuklir, tembak dan SAR,” ujarnya.
Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) 2015-2019 Bakamla menargetkan memiliki 30 kapal, dengan rincian: kapal berukuran 16 meter sebanyak 14 unit. Kapal ukuran 80 meter sebanyak 10 unit dan kapal 110 meter sebanyak empat unit. Saat ini Bakamla baru memiliki enam kapal, sisanya masih dalam proses pengadaan.
Pengadaan kapal berukuran besar penting bagi Bakamla, karena ada kecenderungan kapal-kapal asing melakukan illegal fishing dengan melakukan aksi di garis perbatasan. Sementara, kapal milik TNI AL yang beroperasi masih terbatas.
“Kalau di perairan di bawah 24 NM ada kapal-kapal dari lembaga dan instansi lain. Tapi kalau perairan di atas itu masih sedikit kapal yang patroli,” ucapnya.
Adanya kapal berukuran besar di periran Selatan Jawa dan Barat Sumatera, sangat penting karena selama ini wilayah itu kurang mendapat pengawasan. “Kita perkuat di sana, kita harus ada di sana. Di perairan ini banyak aksi people smuggling, banyak kejadian di utara Aceh tapi tidak mungkin sampai ke sana harus kapal berukuran 110 meter,” ucapnya.
Pelaksana tugas Sekretaris Utama (Sestama) Bakamla Laksma Maritim, Dicky R Munaf mengatakan, ada enam kapal yang dipasang alat utama sistem persenjataan (alutsista) dan landasan peluncur peluru kendali. Enam kapal itu seri 48 meter mulai dari 01 hingga 06.
“Di kapal kita siapkan juga landasan peluncur peluru kendali, kalau dalam kondisi perang bisa digunakan, karena kita bagian dari komponen cadangan,” ujar Dicky, Jakarta, Rabu (10/2/2016).
Penempatan alutsista di kapal Bakamla telah sesuai aturan dari Menteri Pertahanan Nomor 7 Tahun 2010 tentang pedoman perizinan, pengawasan dan pengendalian senjata api standar militer di luar lingkungan Kementerian Pertahanan dan TNI.
“Karena kita masuk kategori komponen cadangan. Memang disiapkan jika terjadi perang. Makanya kita ada latihan nuklir, tembak dan SAR,” ujarnya.
Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) 2015-2019 Bakamla menargetkan memiliki 30 kapal, dengan rincian: kapal berukuran 16 meter sebanyak 14 unit. Kapal ukuran 80 meter sebanyak 10 unit dan kapal 110 meter sebanyak empat unit. Saat ini Bakamla baru memiliki enam kapal, sisanya masih dalam proses pengadaan.
Pengadaan kapal berukuran besar penting bagi Bakamla, karena ada kecenderungan kapal-kapal asing melakukan illegal fishing dengan melakukan aksi di garis perbatasan. Sementara, kapal milik TNI AL yang beroperasi masih terbatas.
“Kalau di perairan di bawah 24 NM ada kapal-kapal dari lembaga dan instansi lain. Tapi kalau perairan di atas itu masih sedikit kapal yang patroli,” ucapnya.
Adanya kapal berukuran besar di periran Selatan Jawa dan Barat Sumatera, sangat penting karena selama ini wilayah itu kurang mendapat pengawasan. “Kita perkuat di sana, kita harus ada di sana. Di perairan ini banyak aksi people smuggling, banyak kejadian di utara Aceh tapi tidak mungkin sampai ke sana harus kapal berukuran 110 meter,” ucapnya.
Sindonews.com