Kamis, 11 Februari 2016

Kekuatan Armada Kapal KPLP

Kapal KPLP
Kapal KPLP 5
Kapal KPLP 3
Kapal KPLP 4
Kapal KPLP 2

Saat ini bukan hanya Bakamla yang sedang menggenjot jumlah kapal patroli mereka, tapi juga Departemen Perhubungan.
Kementerian Perhubungan baru saja mengoperasikan tiga kapal patroli ukuran 42 meter untuk Kesatuan Penjagaan Laut dan Pantai (KPLP) di Dermaga Utara Pelabuhan Batuampar, Batam, Provinsi Kepulauan Riau. Kapal itu adalah KN Gerantin yang akan digunakan di pangkalan Surabaya, KN Pasatimpo di pangkalan di Bitung, dan KN Rantos di Pangkalan Tanjung Uban.
Kapal-kapal itu bagian dari pengadaan 200 kapal Kementerian Perhubungan, yang sekitar 30 persennya adalah kapal patroli. Kementerian Perhubungan membutuhkan kapal patroli nonmiliter sekitar 500 kapal, yang separuh diantaranya harus kapal kelas satu dan kelas dua.
Saat ini Kementerian Perhubungan memiliki 242 kapal KPLP, namun rata-rata ukuran kecil, dan ukuran besar hanya sekira 30 kapal. Untuk itu kini Kementerian Perhubungan sedang membangun kapal kapal besar untuk Patroli KPLP. Kapal dengan desain terbaru akan dilengkapi alat navigasi canggih.
 
Antara

Panser Badak Lakukan Uji Ketahanan

  panser badak 2UJI OVER & UNDER STEERING
panser badak 3UJI RADIUS PUTAR
panser badak 4UJI BEBAN PANAS
panser badak 5UJI PERCEPATAN / PERLAMBATAN
panser badak 6UJI OFF ROAD

panser badak 7UJI INTENSITAS CAHAYA
panser badak 8UJI LINTAS AIR
panser badak
UJI DAYA TAHAN 3X24 JAM
 
Kemampuan panser Badak terus ditingkatkan PT Pindad, sebelum diproduksi massal, untuk pesanan pertama 50 panser dari Kementerian Pertahanan. Panser ini akan digunakann oleh TNI AD, sebagai fire support dari pergerakan pasukan infanteri.
 
 

Kapal Bakamla Dilengkapi Peluncur Rudal

  Kapal Bakamla
Kapal Bakamla
 
Badan Keamanan Laut (Bakamla) terus memperkuat kemampuannya dalam menjaga kedaulatan perairan Indonesia. Salah satunya dengan melengkapi landasan peluncur peluru kendali dan senjata mesin kaliber 12,7 mm pada kapal mereka.
Pelaksana tugas Sekretaris Utama (Sestama) Bakamla Laksma Maritim, Dicky R Munaf mengatakan, ada enam kapal yang dipasang alat utama sistem persenjataan (alutsista) dan landasan peluncur peluru kendali. Enam kapal itu seri 48 meter mulai dari 01 hingga 06.
“Di kapal kita siapkan juga landasan peluncur peluru kendali, kalau dalam kondisi perang bisa digunakan, karena kita bagian dari komponen cadangan,” ujar Dicky, Jakarta, Rabu (10/2/2016).
Penempatan alutsista di kapal Bakamla telah sesuai aturan dari Menteri Pertahanan Nomor 7 Tahun 2010 tentang pedoman perizinan, pengawasan dan pengendalian senjata api standar militer di luar lingkungan Kementerian Pertahanan dan TNI.
“Karena kita masuk kategori komponen cadangan. Memang disiapkan jika terjadi perang. Makanya kita ada latihan nuklir, tembak dan SAR,” ujarnya.

image
Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) 2015-2019 Bakamla menargetkan memiliki 30 kapal, dengan rincian: kapal berukuran 16 meter sebanyak 14 unit. Kapal ukuran 80 meter sebanyak 10 unit dan kapal 110 meter sebanyak empat unit. Saat ini Bakamla baru memiliki enam kapal, sisanya masih dalam proses pengadaan.
Pengadaan kapal berukuran besar penting bagi Bakamla, karena ada kecenderungan kapal-kapal asing melakukan illegal fishing dengan melakukan aksi di garis perbatasan. Sementara, kapal milik TNI AL yang beroperasi masih terbatas.
“Kalau di perairan di bawah 24 NM ada kapal-kapal dari lembaga dan instansi lain. Tapi kalau perairan di atas itu masih sedikit kapal yang patroli,” ucapnya.
Adanya kapal berukuran besar di periran Selatan Jawa dan Barat Sumatera, sangat penting karena selama ini wilayah itu kurang mendapat pengawasan. “Kita perkuat di sana, kita harus ada di sana. Di perairan ini banyak aksi people smuggling, banyak kejadian di utara Aceh tapi tidak mungkin sampai ke sana harus kapal berukuran 110 meter,” ucapnya.
 
Sindonews.com

TNI AD Pamerkan Drone OS Wifanusa

  drone-os-wifanusa
 
Drone OS Wifanusa dipajang di Mabes TNI Angkatan Darat, 11/02/2016, bertepatan dengan Focus Group Discussion (FGD) dengan tema Pemanfaatan UAV pada Angakatan Darat diadakan di Aula AH Nasution, Mabes TNI AD. OS Wifanusa adalah satu dari sejumlah drone yang nantinya digunakan TNI AD.
Staf Ahli Kepala Staf TNI AD Mayjen TNI Turmarhaban Rajagukguk mengatakan untuk menunjang tugas pokok, TNI AD membutuhkan alutsista pesawat terbang tanpa awak. “Ini bagian dari modernisasi alutsista untuk mendukung tugas pokok TNI AD. Drone salah satu kebutuhan kita,” ujar Mayjen Rajagukguk usai menghadiri FGD.
image

Dari sejumlah drone yang dipamerkan, OS Wifanusa satu-satunya yang bisa take off dan landing di air dan landasan darat. Drone ini cocok untuk Indonesia yang mayoritas luas wilayahnya adalah laut. “Drone ini salah satu prototipe yang nantinya kita kaji sehingga seperti apa yang kita butuhkan baik untuk tugas operasi militer perang maupun tugas operasi militer selain perang,” ujarnya.
Drone OS Wifanusa
Drone OS Wifanusa
 
Drone OS Wifanusa yang dipesan Kementerian Pertahanan sebanyak 3 unit. Rencananya, 2 unit untuk memantau perbatasan dan satu unit untuk pengawasan ZEE Natuna. Kecanggihan drone ini selain dilengkapi tiga kamera super canggih, drone ini memiliki kemampuan terbang mencapai 800 km dengan lama terbang 8-10 jam dengan sistem kendali jarak jauh (autonomous system).
Drone Ongen ini sudah mendapat sertifikat uji litbang dari TNI AL dan Sertifkat TKDN 28,01% dari Kementerian Perindustrian.
 
BeritaSatu.com

Rabu, 10 Februari 2016

Bermesin Mobil Fiat 4 PK, Ini Dia Prototipe Kapal Selam Pertama Buatan Indonesia

1780624_430886617041660_294902722_n

Bila saat ini pengembangan alutsista kerap terganjal ToT (Transfer of Technology) dari luar negeri, maka berkaca ke era tahun 40-an, Indonesia yang kala itu terdesak agresi militer Belanda justru mampu meluncurkan kapal selam perdana. Meski hanya berupa kapal selam mini dengan rancangan sederhana, hasil karya Letkol D. Ginangan menjadi tonggak kebangkitan teknologi persenjataan nasional. Bermodal torpedio eks pesawat terbang Jepang, kapal selam Ginangan di tahun 1947 digadang untuk menembus blokade laut Belanda.

Inspirasi Ginangan pada kapal selam timbul setelah melihat pameran kapal selam yang dikendalikan oleh satu orang (Eenpersoons D/tikboof) di Groningen, Belanda pada tahun 1946. Kapal ini adalah kapal yang dipakai oleh Jerman pada waktu Perang Dunia II. Sebagai latar biografi, D. Ginangan adalah putra kelahiran Sibolga, Sumatera Utara, 23 April 1918.

Pada tahun 1937 D.Ginagan pergi ke Belanda untuk memperdalam pendidikan kepelautan, ia masuk Gemeentelijke Zeevaartschool di Den Helder mengambil jurusan pelaut selama 3 tahun. Setelah lulus kemudian memperdalam pengetahuannya pada jurusan mesin di Groningen selama 2 tahun. Setelah selesai pendidikan ini, D.Ginagan tinggal di Belanda sampai 1946. Selama tinggal di negeri Belanda, D. Ginagan bekerja pada perusahaan perkapalan Belanda sebagai Stuurman, Pada tanggal 10 Mei 1940 sebelum Jerman menyerang Belanda, D.Ginagan merencanakan untuk berangkat ke Amerika Serikat dengan kapal Belanda. Namun karena Jerman menyerang Belanda rencana tersebut dibatalkan.

Kapal selam Ginangan dengan membawa torpedo pada bagian luar lambung.
Kapal selam Ginangan dengan membawa torpedo pada bagian luar lambung.

Selama tinggal di negeri Belanda D. Ginagan ikut aktif berjuang untuk kepentingan bangsa Indonesia baik sebelum diproklamirkan kemerdekaan Indonesia manpun sesudahnya. Karena aktifitasnya dalam membela kepentingan Indonesia, pada tahun 1946, D. Ginagan diusir dari negeri Belanda, kemudian ia kembali ke Indonesia pada bulan Desember 1946.

Sekembalinya dari Belanda, D. Ginagan melaporkan ke Kementerian Pertahanan dan sesuai keahliannya ditempatkan di Kementerian Pertahanan bagian Angkatan Laut dengan status sebagai pegawai sipil. Selama menjadi pegawai sipil inilah timbul ide untuk membuat kapal selam. Untuk melaksanakan ide tersebut, D. Ginagan segera mengajukan permohonan kepada Kementerian Pertahanan, rupanya gagasan itu disetujui. Segera setelah ijin disetujui, ia menghubungi Penataran Angkatan Laut (PAL) sekarang PT PAL dan pabrik besi/Perbi di Yogyakarta.

Uji coba di Kalibayem, Yogyakarta tahun 1947.
Uji coba di Kalibayem, Yogyakarta tahun 1947.

Pembuatan kapal -selam ini dimulai sekitar bulan Juli 1947 di Perbi Yogyakarta dengan anggaran ± 35.000 (ORI). Data kapal selam yang tidak berperiskop ini adalah sebagai berikut: panjang 7 m, lebar 1 m dan DWT 5 ton. Kapal selam tersebut dilengkapi dengan sebuah torpedo kapal terbang yang banyak terdapat di lapangan terbang Maguwo Yogyakarta, peninggalan Jepang dengan panjang 5 meter. Alat penggerak kapal tersebut sebuah mesin mobil Fiat berkekuatan 4 PK, sedangkan sebagian badan kapal digunakan untuk tangki bensin.

1560766_430886463708342_339598838_n
Ditemukan tentara Belanda.

Sebagai persenjataan, dicomot torpedo 5 meter dari peninggalan pesawat terbang Jepang yang ada di Maguwo (sekarang Lanud Adi Sucipto), Yogyakarta. Karena bukan torpedo yang dirancang untuk kapal selam, jarak luncur pun terbatas, yakni hanya 1 – 1,5 mil (3,8 km).

Setelah kapal tersebut selesai dibuat, lalu diadakan uji coba di Kalibayem, Yogyakarta yang dihadiri oleh masyarakat Yogyakarta dan pejabat-pejabat penting pemenntah seperti, Menteri Pertahanan dan Sri Sultan Hamengku Buwono IX. Presiden Sokarno sendiri sempat rneninjau kapal selam tersebut sebelum diadakan uji coba di Kalibayem (tepatnya sekarang di lokasi yang ada perumahan Bayem Permai).

Dalam percobaan tersebut yang berjalan selama 1 jam kapal dikendalikan sendiri oleh D. Ginagan dan dapat berlayar namun belum bisa menyelam, karena belum ada baterainya. Tetapi ketika torpedonya diijicoba untuk ditembakan, tiba-tiba handel pengikatnya tak mau lepas dan torpedo tetap terikat di tempatnya semula. Akibatnya sungguh fatal: kapal selam mini yang hanya diawaki oleh satu manusia saja itu malah ikut terseret oleh dorongan torpedonya.

Kapal selam Ginangan disita Belanda dan dibawa ke Semarang.
Kapal selam Ginangan disita Belanda dan dibawa ke Semarang.

Reaksi yang timbul dari pemenntah Belanda terhadap uji coba kapal selam ini sangat meremehkan sekali. Hal tersebut dapat diketahui dari siaran radio Belanda yang bernada penghinaan. “Wah, orang Indonesia di Kali membuat kapal selam dari drum”.

Sebetulnya ungkapan dari pihak Belanda terhadap keberhasilan uji coba ini merupakan bukti kekhawatiran pihak Belanda akan kemampuan bangsa Indonesia dalam mempersenjatai tentaranya. Bahkan dampaknya perjuangan melawan Belanda semakin berkobar di seluruh wilayah Indonesia.
Pada waktu agresi Belanda II kapal selam ini masih dalam tarap perbaikan, kemudian D. Ginagan mendapat tugas mendampingi KSAL ke Aceh. Ketika kembali dari Aceh dalam rangka persiapan pembentukan Staf Angkatan Laut RI di Aceh, kapal selam mini tersebut telah ditarik kembali ke pabrik besi Perbi. Namun karena pada waktu itu situasi perjuangan semakin mernanas akibat agresi Belanda II dan semuanya sibuk berjuang menjadikan perbaikan terhadap kapal selam ini terhenti.

Pada Agresi Militer Belanda II di Yogyakarta, selain serangan Blitzkrieg atas lapangan udara Maguwo dan penguasaan Ibukota RI Yogyakarta secara tiba-tiba, ternyata tentara Belanda dibuat terkaget-kaget kemudian dengan ditemukannya Proyek Kapal Selam Mini ALRI di daerah Sentolo yang kemudian segera di bawa ke Semarang untuk dilakukan observasi/penelitian lebih lanjut. Proyek Kapal Selam Mini ALRI di daerah Sentolo yang kemudian segera di bawa ke Semarang untuk dilakukan observasi/penelitian lebih lanjut oleh pihak tentara Belanda.

Sejak D. Ginangan pensiun dari TNI AL dengan pangkat Letkol pada 31 Agustus 1961, hingga kini sangat disayangkan kita tidak mengetahui nasib kapal selam buatan Ginangan. (dikutip dari Buku “Kapal Selam Indonesia” – Indroyono Soesilo dan weaponstechnology.blogspot.co.id)
 

Rusia Tawarkan RI Beli Jet Canggih Sukhoi 35

Rusia Tawarkan RI Beli Jet Canggih Sukhoi 35
 (ANTARA FOTO/Widodo S. Jusuf)

Kehadiran Delegasi Sekretaris Dewan Keamanan Federasi Rusia, yang dipimpin Nikolai Patrushev bertemu dengan Presiden Joko Widodo, juga dimanfaatkan untuk menawarkan sejumlah peralatan militer canggih mereka.

Bahkan Rusia tidak hanya menjual, tapi juga siap melakukan transfer of technology atau TOT, kepada pemerintah Indonesia.

"Mereka (Rusia) menawarkan beberapa alat-alat canggih yang bersedia untuk TOT (Transfer of Technology) juga, yaitu mulai dari SU 35 (sukhoi), helikopter sampai dengan peralatan-peralatan canggih lainnya, kapal selam, kapal cepat," kata Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan, Luhut Binsar Pandjaitan, di Istana Merdeka, Jakarta, Rabu 10 Februari 2016.

Luhut mengaku, belum ada pembicaraan teknis untuk pembelian itu. Namun Rusia sudah mengajak Luhut dan Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu, untuk berkunjung dan melihat secara langsung, alutsista unggulan yang ditawarkan itu.

Namun setidaknya, keinginan membeli itu sudah selangkah di depan. Mengingat, Kementerian Pertahanan sudah juga meninjau peralatan canggih Rusia.

"Kemenhan sudah menjajaki kemungkinan-kemungkinan pembelian alat itu, tentu tidak lepas dari usulan TNI, karena TNI yang paling berkepentingan atau pengguna," kata Luhut.

Selain itu, Indonesia juga tidak hanya membeli. Tapi juga, ada transfer teknologi, sehingga Indonesia tidak semata-mata menjadi market atau pasar.

Presiden Joko Widodo, lanjut Luhut, tentu menginginkan peralatan yang canggih dari TNI melalui pengadaan alat utama sistem pertahanan atau alutsista. Apalagi, saat ini kondisi perekonomian Indonesia sudah membaik, dibanding tahun 2015 lalu.

Sehingga, anggaran TNI dan polisi terkait pengadaan alutsista tersebut, juga akan meningkat.  "Oleh karena itu, kita ingin mengembangkan industri strategis kita. Dalam konteks itu, kita membuka peluang kerja sama dengan industri pertahanan mereka (Rusia)," jelas dia.

Viva.

Kecelakaan Super Tucano, 3 Meninggal Dunia

  Dokumentasi : Super Tucano TNI AU
Dokumentasi : Super Tucano TNI AU
 
Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu menyebutkan tiga orang meninggal dalam insiden jatuhnya pesawat Super Tucano di Malang, Jawa Timur. Informasi ini disampaikan Menteri Pertahanan saat rapat dengan Komisi I DPR di Jakarta, Rabu (10/2/2016).
Saat rapat berlangsung, anggota Komisi I TB Hasanuddin mengajukan interupsi.
“Saya baru saja mendapatkan kabar, ada Super Tucano jatuh di Malang. Kita berdoa semoga tidak ada korban,” ujar TB Hasanuddin.
“Tiga orang meninggal,” sahut Ryamizard Ryacudu.
“Inna Lillahi wa inna ilaihi raji’un,” forum Komisi I DPR berucap lirih.

Kemudian rapat dilanjutkan kembali. Rapat ini membahas mengenai kerjasama pertahana pemerintah Indonesia dengan RRC dan juga Indonesia dengan Jerman.
Sementara di tempat terpisah, KSAU Marsekal Agus Supriatna mengatakan Pesawat Super Tucano yang jatuh di Malang, Jawa Timur, sedang melakukan uji terbang, setelah menjalani pemeliharaan. Kepala Staf Angkatan Udara Marsekal TNI Agus Supriatna, Rabu (10/2/2016) mengatakan : “Saya lagi ke sana untuk check dan betul saat itu pilot melaksanakan test flight setelah pemeliharaan 300 jam terbang”.
 
Kronologi Jatuhnya Pesawat
Pesawat Super Tucano jatuh di Jalan Laksda Adisutjopto, Blimbing, Kota Malang, tidak jauh dari Pangkalan Udara Abdulrachman Saleh.
Kronologi diambil berdasarkan keterangan warga yang menjadi saksi di lokasi kejadian :
Pesawat terbang sekitar satu jam di wilayah udara Malang Raya. Pilot melakukan uji terbang atau test flight setelah pemeliharaan pesawat tersebut yang telah menempuh 300 jam terbang.
Pesawat berputar-putar di angkasa dengan bunyi mesin meraung-raung.
Pukul 10.40 WIB, pesawat menukik ke bumi dan jatuh di permukiman padat penduduk.
Pesawat menimpa satu rumah Pujianto. Nyonya Pujianto, menjadi korban.
Nyonya Pujianto dibawa ke Rumah Sakit Syaiful Anwar Malang. Pilot Mayor Penerbang Ivy Safatillah dan kopilot Syaiful dievakuasi dari reruntuhan bangunan dan dikabarkan dalam kondisi kritis.
Polisi dan TNI melakukan evakuasi di lokasi jatuhnya pesawat.
 
Sumber : Detik.com dan CNN Indonesia