Bagi Anda penggemar dunia kemiliteran, boleh jadi obyek yang paling
ingin Anda kunjungi adalah Pangkalan Udara (lanud) Iswahjudi di Madiun,
Jawa Timur. Namun sebagai instalasi militer strategis, bertandang ke
lanud Iswahjudi pastinya perlu prosedur keamanan yang amat ketat,
jangankan masuk ke lanud, pesawat sipil yang melintas di atas lanud pun
dilarang keras.
Proteksi ketat pada lanud Iswahjudi tentu ada tujuannya, mengingat
kebutuhan yang sifatnya strategis terkait keamanan negara. AS pun
melarang terbang untuk pesawat sipil yang melintas di ruang udara
pangkalan. Secara bagi kepentingan strategis, hanya Iswahjudi-lah lanud
TNI AU yang dikelola murni untuk kepentingan militer. Meski berada di
kelas A, lanud seperti Halim Perdanakusuma, lanud Supadio, lanud
Hasanuddin, dan lanud Roesmin Nurjadin, kesemuanya punya status berbagi
area landasan dengan penerbangan sipil yang dikelola PT Angkasa Pura.
Sebagai
home of fighters, lanud Iswahyudi juga jadi
satu-satunya lanud yang menjadi homebase dari tiga skadron tempur (Wing
3), yakni Skadron Udara 3 F-16 A/B Fighting Falcon, Skadron Udara 14 F-5
E/F Fighter II, dan Skadron Udara 15 T-50i Golden Eagle. Dikutip dari
lanud-iswahjudi.mil.id,
selain ada wing tempur, di lanud Iswahjudi juga terdapat dua depo
pemeliharaan (Depohar 20 dan Depohar 60), dan markas Yon Pakshas 463.
Agar lebih mengenal lanud Iswahjudi, mari
flash back sejenak ke awal berdirinya lanud ini.
Maospati terletak di perbatasan Kabupaten Madiun – Magetan, Jawa
Timur. Tersembunyi di antara Gunung Wilis dan Gunung Lawu, yang memiliki
cuaca udara panas dan angin yang cukup kencang. Maospati sendiri adalah
sebuah kecamatan dengan penduduk yang tidak terlalu padat. Saat ini
area pertanian masih tersebut. Bila kita dalam perjalanan dari Surabaya
ke Solo, melewati rute jalan raya Madiun, maka 6 km setelah Kota Madiun,
di sebelah kiri jalan akan terlihat area Lanud Iswahjudi. Inilah
pangkalah udara TNI AU paling megah dan terbesar.
Menara ATC (Air Traffic Control) lanud Iswahjudi.
Pangkalan Maospati dibangun saat ketegangan Perang Dunia II hampir
mencapai puncaknya. Pada periode tersebut Jepang mulai menunjukkan
kekuatannya dan mengancam para penjajah kulit putih. Sebenarnya Belanda
sudah memiliki beberapa kekuatan pesawat di Indonesia sejak tahun 1921
di Soekamiskin. Namun penggelaran kekuatan pesawat tempur baru dilakukan
menjelang Perang Dunia II dimulai. Pada tahun 1939, pembangunan
landasan mulai dilaksanakan. Di tahap awal landasan dibangun sepanjang
1.586 meter dan lebar 53 meter.
Setelah pembangunan selesai pada akhir Mei 1940, lanud Maospati mulai
dibuka dan ditempatkan satu skadron tempur dengan pesawat Curtiss 75A-7
Hawk pada 1 Februari 1941. Akhir tahun 1941, dua skadron tempur
diaktifkan dengan kekuatan Curtiss Wright 21B Intrceptor, sontak
Maospati menjadi pangkalan inti kekuatan Belanda/Sekutu di Pulau Jawa.
Sebagai persiapan akan datangnya Perang Pasifik, pada 1 Desember
1941, diadakan mobilisasi perang untuk menghadapi serbuan Jepang di
Maospati. Saat itu kekuatan yang ada di Maospati adalah 13 unit Curtiss
75A-7 Hawk , 17 unit Curtiss Wright 21B Interceptor, 3 unit pembom
B-17E, dan 6 unit Brewster 339 Buffalo. Dan nyatanya serbuan Jepang ke
Maospati pada 3 Februari 1942 memang begitu dahsyat. Dibawah payung
Operasi Z, tidak ada satupun korban jatuh di pihak Jepang. Dan pada 2
Maret 1942, seluruh kekuatan Belanda dan Sekutu telah terusir dari
Maospati.
Uniknya setelah diduduki Jepang, Maospati hanya dijadikan sebagai
bengkel mesin pesawat dan basis penyimpanan suku cadang. Maospati tak
lagi menjadi pangkalan utama seperti masa pendudukan Belanda. Landasan
yang ada masih menyisakan bekas bom-bom yang dijatuhkan saat Operasi Z.
Maospati pun menjadi kota mati.
Denyut nadi lanud Maospati kembali bangkit pada tahun 1960, saat
dimana lanud Maospati akan digunakan sebagai homebase Skadron 14 yang
selanjutnya resmi berdiri pada tahun 1962 dengan jet tempur MiG-21
Fishbed. Praktis sebelum 1960, kondisi lanud Maospati masih sama seperti
saat ditinggalkan Jepang pada tahun 1945. Operasi penerbangan hanya
dilalukan oleh pesawat dari pangkalan lain yang singgah disana. Kondisi
landasan pun dalam kualitas buruk dan tidak terawat.
MiG-21 di hangar lanud Iswahjudi, foto diambil pada tahun 1973.
Menyongsong kedatangan jet-jet tempur dan pembom Tu-16 Badger dari
Uni Soviet sebagai persiapan kampanye Operasi Trikora, pada bulan
September 1957, TNI AU [d/h AURI) mengadakan program pembangunan
landasan baru.
Proyek pembangunan landasan baru diserahkan pada John Building
Company (JBC), perusahaan nasional yang berkantor pusat di Jakarta.
Ternyata dalam proses pelaksanaannya, perusahaan ini membuat banyak
masalah. AURI kemudian membekukan kontrak yang sudah berjalan 28% pada
15 Juni 1959. Untuk sisa pekerjaan yang 72% akhirnya digarap sendiri
oleh AURI bekerjasama dengan kontraktor lokal dari Madiun. Pekerjaan ini
cukup sulit dilaksanakan mengingat terbatasnya peralatan yang dimiliki.
Dengan upaya keras, akhirnya pembangunan landasan berhasil dirampungkan
pada tahun 1960.
Proyek pembangunan landasan ini mencakup perpanjangan landasan menjadi
2.350 x 60 meter. Kedua ujung landasan dibuat dibuat dari beton
berukuran 60 x 60 meter. Kemudian dibangun taxiway berukuran 3.300 x 23
meter, untuk parkir pesawat dibuat plat form dengan ukuran 200 x 110
meter. Juga dilakukan perataan tanah, memadatkan, dan membangun landasan
rumput, grass trip 2.670 x 300 meter. Tidak lupa dibuat saluran air
sepanjang 12 km, yang diantaranya termasuk pembuatan saluran dan
bangunan air sepanjang 1 km, pembuatan gorong-gorong di bawah area
landasan, dan pembuatan tanggul di sekitar landasan. Mengutip sumber
dari kanalsatu.com (17/2/2014), saat ini lanud Iswahjudi punya panjang
landasan utama 3.800 meter dan lebar 60 meter.
Nah, untuk menghormati jasa pahlawan udara kita. Setelah landasan
berhasil direnovasi, maka lanud Maospati diganti namanya menjadi lanud
Iswahjudi. Hal ini ditetapkan berdasarkan Keputusan Menteri/Kepala Staf
Angkatan Udara No. 546 tanggal 4 November 1960. Peresmian penggantian
nama lanud dilaksanakan bertepatan dengan Hari Pahlawan 10 November
1960.
Sebuah kecelakaan F-16A di landasan lanud Iswahjudi.
Cuplikan Penting Tentang Lanud Iswahjudi– Perbaikan Landasan (Liputan6.com -21/3/2014)
Landasan pacu lanud Iswahyudi, Madiun, Jawa Timur, sedang dalam proses
perbaikan. Untuk itu, sejumlah pesawat tempur yang bermarkas di bandara
tersebut pun dipindah ke Bandara Adi Soemarmo, Solo, Jawa Tengah.
Pemindahan markas itu akan berlangsung hingga 1,5 bulan ke depan sembari
menunggu proses perbaikan runway.
Komandan Pangkalan Udara (Lanud) Adi Soemarmo, Kolonel (Penerbang)
Agus Radar Sucahyo mengatakan, sejumlah pesawat tempur telah pindah ke
Solo sejak Senin 17 Maret 2014. Pesawat-pesawat yang dipindahkan ke Solo
meliputi 6 pesawat T-50, 2 pesawat F-5, serta 1 pesawat Hawk MK-53.
“Yang pindah ke sini itu Skuadron Udara 14 dan Skuadron Udara 15,” kata
dia di Bandara Adi Soemarmo, Solo, Jumat (21/3/2014).
Agus Radar mengungkapkan, selain dipindahkan ke Bandara Adi Soemarmo,
pesawat F-16 yang bermarkas di Bandara Iswahyudi, Madiun dipindahkan ke
Medan. “Skuadron 3 pindah ke Madiun untuk sementara waktu. Pemindahan
direncanakan sekitar 1,5 bulan sambil menunggu perbaikan runway
Iswahyudi selesai,” papar dia.
Dikatakan Agus Radar, pemindahan pesawat tersebut hanya untuk tempat
tinggal landas dan pendaratan. Sementara, latihan tempur tetap digelar
di atas langit Madiun. “Kalau latihan tetap di Madiun, tetapi untuk take
off dan landing di Bandara Solo,” jelas dia.
– Lanud Iswahjudi Diusulkan Untuk Sharing Sebagai Bandara Komersial (Surabaya.tribunnews.com – 15/8/2014)
Pemprov Jatim melalui Dinas Perhubungan dan Lalu Lintas Angkutan Jalan
(Dishub dan LLAJ) kembali mengusulkan Lapangan Udara (Lanud) TNI AU
Iswahjudi, Madiun sebagai bandara komersial untuk melayani penerbangan
sipil.
Kepala Dishub dan LLAJ Jatim Wahid Wahyudi mengatakan, usulan
menjadikan Lanud Iswahjudi akan disampaikan ke Mabes TNI.
Pertimbangannya, beberapa Lapangan Udara, seperti Abdurahman Saleh di
Malang dan Halim Perdana Kusuma di Jakarta juga sudah dimanfaatkan untuk
penerbangan sipil.
“Jika Mabes TNI mengizinkan, maka menjadikan Lanud Iswahjudi untuk
kepentingan penerbangan sipil pasti akan terwujud,” ujarnya, Jumat
(15/8/2014). Menurut Wahid, untuk mengubah Lapangan Udara militer
menjadi sipil relatif lebih mudah.
Karena infrastruktur yang ada dinilai sudah sangat layak dan
keberadaannya juga didesain untuk melayani penerbangan pesawat dengan
jenis apapun. “Kalau Mabes TNI setuju, tinggal menyampaikan izin dan
usulan ke Kementerian Keuangan untuk membangun terminal tunggu bagi para
penumpang serta peron,” jelasnya. Dengan pertimbangan bahwa keberadaan
Lanud Iswahjudi tidak selama 24 jam penuh digunakan untuk kepentingan
militer. Maka disela-sela untuk kepentingan militer itulah keberadaan
Lapangan Udara di wilayah Jatim bagian Barat tersebut dapat dimanfaatkan
untuk kepentingan penerbangan sipil.
Usulan ini kemudian langsung kandas, lantaran mendapat penolakan
keras dari DPR RI dan Mabes TNI. Jangankan masuk ke lanud, melintas di
ruang udara lanud Iswajudi pun terlarang.
– Lanud Iswahjudi Tertutup Pasir dan Abu Gunung Kelud (tni-au.mil.id – 15/2/2014)
Imbas dari letusan Gunung Kelud di Kediri Jawa Timur, yang terjadi tadi
malam pukul 22.50 WIB, Lanud Iswahjudi dilanda hujan pasir dan debu,
sehingga mengakibatkan landasan pacu, taxi way maupun main aprron
tertutup debu setebal 1 hingga 2 cm, Jumat (14/2/2014).
Dampak erupsi Gunung Kelud tersebut, Lanud Iswahjudi menghentikan
sementara jadwal operasi dan latihan penerbangan, mengingat tebalnya
pasir dan debu yang menempel di landasan, serta jarak pandang yang
sangat terbatas sehingga sangat berbahaya jika penerbangan tetap
dilaksanakan.
Sementara upaya pembersihan landasan dengan menyemprotkan air dari mobil
Pemadam Kebakaran (PK), terus dilakukan agar landasan terbebas dari
material pasir dan debu yang menempel.
Virtual Tour
Jika belum bisa melihat dari dekat lanud Iswahjudi, ada cara untuk
mengunjungi lanud tersebut secara virtual dan tentunya legal. Sebagai
medianya adalah aplikasi Google Maps. Anda bisa mengarahkan destinasi ke
“Iswahyudi Air Force Base,” sebelumnya pastikan gadget yang Anda
gunakan terkoneksi dengan internet. Bila obyek sudah tertuju, kemudian
pilih menu Satellite, agar tampil peta dalam citra foto satelit.
Tampilan runway.
Dengan Google Maps, resminya Anda bisa melakukan zooming sampai jarak
5 – 10 meter dari permukaan tanah. Area lanud cukup terlihat jelas,
termasuk Anda bisa melihat monumen tempat bersemayamnya pembom Tu-16,
jet tempur A-4E Skyhawk, dan jet latih T-33A Bird. Demi keamanan , oleh
pihak Google beberapa beberapa area nampak dikaburkan, seperti area
parkir pesawat. Namun dalam Google Maps masih terlihat jelas shelter jet
tempur. Untuk lebih jelasnya, tentu Anda bisa langsung mencoba sendiri.
(Danang)Tampak monumen pembom Tu-16.
Foto asli Tu-16 di lanud Iswahjudi.
A4 Skyhawk dan T-33A Bird.
Bangunan shelter jet tempur.
Inilah shelter jet tempur.
Bangunan hangar.
Beberapa area yang diduga tempat parkir pesawat, nampak dikaburkan demi alasan keamanan.
Profil Iswahjudi
Iswahjudi yang lahir di Surabaya, 15 Juli 1918 menempuh pendidikannya di
AMS, Malang. Setamat dari AMS, ia melanjutkan studi ke Sekolah Dokter
(NIAS) di kota kelahirannya. Namun, sebelum sempat menyelesaikan
pendidikan kedokterannya, ia memutuskan untuk berganti haluan dengan
pindah ke Sekolah Penerbangan (Militaire Luchtvaart Opleiding School) di
Kalijati, Jawa Barat. Ia rupanya menyadari bahwa profesi dokter
bukanlah panggilan hatinya dan lebih tertarik untuk menjadi seorang
penerbang.
Pada tahun 1941, ia berhasil menyelesaikan pendidikannya di sekolah
penerbangan dan berhak memperoleh ijazah penerbang (Klein Militaire
Brevet). Setahun setelah kelulusannya, yakni ketika Jepang menguasai
Tanah Air pada tahun 1942, ia dilarikan ke Australia oleh pemerintah
Hindia Belanda. Di negeri kangguru itu ia kemudian diberikan pelatihan
menerbangkan pesawat. Awalnya ia dipersiapkan untuk mengikuti
operasi-operasi udara Sekutu. Namun, Iswahjudi tidak mau dilibatkan
dalam operasi tersebut. Oleh karena itu, ia pun melarikan diri dan
kembali ke Indonesia pada tahun 1943 dengan menggunakan perahu karet.
Dalam menjalankan tugasnya melakukan pengamanan udara dalam wilayah
RI, AURI memerlukan dukungan pesawat yang memadai. Peran serta aktif
dari masyarakat dalam hal ini sangat diperlukan, maka ketika menjalankan
tugasnya sebagai Komandan Pangkalan Udara Gadut Bukittinggi, Iswahjudi
mengajak masyarakat untuk berpartisipasi dalam pembelian pesawat
terbang. Rupanya himbauan tersebut mendapatkan respon yang positif dari
masyarakat.
Secara sukarela mereka menyisihkan sebagian penghasilannya yang
kemudian disumbangkan untuk membeli sebuah pesawat terbang jenis AVRO
ANSON. Pesawat yang dibeli dari seorang pedagang Amerika Serikat bernama
Keagan itu kemudian diberi Nomor Registrasi RI-003. Keagan yang
menerbangkan pesawat itu kemudian diantar kembali ke Bangkok.
Iswahjudi kemudian berangkat ke Bangkok didampingi Halim
Perdanakusuma pada bulan Desember 1947. Mereka mendapat tugas untuk
mengadakan kontak dengan pedagang-pedagang Singapura dalam rangka
membeli senjata yang akan dibawa kembali ke Indonesia untuk keperluan
pertahanan. Pesawat kemudian kembali ke Tanah Air lewat Singapura.
Tanggal 14 Desember 1947 sewaktu pesawat terbang berada di udara Perak,
Malaysia, tiba-tiba cuaca buruk.
Menyadari tengah berada dalam situasi genting, Iswahjudi pun berusaha
melakukan pendaratan darurat, namun sayang usahanya tak berhasil,
pesawat naas itu membentur pohon dan jatuh di laut Tanjung Hantu, Perak,
Malaysia. Keesokan harinya, upaya pencarian dilakukan di sekitar lokasi
jatuhnya pesawat. Jenazahnya berhasil ditemukan dan kemudian dimakamkan
di Lumut, Malaysia. Pada tahun 1975, makamnya dipindahkan ke Taman
Makam pahlawan Kalibata, Jakarta. Atas jasa-jasanya kepada negara,
Marsma TNI Anumerta R. Iswahjudi dianugerahi gelar sebagai pahlawan
Nasional.