Sabtu, 02 Januari 2016

[Virtual Tour] Lanud Iswahjudi: Home of Fighters – Jantung Kekuatan Udara Nasional

1_zps80812349

Bagi Anda penggemar dunia kemiliteran, boleh jadi obyek yang paling ingin Anda kunjungi adalah Pangkalan Udara (lanud) Iswahjudi di Madiun, Jawa Timur. Namun sebagai instalasi militer strategis, bertandang ke lanud Iswahjudi pastinya perlu prosedur keamanan yang amat ketat, jangankan masuk ke lanud, pesawat sipil yang melintas di atas lanud pun dilarang keras.

Proteksi ketat pada lanud Iswahjudi tentu ada tujuannya, mengingat kebutuhan yang sifatnya strategis terkait keamanan negara. AS pun melarang terbang untuk pesawat sipil yang melintas di ruang udara pangkalan. Secara bagi kepentingan strategis, hanya Iswahjudi-lah lanud TNI AU yang dikelola murni untuk kepentingan militer. Meski berada di kelas A, lanud seperti Halim Perdanakusuma, lanud Supadio, lanud Hasanuddin, dan lanud Roesmin Nurjadin, kesemuanya punya status berbagi area landasan dengan penerbangan sipil yang dikelola PT Angkasa Pura.

Sebagai home of fighters, lanud Iswahyudi juga jadi satu-satunya lanud yang menjadi homebase dari tiga skadron tempur (Wing 3), yakni Skadron Udara 3 F-16 A/B Fighting Falcon, Skadron Udara 14 F-5 E/F Fighter II, dan Skadron Udara 15 T-50i Golden Eagle. Dikutip dari lanud-iswahjudi.mil.id, selain ada wing tempur, di lanud Iswahjudi juga terdapat dua depo pemeliharaan (Depohar 20 dan Depohar 60), dan markas Yon Pakshas 463. Agar lebih mengenal lanud Iswahjudi, mari flash back sejenak ke awal berdirinya lanud ini.

Maospati terletak di perbatasan Kabupaten Madiun – Magetan, Jawa Timur. Tersembunyi di antara Gunung Wilis dan Gunung Lawu, yang memiliki cuaca udara panas dan angin yang cukup kencang. Maospati sendiri adalah sebuah kecamatan dengan penduduk yang tidak terlalu padat. Saat ini area pertanian masih tersebut. Bila kita dalam perjalanan dari Surabaya ke Solo, melewati rute jalan raya Madiun, maka 6 km setelah Kota Madiun, di sebelah kiri jalan akan terlihat area Lanud Iswahjudi. Inilah pangkalah udara TNI AU paling megah dan terbesar.

Menara ATC (Air Traffic Control) lanud Iswahjudi.
Menara ATC (Air Traffic Control) lanud Iswahjudi.

Pangkalan Maospati dibangun saat ketegangan Perang Dunia II hampir mencapai puncaknya. Pada periode tersebut Jepang mulai menunjukkan kekuatannya dan mengancam para penjajah kulit putih. Sebenarnya Belanda sudah memiliki beberapa kekuatan pesawat di Indonesia sejak tahun 1921 di Soekamiskin. Namun penggelaran kekuatan pesawat tempur baru dilakukan menjelang Perang Dunia II dimulai. Pada tahun 1939, pembangunan landasan mulai dilaksanakan. Di tahap awal landasan dibangun sepanjang 1.586 meter dan lebar 53 meter.

Setelah pembangunan selesai pada akhir Mei 1940, lanud Maospati mulai dibuka dan ditempatkan satu skadron tempur dengan pesawat Curtiss 75A-7 Hawk pada 1 Februari 1941. Akhir tahun 1941, dua skadron tempur diaktifkan dengan kekuatan Curtiss Wright 21B Intrceptor, sontak Maospati menjadi pangkalan inti kekuatan Belanda/Sekutu di Pulau Jawa.

IswahyudiBandara-Iswahyudi

Sebagai persiapan akan datangnya Perang Pasifik, pada 1 Desember 1941, diadakan mobilisasi perang untuk menghadapi serbuan Jepang di Maospati. Saat itu kekuatan yang ada di Maospati adalah 13 unit Curtiss 75A-7 Hawk , 17 unit Curtiss Wright 21B Interceptor, 3 unit pembom B-17E, dan 6 unit Brewster 339 Buffalo. Dan nyatanya serbuan Jepang ke Maospati pada 3 Februari 1942 memang begitu dahsyat. Dibawah payung Operasi Z, tidak ada satupun korban jatuh di pihak Jepang. Dan pada 2 Maret 1942, seluruh kekuatan Belanda dan Sekutu telah terusir dari Maospati.

Uniknya setelah diduduki Jepang, Maospati hanya dijadikan sebagai bengkel mesin pesawat dan basis penyimpanan suku cadang. Maospati tak lagi menjadi pangkalan utama seperti masa pendudukan Belanda. Landasan yang ada masih menyisakan bekas bom-bom yang dijatuhkan saat Operasi Z. Maospati pun menjadi kota mati.

Denyut nadi lanud Maospati kembali bangkit pada tahun 1960, saat dimana lanud Maospati akan digunakan sebagai homebase Skadron 14 yang selanjutnya resmi berdiri pada tahun 1962 dengan jet tempur MiG-21 Fishbed. Praktis sebelum 1960, kondisi lanud Maospati masih sama seperti saat ditinggalkan Jepang pada tahun 1945. Operasi penerbangan hanya dilalukan oleh pesawat dari pangkalan lain yang singgah disana. Kondisi landasan pun dalam kualitas buruk dan tidak terawat.

MiG-21 di hangar lanud Iswahjudi, foto diambil pada tahun 1973.
MiG-21 di hangar lanud Iswahjudi, foto diambil pada tahun 1973.

Menyongsong kedatangan jet-jet tempur dan pembom Tu-16 Badger dari Uni Soviet sebagai persiapan kampanye Operasi Trikora, pada bulan September 1957, TNI AU [d/h AURI) mengadakan program pembangunan landasan baru.

Proyek pembangunan landasan baru diserahkan pada John Building Company (JBC), perusahaan nasional yang berkantor pusat di Jakarta. Ternyata dalam proses pelaksanaannya, perusahaan ini membuat banyak masalah. AURI kemudian membekukan kontrak yang sudah berjalan 28% pada 15 Juni 1959. Untuk sisa pekerjaan yang 72% akhirnya digarap sendiri oleh AURI bekerjasama dengan kontraktor lokal dari Madiun. Pekerjaan ini cukup sulit dilaksanakan mengingat terbatasnya peralatan yang dimiliki. Dengan upaya keras, akhirnya pembangunan landasan berhasil dirampungkan pada tahun 1960.
Proyek pembangunan landasan ini mencakup perpanjangan landasan menjadi 2.350 x 60 meter. Kedua ujung landasan dibuat dibuat dari beton berukuran 60 x 60 meter. Kemudian dibangun taxiway berukuran 3.300 x 23 meter, untuk parkir pesawat dibuat plat form dengan ukuran 200 x 110 meter. Juga dilakukan perataan tanah, memadatkan, dan membangun landasan rumput, grass trip 2.670 x 300 meter. Tidak lupa dibuat saluran air sepanjang 12 km, yang diantaranya termasuk pembuatan saluran dan bangunan air sepanjang 1 km, pembuatan gorong-gorong di bawah area landasan, dan pembuatan tanggul di sekitar landasan. Mengutip sumber dari kanalsatu.com (17/2/2014), saat ini lanud Iswahjudi punya panjang landasan utama 3.800 meter dan lebar 60 meter.

Nah, untuk menghormati jasa pahlawan udara kita. Setelah landasan berhasil direnovasi, maka lanud Maospati diganti namanya menjadi lanud Iswahjudi. Hal ini ditetapkan berdasarkan Keputusan Menteri/Kepala Staf Angkatan Udara No. 546 tanggal 4 November 1960. Peresmian penggantian nama lanud dilaksanakan bertepatan dengan Hari Pahlawan 10 November 1960.

Sebuah kecelakaan F-16A di lanud Iswahjudi.
Sebuah kecelakaan F-16A di landasan lanud Iswahjudi.


Cuplikan Penting Tentang Lanud Iswahjudi
– Perbaikan Landasan (Liputan6.com -21/3/2014)
Landasan pacu lanud Iswahyudi, Madiun, Jawa Timur, sedang dalam proses perbaikan. Untuk itu, sejumlah pesawat tempur yang bermarkas di bandara tersebut pun dipindah ke Bandara Adi Soemarmo, Solo, Jawa Tengah. Pemindahan markas itu akan berlangsung hingga 1,5 bulan ke depan sembari menunggu proses perbaikan runway.

Komandan Pangkalan Udara (Lanud) Adi Soemarmo, Kolonel (Penerbang) Agus Radar Sucahyo mengatakan, sejumlah pesawat tempur telah pindah ke Solo sejak Senin 17 Maret 2014. Pesawat-pesawat yang dipindahkan ke Solo meliputi 6 pesawat T-50, 2 pesawat F-5, serta 1 pesawat Hawk MK-53. “Yang pindah ke sini itu Skuadron Udara 14 dan Skuadron Udara 15,” kata dia di Bandara Adi Soemarmo, Solo, Jumat (21/3/2014).

Agus Radar mengungkapkan, selain dipindahkan ke Bandara Adi Soemarmo, pesawat F-16 yang bermarkas di Bandara Iswahyudi, Madiun dipindahkan ke Medan. “Skuadron 3 pindah ke Madiun untuk sementara waktu. Pemindahan direncanakan sekitar 1,5 bulan sambil menunggu perbaikan runway Iswahyudi selesai,” papar dia.

Dikatakan Agus Radar, pemindahan pesawat tersebut hanya untuk tempat tinggal landas dan pendaratan. Sementara, latihan tempur tetap digelar di atas langit Madiun. “Kalau latihan tetap di Madiun, tetapi untuk take off dan landing di Bandara Solo,” jelas dia.

–  Lanud Iswahjudi Diusulkan Untuk Sharing Sebagai Bandara Komersial (Surabaya.tribunnews.com – 15/8/2014)
Pemprov Jatim melalui Dinas Perhubungan dan Lalu Lintas Angkutan Jalan (Dishub dan LLAJ) kembali mengusulkan Lapangan Udara (Lanud) TNI AU Iswahjudi, Madiun sebagai bandara komersial untuk melayani penerbangan sipil.

Kepala Dishub dan LLAJ Jatim Wahid Wahyudi mengatakan, usulan menjadikan Lanud Iswahjudi akan disampaikan ke Mabes TNI. Pertimbangannya, beberapa Lapangan Udara, seperti Abdurahman Saleh di Malang dan Halim Perdana Kusuma di Jakarta juga sudah dimanfaatkan untuk penerbangan sipil.
“Jika Mabes TNI mengizinkan, maka menjadikan Lanud Iswahjudi untuk kepentingan penerbangan sipil pasti akan terwujud,” ujarnya, Jumat (15/8/2014). Menurut Wahid, untuk mengubah Lapangan Udara militer menjadi sipil relatif lebih mudah.

Karena infrastruktur yang ada dinilai sudah sangat layak dan keberadaannya juga didesain untuk melayani penerbangan pesawat dengan jenis apapun. “Kalau Mabes TNI setuju, tinggal menyampaikan izin dan usulan ke Kementerian Keuangan untuk membangun terminal tunggu bagi para penumpang serta peron,” jelasnya. Dengan pertimbangan bahwa keberadaan Lanud Iswahjudi tidak selama 24 jam penuh digunakan untuk kepentingan militer. Maka disela-sela untuk kepentingan militer itulah keberadaan Lapangan Udara di wilayah Jatim bagian Barat tersebut dapat dimanfaatkan untuk kepentingan penerbangan sipil.

Usulan ini kemudian langsung kandas, lantaran mendapat penolakan keras dari DPR RI dan Mabes TNI. Jangankan masuk ke lanud, melintas di ruang udara lanud Iswajudi pun terlarang.

– Lanud Iswahjudi Tertutup Pasir dan Abu Gunung Kelud (tni-au.mil.id – 15/2/2014)
Imbas dari letusan Gunung Kelud di Kediri Jawa Timur, yang terjadi tadi malam pukul 22.50 WIB, Lanud Iswahjudi dilanda hujan pasir dan debu, sehingga mengakibatkan landasan pacu, taxi way maupun main aprron tertutup debu setebal 1 hingga 2 cm, Jumat (14/2/2014).

Dampak erupsi Gunung Kelud tersebut, Lanud Iswahjudi menghentikan sementara jadwal operasi dan latihan penerbangan, mengingat tebalnya pasir dan debu yang menempel di landasan, serta jarak pandang yang sangat terbatas sehingga sangat berbahaya jika penerbangan tetap dilaksanakan.
Sementara upaya pembersihan landasan dengan menyemprotkan air dari mobil Pemadam Kebakaran (PK), terus dilakukan agar landasan terbebas dari material pasir dan debu yang menempel.

Virtual Tour
Jika belum bisa melihat dari dekat lanud Iswahjudi, ada cara untuk mengunjungi lanud tersebut secara virtual dan tentunya legal. Sebagai medianya adalah aplikasi Google Maps. Anda bisa mengarahkan destinasi ke “Iswahyudi Air Force Base,” sebelumnya pastikan gadget yang Anda gunakan terkoneksi dengan internet. Bila obyek sudah tertuju, kemudian pilih menu Satellite, agar tampil peta dalam citra foto satelit.

Tampilan runway.
Tampilan runway.

Dengan Google Maps, resminya Anda bisa melakukan zooming sampai jarak 5 – 10 meter dari permukaan tanah. Area lanud cukup terlihat jelas, termasuk Anda bisa melihat monumen tempat bersemayamnya pembom Tu-16, jet tempur A-4E Skyhawk, dan jet latih T-33A Bird. Demi keamanan , oleh pihak Google beberapa beberapa area nampak dikaburkan, seperti area parkir pesawat. Namun dalam Google Maps masih terlihat jelas shelter jet tempur. Untuk lebih jelasnya, tentu Anda bisa langsung mencoba sendiri. (Danang)

Tampak monumen pembom Tu-16.
Tampak monumen pembom Tu-16.

Foto asli Tu-16 di lanud Iswahjudi.
Foto asli Tu-16 di lanud Iswahjudi.

A4 Skyhawk dan T-33A Bird.
A4 Skyhawk dan T-33A Bird.

Bangunan shelter jet tempur.
Bangunan shelter jet tempur.

Inilah shelter jet tempur.
Inilah shelter jet tempur.

Bangunan hangar.
Bangunan hangar.

Beberapa area nampak dikaburkan demi alasan keamanan.
Beberapa area yang diduga tempat parkir pesawat, nampak dikaburkan demi alasan keamanan.

Profil Iswahjudi
Iswahjudi yang lahir di Surabaya, 15 Juli 1918 menempuh pendidikannya di AMS, Malang. Setamat dari AMS, ia melanjutkan studi ke Sekolah Dokter (NIAS) di kota kelahirannya. Namun, sebelum sempat menyelesaikan pendidikan kedokterannya, ia memutuskan untuk berganti haluan dengan pindah ke Sekolah Penerbangan (Militaire Luchtvaart Opleiding School) di Kalijati, Jawa Barat. Ia rupanya menyadari bahwa profesi dokter bukanlah panggilan hatinya dan lebih tertarik untuk menjadi seorang penerbang.

220px-Iswahyudi

Pada tahun 1941, ia berhasil menyelesaikan pendidikannya di sekolah penerbangan dan berhak memperoleh ijazah penerbang (Klein Militaire Brevet). Setahun setelah kelulusannya, yakni ketika Jepang menguasai Tanah Air pada tahun 1942, ia dilarikan ke Australia oleh pemerintah Hindia Belanda. Di negeri kangguru itu ia kemudian diberikan pelatihan menerbangkan pesawat. Awalnya ia dipersiapkan untuk mengikuti operasi-operasi udara Sekutu. Namun, Iswahjudi tidak mau dilibatkan dalam operasi tersebut. Oleh karena itu, ia pun melarikan diri dan kembali ke Indonesia pada tahun 1943 dengan menggunakan perahu karet.

Dalam menjalankan tugasnya melakukan pengamanan udara dalam wilayah RI, AURI memerlukan dukungan pesawat yang memadai. Peran serta aktif dari masyarakat dalam hal ini sangat diperlukan, maka ketika menjalankan tugasnya sebagai Komandan Pangkalan Udara Gadut Bukittinggi, Iswahjudi mengajak masyarakat untuk berpartisipasi dalam pembelian pesawat terbang. Rupanya himbauan tersebut mendapatkan respon yang positif dari masyarakat.

Secara sukarela mereka menyisihkan sebagian penghasilannya yang kemudian disumbangkan untuk membeli sebuah pesawat terbang jenis AVRO ANSON. Pesawat yang dibeli dari seorang pedagang Amerika Serikat bernama Keagan itu kemudian diberi Nomor Registrasi RI-003. Keagan yang menerbangkan pesawat itu kemudian diantar kembali ke Bangkok.

Iswahjudi kemudian berangkat ke Bangkok didampingi Halim Perdanakusuma pada bulan Desember 1947. Mereka mendapat tugas untuk mengadakan kontak dengan pedagang-pedagang Singapura dalam rangka membeli senjata yang akan dibawa kembali ke Indonesia untuk keperluan pertahanan. Pesawat kemudian kembali ke Tanah Air lewat Singapura. Tanggal 14 Desember 1947 sewaktu pesawat terbang berada di udara Perak, Malaysia, tiba-tiba cuaca buruk.

Menyadari tengah berada dalam situasi genting, Iswahjudi pun berusaha melakukan pendaratan darurat, namun sayang usahanya tak berhasil, pesawat naas itu membentur pohon dan jatuh di laut Tanjung Hantu, Perak, Malaysia. Keesokan harinya, upaya pencarian dilakukan di sekitar lokasi jatuhnya pesawat. Jenazahnya berhasil ditemukan dan kemudian dimakamkan di Lumut, Malaysia. Pada tahun 1975, makamnya dipindahkan ke Taman Makam pahlawan Kalibata, Jakarta. Atas jasa-jasanya kepada negara, Marsma TNI Anumerta R. Iswahjudi dianugerahi gelar sebagai pahlawan Nasional.
 

Jumat, 01 Januari 2016

Tahun 2016 TNI AU Lengkapi Alutsista

  tni au

Terwujudnya kinerja TNI Angkatan Udara (TNI AU) yang lebih baik dan berkualitas, dari aspek operasional Alutsista, merupakan prioritas TNI AU pada tahun 2016. Selain itu, peningkatan kesejahteraan prajurit melalui pembangunan perumahan dinas dan tunjangan keahlian prajurit TNI AU juga akan disikapi secara lebih serius.

Terkait dengan hal tersebut, Kepala Staf TNI AU (Kasau) Marsekal TNI Agus Supriatna menyatakan pada tahun anggaran 2016, TNI AU lebih memfokuskan pada upaya melengkapi semua Alusista yang dimiliki dengan peralatan yang seharusnya. Menurut orang nomor satu di TNI AU, tindakan ini sebagai tekadnya agar ke depan kinerja TNI AU makin lebih baik.

“Yang paling utama, apabila pada tahun 2016 kita mendapat pengadaan Alutsista, tentu saja harus yang baru dan lengkap serta satu tingkat lebih tinggi grade-nya dari yang kita punya sekarang,” Ungkap Kasau.


Pernyataan tersebut disampaikan Kasau kepada media saat membuka Rapat Pimpinan (Rapim) TNI AU tahun 2016, di Gedung Serbaguna Mabes AU, Cilangkap, Jakarta, Selasa (29/12/2015). Rapim yang berlangsung selama sehari, diikuti ratusan unsur Pimpinan TNI AU sampai setingkat Komandan Skadron Udara, Komandan Batalyon Paskhas, Komandan Depo Pemeliharaan, dan sejumlah peninjau.

Selain sebagai sarana evaluasi Program Kerja (Proja) TNI AU tahun 2015, Rapim juga untuk menyatukan pemahanam, pola sikap dan pola tindak seluruh unsur pimpinan TNI AU, agar program kerja 2016 dapat terlaksana dengan lebih efektif, efisien dan benar. Tema yang diangkat kali ini adalah “Meningkatkan moralitas, integritas dan profesionalitas dalam rangka menjaga kedaulatan dan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.”

Kasau menambahkan, untuk meningkatkan kualitas operasi TNI AU, akan dilaksanakan evaluasi terhadap seluruh SOP (Sistem Operasi Prosedur) satuan-satuan TNI AU, khususnya yang mengoperasikan Alutsista. Selain itu, pada 2016 ada beberapa anggaran yang langsung dioperasionalkan oleh satuan bawah, artinya, soal anggaran tidak harus terpusat, tetapi sudah banyak yang turun ke satuan bawah.

Terkait dengan rencana menambah kelengkapan Alutsista, Kasau menjelaskan semua pesawat TNI AU yang ada saat ini, baik pesawat tempur, pesawat angkut, intai dan Helikopter akan dilengkapi peralatannya.

“Jika ada Alutsista yang belum lengkap, akan kita lengkapi, misalnya pesawat tempur yang belum dilengkapi radar, rudal ya kita lengkapi, begitu juga dengan pesawat angkut, pesawat SAR kalau untuk SAR tempur ya harus ada FLIR dan senjatanya dan pesawat patroli kita pada 2016 harus sudah terpasang semua sistem untuk surveilance nya,” jelas Kasau. 
 
 

Sub Skimmer TNI AL: Wahana Infiltrasi Senyap Pasukan Amfibi

01-1

Dengan latar medan penugasan yang keras dan menantang adrenalin, satuan elit berkualifikasi amfibi dalam infiltrasi tak hanya butuh wahana yang bisa melaju di bawah permukaan laut secara senyap, namun juga perlu keberadaan wahana yang bisa mengkombinasi raid amfibi di permukaan dan penyusupan bawah air secara simultan. Satuan elit Kopaska (Komando Pasukan Katak) dan Denjaka (Detasemen Jala Mangkara) Marinir TNI AL sejak beberapa tahun telah mengoperasikan sosok wahan siluman ini.

Kopaska sejak tahun 2013 diktehaui telah mengoperasikan SEAL Carrier, yakni alutsista yang menyerupai kapal selam mini berwarna hitam yang dilengkapi dua buah sirip pada bagian depan. SEAL Carrier yang buatan Defence Consulting Europe AD, Swedia mampu menyelam hingga kedalaman 40 meter. Di bawah laut, kecepatannya 3 – 4 knots, tapi saat beraksi di permukaan laut, SEAL Carrier dapat melaju laksana speed boat dengan kecepatan maksimum 30 knots. Indomilter secara khusus pernah mengupas SEAL Carrier pada artikel tedahulu.

PB100201kapal

Selain SEAL Carrier, nyatanya wahana dengan kemampuan serupa sudah dapat diproduksi di dalam negeri. Yang dimaksud adalah Sub Skimmer, perannya sama dengan SEAL Carrier, hanya saja dari segi desain berbeda, SEAL Carrier yang mengacu pada kapal selam mini, sementara Sub Skimmer hasil pengembangan Dislitbangal (Dinas Penelitian dan Pengembangan Angkatan Laut) dan mitra PT Prima Maritim punya bentuk menyerupai RHIB (Rigid Hulled Inflatable Boat).

PB100202PB100206

Unit pasukan elit yang mengoperasikan Sub Skimmer adalah Denjaka TNI AL. Pengoperasiannya ditujukan untuk melayani kebutuhan pasukan khusus dalam menyusup ke daerah lawan, melaksanakan sabotase, dan sebagai sarana transportasi pasukan dalam jumlah terbatas. Selama ini Denjaka menggunakan kendaraan sejenis yang didatangkan dari Inggris. Namun, dengan pertimbangan-pertimbangan tertentu, Dinas Penelitian dan Pengembangan TNI Angkatan Laut (Dislitbangal) memutuskan untuk mengembangkan dan menyempurnakan kendaraan tempur air tersebut.

PB100145MilitarySDV

Dibanding Sub Skimmer besutan Inggris, Sub Skimmer lokal ini memiliki sejumlah kelebihan. Seperti kemampuan menyelamnya jauh lebih stabil karena dilengkapi rangka kokoh di kedua sisinya yang juga berfungsi untuk melindungi bantalan udara. Rangka pelindung ini yang tidak dimiliki Sub Skimmer buatan Inggris. Tidak hanya itu, rangka Sub Skimmer yang dapat memuat sampai enam personel ini juga dibuat dari bahan komposit anti peluru. Sub Skimmer terbuat dari bahan dasar fiber-glass reinforced polyester (FRP), sehingga membuat bobot kapal cukup ringan.

skimmer3

Dari segi kemampuan, Sub Skimmer mampu melaju hingga kecepatan 2 – 4 knots di bawah air, dan mampu beroperasi di bawah air selama delapan jam. Sayangnya kemampuannya menyelamnya baru sampai kedalaman empat meter. Sebagai perbandingan SEAL Carrier sanggup menyelam sampai kedalaman 40 meter. Dalam waktu singkat sekitar satu menit, Sub Skimmer yang disokong mesin utama 85 horse power (HP) dapat naik ke permukaan dan berperan layaknya speed boat dengan kecepatan maksimum 25 knots.

Sub Skimmer yang punya panjang lima meter ini dikembangkan sejak tahun 2009, dan pertama kali dipamerkan di hadapan publik saat Indo Defence 2010 di Kemayoran, Jakarta Pusat. Sub Skimmer yang per unitnya disebut-sebut mencapai Rp2,5 miliar, di masa mendatang akan dilengkapi dengan sensor sonar. (Gilang Perdana)
 

Lumba-Lumba Hovercraft TNI AL: Wahana Amfibi Pendukung Patroli dan Angkut Personel

pict2427

Dari aspek struktur, dimensi dan payload, hovercraft Kartika TNI AD hingga kini belum ada tandingannya di Indonesia, pasalnya Kartika punya daya angkut hingga 5,5 ton, sehingga sanggup membawa 1 truck ukuran ¾ dan 1 buah minibus sekelas Isuzu Panther. Tapi untuk urusan utilitas, hovercraft Lumba-Lumba TNI AL yang punya dimensi dan bobot lebih ringan, tampak unggul karena sudah beropeasi penuh sejak tahun 2005.

Di lingkup TNI AL, hovercraft menjadi elemen kekuatan Satfib (Satuan Kapal Amfibi). Dengan kemampuan beroperasi di dua ‘alam,’ daratan dan perairan, wahana ini dianggap sebagai alat transportasi yang ideal untuk tugas patroli, pengiriman logistik, dan angkutan pasukan ke wilayah pesisir sampai lepas pantai. Terlebih bila menyangkut kondisi wilayah yang rawan ranjau, maka hovercraft lah solusinya.

Meski populasi hovercraft nampak minim untuk kepentingan militer di Indonesia, namun baru TNI AL yang ‘resmi’ telah mengoperasikan hovercraft secara penuh, yakni Lumba-Lumba yang merupakan produksi dalam negeri. Lumba-Lumba dirancang untuk dapat membawa 20 pasukan bersenjata lengkap. Dengan bekal mesin diesel Deutz 466 HP, hovercraft ini sanggup melaju hingga kecepatan maksimum 33 knots dan kecepatan jejalah 28 knots. Dari aspek kecepatan, Lumba-Lumba sudah mampu menandingi kecepatan laju armada KCR (Kapal Cepat Rudal) dan kapal-kapal Satrol (Satuan Kapal Patroli) TNI AL.

hovercraft-7hover-craft-5

Lumba-lumba yang kerap dilibatkan dalam beragam operasi, mampu beroperasi selama 10 jam. Berbekal kapasitas bahan bakar 700 liter, hovercraft Lumba-Lumba punya jarak jangkau sampai 450 km. Selain mampu mengangkut 20 personel, kabin Lumba-Lumba juga bisa disulap untuk keperluan angkut logistik, yakni sampai kapasitas 2 ton barang. Bobot kosong hovercraft ini adalah 8 ton.
Hovercraft yang dibalut material Rubberizing Nylon ini bila melintas medan ranjau dengan aman,. Selain aman dari ranjau, sifat dari material dan komponennya mampu merediuksi efek deteksi sonar. Secara keseluruhan, Lumba-Lumba punya dimensi 13 x 5,9 x 3,2 meter. Untuk dimensi kabinnya 5,6 x 2,8 meter.

houvercraft1hover31hovercraft-TNI-AL

Dari segi mobilitas, Lumba-Lumba kini dipersiapkan untuk standby di ruang kargo LPD (Landing Platform Dock) Satfib Komando Armada Timur, salah satunya di KRI Dr Soeharso 990 (d/h KRI Tanjung Dalpele 972), jenis LPD yang kini perannya difokuskan sebagai kapal BRS (Bantu Rumah Sakit). Dalam suatu kesempatan defile, hovercraft ini juga pernah tampil dibawa dengan truk trailer.

Sebagian bahan baku pembuatan hovercraft ini masih di import seperti daun baling-baling dan mesin. Walaupun masih impor, namun sebagian suku cadangnya banyak terdapat pada mesin truk yang beredar di Indonesia, sehingga memudahkan teknisi untuk merawat dan memperbaikinya. Untuk material serat fiber pada badan hovercraft, menggunakan karet nylon untuk skirt (bantalan) adalah produk dalam negeri. Perlengkapan tambahan pada hovercraft ini berupa satu unit alat komunikasi radar antena high frequency, alat pemandu lokasi berteknologi GPS (Global Positioning System).

Lumba-Lumba dengan latar kapal tunda samudera.
Lumba-Lumba dengan latar kapal tunda samudera.

Saat ajang ASEAN Regional Forum Disaster Relief Exercise (ARF Direx) di Manado, Sulawesi Utara di tahun 2011
Saat ajang ASEAN Regional Forum Disaster Relief Exercise (ARF Direx) di Manado, Sulawesi Utara di tahun 2011

Dengan latar KRI Dewa Ruci.
Dengan latar KRI Dewa Ruci.

Lumba-Lumba di ruang kargo LPD TNI AL.
Lumba-Lumba di ruang kargo LPD TNI AL.

Hovercraft ini telah dilibatkan dalam Latihan Gabungan (Latgab) TNI di Sangata, Kalimantan Timur di tahun 2013. Sebelumnya Lumba-Lumba juga ikut digunakan untuk pengamana ajang ASEAN Regional Forum Disaster Relief Exercise (ARF Direx) di Manado, Sulawesi Utara di tahun 2011. Dalam tampilan defile, Lumba-Lumba nampak dipersenjatai senapan mesin FN MAG GPMP (General Purpose Machine Gun) 7,62 mm.

Ide penggarapan hovercraft ini bermula dari proposal dua mahasiswa program doktoral di Den haag, Belanda, berkerjasama dengan perwira TNI AL kepada Pemerintah guna mendukung pembuatan kendaraan angkut amfibi berjenis hovercraft untuk kepentingan militer. Proposal yang diprakarsai oleh tim yang terbentuk tahun 1995 ini antara lain, Dr Ir Leonardus Gunawan, Dr Ir Soerjanto Tjahjono, dan Laksamana (Purn) Dr Dwi Nugroho, kemudian mengajukan proposal juga ke pihak swasta, tapi sayangnya tidak berlanjut. Pertengahan tahun 1996 di kedutaan Indonesia di Belanda, KSAL waktu itu Laksamana Arief Kushariadi bersama Dwi Nugroho membicarakan pembuatan hovercraft untuk keperluan militer dan didukung oleh KSAL, berdasarkan dukungan tersebut, tim kecil ini mencari dana pinjaman lunak dari pemerintah Belanda.

kapalri-1

Pada tahun 2004 merekapun bertemu dengan beberapa orang untuk mewujudkan mimpi membangun industri hovercraft di Indonesia. Tujuan utama untuk kepentingan Angkatan Laut dalam menjaga dan mempertahankan kedaulatan negara, tetapi bisa juga untuk kepentingan sipil seperti penyelamatan korban kecelakaan pesawat terbang yang berada radius 5 mil dari daerah pantai, keperluan SAR, dan sarana transportasi antar pulau yang tidak mempunyai pelabuhan laut.

Setelah pertemuan tersebut, lalu didirikan perusahaan yang bernama PT Hoverindo, yang mampu menyelesaikan lima unit pesanan TNI AL. Pada Desember 2005, empat unit berhasil di kirim dan menyusul kemudian satu unit pada tahun 2006. Bersama Dislitbangal (Dinas Penelitian dan Pengembangan Angkatan Laut) ditingkatkan untuk mencari terobosan-terobosan baru dalam pengembangan Teknologi hovercraft di Indonesia.

Pada tahun 2006 PT Hoverindo karena sesuatu hal tidak bisa melanjutkan produksinya untuk program hovercraft nasional, maka di lanjutkan dengan PT Sumber Daya Patriatama (SDP). Apabila dilihat dari sisi teknologi, hovercraf produk anak bangsa ini tidak kalah dengan produk luar negeri, sedangkan dari sisi ekonominya, hovercraft ini lebih murah sampai 60% dari produk sejenis. (Gilang Perdana)
 
 

RoIP Dithubad TNI AD: Solusi Komunikasi Taktis Lintas Platform

P_20151207_114341

Dengan basis teknologi digital, jalur komunikasi radio yang digunakan TNI dapat terkonvergensi secara mulus dengan jalur komunikasi seluler GSM. Terlebih ada rencana dari TNI AD untuk men-deploy Open BTS (Base Transceiver Station) di kawasan perbatasan dan pedalaman. Implementasi konvergensi kedua jalur teknologi ini dapat terwujud dengan adopsi RoIP (Radio over Internet Protocol) yang dikembangkan Dithubad (Direktorat Perhubungan Angkatan Darat) dengan mitra PT Hariff Daya Tunggal Engineering (DTE).

Korvergensi antar platform menjadi suatu tuntutan dalam dukungan operasi militer, seperti komunikasi berbasis radio HT (handy talkie) dan komunikasi di jaringan seluler, dua platform beda ‘dunia’ ini yang tadinya selalu terpisahkan, dan kini dapat disatukan berkat platform internet protocol.

Prototipe perangkat RoIP yang dirancang khusus untuk kebutuhan komunikasi prajurit di lapangan dengan jaringan berbasis VoIP (Voice over Internet Protcol) dan GSM (Global System for Mobile Communication), belum lama ini telah dipamerkan di hadapan Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu pada 7 Desember 2015 di lokasi pabrik PT Hariff DTE.

P_20151206_220108

Perangkat yang baru dikembangkan pada tahun 2015 ini di setting sebagai bagian dari solusi JAM (Jaringan Aman dan Mandiri). JAM adalah jaringan yang berbasis protokol dan enkripsi khusus yang dinamis dengan pengamanan hardware dan software yang didesain unik dan mandiri. JAM sendiri di dalamnya mencakup solusi BMS (Battlefield Management System).

alam skemanya, penyedia layanan integrasi dilakukan oleh PT Starcom Solusindo, anak perusahaan PT Hariff DTE yang selama ini telah sukses menggelar layanan BWA (Broadband Wireless Access) WiMax (Worldwide Interoperability for Microwave Access).

Namun sayangnya informasi lebih detail tentang RoIP masih belum dibuka lebar, mengingat produk masih berupa prototipe dan butuh persetujuan pihak TNI AD untuk publikasi lebih dalam. Tapi yang jelas RoIP nantinya akan ditempatkan mulai dari posko (pos komando) hingga kendaraan taktis. Dengan adanya RoIP juga memungkinkan prajurit yang berada di pedalaman hutan untuk berkomunikasi dengan keluarganya yang menggunakan komunikasi ponsel. (Haryo Adjie)
 

Len VDR10-MP: Military Tactical Radio Manpack Produksi BUMN Strategis

radio2

Kemandirian industri pertahanan tak hanya berkutat pada pemenuhan kebutuhan alutsista, sektor lain seperti sistem komunikasi juga ikut mengambil peran penting, mengingat sistem komunikasi yang handal, aman dan mandiri menjadi kunci keberhasilan operasi tempur. Di lingkup operasi taktis yang melibatkan unsur tempur, adanya tactical radio menjadi suatu keharusan, terutama bagi unit infanteri yang dikenal sebagai Queen of The Battle.

Sebagai elemen komunikasi wajib, prajurit TNI dalam setiap operasi tempur selalu dibekali dengan tactical radio, karena umumnya dirancang manpack, maka pengguna terbesarnya adalah satuan infanteri, seperti di level pleton. Tactiral radio lumrah digunakan sebagai media komunikasi antar unit tempur pleton dan regu ke tingkat posko (pos komando). Saat Perang Vietnam, tactitcal radio digunakan sebagai komunikasi antar pos-pos pertahanan pasukan AS. Begitu juga saat TNI (d/h ABRI) berlaga dalam Operasi Seroja di Timor-Timur. Dengan bekal radio PRC-77, infanteri TNI juga melaksanakan peran sebagai pemandu tembakan dari pesawat tempur. Istilah dalam militer disebut sebagai ground FAC (forward air control). Hal ini tergambar jelas dari paduan komunikasi antara pesawat OV-10F Bronco dengan unit infanteri TNI AD yang membutuhkan bantuan tembakan ke permukaan.

radio-e1448892236668

Salah satu keunggulan penggunaan pesawat tempur OV-10F Bronco yang dijuluki sebagai Kuda Liar ialah memiliki frekuensi VHF (very high frequency)-FM standar pasukan TNI AD dan Marinir TNI AL, sehingga pesawat dapat melakukan komunikasi langsung dengan ground FAC yang menggunakan radio PRC-77 tanpa melalui stasiun relay.

PRC-77 memang legendaris, tapi perangkat berbasis radio analog tersebut tentu sudah usang dan ketinggalan jaman. Sebagai gantinya, TNI AD kemudian mengusung tactical radio TR2400 yang punya kemampuan hybrid analog digital. Dari golongannya, TR2400 masuk dalam segmen HF (high frequency) transceiver yang berjalan di frekuensi 1,6 – 30 Mhz. Tactical radio ini menawarkan teknologi digital signal processing (DSP) untuk frekuensi tinggi hopping. Namun, perlu dicatat, baik PRC-77 dan TR2400 adalah produk impor. Bila PRC-77 buatan JETDS (Joint Electronics Type Designation System) dari AS, sementara TR24000 adalah buatan Grintek Communication Systems dari Afrika Selatan.

Bila pesawat, kapal perang, dan panser dapat diproduksi dalam negeri, lantas bagaimana dengan radio taktis ini? Apakah harus selalu impor?

Len VDR10-MP
PT Len Industri, sebagai BUMN (Badan Usaha Milik Negara) Strategis nyatanya telah berhasil memproduksi tactical radio manpack untuk kebutuhan infanteri. Diberi label VDR10-MP, ini merupakan tactical radio digital yang berjalan di frekuensi VHF (Very High Frequency). Oleh PT Len, VDR10-MP disebut sebagai first Indonesian Integrated Secure Communication Radio dengan software fefined radio, Frequency Hopping, Encryption Algorithm dan ISCOP100 (Intergrated Secure Communication Protocols).

VDR10MP

LenVDR10-MP memiliki beberapa kelebihan antara lain: Sistem komunikasi digitalnya didesain dan dibuat sendiri algoritmanya oleh Len. Kemudian diperkuat dengan sistem keamanan baik dari segi transec (transceiver security) maupun comsec (communication security) yang telah dikembangkan sendiri sejak lama oleh para injiner Len.

Dari segi transec, LenVDR10-MP sudah menerapkan teknologi hopping 100 hop/sec, artinya dalam 1 detik komunikasi terjadi perubahan frekuensi 100 kali. Sedangkan dari segi comsec, LenVDR10-MP telah menggunakan enkripsi data berbasis AES 128. Frekuensi Hopping adalah teknik lama yang diperkenalkan pertama kali dalam sistem transmisi militer untuk menjamin kerahasiaan komunikasi dan jamming tempur.

radio1

Sebagai produk dalam negeri, LenVDR10-MP memiliki tingkat kandungan lokal (local content) yang sangat tinggi, karena semua desain telah dilakukan secara mandiri. Untuk segi mekanikal, seperti casing dan tas, Len tidak melakukan kerja sama dengan pihak luar namun masih dari pihak lokal/dalam negeri.

Yang cukup menarik, produski tactical radio ini sudah menggunakan mesin SMT (Surface Mount Technology) atau sering disingkat dengan sebutan SMT adalah teknologi terkini yang digunakan untuk memasangkan komponen elektronika ke permukaan PCB.Dengan teknologi SMT, peralatan atau gadget elektronik saat ini sudah dapat didesain dengan ukuran yang lebih kecil, karena mesin SMT memiliki kemampuan yang dapat memasangkan komponen chip yang berukuran sangat kecil hingga 0,4mm X 0,2mm (Chip SMD resistor 0402) dengan kecepatan yang sangat tinggi.

Kepercayaan TNI pada LenVDR10-MP terbilang besar, dibuktikan order yang cukup besar pada radio taktis ini. Mengutup siaran pers dari PT Len, disebutkan 734 unit radio ini berikut perlengkapannya akan dikirimkan ke semua batalyon di Indonesia dari Aceh hingga Papua, dan para engineer Len akan men-training para tentara yang menjadi user di 13 Kodam di tubuh TNI Angkatan Darat. Pengerjaan kontraknya membutuhkan waktu sekitar tujuh bulan sejak bulan Mei 2015 hingga November 2015. (Gilang Perdana)

Spesifikasi LenVDR10-MP:
– Technology Base : Software Based Radio
– Security System Bas : ISCOP100 (Intergrated Secure Communication Protocols)
– Modulation Mode : AFM (Analog FM), DFM (Digital FM), BSK or QPSK
– Encryption Algorithm : AES 128
– RF Output Power : Max 20W PEP
– Sensitivity : -110 dBm @12dB SINAD
– Frequency Stability : 2ppm
– Channel Capacity : 100 programmable Channel
– Antenna : Whip 1.5m & Whip 3m
– Frequency Range : 30-88 Mhz
– Channel Capacity : 100 programmable Channel
– Data Rate : 16 kbps
– Supply Voltage : 11.1 – 12.6 VDC
– Average Battery Life : 24 hour
– Temperature Range : -10C – 65C
– IP Rating : IP67
– Vibration : Ground Tactical
– Immertion : 1 meter under water for 1 hour
– Standard : MIL-STD-810F shock, vibration, dust & spray
– Dimension : 250mm (w) x 90mm(d) x 250mm(h)
– Weight : 2.5 Kg (- baterry); 4.5 Kg ( + battery)
 

WiMax, Teknologi Jaringan Dibalik Battlefield Management System TNI AD

629476_6dafb5e13d324e4b8db2c6b71b9cef1b

Dalam konsep peperangan modern, Battlefield Management System (BMS) kini jadi suatu kebutuhan, terlebih bila yang dihadapi operasi tempur berskala besar. Menyambung tulisan di Indomiliter.com sebelumnya, “Cegah Friendly Fire, Kavaleri TNI AD Adopsi Battlefield Management System Produksi Dalam Negeri,” maka yang tak bisa dilupakan dari hadirnya BMS adalah jaringan komunikasi wireless dengan tolok ukur dalam standar militer pada ketersediaan jaringan komunikasi yang aman dan mandiri.

Terkait jaringan aman dan mandiri, memang jadi elemen penting dari BMS sebagai solusi. Menyorot kata mandiri, bisa diartikan sistem komunikasi yang terpisah dari jaringan publik, sehingga meminimalkan interferensi. Sementara kata aman, mengedepankan kehadiran hardware, software, dan enkripsi dengan protokol khusus. Inilah solusi yang ditawarkan PT Hariff Daya Tunggal Engineering (DTE), perusahaan swasta nasional yang ber-homebase di Bandung, Jawa Barat, dalam konstruksi BMS yang ditawarkan ke pihak TNI AD.

Andalkan Broadband Wireless Access (BWA)
BMS lewat unit terminal berbasis tablet Android menawarkan beberapa keunggulan, mulai dari monitoring keberadaan konvoi tempur via digital map, informasi sisa amunisi ranpur, sisa bahan bakar, dan temperatur suhu serta kelembaban. Kesemua parameter tadi dapat di share secara realtime dalam komunikasi berbasis data, baik antar unit dalam pertempuran (antar tank/infanteri), antar unit tempur dan posko, dan komunikasi ke level atas di Puskodal (Pusat Komando dan Pengendalian).

Bagaimana BMS bisa melakukan semua itu? Resepnya tak lain adalah penggunaan akses broadband. Dan yang diusung PT Hariff DTE yakni platform Broadband Wireless Access berbasis WiMax (Worldwide Interoperability for Microwave Access). Gaung WiMax sendiri sempat populer di sekitaran tahun 2006, namun belakangan layu sebelum berkembang tergeser adopsi 4G LTE (Long Term Evolution). Padahal WiMax yang kini jaringannya melayani segmen korporat di Tanah Air, punya keunggulan komparatif dibanding 4G LTE.

Battlefield Management System adalah bagian dari sistem JAM (Jaringan Aman dan Mandiri) rancangan PT Hariff DTE.
Battlefield Management System adalah bagian dari sistem JAM (Jaringan Aman dan Mandiri) rancangan PT Hariff DTE.

Unit ranpur komando dipasangi repeater WiMax dalam gelar operasi tempur berbasis BMS.
Unit ranpur komando dipasangi repeater WiMax dalam gelar operasi tempur berbasis BMS.

Dalam gelar formasi tempur kompi kavaleri, ada satu panser atau tank komando yang diberi peran sebagai pengusung repeater WiMax. Sehingga panser/tank komando ini dapat menjadi hub yang memonitor pergerakan unit tempur yang ada di medan perang, baik itu keterlibatan elemen kavaleri, artileri, dukungan udara dan infanteri yang juga dibekali BMS. Dari panser/tank komando tersebut, komunikasi berupa data diteruskan ke tingkat posko, dan level Puskodal yang lokasinya bisa saja berada di area yang jauh dari hiruk pikuk peperangan, seperti misalnya di Ibukota.

Guna mewujudkan desain diatas, keberadaan data link system dan backbone komunikasi juga telah dipikirkan. Bila jalur BMS dengan WiMax bisa dilakukan secara mandiri, maka saat koneksi ke Puskodal jalur yang digunakan sampai saat ini belum bisa mandiri, mengingat pemerintah belum menyediakan satelit khusus militer, begitu pun jaringan fiber optics masih bercampur dengan kegunaan komersial. “Mungkin saja data yang dikirim via satelit dapat diambil oleh pihak lawan, tapi yang kami kedepankan disini adalah data itu tidak dapat dibaca oleh mereka, karena kami mengembangkan enkripsi dengan algoritma khusus,” ujar Dadang Yuhana, direktur teknik PT Hariff DTE kepada Indomiliter saat menjelaskan seputar sistem JAM (Jaringan Aman dan Mandiri).

ok
M1A1 Abrams yang rontok akibat friendly fire saat Perang Teluk I tahun 1991.

Jalur komando dan pengendalian BMS militer AS.
Jalur komando dan pengendalian BMS militer AS.

Bagaimana dengan performa WiMax untuk misi tempur? Mengingat medan operasi di Indonesia yang beda dengan di Timur Tengah, maka yang cocok digunakan adalah model near Line of Sight. Semisal menghadapi kontur medan berbukit, WiMax di 2 Mhz masih dapat mendukung komunikasi data dan voice secara optimal.

Hebatnya, BMS karya Anak Bangsa hasil kerjasama dengan litbang Dithubad (Direktorat Perhubungan Angkatan Darat) dirancang untuk beroperasi secara interoperability dengan alat komunikasi lain yang telah digunakan TNI, baik di frekuensi HF, VHF, dan UHF. Ketika komunikasi suara menjadi sangat intensif pada situasi pertempuran, maka alat komunikasi yang ada akan tetap menjadi voice high priority, sementara solusi BMS yang mengedepankan basis data akan tetap berjalan mulus berkat teknologi Hot Redudancy Data Communication System (HRDCS).

Sekilas WiMax
Teknologi Worldwide Interoperability for Microwave Access (WiMAX) merupakan pengembangan dari teknologi WiFI yang sudah biasa kita gunakan sehari-hari, salah satunya sebagai wireless pada komputer atau laptop. Secara umum dikenal dua jenis WiMAX, yaitu WiMAX untuk jaringan tetap atau disebut Fixed WiMAX dan WiMAX untuk jaringan bergerak atau sering disebut Mobile WiMAX.

Fixed WiMAX mampu mendukung kecepatan transfer data sampai 75 Mbps dengan jangkauan sampai 50 km. Sedangkan Mobile WiMAX mampu mencapai kecepatan transfer data hingga 15 Mbps dengan jangkauan 20-50 km. Dengan kemampuan tersebut, WiMAX disebut sebagai jaringan generasi keempat (4G), meskipun sebetulnya kemampuan ini belum memenuhi standar 4G yang ditetapkan IMT-Advanced. Teknologi WiMAX lebih tepat disebut sebagai jaringan 3.9G.

Lantas mengapa WiMax tidak populer di Indonesia? Paling tidak ada tiga alasan penting seperti berikut. Pertama, kebijakan lisensi Fixed WiMAX. Pada awalnya lisensi yang ditender pemerintah adalah Fixed WiMAX. Padahal pada saat yang sama standar Mobile WiMAX telah diterbitkan dan siap komersial. Para pemegang lisensi tampak ragu-ragu menggelar Fixed WiMAX, khawatir layanannya tidak mampu bersaing dengan Mobile WiMAX yang tentu lebih digemari pasar. Meskipun pada akhirnya sikap pemerintah melunak, dengan mengijinkan pemegang lisensi menggelar Mobile WiMAX, namun respon tersebut dianggap terlambat.

Kedua, kebijakan tingkat kandungan dalam negeri (TKDN). Pemerintah mensyaratkan TKDN minimal 30 persen untuk perangkat dan 40 persen untuk base station. Maksud kebijakan tersebut sangat baik, yaitu membangkitkan industri lokal dan transfer teknologi. Sehingga munculah produsen perangkat lokal, diantaranya adalah PT Hariff DTE. Namun konsekuensinya, harga perangkat menjadi relatif lebih mahal karena skala ekonominya yang masih terbatas. (Haryo Adjie)