Kamis, 19 November 2015

DSME dan DCNS Berkompetisi Menangkan Proyek Overhaul KRI Cakra 401

11610976fb4

Saat kapal selam Changbogo Class pertama tiba di Indonesia pada awal tahun 2017, maka kapal selam Type 209/1300 TNI AL telah memasuki usia 36 tahun pengabdian, maklum duo KRI Cakra 401 dan KRI Nanggala resmi diserahterimakan ke Indonesia pada tahun 1981. Dengan usia Cakra Class yang kian menua, tak lantas kedua kapal selam ini akan dipensiunkan. Secara platform, Type 209/1300 masih serviceable, ditambah kedua kapal sudah pernah dilakukan repowering dan upgrade sistem elektronik.

KRI Cakra dalam sebuah defile
KRI Cakra dalam sebuah defile

KRI Cakra di Dermaga Ujung, Surabaya
KRI Cakra di Dermaga Ujung, Surabaya

Dibalik itu, Korps Hiu Kencana juga masih mengharapkan jumlah ideal 12 unit armada kapal selam. Bila pesanan Changbogo Class komplit pun, jumlah total kasel TNI AL baru mencapai jumlah lima unit. Yang dari segi kuantitas masih tertinggal dari Singapura dan Australia. Selain Cakra Class, TNI AL juga masih akan terus mempertahankan alutsista yang didatangkan pada awal 80-an. Diantara yang seumuran kasel Cakra Class ada frigat Fatahillah Class dan KCR (Kapal Cepat Rudal) Mandau Class.

Tekait MEF III
Pengadaan kapal perang, khususnya kapal selam jelas membutuhkan waktu deal kontrak yang tak sebentar. Belum lagi adanya kewajiban ToT (Transfer of Technology) bila si kapal dibeli dalam kondisi baru. Setelah kontrak pembelian disetujui, proses pembangunan kasel juga tak sebentar, rata-rata lewat dari 12 bulan, apalagi komponen kasel banyak dipasok dari negara lain sebagai pihak ketiga.

Tahap pemasangan torpedo SUT
Tahap pemasangan torpedo SUT

Hingga kini Indonesia telah memasuki fase Minimum Essential Force (MEF) II untuk periode tahun 2015 – 2019. Kemudian berlanjut ke MEF III di periode tahun 2020 – 2024. Pemenuhan kuantitas kasel 12 unit boleh jadi baru akan terealisasi pada MEF III, dan itu pun rasanya berat jika harus melepas postur dua unit kasel Cakra Class saat ini.

Dan melihat peluang operasional Cakra Class yang masih panjang, mendorong galangan kapal asing yang berkompeten dalam penguasaan teknologi kasel untuk menawarkan proposal paket maintenance, repair dan overhaul (MRO). Dikutip dari Janes.com (15/11/2015), mengutip sumber dari TNI AL, ada proposal yang masuk secara terpisah, yakni dari Daewoo Shipbuilding dan Marine Engineering (DSME), Korea Selatan dan DCNS, galangan kapal asal Perancis. DSME jelas bukan nama asing lagi, inilah galangan yang membangun produksi Changbogo Class. Ditambah DSME adalah galangan yang mengerjakan proyek repowering KRI Nanggala 402 pada tahun 2012 silam. Sebaliknya DCNS, belum lama ini baru saja menawarkan proyek kasel Scorpene Class 1000 ke Indonesia.

sumb4_big

Lebih lanjut isi proposal dalam proyek MRO mencakup pengaturan dan pembagian tugas yang dilakukan bersama mitra lokal, yakni PT PAL untuk skema ToT. Disebutkan proposal MRO ini bernilai US$40 juta untuk modernisasi KRI Cakra 401 agar dapat terus beroperasi maksimal hingga tahun 2024. Pada Januari 2014, pihak PT PAL memang pernah menyebut jika KRI Cakra 401 sudah dijadwalkan untuk menjalani MRO.

Menanggapi berita ini, baik pihak DSME dan DCNS menolak untuk memberi komentar lebih jauh. “Memang ada sebuah kompetisi dalam proyek ini, namun untuk alasan komersial dan klausul kerahasiaan, kami tidak bisa memberi komentar,” ujar juru bicara DCNS. Proyek MRO cukup strategis, nantinya mencakup perbaikan mesin, instalasi perangkat elektronik baru, penggantian tiang periskop, dan upgrade CMS (Combat Management System) baru.

KRI Cakra 401 sebagai flagship kasel TNI AL, di tahun 2004 sudah pernah dilakukan proses repowering di galangan DSME. Setelah perbaikan, kondisi kapal dapat mencapai 80-90%. Ini dapat dibuktikan dengan telah diujinya atau istilahnya NDD (Normal Diving Deapth) untuk mengetahui batas kedalamnya. Kemudiaan di tahun 2006, kRI Cakra 401 berangkat lagi ke Korea Selatan, saat itu untuk proses instalasi radar baru, sonar, dan sistem tempur. Nilai proyek pada tahun 2006 tersebut disebut mencapai US$60 juta.

KRI Cakra 401 dan KRI Nanggala 402 mulai dibangun sejak tahun 1977 oleh galangan Howaldtswerke di kota Kiel, Jerman. Dan kedua kapal dengan bobot 1.395 ton ini resmi masuk arsenal TNI AL pada tahun 1981. (Haryo Adjie)
 

Pesawat Tempur KFX/IFX Nantinya Tidak Sepenuhnya Siluman

  033b5-kfx_heraldcorp

Pejabat Lockheed Martin akan mengunjungi Korea pekan ini untuk membahas transfer teknologi yang diperlukan proyek KF-X di negara itu.

Pejabat Lockheed Martin akan mengunjungi Defense Acquisition Program Administration (Dapa) pekan ini, “kata juru bicara Kolonel Kim Si-cheol, Selasa.” Pejabat perusahaan dan Dapa akan melihat kemajuan transfer 21 teknologi ke Korea. ”

Kim , menunjukkan bahwa transfer 21 teknologi, memang diatur dalam kesepakatan transfer, termasuk sistem kontrol penerbangan.

Kim menyatakan kewajiban kontrak untuk Lockheed Martin adalah mentransfer teknologi senilai $ 1.4 milyar, meskipun Lockheed Martin mengubah jenis transfer yang seharusnya diserahkan ke Korea (dari 25 hanya 21 yang diserahkan). Nilai kontrak yang dibayarkan Korea sesuai jumlah yang telah disepakati.


Proyek KF-X, merupakan pengembangan jet tempur generasi 4.5 pada tahun 2025 untuk menggantikan armada jet tempur F-4 dan F-5 Korea yang sudah tua, menghadapi kemunduran besar pada bulan April setelah pemerintah AS menolak untuk mengizinkan Lockheed untuk mentransfer empat teknologi inti yang terkait dengan F-35, termasuk radar AESA, ke Korea dengan alasan keamanan.

Di tengah meningkatnya kritik pada saat itu, Menteri Dapa Chang Myoung-jin mengatakan bahwa pemerintah AS berjanji untuk menyetujui ekspor sisa 21 teknologi.

Transfer 25 teknologi, termasuk empat yang dilarang, adalah kesepakatan yang diimbangi dengan pembelian 40 pesawat siluman F-35 oleh Korea Selatan.

Kim menambahkan bahwa KF-X tidak akan memiliki fungsi sepenuhnya sebagai pesawat siluman, tetapi hanya berteknologi mengurangi jejak radar cross section (RCS).

koreatimes

(News Update) Akhir November, Rusia-Indonesia Bahas Pembelian Su-35

  SU-35 (© Sputnik/ Grigoriy Sisoev)

Komisi gabungan kerjasama militer-teknis Rusia-Indonesia akan membahas pembelian Sukhoi Su-35 di Jakarta pada akhir November mendatang. Hal itu disampaikan oleh Duta Besar Indonesia untuk Rusia Djauhari Oratmangun.

Pernyataan Djauhari ini muncul setelah adanya pernyataan dari Menteri Pertahanan Indonesia, Ryamizard Ryacudu. Ryamizard mengatakan, pemerintah Indonesia akan membeli Su-35 untuk menggantikan F-5 Tiger. Pernyataan Djauhari juga datang beberapa hari setelah kepala Kerjasama Departemen Internasional Rusia Rostec, Viktor Kladov menuturkan bahwa Indonesia telah memutuskan untuk membeli Su-35 dan dalam waktu dekat Indonesia dan Rusia akan membahas mengenai pembangunan pusat layanan di Indonesia.


“Ini adalah pertanda baik, setelah perjanjian nyata akan muncul. Pada akhir November, pertemuan teknis dari komisi bersama kerjasama militer-teknis akan diselenggarakan, dan masalah ini akan menjadi salah satu topik utama,” ucap Djauhari, seperti dilansir Sputnik pada Rabu (18/11).

Namun, di kesempatan yang sama, Djauhari juga mengatakan, sejauh ini tender untuk pembelian salah satu pesawat tercanggih di dunia ini belum diumumkan oleh pemerintah Indonesia. SU-35 atau yang disebut oleh NATO sebagai Flanker-E adalah generasi terbaru Sukhoi, dan merupakan pengembangan dari Su-27. Jet tempur ini pertama kali diperkenalkan pada tahun 2013 lalu, tepatnya pada pagelaran Paris Air Show.

Sindonews

Carl Gustaf M2: Sudah Eksis di Indonesia Sejak Era 60-an

Carl-Gustav-M2-1

Namanya cukup mendunia dalam jagad senjata anti tank, meski faktanya yang jadi sasaran sebagaian justru bukan tank. Senjata panggul ini bisa dikata punya kemasyhuran yang bisa disandingkan dengan granat berpeluncur roket RPG (Rocket Propelled Grenade)-7. Inilah Carl Gustaf, jenis recoiless rifle yang namanya telah mendunia sejak tahun 1948. Lewat perubahan di empat varian, hingga kini Carl Gustaf masih jadi andalan di banyak laga pertempuran, dan tak mau ketinggalan, Indonesia pun telah lama menggunakan Carl Gustaf.


Prajurit TNI menggotong Carl Gustaf dalam Latgab ABRI tahun 1992.
Prajurit TNI menggotong Carl Gustaf dalam Latgab ABRI tahun 1992.

Carl Gustaf M2.
Carl Gustaf M2.

Karena mulai masuk kedinasan di masa-masa keemasan konflik dunia, kadar battle proven Carl Gustaf terbilang tinggi. Dalam rentang tahun 60-an dan 70-an, senjata besutan Saab Bofors Dynamics ini banyak berlaga di medan tempur. Bahkan dalam babak pertama Perang Malvinas (Falklands War), Carl Gustaf yang dipakai Marinir Inggris mampu membuat kerusakan hebat pada kapal perang Argentina. Dengan konflik kekinian yang terjadi di Afghanistan, Irak, Libya, dan Suriah, nama Carl Gustaf dijamin selalu eksis ditengah dentuman ledakan. Indonesia disebut-sebut telah mengoperasikan Carl Gustaf sejak tahun 60-an, namun belum diketahui apakah Carl Gustaf pernah dijajal dalam operasi militer di Tanah Air.

Dirunut dari klasifikasinya, Carl Gustaf masuk sebagai senjata anti tank yang reusable, artinya senjata ini dapat dipakai beriulang-ulang, alias pelontar dapat diisi ulang dengan peluru/proyektil. Varian pertamanya adalah M1 dibuat tahun 1948. Model pertama (M1) terbuat dari baja, sehingga beratnya mencapai 16,35 kg. Di tahun tersebut, belum ditemukan material komposit. Kemudian di tahun 1964 munculah model kedua (M2). Varian ini tampil lebih ringan dengan bobot 14,2 kg. Pengurangan bobot ini berkat adopsi material aluminium alloys dan plastik. Mengikuti tren pasar yang menyuguhkan bobot senjata lebih ringan.

Carl Gustav M2.
Carl Gustav M2.

Ragam amunisi Carl Gustaf.
Ragam amunisi Carl Gustaf.

Saab di tahun 1991 merilis model ketiga (M3) yang punya bobot 9,5 kg. Model M3 lebih ringan berkat penggunaan komponen polymer dan fiberglass. Dan model yang paling baru adalah M4, punya bobot sekitar 7 kg. Di model M4 komponen yang digunakan adalah karbon fiber dan titanium. Update antar model tentu tak sekedar pada efek pengurangan bobot, tapi juga mencakup hal teknis, seperti sistem bidik dan nilai ergonomis.

Bersama dengan rudal Javelin, Carl Gustaf M2 juga beraksi menghajar alien di film "War of The World."
Bersama dengan rudal FGM-148 Javelin, Carl Gustaf M2 juga beraksi menghajar alien di film “War of The World.”

Carl Gustaf di Indonesia
Lars Nielsen, Head of Saab Indonesia pernah menyebut,”Carl Gustaf sudah digunakan Indonesia sejak tahun 60-an, namun senjata tersebut bukan di datangkan langsung dari Swedia.” Dan, sampai saat ini belum diketahui jelas asal Carl Gustaf yang dibeli oleh Indonesia, meski yang digunakan tetap buatan Swedia. Sebagai senjata kondang, Carl Gustaf memang menarik perusahaan lain untuk mengambil lisensinya. Seperti Howa dari Sumitomo Group, Jepang telah malansir produksi M2. Kemudian India lewat OFB (Ordnance Factory Board) juga membeli hak produksinya.

nerima_soubi_84mmrlrhD1rk0k

Debut Carl Gustaf terlihat nyata dalam Latigan Gabungan TNI (d/h ABRI) tahun 1992 di Pantai Banongan, Situbondo, Jawa Timur. Saat itu Carl Gustaf tampak digunakan oleh pasukan BTP (Batalyon Tim Pendarat) Marinir TNI AL. Untuk model yang dipakai Indonesia juga masih belum bisa dipastikan, namun melihat dari tahun kedatangannya di era 60-an, maka besar kemungkinan yang diadopsi TNI adalah varian M2. Kebetulan M2 juga dipasok untuk militer Thailand, Singapura, dan Malaysia.

Yang unik dari Carl Gustaf adalah untuk urusan amunisi, Carl Gustaf model paling tua pun (M1) tetap dapat melontarkan hulu ledak generasi terkini yang dibuat untuk model M4 paling mutakhir. Secara umum, tipikal amunisi Carl Guatav dibagi kedalam tiga fungsi, yakni penghancur tank dan kendaraan lapis baja, anti personel, dan penghancuran sasaran di balik perkuatan.

Carl Gustaf M3.
Carl Gustaf M3.

Carl-Gustav M3.
Carl-Gustav M3.

Carl Gustav M3
Carl Gustav M3

Dari sejarahnya, Carl Gustaf dirancang oleh Hugo Abramson dan Harald Jensen. Mereka memilih propelen mesiu dengan kaliber 84 mm, atau setara kaliber meriam. Untuk menstabilkan proyektil, digunakan laras beralur. Dengan laras beralur, kecepatan least proyektil bisa mencapai 290 meter per detik untuk jarak 400 pada sasaran bergerak. Atau bisa mencapai jarak 700 – 1.000 meter untuk sasaran statis. Dalam operasional Carl Gustaf dioperasikan oleh dua awak, yakni gunner dan loader amunisi. Teorinya satu menit, senjata ini dapat melepaskan enam proyektil.

Pengisian amunisi.
Pengisian amunisi.

Di lingkup TNI, adopsi senjata jenis ini masuk dalam operasional unit infanteri. Situs Wikipedia.com menyebut Carl Gustaf digunakan oleh Kopaska (Komando Pasukan Katak) TNI AL dan Kopassus (Komando Pasukan Khusus) TNI AD. Belum jelas kedepan apakah TNI akan mengadopsi Carl Gustaf M4 yang dilengkapi intelligent sight, mengingat saat ini infanteri TNI AD sudah menggunakan rudal panggul anti tank yang juga buatan Saab, yaitu NLAW. (Gilang Perdana)


Spesifikasi Carl Gustaf M2
– Tahun produksi: 1965
– Kaliber: 84 x 246 mm
– Panjang laras: 113 cm
– Bobot kosong tanpa teleskop: 14,2 kg
– Bobot total: 18,5 kg
– Pembidik: Telescopic, Luminous and Open
– Amunisi: HE, HEAT, HEAT-T, TP w/o Trace, dan TPT
– Jarak tembak: 500 – 700 meter
– Kecepatan luncur proyektil: 290 meter per detik
 

Ada Kapal Perang AS di Bali

  Kapal perang AS
Kapal perang AS

Lagi-lagi kapal perang milik Amerika Serikat (AS) bersandar di Bali. Kali ini kapal perang AS tipe Dock Landing Ship United States Navy (US Navy) USS Rushmore (LSD 47) berkunjung dan lego jangkar di perairan Nusa Dua dan Pelabuhan Benoa, Bali.

Danlanal Bali Kolonel Laut (P) Bambang Trijanto mengatakan, sedikitnya 80 personel pangkalan TNI AL (Lanal) Bali Lantamal V melaksanakan pengamanan terhadap kapal perang milik US Navy tersebut selama kunjungan di Bali.

Bambang mengimbuhkan, kapal perang US Navy dengan Homeport Naval Base San Diego itu dikomandani CDR T Stephens. Kapal tersebut memiliki spesifikasi panjang 186,4 meter, lebar 21,1 meter, dan bobot sekira 16.325 ton. Kapal ini dilengkapi peralatan canggih, salah satunya persenjataan.

“Kapal itu dilengkapi senjata Meriam 2×25 mm Mk 38 Mod 2, Phalanx CIWS 2×2 20 mm, Rolling Airframe Missile, dan senapan mesin 6×0,50 kaliber M2HB. Mereka tiba di Bali sebenarnya sudah sejak Senin 16 November 2015 pada pukul 09.00 Wita,” terangnya di Denpasar, Rabu (18/11/2015).


Tidak hanya itu, masih ada juga senjata antikapal selam, dua helikopter landing spots, dan dilengkapi dua mesin penggerak pokok dengan kecepatan 20 knots, jumlah ABK dalam kurang lebih 800 orang, terdiri dari 35 officers, 356 enlisted, dan 405 US marines.

Kapal perang milik AS datang ke Bali dalam rangka kunjungan wisata (portvisit). Tidak kurang dari 80 personel Lanal Denpasar dikerahkan untuk melaksanakan pengamanan kunjungan kapal dari US Navy tersebut di Pelabuhan Benoa, Bali.

“Selama empat hari mereka singgah di Bali mulai 16 hingga 20 November 2015. Para awak kapal akan melaksanakan kunjungan ke beberapa tempat wisata di Pulau Bali ini,” katanya.

Selama kapal perang AS tersebut berada di perairan Nusa Dua, Bali, kapal tersebut berada dalam pengamanan TNI AL (Lanal Bali) yang mengerahkan satu KRI yaitu KRI Pulau Raas – 722 dan KRI Pari-849 serta satu combat boat catamaran dan 80 personel Pam Darat.
 

Tahun Depan, Jokowi Gunakan Helikopter Baru

  Helikopter Agusta Westland AW-101
Helikopter Agusta Westland AW-101

Helikopter AgustaWestland AW-101, akan menjadi tumpangan Presiden Joko Widodo jika blusukan ke daerah-daerah terpencil, mulai pertengahan tahun 2016.

Heli AgustaWestland AW-101 adalah hasil joint venture antara Westland Helicopters di Inggris dan Agusta di Italia. Saat ini, Heli tengah direncakan untuk didatangkan ke Indonesia.

Kepala Dinas Penerangan TNI Angkatan Udara (Kadispenau) Marsekal Pertama Dwi Badarmato kepada wartawan mengatakan, helikopter ini akan dipakai untuk kepentingan VVIP, termasuk presiden dan wakil presiden.
“Helikopter ini di atasnya SuperPuma, punya daya angkut lebih besar dan endurance lebih baik,” ungkap Badarmanto.

aw3

Heli baru ini ditempatkan di Lanud Halim Perdanakusuma. TNI Angkatan Udara berencana menambah lebih banyak helikopter jenis ini hingga menjadi satu skadron khusus dan akan dioperasikan oleh Skuadron Udara 45 VVIP, yang berpangkalan di Lanud Halim. Saat ini, Skuadron 45 mengoperasikan helikopter kepresidenan jenis Super Puma buatan Perancis yang dirakit di PT Dirgantara Indonesia tahun 1980-an.


“Kita ingin melengkapi satu skadron dengan bermacam-macam pesawat,” pungkas badarmanto.
Peremajaan helikopter tersebut sejalan dengan pengadaan heli serbu AH-64 Apache untuk TNI Angkatan Darat dan helikopter anti kapal selam untuk TNI Angkatan Laut.

AW2

Helikopter AW-101 tercatat memiliki standar pengamanan modern, seperti perahu karet dan sarana bantalan udara yang mengembang seperti air bag (kantong udara) saat terjadi benturan.
Heli ini memiliki standar pengamanan modern dan dibuat untuk memberikan kenyamanan bagi penumpangnya, dengan fasilitas kelas VVIP. Memiliki standar keamanan seperti perahu karet, sarana bantalan udara seperti airbag saat terjadi benturan.

Memiliki panjang 19,53 meter dan tinggi 6,62 meter, sehingga heli canggih ini memiliki ruang yang besar dan mampu mengangkut 13 orang penumpang ditambah 3 orang kru.
Helikopter AgustaWestland AW101, menggunakan 3 unit mesin Rolls-Royce Turbomeca RTM322-01 turboshafts bertenaga 2.100 tenaga kuda.

Dengan kenyamanan dan keamanan yang dimilikinya, heli ini dibanderol USD 21 juta atau setara Rp 289,37 miliar.

Sabtu, 14 November 2015

Tidak Ada yang Berani Perang dengan Indonesia

  Menteri Pertahana Ryamizard Ryacudu
Menteri Pertahana Ryamizard Ryacudu

Konflik Laut Cina Selatan saban tahun terus memanas. Teranyar, kapal perang milik negara Abang Sam itu melanggar wilayah 12 mil laut yang diklaim Cina masuk wilayahnya. Kapal perang UUS Lassen dengan peluru kendali penghancur itu terdeteksi di sekitar karang Subi dan Mischief di kepulauan Spratly.

Tentunya ancaman bagi Indonesia begitu dekat jika perang terbuka oleh dua negara itu terjadi di Laut Cina Selatan. Sejak memanasnya Konflik Laut Cina Selatan, Indonesia sebagai salah satu negara yang punya posisi tawar akan konflik dua negara itu sudah melakukan berbagai upaya. Salah satunya adalah menggelar patroli bersama.

Sebagai Menteri Pertahanan, Ryamizard Ryacudu juga berupaya agar Konflik Laut Cina Selatan benar-benar tak terjadi. Salah satunya ialah melakukan lawatan ke kedua negara itu untuk melakukan kunjungan membahas soal ini. “Kalau saya bilang hanya satu cara menyelesaikan ini, yaitu kebersamaan,” ujar Ryamizard saat berbincang dengan merdeka.com di kantornya, Rabu kemarin.

“Saya bergerak tidak ngawur, ada patokan. Yaitu diplomasi Kementerian Pertahanan. Jadi saya tegaskan dalam pembukaan ikut serta mendamaikan dua negara bertikai, perdamaian dunia. Itu amanat untuk bangsa ini. Saya bergerak untuk mendamaikan. Saya bilang tidak ada lagi perang”

Namun sebagai Menteri Pertahanan, Ryamizard juga menyiapkan segala kemungkinan yang terjadi. Salah satunya ialah menguatkan strategi pertahanan perang Indonesia dengan menyiapkan bala tentara berikut rakyatnya melalui bela negara. Tujuannya adalah agar negara lain berpikir lebih jauh untuk bertindak dengan Indonesia.

“Kita punya 100 juta rakyat, ada yang berani menyerang 100 juta? Tidak berani,” ujarnya menegaskan.

Berikut petikan wawancara dengan Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu kepada Laurel Benny Saron Silalahi dan Arbi Sumandoyo dari merdeka.com soal Konflik Laut Cina Selatan dan pertahanan Indonesia.

Konflik Laut Cina Selatan tiap tahun selalu memanas, bagaimana Anda sebagai Menteri Pertahanan melihat ini ?

Tidak memanas. Kemarin sebelum saya melakukan aksi saya saksinya, kemarin itu zonanya masih merah sekarang tinggal kuning. Saya bergerak ke Cina, saya bergerak ke Amerika, saya makan malam dengan kedutaan di sana, saya bicara di sana juga. Akhirnya Cina terbuka, dulu mana bisa Cina terbuka. Sampai dia bilang, oke. Dulu tidak mau. Ini halaman rumah kita bersama-sama, mari kita jaga sama-sama kan terbuka. Sekarang sudah kuning.

Tetapi kemarin kapal perang Amerika sudah merapat ke laut Cina ?

Itu patroli saja, ide kan dari saya. Sekarang Amerika juga. Kalau saya bilang hanya satu cara menyelesaikan ini, yaitu kebersamaan. Bahkan patroli perang tidak bagus, saya bilang patroli perdamaian. Kemarin Amerika dialog juga sama kita, kenapa Laut Cina Selatan begini, Cina bilang ribuan orang lalu-lalang lewat wilayah mereka tetapi apakah mereka lewati wilayah kita, kita larang, tidak silakan saja. Kalau berapa mil dari tempat tanah segala macam tidak boleh, kalau yang lain silakan saja, sudah terbuka dia.

Sebelumnya Cina juga mengklaim Pulau Natuna itu masuk wilayah mereka ?

Enggak itu. Tetapi memang ada batasan sedikit yang milik mereka, Siapa yang bilang Pulau Natuna. Jadi memang ada batasan antara milik Cina dan milik kita, tetapi itu tidak ada masalah

Selain patroli bersama apa upaya Anda, mengingat Indonesia punya posisi tawar menyelesaikan konflik laut Cina Selatan ?

Saya bergerak tidak ngawur, ada patokan. Yaitu diplomasi Kementerian Pertahanan. Jadi saya tegaskan dalam pembukaan ikut serta mendamaikan dua negara bertikai, perdamaian dunia. Itu amanat untuk bangsa ini. Saya bergerak untuk mendamaikan. Saya bilang tidak ada lagi perang. Sampai ada tulisan dari Amerika berapa bulan lalu, Menhan Ryamizard menyatakan ‘Mari kita menyatakan tidak ada perang lagi, perhatian tidak membunuh tetapi menyelamatkan manusia’. Itu langsung tulisan dari Amerika. Jadi saya pergi ke Cina, Amerika percaya tidak cemburu. Saya ke sini Cina tidak apa-apa. Dia bilang sama staff saya, saya setuju sama Menhan, dia netral mau ke Amerika tidak ada masalah. Kita tunjukkan kita netral, kalau tidak netral susah masuk kita. Tidak terima. Di Asia sendiri ada yang ke Cina, ada yang ke Amerika. Kemudian kita ini negara Non Blok. Kita, seperti Mesir dan Maroko. Itu kita pegang. Dengan itu kita laksanakan politik bebas aktif. Bebas ke mana-mana saja. Aktif, saya aktif.

Amerika mendorong patroli di Laut Cina Selatan ditingkatkan, termasuk dia akan mengirimkan bantuan ?

Iya semuanya, Amerika , Cina tuh berebut memberikan bantuan. Kita bangun Pulau Natuna. Nanti kalau sulit baru minta bantu, sekarang kita kerja sendirilah, masa minta-minta. Niat baik mereka ada, karena apa, mereka percaya. Kepercayaan ini tidak boleh sampai hilang. Ini mahal. Tensi tidak meningkat, tetapi turun. Hijau, kuning, merah. Sekarang merah, lalu kuning. Kalau hijau masih sangat lama, tidak gampang. Kalau mepet-mepet hijau sudah bagus kan. Kita masih mepet merah.


Apakah ada upaya bersama negara-negara Asean untuk menentukan wilayah udara maupun laut untuk mengamankan Laut Cina Selatan ?

Sekarang tinggal koordinasi saja. Saya minta nanti koordinasi angkatan udara kita dengan angkatan udara dia. Kemudian saya juga menyekolahkan hukum-hukum udara di Kanada. Hukum laut di Belanda kalau enggak salah. Kita belajar supaya tahu hukum begitu. Yang penting di Asean ini harus jadi contoh, terutama Timur Tengah. Saya ngomong waktu ke Iran kemarin, kenapa kamu begitu, contoh dong Indonesia. Waktu kita membentuk Asean ada kesepakatan kalau terjadi perselisihan jangan menggunakan dengan kekerasan bersenjata, lakukan dengan dialog. 48 tahun sudah teruji. Waktu saya dulu Bagaimana keamanan di Asia. Saya bilang contoh Asean dong, contoh yang benar. Ini 48 tahun, ini contoh. Jadi komunikasi yang penting, saya buka komunikasi dengan Cina, komunikasi dengan Amerika, komunikasi dengan Cina, Amerika, korea, Jepang, bagaimana ini gini gini gini.

Pokoknya kita jangan buat hal-hal yang membuat ribut, kalau ribut kenapa, rakyat susah. Kemarin di koran Malaysia ada tiga yang dimuat, Cina, Amerika, dan kita paling panjang tulisannya. Mari kita kecilkan perbedaan, besarkan persamaan. Itu ditulis besar-besar. Kalau kita membesarkan perbedaan tidak akan sampai. Memperbanyak persamaan ini menjadi penting. Itu tulisan besar-besar lho. Terus terang berapa kali saya bicara itu menjadi ditunggu orang, karena saya lain dari yang lain. Mulai dari di Hotel Shangrila, kemudian Beijing, kepala staff angkatan darat ditunggu, difoto-foto. Kok tentara bisa bicara keamanan sih, bicara perdamaian. Berarti saya sudah mengesahkan undang-undang. Nah untuk begitu netral. Maka saya jaga netralitas itu. Kita negara besar lho.

Bagaimana dengan kondisi pertahanan Indonesia saat ini ?

Kalau di kawasan kita sudah bagus tak ada masalah, tetapi yang dihitung bukan Alutsista. Saya sebagai Menteri Pertahanan menyiapkan strategi untuk pertahanan, untuk perang dan lain-lain, pertama saya menyiapkan tentaranya, profesional mampu militan kedua Alutsista yang terakhir rakyat itu bela negara tadi. Kita punya 100 juta rakyat, ada yang berani menyerang 100 juta?, tidak berani.

Bisa dikatakan bela negara itu disiapkan sebagai persiapan perang ?

Negara dalam keadaan perang yah harus siap. Masa ada orang perang dia malah pergi, enak saja. Mari kita hadapi bersama begitu seharusnya. Kita harus belajar, orang yang tidak belajar itu bodoh betul, coba saja dari kecil kita sudah belajar sejarah misalkan riwayat Nabi Adam, pembunuhan pertama kali dilakukan Nabi Musa, itu pelajaran. Semua itu kan otak kita yang mengendalikan, kita berjalan otak kita yang mengendalikan, benar kan, jadi wawasan kebangsaan dan moral agama itu penting.

Bagaimana dengan Alutsista kita ?

Kita sudah bisa produksi kepal selam sendiri nanti ke depan kita buat saja sebanyak banyaknya, pesawat terbang kita akan buat, kita sudah kerjasama sama Jepang. Dia sudah tanya tanya bagaimana jadi tidak buat pesawat saya bilang gampang itu, Korea juga sudah tanya tanya, kapal selam segala macam kita beli. Jadi tidak kalah-kalah lah, tetapi yang dilihat orang bukan Alutsista, yang dilihat tentaranya, rakyat itu dilihat. Sudah saya katakan waktu diskusi di Texas 2013 kalau perang di Indonesia bukan melawan tentara tetapi seluruh rakyat mana mampu. Apalagi saya bilang sudah militan wah tambah takut.

Banyak yang melihat model pertahanan kita tidak sesuai dengan perkembangan, karena perang saat ini menggunakan teknologi ?

Salah, dia melihat orang negara mana. Negara kita tidak bisa dibilang begitu kuat negara kita, bela negara dulu. Dari situ tidak bisa bilang gitu. Jadi jangan dianggap remeh, Singapura macam-macam sama kita, sejuta saja orang menyeberang kesan kalang kabut mereka. Kemudian perang, dulu kalau mau perang itu yang dilihat Alutsista selalu itu, kalau saya tidak, ada dua. Satu ancaman yang belum nyata perang, saya bilang perang itu belum nyata negara Asia saja tidak ada. Kita kan lihat kawasan dekat dulu tidak usah jauh-jauh. Negara di Asia sudah berjanji, Australia juga sudah berjanji, padahal mereka menganggap kita ancaman, padahal kita biasa saja kita tidak menganggap. Jadi orang itu kita lihat sangat sedikit kemungkinannya, kecuali dilihat dari situasi ke depan nanti.

Melihat situasi sekarang saya rasa tidak akan ada perang. Perang sekarang itu tidak gampang, banyak orang di dunia juga memarahi. Yang kedua itu ancaman yang nyata ada delapan yaitu, teroris, bencana alam, pecahan bumi, pelanggaran pencurian ikan, pemberontakan separatis, wabah penyakit, ancaman cyber dan terakhir narkoba.

Menurut Anda apakah masih perlu anggaran Alutsista kita masih diambil dari APBN ?

Saya tekankan tidak boleh ada pihak ketiga ikut campur, yang menentukan adalah kita Menteri Pertahanan dengan saran dari panglima TNI. Saya tidak boleh menggunakan rekanan, pasti selalu ada orang ketiga. Tetapi saya selalu menentukan kalau mau beli ini temukan saya sama penjual, itu ada aturannya begitu. Saya kadang langsung ketemu, sekarang saya rubah.

Kalau dibanding negara lain seberapa besar kekuatan kita ?

Pertahanan kita itu di dunia nomor 12 dihitung rakyatnya. Apalagi kalau bela negara ini sukses saya yakin akan masuk 10 besar itu yang saya bilang. Banyak orang yang tidak mengerti. Kebenaran itu melewati tiga tahap satu ditertawakan orang, dikritik dan baru nanti berasa benarnya ketika kita sudah tidak ada.
 
Merdeka.