Patroli jarak Jauh Pendidikan Taifib TNI AL
Satuan khusus dari Korps Marinir TNI – AL ini berdiri pada 13 Maret 1961
dengan nama KIPAM (KOMANDO INTAI PARA AMFIBI) berdasarkan Surat
Keputusan Komandan KKO AL No.47/ KP / KKO / 1961 tanggal 13 Maret 1961.
Saat itu Korps Marinir masih menggunakan ama KKO ALRI (Korps Komando).
KIPAM berdiri sebab dirasakan perlunya data-data intelejen, serta
pasukan khusus yang terlatih dan mampu melaksanakan kegiatan khusus yang
tidak dapat dikerjakan oleh satuan biasa dalam rangka keberhasilan
tugas.
Pada tanggal 13 Maret 1961 KIPAM berdiri dibawah Yon
Markas Posko Armatim - I, para perintis berdirinya KIPAM adalah Bpk
Sumardi, Bpk.Untung Suratman, Bpk.Moelranto Wiryohuboyo, dan Bpk. Ali
Abdullah. Pada tanggal 25 Juli 1970 KIPAM berubah menjadi Yon lntai Para
Amfibi. Tanggal 17 November 1971 Yon lntai Para Amfibi berubah menjadi
Satuan lntai Amfibi , pada akhirnya berubah menjadi Batalyon lntai
Amfibi atau disingkat Yon Taifib Mar dibawah Resimen Bantuan Tempur
Korps Marinir. Seiring dengan perkembangan Korps Marinir dengan
peresmian Pasmar I Skep. Kasal No. Skep / 08 / 111 / 2001 tanggal 12
Maret 2001 tentang Yon Taifib Marinir tidak lagi dibawah Resimen Bantuan
Tempur Korps Marinir (Menbanpurmar) akan tetapi langsung berada dibawah
Pasmar.
Melihat lingkup penugasan serta kemampuannya maka akhirnya
Taifib secara resmi disahkan menjadi Pasukan Khusus TNI AL. Hal ini
sesuai dengan Skep Kasal No. Skep/1857/XI/2003 tanggal 18 Nopember 2003
tentang Pemberian Status Pasukan Khusus kepada Intai Amfibi Korps
Marinir.
A. TUGAS POKOK TAIFIB
Yontaifibmar mempunyai tugas
pokok membina dan menyediakan kekuatan serta membina kemampuan
unsur-unsur amfibi maupun pengintaian darat serta tugas-tugas operasi
khusus dalam rangka pelaksanaan operasi pendaratan amfibi, operasi oleh
satuan tugas TNI AL atau tugas-tugas operasi lainnya dengan perintah
Panglima TNI.
Secara resmi medan tempur Korps Marinir adalah maks. 8
km dari pantai. Karena disitulah area operasi pendaratan amfibi yang
merupakan tupoksi kormar. Apabila dipandang perlu untuk melakukan
operasi lebih jauh maka secara prosedural diperlukan ijin dari komandan
satuan darat yang komandonya dipegang TNI – AD.
B. HIRARKI
Personel Yon Taifib Korps Marinir TNI - AL adalah personel pasukan
khusus yang menempati hirarki tertinggi dalam jajaran Korps Marinir dan
TNI - AL. Bersama Kopaska, Taifib adalah personel pilihan dan terbaik di
lingkungan Marinir khususnya dan TNI – AL umumnya. Mereka dikenal
sangat lethal di medan operasi sebagaimana para “saudara” lainnya
pasukan khusus di matra darat dan udara. Kemampuan Taifib tak hanya
bertempur dapat bertempur tapi juga berperan sebagai satuan intelijen
tempur yang handal. Pendidikan hampir 9 bulan dihabiskan untuk
menciptakan pasukan Intai Amfibi yang handal, cepat dan rapi dalam
menyelesaikan suatu misi khusus. Tak heran manuver dan gerakan personel
Taifib dalam operasi klandestein membuat musuh kelimpungan. Sesuai
namanya Taifib dapat bertempur di darat, laut, udara dan bawah
permukaaan air. Mereka juga memiliki ilmu pasukan katak dan linud
setingkat parako untuk menjalankan tupoksinya bagi operasi amfibi Korps
Marinir dan TNI.
STRUKTUR ORGANISASI
Yon Taifib sekarang
terdiri dari 2 Batalyon di bawah komando Pasmar I dan II (Pasukan
Marinir adalah sebutan bagi satuan setingkat Divisi di Korps Marinir).
Batalyon ini dikomandani seorang Letkol (Mar) yang dulunya juga anggota
Taifib. Para Dan Yon Taifib langsung bertanggung jawab ke Dan PasMar.
Prajurit Taifib diperkirakan berjumlah 1.400 prajurit dengan komposisi
85% adalah kombatan. Jumlah pasukan khusus Marinir ini mungkin akan
ditetapkan hanya berkisar sekitar itu karena untuk membangun pasukan
khusus yang besar dengan skill yang merata sangat berat ditengah
minimnya dana untuk TNI. Karena dana untuk melatih 1 batalyon pasukan
khusus bisa sepadan dengan 10 Batalyon pasukan reguler. Lihat saja Ton
Tai Pur KOSTRAD di matra darat. Pasukan khusus berkualifikasi serupa
tapi tak sama dengan Taifib Marinir alias intelijen tempur 4 media ini
yang jumlahnya tak lebih dari 300 personel itu menghabiskan sekitar 8 M
saat pembentukannya. Untuk “merawat” pasukan spesial ini KOSTRAD merogoh
kocek 1 M dalam setiap latihannya. Taifib punya 1 kompi khusus Counter
Terorism di setiap batalyon yang bisa digerakkan kemana saja khususnya
penanganan teror aspek laut dan wilayah pulau terpencil.
Disamping
itu dana operasional yang diterima TNI AL harus dibagi antara para
pelaut serta alutsista pendukungnya, yakni KRI, satuan administrasi dan
Korps Marinir. Hal inilah yang menyesakkan dada para petinggi TNI AL
sekarang ini. Kondisi ini menyebabkan salah satu korps harus “mengalah” .
Ya mungkin Marinir – lah yang harus legowo alias mengalah dulu sekarang
ini. Toh pembenahan KRI yang usang itu untuk mereka juga nantinya dalam
menopang operasi amfibi. Sehingga meminimalkan korban jiwa yang gugur
sebelum berperang seperti kejadian waktu pendaratan di NAD beberapa
waktu lalu dalam operasi pemulihan keamanan.
SISTEM REKRUITMEN
Prajurit Intai Amfibi Korps Marinir TNI – AL diambil dari prajurit
pilihan Korps Marinir melalui seleksi ketat dan keras. Sebab ditangan
personel Taifib - lah sebuah kesuksesan operasi amfibi yang dilakoni
Korps Baret Ungu dan seluruh elemen TNI dipertaruhkan.
Perekrutan Prajurit Taifib
Seleksi Prajurit Taifib atas dasar suka rela dari prajurit Korps
Marinir (semua bagian tempur : Infanteri, Artileri, Kavaleri, Zeni dan
Hanlan) yang sudah mempunyai Basic Tempur yaitu pendidikan dasar
kemiliteran, pendidikan keprajuritan Marinir, pendidikan taktik operasi
darat, pendidikan Komando Marinir, pendidikan menembak kualifikasi,
pendidikan Operasi amfibi termasuk raid amfibi, para dasar, penyelaman,
free fall.
Seleksi Calon Siswa Taifib sangat ketat dan keras
meliputi seleksi kesehatan dengan Stakes I, semapta Baik, berenang, push
up, sit up, pull up dalam waktu tertentu dan lulus tes Psikologi
Pasukan Khusus standart TNI.
Calon maksimal berusia 26 tahun.
PENDIDIKAN PRAJURIT INTAI AMFIBI / IPAM
Metode pelatihan calon prajurit Taifibmar dibagi dalam beberapa tahap
yang mencakup medan darat, laut, udara dan bawah air. Dalam setiap tahap
calon akan terseleksi secara alamiah karena materi yang dihadapkan
semakin hari semakin berat dan menuntut para siswa benar benar menguasai
ilmu yang diberikan pada tahap sebelumnya. Pasalnya tahap – tahap dalam
pendidikan sebenarnya adalah satu rangkaian operasi yang benar – benar
dilakukan prajurit Intai Amfibi dalam melaksanakan tugas dalam
pertempuran atau operasi lain nantinya. Pendidikan Taifib dilaksanakan
selama hampir 9 bulan bertempat (Base Camp) di Pusdik Marinir kemudian
dilanjutkan Puslatpur Marinir Karang Tekok Situbondo. Di Jawa Timur,
Marinir tercatat mempuyai 3 Puslatpur (Pusat Latihan Pertempuran) di
Grati, Karang Tekok dan Purboyo di Bantur – Malang. Mungkin semuanya
juga dipakai untuk base camp oleh Marinir untuk melatih para calon
prajurit Taifib ini. Karena disesuaikan dengan materi pendidikan yang
diajarkan. Taifib juga mengikut sertakan pelatih dari setiap batalyon
Taifib, perwira batalyon Taifib termasuk Dan Yon, dan Prajurit Senior
Taifib untuk melatih para siswa Dik Brevet Taifibmar ini. Metode
pelatihan Taifib sempat diklaim sama dengan pelatihan Komando Kopassus.
Ø Tahap I : Merupakan materi Indoktrinasi dan Orientasi dasar Intai
Amfibi. Dilakukan di Pusdik Marinir Gunungsari Surabaya selama 1,5
Bulan. 80% Disini para siswa menerima kembali peloncoan khas Marinir
dalam bentuk lebih keras karena dilakukan standart pasukan khusus yang
menciutkan mental dan fisik karena tak kenal waktu. Semua kegiatan
dilakukan tiba – tiba. Biasanya peloncoan dilakukan para senior Taifib
yang memang berdinas aktif di batalyon termasuk Dan Yon untuk
menggambarkan tentang beratnya tugas Taifib. 20% sisanya para calon
menerima pengetahuan tentang apa dan bagaimana sebenarnya satuan khusus
marinir itu di kelas atau pelajaran lapangan.
Ø Tahap II : Para
siswa dikirim ke Puslatpur Karangtekok untuk menerima materi pertempuran
darat mencakup : gerilya anti gerilya, patroli jarak jauh, pengintaian,
sabotase, raid darat, pengamanan VVIP plus penanggulangan teror,
navigasi darat, lintas medan dengan dihadapkan pada medan berbeda
(padang pasir, sungai, rawa, perkampungan, jurang) Combat SAR, dan
rappelling.
Ø Tahap III : Merupakan materi kelautan yang
dilaksanakan di daerah pantai yang berbeda di wilayah pantai utara dan
selatan Pulau Jawa. Selam Kedalaman, Selam Tempur, Infiltrasi bawah air,
Demolisi bawah Air, Sabotase bawah air, Selam SAR, Renang Jarak sedang
sampai dengan jarak jauh dan pengintaian Hydrografi menggunakan daerah
latihan Pantai Pasir Putih, Pantai Gatel dan Pantai Banongan, adapun
untuk materi menembus gelombang menggunakan daerah latihan pantai
selatan yang tinggi gelombangnya mencapai rata-rata sampai dengan 10
meter yaitu pantai Lampon, pantai Rajeg Wesi dan sekitarnya. Kemampuan
berenang di laut dengan jarak jauh yang merupakan persyaratan siswa
Taifib adalah menyeberangi Teluk Poncomoyo sejauh ± 12 km / 7 mils.
Disini para siswa Taifib dihadapkan pada kondisi laut yang mempunyai
arus kuat dan gelombang yang tinggi serta jarak yang jauh dengan batas
waktu yang ditentukan.
Ø Tahap IV : Aspek Udara menggunakan daerah
latihan Juanda, Pasuruan, Ujung dan sekitarnya materi latihan yang
dilaksanakan meliputi : Rappeling, Mobud, Stabo / SPIE, Helly Water
Jump, Pandu para, Air Suply, Free Fall, Terjun Statick / Free fall laut,
Terjun diatas simulator Kapal, Terjun Tempur Statick Malam hari, Terjun
Tempur Free Fall Malam hari dan Rubber Duck operation. Untuk
mempelajari semua itu para siswa dimasukkan lagi dalam Sekolah Para
Korps Marinir di Pusdik Marinir Gunungsari Surabaya.
Ø Tahap V :
Adalah latihan berganda. Dalam latihan ini semua materi yang telah di
pelajari dipraktekkan dalam sebuah studi kasus yang terangkai menjadi
satu. Setelah para siswa melakukan latihan berganda dengan baik maka
akan dinyatakan lulus.
Materi pendidikan Taifib yang terkenal dan
mengerikan adalah " Drown Proffing ". Materi ini terdapat pada materi
perang darat di Puslatpur Karang Tekok yang mengajarkan bagaimana
prajurit Taifib menyelamatkan diri dari tawanan musuh dengan cara
berenang dengan tangan dan kaki terikat. Biasanya, para siswa harus
berenang 3 km dengan tehnik yang dikenal dengan gaya lumba lumba ini.
Permasalahannya pelajaran renang “aneh” itu ada dalam submateri Kamp
tawanan. Sebelum berenang para siswa digebuki dulu sampai babak belur
oleh pelatih yang berperan sebagai musuh. Kontan saja banyak siswa yang
tenggelam begitu mulai berenang hanya beberapa meter karena kelelahan
dan rasa sakit. Di materi inilah masa kritis menjadi siswa. Gebukan,
hantaman, makian, tekanan, kesakitan, kelelahan, kejenuhan dan segudang
perasaan was was menghinggapi benak mereka tiap hari. Bagi siswa yang
tidak kuat, taruhannya sangat berat. Mereka ada yang gila, stress atau
meninggal dunia. Singkat kata pendidikan pasukan elit semacam ini memang
diperuntukkan untuk mengukur batas akhir kemampuan manusia dalam
berpikir dan bertindak dalam situasi yang tidak mengenakkan, terjepit
dan penuh tekanan fisik dan mental.
Untuk latihan infiltrasi
kedaerah lawan dilaksanakan Cast dengan Kapal Cepat dengan kecepatan
diatas 20 knot dan Recovery dengan batas waktu yang sudah direncanakan
secara akurat. Dalam materi kelautan, Taifib sering mendatangkan
instruktur dari Kopaska yang memang “mbah”nya demolisi bawah air dan
bertempur di bawah air dan operasi raid amfibi.
Personel Taifib
dibagi dalam 1 regu yang komposisinya berbeda dengan 1 regu marinir
biasa. Didalamnya terdiri dari 7 orang namun dengan keahlian khusus yang
berbeda mencakup pengintaian, selam tempur, penembak runduk (sniper),
demolisi (raid), Dan Ru, Wadan Ru, penembak senapan mesin, dan penembak
regu. Namun kadangkala bisa bagian itu dirangkap oleh satu prajurit.
Sebuah Tim (sebutan untuk regu) dalam keadaan operasi khusus bisa
langsung dipimpin oleh seorang perwira setingkat Danton (Letda / Lettu).
Personel Taifib sebenarnya juga dilatih bertempur secara individual
menurut konsep Unconventional Warfare .
Namun adalah kultur dan
tradisi Korps Marinir yang sering menggerakkan pasukan dalam jumlah
besar dalam operasi tempur, mau tidak mau juga turut mempengaruhi model,
manuver dan gerakan “khas” Taifib. Mereka jadi lebih sering beroperasi
dengan komposisi regu. Mungkin ini meskipun tak langsung, namun
berkaitan dengan jumlah prajurit Marinir TNI – AL yang sekarang “hanya”
berkisar 18.000 personel. Jadi beroperasi dengan sistem minimal regu
diasumsikan dapat menekan jumlah korban jiwa dalam pertempuran daripada
menciptakan prajurit yang bisa dioperasikan secara individu atau maupun
sendiri – sendiri.
Dalam pasukan khusus ada yang dikenal dengan nama
Generalis. Seorang Generalis adalah prajurit yang mempunyai kemampuan
diatas rata – rata prajurit pasukan khusus biasa. Tandanya ialah
prajurit tersebut dapat menguasai beberapa bidang di luar kecabangannya.
Misal mampu mengoperasikan meriam, kapal laut, kendaraan lapis baja
atau menerbangkan pesawat dan helikopter. Satu – satunya satuan khusus
TNI yang konon masih terdapat generalis adalah di Kopassus TNI – AD.
Kabarnya dulu Kopaska juga mempunyai sejumlah prajurit Generalis
termasuk IPAM
Latihan tahap terakhir dilaksanakan di Puslatpur
Marinir Karang Tekok dengan medan latihan yang bervariasi dari hutan dan
gunung di Baluran, padang pasir, rawa, sungai, dan uji UDT, renang dan
SAR laut dilaksanakan di wilayah pantai pasir putih dan sekitarnya.
Biasanya tak banyak siswa yang lulus dalam tahap akhir ini. Itu karena
Yon Taifib Marinir tidak menerima prajurit yang berkemampuan setengah –
setengah. Prajurit yang tidak lolos tahap akhir akan dikembalikan ke
satuan asalnya. Dan prajurit yang lulus akan ditempatkan di Yon Taifib
Pasmar 1 dan 2. Kabarnya proses penerimaan prajurit Taifib baru di
batalyon ini harus melalui tradisi yang sangat keras. Itu adalah watak
marinir taifib senior yang keras, loyal dan militan yang diturunkan
kepada juniornya secara turun temurun. Namun begitu acara pembayatan dan
tradisi batalyon selesai, maka rasa persaudaraan sesama taifib akan
terasa dan luar biasa loyalitas diantara mereka baik dalam dinas harian,
latihan maupun bertempur.
Demo keahlian personel Taifib baru ini
ditunjukkan kepada para petinggi TNI AL, Korps Marinir dan undangan.
Upacara penyematan brevet Taifib dilakukan di pantai Gresik atau di
pantai di sekitar wilayah Karang Tekok yang menjadi wilayah latihan
Marinir.
Personel Taifib berhak atas Brevet Intai Amfibi (brevet
Komhut tidak digunakan lagi), brevet pandu para, brevet free fall,
mobud, menembak tepat yang baru (jika naik kelas di kelas
senapan.pistol), brevet selam tempur, brevet renang selat dan brevet
lain yang berhak digunakan personel Taifib yang diperoleh dari paket
pendidikan Taifib.
Korps Marinir (dulunya bernama KKO AL) setidaknya
mempunyai 3 jenis PDL. 1 PDL ”khas” KKO AL (motif macan tutul), 1 PDL
“khas” Marinir (motif kulit kayu) dan PDL umum (Malvinas – TNI). Taifib
biasanya menggunakan PDL KKO untuk melakukan free fall, terjun HALO/HAHO
dalam suatu misi khusus lintas udara di belakang garis pertahanan lawan
untuk mendukung operasi amfibi. PDL “khas” Marinir dipakai untuk
kegiatan intern Marinir seperti upacara, demonstrasi dan parade. Dan
Marinir tetap menggunakan PDL TNI untuk melaksanakan operasi gabungan,
latihan gabungan dan operasi lain sesuai perintah KSAL atau Panglima TNI
tentang seragam yang digunakan.
KARIR
Karena prajurit Taifib
Marinir menempati hirarki tertinggi dalam kombatan TNI – AL bersama
Kopaska, maka karir yang bagus terbuka untuk semua prajurit Taifib yang
berprestasi dan mempunyai track record yang bagus. Sebab beberapa waktu
yang lalu Taifib sempat tercoreng oleh kelakuan 4 orang anggotanya yang
menjadi pembunuh bayaran. Mereka membunuh Dirut PT. ASABA beserta
pengawal pribadinya Serka. Edi Siyep yang tak lain adalah salah satu
anggota Sat 81 Gultor Kopassus TNI - AD. Masalah ini sempat menyulut
“dendam lama” antara Marinir yang dulunya bernama KKO AL dengan Kopassus
(RPKAD). Salah satu oknum prajurit taifib (Suud Rusli) yang juga pelaku
eksekusi adalah didikan Batujajar setelah di Korps Marinir (taifib)
sendiri. Makanya dalam penangkapan setelah lolos kesekian kalinya “sang
guru dari Batujajar” ikut turun tangan walaupun ha. Anggota Sandhi Yudha
menyebar dan dengan cepat mengetahui persembunyian pelaku pembunuhan
anggota mereka. Tak asing karena oknum pelaku memakai pola ala Kopassus.
Seorang prajurit Taifib dapat melanjutkan pendidikan speasialisasinya
sampai tingkat Madya (master) dengan mengikuti berbagai kursus yang
terdapat di Marinir, TNI AL atau matra lainnya. Antara lain kursus
Jumpmaster, Pertahanan Pangkalan, pelatih Jasmani, Sniper, Counter
Terorist, Dakibu, medis, Pathfinder, ilmu tempur atas/bawah laut seperti
selam tempur dengan close circuit dan peralatan. Mereka juga bisa
menempuh Secaba/Secapa apabila memenuhi persyaratan yang
ditentukan.Selain itu jabatan strategis kelak bisa didapat baik di
lingkungan Marinir sendiri, TNI AL ataupun lainnya lantaran latar
belakang di Taifib yang memang penuh dengan segudang kemampuan. Tak
hanya bertempur, seorang prajurit Taifib modern juga diajarkan bagaimana
sistem manajemen perkantoran modern. Sebagai pasukan khusus, tentu saja
pendapatan mereka berbeda dengan pasukan marinir lainnya. Namun tidak
dijelaskan secara rinci berapa pendapatan pasukan khusus baret ungu ini.
Mungkin nama Taifib sebagai pasukan khususnya Marinir mungkin kurang
“ngetop” sebab yang membedakan prajurit taifib dengan Marinir biasa
hanyalah BREVET yang tidak semua orang mengetahuinya sedang warna baret
dan lambang lainnya tetap sama dengan marinir biasa. Nasib serupa memang
dialami oleh pasukan “kembaran” nya di KOSTRAD. Yang paling membedakan
prajurit Ton Tai Pur dengan prajurit infanteri KOSTRAD lainnya hanyalah
PDL sus berwarna hitam hitam yang kerap dipakai dan badge Ton Tai Pur
yang diletakkan di bawah kantong sebelah kiri. Apabila kedua satuan
khusus ini memakai PDL loreng TNI, maka akan sulit bagi kita
mengidentifikasinya.
C. Taifib Arsenals
Ø Senjata Serbu : SS 1+SPG 40mm, MP 5, Pistol Sig Sauer P226, AK – 47,Uzi
Ø Senjata Sniper : Galil kaliber 7,62mm, SIG SG 550 kaliber 5,56mm
Ø Senjata Mesin : Minimi, Ultimax 100
Ø Perangkat Selam : Spiro, OxyNG, DPV+ Baterai Kering, sensor navigasi,radio komunikasi portable.
G. RENTANG PENUGASAN
Rentang penugasan para pasukan elit Marinir TNI - AL ini sangat panjang
dan tak melulu bertugas hanya sebagai salah satu elemen bagi operasi
amfibi. Mereka sering kali terlibat pertempuran frontal dari darat ke
darat diberbagai operasi militer. Marinir seringkali bertempur bersama
TNI – AD walaupun sebenarnya wilayah operasi tempur amfibi Korps Marinir
hanya dibatasi ± 8 Km dari pantai. Mulai dari awal terbentuk, Taifib
(dulu bernama KIPAM) terlibat dalam semua operasi tempur TNI sebagai
elemen dari operasi amfibi maupun operasi tempur mandiri di darat
bersama pasukan khusus TNI lainnya. Sebagai elemen inti dari pasukan
pendarat Korps Marinir, Taifib senantiasa dikirim terlebih dahulu ke
medan tempur sebelum pasukan pendarat reguler diturunkan. Jalan menuju
titik persiapan pendaratan dilalui melalui 2 cara yaitu lewat pendaratan
dengan menggunakan perahu karet atau melalui penerjunan Free fall
dengan metode HAHO/HALO. Kiprah pasukan Taifib di dekade tahun 60-an
sampai sekarang merupakan prestasi yang membanggakan sekaligus
keberhasilan dari tradisi pendidikan Taifib yang keras selama puluhan
tahun. Taifib terlibat beberapa operasi tempur berskala besar juga
beberapa operasi tertutup off the record bersama Kopassus, Kopaska dan
Paskhas. Tahun 1965 anggota KIPAM berhasil mengangkat jenazah para
pahlawan revolusi. Namun sebelum itu, KIPAM terlibat perang frontal dari
darat ke darat dengan berbagai gerakan separatis mulai dari operasi
menumpas APRA, PRRI/Permesta, dan DI/TII. Setelah itu Komando Tri Kora
membuat pasukan elit baret ungu ini bertempur sampai titik darah
penghabisan walaupun dalam kenyataannya pertempuran dan pendaratan
amfibi berskala besar tidak terjadi. Kumandang “Ganyang Malaysia” Dwi
Kora juga mengharuskan Korps Marinir (KKO) merelakan 2 prajuritnya
terbaiknya yang berasal dari KIPAM gugur di tiang gantungan di Singapura
karena tertangkap sesaat setelah memasang bom untuk meledakkan objek
vital di Malaysia. Setelah itu Taifib terlibat dalam operasi tempur
dalam operasi Seroja dengan tugas menentukan dan menyiapkan titik
pendaratan, mengumpulkan data intelijen sekaligus menyerbu markas
fretilin walaupun persenjataan dan logistik terbatas, Operasi Papua
(memberangus OPM), Ambon (menyekat kerusuhan SARA), dan yang terakhir
operasi pemulihan keamanan di NAD. Taifib bersama Kopassus membebaskan
sandera warganegara asing di Maduma Papua tahun 1996. Persaudaraan
(marines brotherhood) dan pengalaman bertempur puluhan tahun di darat
dan laut membuat Taifib adalah satuan yang tergolong “unik” dalam satuan
khusus TNI. Selain itu anggota Taifib juga ditugaskan menjadi anggota
kontingen Garuda di bawah bendera PBB. Taifib juga dipercaya sebagai
perancang latihan tehnis bagi Regu Pandu Tempur Yonif Marinir secara
terpusat yang diadakan di Puslatpur Antralina Sukabumi. Rupanpur adalah
“special forces” nya Yonif Marinir. Bersama Kopaska, Taifib
mengembangkan sistem Naval Special Warfare yang terus dimodifikasi tiap
waktu sesuai perkembangan tehnologi dan taktik militer dalam peperangan
laut khusus. Latihan penanggulangan teror aspek laut terutama di kapal
niaga, pantai dan pelabuhan, objek vital lepas pantai, bahkan
perkantoran, bus serta pusat keramaian sering dilaksanakan baik di Yonif
Taifibmar 1 maupun 2. Anggota pilihan Taifib diseleksi lagi untuk
menjadi anggota Detasemen Jala Mengkara. Sebuah detasemen khusus di
bawah Korps Marinir yang bertugas menanggulangi penanggulangan teror
aspek laut. Pasukan Taifib tergabung dalam Yon Gab TNI bersama Kopassus,
Paskhas dan Kopaska yang disebut “RAJAWALI”.
H. DETASEMEN JALA MENGKARA
Detasemen Jala Mengkara sebenarnya adalah detasemen dengan personel
gabungan antara Taifib Marinir dan Kopaska. namun secara komando
pembinaan detasemen ini berada dalam komando Korps Marinir. Berdiri
tahun 1982, terinsipirasi dari berbagai pembajakan laut di selat Malaka
maka KSAL memandang diperlukan pasukan khusus laut (PASUSLA) dalam
lingkungan TNI AL. Gagasan ini disetujui Panglima TNI. Maka dibentuklah
pasukan dengan nama Jala Mengkara yang setingkat detasemen. Pendidikan
pasukan ini terbilang “gabungan” antara ilmu Kopaska dan Taifib. Anggota
Taifib dan Kopaska yang diseleksi detasemen khusus ini diseleksi sangat
ketat. Terutama tentang kesehatan, renang, para, penyelaman tempur,
anti teror, pengetahuan militer terutama senjata api dan peledak serta
psikologi. Calon anggota Den Jaka di didik dengan program yang dikenal
dengan nama PTAL (Penanggulangan Teror Aspek Laut) selama 6 bulan.
Dengan diadakan penyempurnaan tahun 1997, maka resmilah Pasusla bernama
Detasemen Jala Mengkara. PTAL dibagi dalam 4 tahap yaitu : 7 hari tahap
prabakti (orientasi) disini siswa bagai siswa “bau kencur” dipelonco
bersama rekan dari Kopaska untuk menerima indoktrinasi dan penyamaan
persepsi tentang Naval Special Warfare dari senior mereka. Selanjutnya
adalah teori di kelas selama 90 hari, praktik dari teori di kelas selama
65 hari dan tahap konsolidasi (berganda) selama 3 hari atau lebih.
Setelah lulus dari tahap akhir maka personel baru berhak memakai brevet
anti teror TNI AL dan brevet lainnya yang didapat di PTAL juga baret
baru berlambang brevet anti teror Denjaka yang berwarna merah maroon.
Komposisi pasukan Den Jaka “mirip” dengan komposisi satuan 81 Gultor di
Kopassus TNI AD. Mereka terbagi dari tim penyerang, bantuan tehnis,
peralata dan tim pelatih. Anggota Denjaka menguasai ilmu juri dengan
ilmu semacam tenaga dalam untuk bertempur dalam keadaan terjepit dan
dengan persenjataan minim. Kemanapun mereka pergi betempur selalu
dilengkapi dengan Pistol SIG Sauer P-226, MP 5, Pistol mitraliur UZI
serta senapan runduk SG kaliber 5, 56 mm, peralatan selam tempur, terjun
payung, NVG, alat navigasi dan perahu karet. Keberhasilan di NAD yang
cukup membuat petinggi TNI tercengang adalah mengungkap kasus penculikan
Dan Satgas Recong Sakti XI Mayor (Mar) Edianto Abbas dan anggota KODIM
0103 Serda Syarifuddin. Tim yang hanya 3 orang itu “menerobos” kantong
GAM dengan penyamaran yang mengagumkan untuk mengantongi info dan data
intelijen. Den Jaka diturunkan pada operasi pemulihan keamanan sebagai
elemen intai tempur TNI bersama Ton Tai Pur dan Kopassus Grup III.
Mereka memberikan data intelijen yang berkategori “A1” sehingga sangat
menunjang keberhasilan operasi pasukan TNI.
Saat ini komposisi
pasukan Den Jaka terdiri dari 1 detasemen markas, 1 tim tehnis, dan 3
tim tempur yang dinamai Alpha, Bravo dan Charlie. Mereka bermarkas di
Bhumi Marinir Cilandak. Den Jaka juga sering berlatih dengan Detasemen
sejenis seperti Gultor dan Bravo. Mereka berlatih dengan US NAVY Seals
untuk mendapat ilmu tempur baru seputar penanggulangan teror terutama
aspek laut.