Senin, 09 November 2015

Mengenal Batalyon Intai Para Amfibi Korps Marinir TNI AL

 
 Patroli jarak Jauh Pendidikan Taifib TNI AL
 
Satuan khusus dari Korps Marinir TNI – AL ini berdiri pada 13 Maret 1961 dengan nama KIPAM (KOMANDO INTAI PARA AMFIBI) berdasarkan Surat Keputusan Komandan KKO AL No.47/ KP / KKO / 1961 tanggal 13 Maret 1961. Saat itu Korps Marinir masih menggunakan ama KKO ALRI (Korps Komando). KIPAM berdiri sebab dirasakan perlunya data-data intelejen, serta pasukan khusus yang terlatih dan mampu melaksanakan kegiatan khusus yang tidak dapat dikerjakan oleh satuan biasa dalam rangka keberhasilan tugas.

Pada tanggal 13 Maret 1961 KIPAM berdiri dibawah Yon Markas Posko Armatim - I, para perintis berdirinya KIPAM adalah Bpk Sumardi, Bpk.Untung Suratman, Bpk.Moelranto Wiryohuboyo, dan Bpk. Ali Abdullah. Pada tanggal 25 Juli 1970 KIPAM berubah menjadi Yon lntai Para Amfibi. Tanggal 17 November 1971 Yon lntai Para Amfibi berubah menjadi Satuan lntai Amfibi , pada akhirnya berubah menjadi Batalyon lntai Amfibi atau disingkat Yon Taifib Mar dibawah Resimen Bantuan Tempur Korps Marinir. Seiring dengan perkembangan Korps Marinir dengan peresmian Pasmar I Skep. Kasal No. Skep / 08 / 111 / 2001 tanggal 12 Maret 2001 tentang Yon Taifib Marinir tidak lagi dibawah Resimen Bantuan Tempur Korps Marinir (Menbanpurmar) akan tetapi langsung berada dibawah Pasmar.

Melihat lingkup penugasan serta kemampuannya maka akhirnya Taifib secara resmi disahkan menjadi Pasukan Khusus TNI AL. Hal ini sesuai dengan Skep Kasal No. Skep/1857/XI/2003 tanggal 18 Nopember 2003 tentang Pemberian Status Pasukan Khusus kepada Intai Amfibi Korps Marinir.
A. TUGAS POKOK TAIFIB
Yontaifibmar mempunyai tugas pokok membina dan menyediakan kekuatan serta membina kemampuan unsur-unsur amfibi maupun pengintaian darat serta tugas-tugas operasi khusus dalam rangka pelaksanaan operasi pendaratan amfibi, operasi oleh satuan tugas TNI AL atau tugas-tugas operasi lainnya dengan perintah Panglima TNI.
Secara resmi medan tempur Korps Marinir adalah maks. 8 km dari pantai. Karena disitulah area operasi pendaratan amfibi yang merupakan tupoksi kormar. Apabila dipandang perlu untuk melakukan operasi lebih jauh maka secara prosedural diperlukan ijin dari komandan satuan darat yang komandonya dipegang TNI – AD.
 
B. HIRARKI
Personel Yon Taifib Korps Marinir TNI - AL adalah personel pasukan khusus yang menempati hirarki tertinggi dalam jajaran Korps Marinir dan TNI - AL. Bersama Kopaska, Taifib adalah personel pilihan dan terbaik di lingkungan Marinir khususnya dan TNI – AL umumnya. Mereka dikenal sangat lethal di medan operasi sebagaimana para “saudara” lainnya pasukan khusus di matra darat dan udara. Kemampuan Taifib tak hanya bertempur dapat bertempur tapi juga berperan sebagai satuan intelijen tempur yang handal. Pendidikan hampir 9 bulan dihabiskan untuk menciptakan pasukan Intai Amfibi yang handal, cepat dan rapi dalam menyelesaikan suatu misi khusus. Tak heran manuver dan gerakan personel Taifib dalam operasi klandestein membuat musuh kelimpungan. Sesuai namanya Taifib dapat bertempur di darat, laut, udara dan bawah permukaaan air. Mereka juga memiliki ilmu pasukan katak dan linud setingkat parako untuk menjalankan tupoksinya bagi operasi amfibi Korps Marinir dan TNI.
 
STRUKTUR ORGANISASI
Yon Taifib sekarang terdiri dari 2 Batalyon di bawah komando Pasmar I dan II (Pasukan Marinir adalah sebutan bagi satuan setingkat Divisi di Korps Marinir). Batalyon ini dikomandani seorang Letkol (Mar) yang dulunya juga anggota Taifib. Para Dan Yon Taifib langsung bertanggung jawab ke Dan PasMar. Prajurit Taifib diperkirakan berjumlah 1.400 prajurit dengan komposisi 85% adalah kombatan. Jumlah pasukan khusus Marinir ini mungkin akan ditetapkan hanya berkisar sekitar itu karena untuk membangun pasukan khusus yang besar dengan skill yang merata sangat berat ditengah minimnya dana untuk TNI. Karena dana untuk melatih 1 batalyon pasukan khusus bisa sepadan dengan 10 Batalyon pasukan reguler. Lihat saja Ton Tai Pur KOSTRAD di matra darat. Pasukan khusus berkualifikasi serupa tapi tak sama dengan Taifib Marinir alias intelijen tempur 4 media ini yang jumlahnya tak lebih dari 300 personel itu menghabiskan sekitar 8 M saat pembentukannya. Untuk “merawat” pasukan spesial ini KOSTRAD merogoh kocek 1 M dalam setiap latihannya. Taifib punya 1 kompi khusus Counter Terorism di setiap batalyon yang bisa digerakkan kemana saja khususnya penanganan teror aspek laut dan wilayah pulau terpencil.
Disamping itu dana operasional yang diterima TNI AL harus dibagi antara para pelaut serta alutsista pendukungnya, yakni KRI, satuan administrasi dan Korps Marinir. Hal inilah yang menyesakkan dada para petinggi TNI AL sekarang ini. Kondisi ini menyebabkan salah satu korps harus “mengalah” . Ya mungkin Marinir – lah yang harus legowo alias mengalah dulu sekarang ini. Toh pembenahan KRI yang usang itu untuk mereka juga nantinya dalam menopang operasi amfibi. Sehingga meminimalkan korban jiwa yang gugur sebelum berperang seperti kejadian waktu pendaratan di NAD beberapa waktu lalu dalam operasi pemulihan keamanan.
 
SISTEM REKRUITMEN
Prajurit Intai Amfibi Korps Marinir TNI – AL diambil dari prajurit pilihan Korps Marinir melalui seleksi ketat dan keras. Sebab ditangan personel Taifib - lah sebuah kesuksesan operasi amfibi yang dilakoni Korps Baret Ungu dan seluruh elemen TNI dipertaruhkan.
Perekrutan Prajurit Taifib
Seleksi Prajurit Taifib atas dasar suka rela dari prajurit Korps Marinir (semua bagian tempur : Infanteri, Artileri, Kavaleri, Zeni dan Hanlan) yang sudah mempunyai Basic Tempur yaitu pendidikan dasar kemiliteran, pendidikan keprajuritan Marinir, pendidikan taktik operasi darat, pendidikan Komando Marinir, pendidikan menembak kualifikasi, pendidikan Operasi amfibi termasuk raid amfibi, para dasar, penyelaman, free fall.
Seleksi Calon Siswa Taifib sangat ketat dan keras meliputi seleksi kesehatan dengan Stakes I, semapta Baik, berenang, push up, sit up, pull up dalam waktu tertentu dan lulus tes Psikologi Pasukan Khusus standart TNI.
Calon maksimal berusia 26 tahun.
 
PENDIDIKAN PRAJURIT INTAI AMFIBI / IPAM

Metode pelatihan calon prajurit Taifibmar dibagi dalam beberapa tahap yang mencakup medan darat, laut, udara dan bawah air. Dalam setiap tahap calon akan terseleksi secara alamiah karena materi yang dihadapkan semakin hari semakin berat dan menuntut para siswa benar benar menguasai ilmu yang diberikan pada tahap sebelumnya. Pasalnya tahap – tahap dalam pendidikan sebenarnya adalah satu rangkaian operasi yang benar – benar dilakukan prajurit Intai Amfibi dalam melaksanakan tugas dalam pertempuran atau operasi lain nantinya. Pendidikan Taifib dilaksanakan selama hampir 9 bulan bertempat (Base Camp) di Pusdik Marinir kemudian dilanjutkan Puslatpur Marinir Karang Tekok Situbondo. Di Jawa Timur, Marinir tercatat mempuyai 3 Puslatpur (Pusat Latihan Pertempuran) di Grati, Karang Tekok dan Purboyo di Bantur – Malang. Mungkin semuanya juga dipakai untuk base camp oleh Marinir untuk melatih para calon prajurit Taifib ini. Karena disesuaikan dengan materi pendidikan yang diajarkan. Taifib juga mengikut sertakan pelatih dari setiap batalyon Taifib, perwira batalyon Taifib termasuk Dan Yon, dan Prajurit Senior Taifib untuk melatih para siswa Dik Brevet Taifibmar ini. Metode pelatihan Taifib sempat diklaim sama dengan pelatihan Komando Kopassus.
Ø Tahap I : Merupakan materi Indoktrinasi dan Orientasi dasar Intai Amfibi. Dilakukan di Pusdik Marinir Gunungsari Surabaya selama 1,5 Bulan. 80% Disini para siswa menerima kembali peloncoan khas Marinir dalam bentuk lebih keras karena dilakukan standart pasukan khusus yang menciutkan mental dan fisik karena tak kenal waktu. Semua kegiatan dilakukan tiba – tiba. Biasanya peloncoan dilakukan para senior Taifib yang memang berdinas aktif di batalyon termasuk Dan Yon untuk menggambarkan tentang beratnya tugas Taifib. 20% sisanya para calon menerima pengetahuan tentang apa dan bagaimana sebenarnya satuan khusus marinir itu di kelas atau pelajaran lapangan.
Ø Tahap II : Para siswa dikirim ke Puslatpur Karangtekok untuk menerima materi pertempuran darat mencakup : gerilya anti gerilya, patroli jarak jauh, pengintaian, sabotase, raid darat, pengamanan VVIP plus penanggulangan teror, navigasi darat, lintas medan dengan dihadapkan pada medan berbeda (padang pasir, sungai, rawa, perkampungan, jurang) Combat SAR, dan rappelling.
Ø Tahap III : Merupakan materi kelautan yang dilaksanakan di daerah pantai yang berbeda di wilayah pantai utara dan selatan Pulau Jawa. Selam Kedalaman, Selam Tempur, Infiltrasi bawah air, Demolisi bawah Air, Sabotase bawah air, Selam SAR, Renang Jarak sedang sampai dengan jarak jauh dan pengintaian Hydrografi menggunakan daerah latihan Pantai Pasir Putih, Pantai Gatel dan Pantai Banongan, adapun untuk materi menembus gelombang menggunakan daerah latihan pantai selatan yang tinggi gelombangnya mencapai rata-rata sampai dengan 10 meter yaitu pantai Lampon, pantai Rajeg Wesi dan sekitarnya. Kemampuan berenang di laut dengan jarak jauh yang merupakan persyaratan siswa Taifib adalah menyeberangi Teluk Poncomoyo sejauh ± 12 km / 7 mils. Disini para siswa Taifib dihadapkan pada kondisi laut yang mempunyai arus kuat dan gelombang yang tinggi serta jarak yang jauh dengan batas waktu yang ditentukan.
Ø Tahap IV : Aspek Udara menggunakan daerah latihan Juanda, Pasuruan, Ujung dan sekitarnya materi latihan yang dilaksanakan meliputi : Rappeling, Mobud, Stabo / SPIE, Helly Water Jump, Pandu para, Air Suply, Free Fall, Terjun Statick / Free fall laut, Terjun diatas simulator Kapal, Terjun Tempur Statick Malam hari, Terjun Tempur Free Fall Malam hari dan Rubber Duck operation. Untuk mempelajari semua itu para siswa dimasukkan lagi dalam Sekolah Para Korps Marinir di Pusdik Marinir Gunungsari Surabaya.
Ø Tahap V : Adalah latihan berganda. Dalam latihan ini semua materi yang telah di pelajari dipraktekkan dalam sebuah studi kasus yang terangkai menjadi satu. Setelah para siswa melakukan latihan berganda dengan baik maka akan dinyatakan lulus.
Materi pendidikan Taifib yang terkenal dan mengerikan adalah " Drown Proffing ". Materi ini terdapat pada materi perang darat di Puslatpur Karang Tekok yang mengajarkan bagaimana prajurit Taifib menyelamatkan diri dari tawanan musuh dengan cara berenang dengan tangan dan kaki terikat. Biasanya, para siswa harus berenang 3 km dengan tehnik yang dikenal dengan gaya lumba lumba ini. Permasalahannya pelajaran renang “aneh” itu ada dalam submateri Kamp tawanan. Sebelum berenang para siswa digebuki dulu sampai babak belur oleh pelatih yang berperan sebagai musuh. Kontan saja banyak siswa yang tenggelam begitu mulai berenang hanya beberapa meter karena kelelahan dan rasa sakit. Di materi inilah masa kritis menjadi siswa. Gebukan, hantaman, makian, tekanan, kesakitan, kelelahan, kejenuhan dan segudang perasaan was was menghinggapi benak mereka tiap hari. Bagi siswa yang tidak kuat, taruhannya sangat berat. Mereka ada yang gila, stress atau meninggal dunia. Singkat kata pendidikan pasukan elit semacam ini memang diperuntukkan untuk mengukur batas akhir kemampuan manusia dalam berpikir dan bertindak dalam situasi yang tidak mengenakkan, terjepit dan penuh tekanan fisik dan mental.
Untuk latihan infiltrasi kedaerah lawan dilaksanakan Cast dengan Kapal Cepat dengan kecepatan diatas 20 knot dan Recovery dengan batas waktu yang sudah direncanakan secara akurat. Dalam materi kelautan, Taifib sering mendatangkan instruktur dari Kopaska yang memang “mbah”nya demolisi bawah air dan bertempur di bawah air dan operasi raid amfibi.
Personel Taifib dibagi dalam 1 regu yang komposisinya berbeda dengan 1 regu marinir biasa. Didalamnya terdiri dari 7 orang namun dengan keahlian khusus yang berbeda mencakup pengintaian, selam tempur, penembak runduk (sniper), demolisi (raid), Dan Ru, Wadan Ru, penembak senapan mesin, dan penembak regu. Namun kadangkala bisa bagian itu dirangkap oleh satu prajurit. Sebuah Tim (sebutan untuk regu) dalam keadaan operasi khusus bisa langsung dipimpin oleh seorang perwira setingkat Danton (Letda / Lettu). Personel Taifib sebenarnya juga dilatih bertempur secara individual menurut konsep Unconventional Warfare .
Namun adalah kultur dan tradisi Korps Marinir yang sering menggerakkan pasukan dalam jumlah besar dalam operasi tempur, mau tidak mau juga turut mempengaruhi model, manuver dan gerakan “khas” Taifib. Mereka jadi lebih sering beroperasi dengan komposisi regu. Mungkin ini meskipun tak langsung, namun berkaitan dengan jumlah prajurit Marinir TNI – AL yang sekarang “hanya” berkisar 18.000 personel. Jadi beroperasi dengan sistem minimal regu diasumsikan dapat menekan jumlah korban jiwa dalam pertempuran daripada menciptakan prajurit yang bisa dioperasikan secara individu atau maupun sendiri – sendiri.
Dalam pasukan khusus ada yang dikenal dengan nama Generalis. Seorang Generalis adalah prajurit yang mempunyai kemampuan diatas rata – rata prajurit pasukan khusus biasa. Tandanya ialah prajurit tersebut dapat menguasai beberapa bidang di luar kecabangannya. Misal mampu mengoperasikan meriam, kapal laut, kendaraan lapis baja atau menerbangkan pesawat dan helikopter. Satu – satunya satuan khusus TNI yang konon masih terdapat generalis adalah di Kopassus TNI – AD. Kabarnya dulu Kopaska juga mempunyai sejumlah prajurit Generalis termasuk IPAM
Latihan tahap terakhir dilaksanakan di Puslatpur Marinir Karang Tekok dengan medan latihan yang bervariasi dari hutan dan gunung di Baluran, padang pasir, rawa, sungai, dan uji UDT, renang dan SAR laut dilaksanakan di wilayah pantai pasir putih dan sekitarnya. Biasanya tak banyak siswa yang lulus dalam tahap akhir ini. Itu karena Yon Taifib Marinir tidak menerima prajurit yang berkemampuan setengah – setengah. Prajurit yang tidak lolos tahap akhir akan dikembalikan ke satuan asalnya. Dan prajurit yang lulus akan ditempatkan di Yon Taifib Pasmar 1 dan 2. Kabarnya proses penerimaan prajurit Taifib baru di batalyon ini harus melalui tradisi yang sangat keras. Itu adalah watak marinir taifib senior yang keras, loyal dan militan yang diturunkan kepada juniornya secara turun temurun. Namun begitu acara pembayatan dan tradisi batalyon selesai, maka rasa persaudaraan sesama taifib akan terasa dan luar biasa loyalitas diantara mereka baik dalam dinas harian, latihan maupun bertempur.
Demo keahlian personel Taifib baru ini ditunjukkan kepada para petinggi TNI AL, Korps Marinir dan undangan. Upacara penyematan brevet Taifib dilakukan di pantai Gresik atau di pantai di sekitar wilayah Karang Tekok yang menjadi wilayah latihan Marinir.
Personel Taifib berhak atas Brevet Intai Amfibi (brevet Komhut tidak digunakan lagi), brevet pandu para, brevet free fall, mobud, menembak tepat yang baru (jika naik kelas di kelas senapan.pistol), brevet selam tempur, brevet renang selat dan brevet lain yang berhak digunakan personel Taifib yang diperoleh dari paket pendidikan Taifib.
Korps Marinir (dulunya bernama KKO AL) setidaknya mempunyai 3 jenis PDL. 1 PDL ”khas” KKO AL (motif macan tutul), 1 PDL “khas” Marinir (motif kulit kayu) dan PDL umum (Malvinas – TNI). Taifib biasanya menggunakan PDL KKO untuk melakukan free fall, terjun HALO/HAHO dalam suatu misi khusus lintas udara di belakang garis pertahanan lawan untuk mendukung operasi amfibi. PDL “khas” Marinir dipakai untuk kegiatan intern Marinir seperti upacara, demonstrasi dan parade. Dan Marinir tetap menggunakan PDL TNI untuk melaksanakan operasi gabungan, latihan gabungan dan operasi lain sesuai perintah KSAL atau Panglima TNI tentang seragam yang digunakan.
 
KARIR
Karena prajurit Taifib Marinir menempati hirarki tertinggi dalam kombatan TNI – AL bersama Kopaska, maka karir yang bagus terbuka untuk semua prajurit Taifib yang berprestasi dan mempunyai track record yang bagus. Sebab beberapa waktu yang lalu Taifib sempat tercoreng oleh kelakuan 4 orang anggotanya yang menjadi pembunuh bayaran. Mereka membunuh Dirut PT. ASABA beserta pengawal pribadinya Serka. Edi Siyep yang tak lain adalah salah satu anggota Sat 81 Gultor Kopassus TNI - AD. Masalah ini sempat menyulut “dendam lama” antara Marinir yang dulunya bernama KKO AL dengan Kopassus (RPKAD). Salah satu oknum prajurit taifib (Suud Rusli) yang juga pelaku eksekusi adalah didikan Batujajar setelah di Korps Marinir (taifib) sendiri. Makanya dalam penangkapan setelah lolos kesekian kalinya “sang guru dari Batujajar” ikut turun tangan walaupun ha. Anggota Sandhi Yudha menyebar dan dengan cepat mengetahui persembunyian pelaku pembunuhan anggota mereka. Tak asing karena oknum pelaku memakai pola ala Kopassus.
Seorang prajurit Taifib dapat melanjutkan pendidikan speasialisasinya sampai tingkat Madya (master) dengan mengikuti berbagai kursus yang terdapat di Marinir, TNI AL atau matra lainnya. Antara lain kursus Jumpmaster, Pertahanan Pangkalan, pelatih Jasmani, Sniper, Counter Terorist, Dakibu, medis, Pathfinder, ilmu tempur atas/bawah laut seperti selam tempur dengan close circuit dan peralatan. Mereka juga bisa menempuh Secaba/Secapa apabila memenuhi persyaratan yang ditentukan.Selain itu jabatan strategis kelak bisa didapat baik di lingkungan Marinir sendiri, TNI AL ataupun lainnya lantaran latar belakang di Taifib yang memang penuh dengan segudang kemampuan. Tak hanya bertempur, seorang prajurit Taifib modern juga diajarkan bagaimana sistem manajemen perkantoran modern. Sebagai pasukan khusus, tentu saja pendapatan mereka berbeda dengan pasukan marinir lainnya. Namun tidak dijelaskan secara rinci berapa pendapatan pasukan khusus baret ungu ini. Mungkin nama Taifib sebagai pasukan khususnya Marinir mungkin kurang “ngetop” sebab yang membedakan prajurit taifib dengan Marinir biasa hanyalah BREVET yang tidak semua orang mengetahuinya sedang warna baret dan lambang lainnya tetap sama dengan marinir biasa. Nasib serupa memang dialami oleh pasukan “kembaran” nya di KOSTRAD. Yang paling membedakan prajurit Ton Tai Pur dengan prajurit infanteri KOSTRAD lainnya hanyalah PDL sus berwarna hitam hitam yang kerap dipakai dan badge Ton Tai Pur yang diletakkan di bawah kantong sebelah kiri. Apabila kedua satuan khusus ini memakai PDL loreng TNI, maka akan sulit bagi kita mengidentifikasinya.
C. Taifib Arsenals
Ø Senjata Serbu : SS 1+SPG 40mm, MP 5, Pistol Sig Sauer P226, AK – 47,Uzi
Ø Senjata Sniper : Galil kaliber 7,62mm, SIG SG 550 kaliber 5,56mm
Ø Senjata Mesin : Minimi, Ultimax 100
Ø Perangkat Selam : Spiro, OxyNG, DPV+ Baterai Kering, sensor navigasi,radio komunikasi portable.
 
G. RENTANG PENUGASAN
Rentang penugasan para pasukan elit Marinir TNI - AL ini sangat panjang dan tak melulu bertugas hanya sebagai salah satu elemen bagi operasi amfibi. Mereka sering kali terlibat pertempuran frontal dari darat ke darat diberbagai operasi militer. Marinir seringkali bertempur bersama TNI – AD walaupun sebenarnya wilayah operasi tempur amfibi Korps Marinir hanya dibatasi ± 8 Km dari pantai. Mulai dari awal terbentuk, Taifib (dulu bernama KIPAM) terlibat dalam semua operasi tempur TNI sebagai elemen dari operasi amfibi maupun operasi tempur mandiri di darat bersama pasukan khusus TNI lainnya. Sebagai elemen inti dari pasukan pendarat Korps Marinir, Taifib senantiasa dikirim terlebih dahulu ke medan tempur sebelum pasukan pendarat reguler diturunkan. Jalan menuju titik persiapan pendaratan dilalui melalui 2 cara yaitu lewat pendaratan dengan menggunakan perahu karet atau melalui penerjunan Free fall dengan metode HAHO/HALO. Kiprah pasukan Taifib di dekade tahun 60-an sampai sekarang merupakan prestasi yang membanggakan sekaligus keberhasilan dari tradisi pendidikan Taifib yang keras selama puluhan tahun. Taifib terlibat beberapa operasi tempur berskala besar juga beberapa operasi tertutup off the record bersama Kopassus, Kopaska dan Paskhas. Tahun 1965 anggota KIPAM berhasil mengangkat jenazah para pahlawan revolusi. Namun sebelum itu, KIPAM terlibat perang frontal dari darat ke darat dengan berbagai gerakan separatis mulai dari operasi menumpas APRA, PRRI/Permesta, dan DI/TII. Setelah itu Komando Tri Kora membuat pasukan elit baret ungu ini bertempur sampai titik darah penghabisan walaupun dalam kenyataannya pertempuran dan pendaratan amfibi berskala besar tidak terjadi. Kumandang “Ganyang Malaysia” Dwi Kora juga mengharuskan Korps Marinir (KKO) merelakan 2 prajuritnya terbaiknya yang berasal dari KIPAM gugur di tiang gantungan di Singapura karena tertangkap sesaat setelah memasang bom untuk meledakkan objek vital di Malaysia. Setelah itu Taifib terlibat dalam operasi tempur dalam operasi Seroja dengan tugas menentukan dan menyiapkan titik pendaratan, mengumpulkan data intelijen sekaligus menyerbu markas fretilin walaupun persenjataan dan logistik terbatas, Operasi Papua (memberangus OPM), Ambon (menyekat kerusuhan SARA), dan yang terakhir operasi pemulihan keamanan di NAD. Taifib bersama Kopassus membebaskan sandera warganegara asing di Maduma Papua tahun 1996. Persaudaraan (marines brotherhood) dan pengalaman bertempur puluhan tahun di darat dan laut membuat Taifib adalah satuan yang tergolong “unik” dalam satuan khusus TNI. Selain itu anggota Taifib juga ditugaskan menjadi anggota kontingen Garuda di bawah bendera PBB. Taifib juga dipercaya sebagai perancang latihan tehnis bagi Regu Pandu Tempur Yonif Marinir secara terpusat yang diadakan di Puslatpur Antralina Sukabumi. Rupanpur adalah “special forces” nya Yonif Marinir. Bersama Kopaska, Taifib mengembangkan sistem Naval Special Warfare yang terus dimodifikasi tiap waktu sesuai perkembangan tehnologi dan taktik militer dalam peperangan laut khusus. Latihan penanggulangan teror aspek laut terutama di kapal niaga, pantai dan pelabuhan, objek vital lepas pantai, bahkan perkantoran, bus serta pusat keramaian sering dilaksanakan baik di Yonif Taifibmar 1 maupun 2. Anggota pilihan Taifib diseleksi lagi untuk menjadi anggota Detasemen Jala Mengkara. Sebuah detasemen khusus di bawah Korps Marinir yang bertugas menanggulangi penanggulangan teror aspek laut. Pasukan Taifib tergabung dalam Yon Gab TNI bersama Kopassus, Paskhas dan Kopaska yang disebut “RAJAWALI”.
 
H. DETASEMEN JALA MENGKARA
Detasemen Jala Mengkara sebenarnya adalah detasemen dengan personel gabungan antara Taifib Marinir dan Kopaska. namun secara komando pembinaan detasemen ini berada dalam komando Korps Marinir. Berdiri tahun 1982, terinsipirasi dari berbagai pembajakan laut di selat Malaka maka KSAL memandang diperlukan pasukan khusus laut (PASUSLA) dalam lingkungan TNI AL. Gagasan ini disetujui Panglima TNI. Maka dibentuklah pasukan dengan nama Jala Mengkara yang setingkat detasemen. Pendidikan pasukan ini terbilang “gabungan” antara ilmu Kopaska dan Taifib. Anggota Taifib dan Kopaska yang diseleksi detasemen khusus ini diseleksi sangat ketat. Terutama tentang kesehatan, renang, para, penyelaman tempur, anti teror, pengetahuan militer terutama senjata api dan peledak serta psikologi. Calon anggota Den Jaka di didik dengan program yang dikenal dengan nama PTAL (Penanggulangan Teror Aspek Laut) selama 6 bulan. Dengan diadakan penyempurnaan tahun 1997, maka resmilah Pasusla bernama Detasemen Jala Mengkara. PTAL dibagi dalam 4 tahap yaitu : 7 hari tahap prabakti (orientasi) disini siswa bagai siswa “bau kencur” dipelonco bersama rekan dari Kopaska untuk menerima indoktrinasi dan penyamaan persepsi tentang Naval Special Warfare dari senior mereka. Selanjutnya adalah teori di kelas selama 90 hari, praktik dari teori di kelas selama 65 hari dan tahap konsolidasi (berganda) selama 3 hari atau lebih. Setelah lulus dari tahap akhir maka personel baru berhak memakai brevet anti teror TNI AL dan brevet lainnya yang didapat di PTAL juga baret baru berlambang brevet anti teror Denjaka yang berwarna merah maroon. Komposisi pasukan Den Jaka “mirip” dengan komposisi satuan 81 Gultor di Kopassus TNI AD. Mereka terbagi dari tim penyerang, bantuan tehnis, peralata dan tim pelatih. Anggota Denjaka menguasai ilmu juri dengan ilmu semacam tenaga dalam untuk bertempur dalam keadaan terjepit dan dengan persenjataan minim. Kemanapun mereka pergi betempur selalu dilengkapi dengan Pistol SIG Sauer P-226, MP 5, Pistol mitraliur UZI serta senapan runduk SG kaliber 5, 56 mm, peralatan selam tempur, terjun payung, NVG, alat navigasi dan perahu karet. Keberhasilan di NAD yang cukup membuat petinggi TNI tercengang adalah mengungkap kasus penculikan Dan Satgas Recong Sakti XI Mayor (Mar) Edianto Abbas dan anggota KODIM 0103 Serda Syarifuddin. Tim yang hanya 3 orang itu “menerobos” kantong GAM dengan penyamaran yang mengagumkan untuk mengantongi info dan data intelijen. Den Jaka diturunkan pada operasi pemulihan keamanan sebagai elemen intai tempur TNI bersama Ton Tai Pur dan Kopassus Grup III. Mereka memberikan data intelijen yang berkategori “A1” sehingga sangat menunjang keberhasilan operasi pasukan TNI.
Saat ini komposisi pasukan Den Jaka terdiri dari 1 detasemen markas, 1 tim tehnis, dan 3 tim tempur yang dinamai Alpha, Bravo dan Charlie. Mereka bermarkas di Bhumi Marinir Cilandak. Den Jaka juga sering berlatih dengan Detasemen sejenis seperti Gultor dan Bravo. Mereka berlatih dengan US NAVY Seals untuk mendapat ilmu tempur baru seputar penanggulangan teror terutama aspek laut.
 

Panglima TNI: Perwira Tinggi Tak Boleh Duduk di Menara Gading

Panglima TNI: Perwira Tinggi Tak Boleh Duduk di Menara GadingPerayaan Hari Santri Nasional. (CNNIndonesia Photographer/Adhi Wicaksono) Jakarta, CNN 
 
Panglima Tentara Nasional Indonesia, Jenderal Gatot Nurmantyo memimpin upacara kenaikan pangkat bagi 15 perwira tinggi militer. Pada acara seremonial tersebut Gatot menyatakan, semakin tinggi jabatan yang diemban seorang perwira semakin besar pula tanggung jawab yang mereka pegang.
"Seorang perwira tinggi tidak lagi duduk di menara gading, tetapi juga harus bekerja keras dalam rangka mencapai tugas pokok yang diembankan kepadanya," ujar Gatot di Markas Besar TNI, Cilangkap, Jakarta, Senin (9/11).
Gatot menuturkan institusi militer menuntut para perwira tinggi untuk memberikan kontribusi positif bagi pembinaan satuan dengan tetap berpedoman profesionalitas, ketangguhan, modernisasi, wawasan kebangsaan, dan kecintaan terhadap masyarakat.
Gatot mengatakan kenaikan pangkat sebenarnya merupakan sumber motivasi dan inspirasi bagi para perwira tinggi negara. Di satu sisi, promosi tersebut adalah bentuk penghargaan negara terhadap anggota militer.
Terdapat 15 perwira tinggi yang mendapatkan kenaikan pangkat, enam berasal dari Angkatan Darat, empat dari Angkatan Laut serta lima perwira berasal dari Angkatan Udara.
Beberapa perwira tinggi itu adalah Rektor Universitas Pertahanan Letjen I Wayan Midhio, Inspektur Jenderal Kemenko Polhukam Brigjen Amrin dan Wakil Kepala Staf Angkatan Udara Marsdya Hadiyan Sumintaatmadja.
Kepada CNN Indonesia Hadiyan menuturkan seluruh perwira tinggi yang mendapatkan kenaikan pangkat akan menghadapi tantangan yang sama. Sebagai Wakasau, ia berkata, akan memikul tanggung jawab pertahanan udara yang begitu luas dan kompleks.
"Tantangan ke depan tidak semakin ringan. Ada kemajuan teknologi yang harus diikuti," ucapnya.
Hadiyan mengestafetkan target kerja Komando Pertahanan Udara Nasional kepada penerusnya, Marsda Abdul Muis. Ia berkata, radar merupakan instrumen penting untuk mengawasi pertahanan udara yang harus terus ditambah jumlahnya.
"Sebenarnya tidak hanya radar, tapi juga alat penindaknya, baik pesawat dan peluru kendali," katanya.
 

Sulitnya Meraih Baret Intai Amfibi

  Prajurit pasukan khusus Intai Amfibi Marinir TNI AL melakukan "Swamp Forest Patrol" atau patroli dalam rawa kawasan hutan bakau Parang Kursi, Lampon, Pesanggaran, Banyuwangi, Jawa Timur, Rabu (8/4).

Lulusan pendidikan Taifib disegani sekaligus ditakuti. Mereka adalah pasukan inti di Kesatuan Marinir yang mempunyai kemampuan di atas rata-rata. Kemampuan tersebut diraih setelah ditempa melalui pendidikan yang sangat ketat serta melewati ujian yang sangat berat selama sepuluh bulan.

Tidak heran, di antara ratusan prajurit yang mengikuti seleksi pendidikan Taifib, hanya puluhan bahkan belasan orang yang diterima. Mereka itulah yang kemudian digodok di kawah candradimuka di Situbondo. Mereka yang tak lulus dikembalikan ke kesatuannya semula di Marinir.

Selain fisik prima, calon Taifib juga dituntut memiliki IQ tinggi. Sebab, pasukan elite yang sering digunakan untuk penyusupan di daerah operasi itu harus mampu menghadapi berbagai masalah, baik secara individu maupun kelompok.

Selama pendidikan, teori di kelas hanya 20 persen. Selebihnya di lapangan, seperti hutan, laut, bahkan udara. Mereka harus mempunyai kemampuan terbaik di darat, laut, dan udara. Mereka dituntut mampu melaksanakan tugas rahasia secara sempurna di ketiga medan tersebut.

Untuk mencapai semua itu, diperlukan pendidikan yang sangat keras dan ketat. Mereka harus mampu menyusup dengan terjun payung, bergerak lincah di laut dengan daya tahan tinggi, serta survive di darat.

Mereka ditempa di tengah ombak ganas di Laut Banyuwangi, yang biasanya menghanyutkan perahu nelayan. Dengan tangan dan kaki diikat, para prajurit tersebut dibuang ke laut ganas itu. Mereka harus mampu bertahan sekaligus menyelamatkan diri.

Kenapa sampai demikian? Bila sewaktu-waktu prajurit trimedia (menguasai medan darat, laut, dan udara) itu dibuang ke laut dalam keadaan tangan dan kaki terikat oleh musuh, mereka akan mampu menyelamatkan diri.


Setelah melawan ombak besar di laut, mereka juga dituntut bertahan hidup di hutan tanpa perbekalan sedikit pun. Untuk menguji daya tahannya itu, para prajurit terpilih tersebut dilepas di tengah hutan dengan hanya bermodalkan garam. Air minum pun tidak diperkenankan dibawa. Selebihnya, cari sendiri di hutan. Latihan itu dilakukan di Alas Purwo. Di sana, mereka dilepas untuk melatih ketahanan fisik dan kemampuan perorangan.

Di tengah hutan, mereka harus bertahan berhari-hari. Mereka tak jarang hanya makan binatang buas, seperti ular. Bila mampu menangkap monyet, hewan itu pulalah yang disantap. Selama tiga hari tiga malam, mereka tidur di tengah hutan rimba tersebut. Kadang-kadang, juga lebih,

“Saya pernah minum air untuk tambal ban di pinggir jalan Alas Purwo,” cerita mantan Direktur Sekolah Khusus (Dirsus) Marinir Kol (Mar) Buyung Lalana. “Meski air itu siang harinya digunakan untuk mengetes ban mobil dan sepeda motor yang pecah, rasanya nikmat sekali karena begitu haus,” kenang Buyung lagi.

Itu semua belum cukup. Soal pukul-memukul oleh instruktur untuk melatih mental bukanlah hal aneh di kalangan mereka. Wartawan koran ini pernah menyaksikan betapa kerasnya pelonco dari kakak angkatan untuk prajurit yang mengawali pendidikan. Mereka benar-benar harus siap mental dan fisik. Begitu kerasnya, tidaklah heran kalau di awal pendidikan itu, ada yang mengundurkan diri.

Untuk latihan udara, mereka bukan lagi dilatih terjun tempur seperti prajurit biasa. Kalau terjun tempur, begitu keluar dari pintu pesawat, payung sudah terbuka. Tapi, Taifib dilatih terjun bebas.

Yang menarik, terjun bebas itu tidak saja dilakukan siang, tapi juga tengah malam. Dengan begitu, bila sewaktu-waktu masuk ke sasaran musuh, mereka tidak harus lewat darat atau laut yang mudah dideteksi lawan. Para Taifib juga bisa diturunkan dari pesawat dengan ketinggian yang sulit terdeteksi musuh.

Untuk menghindari pendeteksian musuh, mereka harus piawai menyelam. Dengan menggunakan kompas, sambil menghitung derajat daerah sasaran, para Taifib harus bisa muncul di titik yang tepat.

Itu baru tahap latihan. Bila pelantikan atau dikenal dengan pembaretan, mereka harus jalan kaki siang malam. Itu sering dilakukan Banyuwangi-Surabaya. Mereka dilepas di Banyuwangi dan diperintahkan kumpul di Surabaya dalam waktu yang ditentukan. Bila naik kendaraan dan ketahuan instruktur, hukuman berat bakal dirasakan. Baretnya pun bakal tak hinggap di kepala.
 

Indonesia Tahap Finalisasi Kerja sama Konstruksi KF-X/IF-X

  Model Pesawat KFX

PT Dirgantara Indonesia (Persero) masih bekerja menuju fase akhir kerjasama pembuatan pesawat tempur siluman multirole IF-X. PT DI akan bekerjasama dengan Defence Acquisition Program Administration (Dapa) Korea Selatan memproduksi pesawat tempur IF-X untuk Angkatan Udara Indonesia. IF-X adalah nama yang diberikan untuk versi Indonesia, sedangkan versi Korea menggunakan nama KF-X.

Ade Yuyu Wahyuana, VP Business Development & Marketing PTDI, mengatakan kepada Daily News, “Kami masih melakukan diskusi yang intensif untuk mendapatkan 30% kerjasama konstruksi, dan perjanjian kerjasama konstruksi tersebut belum ditandatangani dengan Dapa “.

“Kami melihat dua pekerjaan besar, paket engineering work package dan aircraft manufacturing untuk KF-X.” Ade melanjutkan, “Kami tidak berniat untuk menjadi produsen pesawat tempur. Kami ingin memanfaatkan teknologi yang kami peroleh dari program ini untuk program pesawat komersial kami. Prioritas utama bagi PTDI adalah memberikan pesawat tempur IF-X yang terbaik yang sesuai dengan persyaratan operasional Angkatan Udara Indonesia ”.


“Akan ada beberapa perbedaan antara KF-X Korea dan IF-X Indonesia, dan kami masih mencari cara untuk memenuhi persyaratan ini,” kata Ade. Beberapa perbedaan antara IF-X dan KF-X adalah, rem parasut untuk pendaratan, probe pengisian bahan bakar di udara, dan tangki bahan bakar cadangan untuk meningkatkan jangkauan.

KF-X dan IF-X adalah pesawat tempur siluman generasi 4,5 yang tersedia dalam konfigurasi kokpit tunggal dan tandem. Pesawat tempur memiliki desain aerodinamis canggih dan fitur siluman seperti integrated chine dan faceted fuselage, caret shape ramp intake dan a diamond Shape Wing.

KF-X /IF-X akan dilengkapi dengan radar AESA dan avionic canggih. Berkemampuan mengangkut persenjataan hingga £ 16.000 (7250 kg) pada 10 cantelan senjata disayap dan bawah badan pesawat, juga dilengkapi empat hard poin didalam badan pesawat untuk rudal AMRAAM.
 
Dailynews

TNI AL di antara, Kapal Selam Kilo, Lada, dan Amur

Pandangan Umum
Pemerintah melalui Kemenhan telah memtuskan untuk kembali melanjutkan rencana pembelian Kapal Selam baru  dari Rusia. Ada pun yang dipilih adalah tipe Kilo class, Amur class  atau  Lada class  yang semuanya mempunyai  kemampuan menembakan rudal  dari dalam laut  ke udara atau darat.
Sementara jika kita lihat kembali ke  sejarah  awal,  rencana pembelian sudah dianggarkan pada tahun 2003  oleh mantan Presiden Megawati melalui kredit export dan  perkembangan selanjutnya ditindaklanjuti  oleh mantan Presiden  SBY dengan kredit export baru dari Rusia  untuk pembelian 4 unit Kilo class submarine  dan Sukhoi SU-30MK. tahun 2005-2007.
Namun perkembangan selanjutnya tidak jelas, apakah pembelian tersebut sudah terjadi atau tidak, serta apakah telah  dilakukan  pengiriman ke pihak TNI AL atau belum. Beberapa  bocoran dan clue ada yang menyatakan  sudah dikirim dan menjadi rahasia negara yang tidak boleh dipublikasikan. Namun  ada juga menyatakan  kita hanya menyewa.
Lalu atas dasar itulah maka pemerintah kembali menyatakan akan membeli beberapa unit kapal  selam  Kilo atau Amur  dari Rusia dengan alasan “KITA SUDAH BIASA MENGUNAKAN  DAN SUDAH FAMILIAR DENGAN KAPAL SELAM DARI RUSIA”  hal  ini  mirip dengan pernyataan dari TNI AU yang menyatakan akan membeli  pesawat tempur Sukhoi dan F-16 dengan alasan sudah terbiasa mengunakannya. Jadi tidak salah jika TNI AL akan membeli kapal selam  dari Rusia  karena sudah terbiasa mengunakannya.
 
 Dalam sebuah berita dari kantor berita Rusia, ITAR-TASS menyebutkan TNI AL tertarik dan telah memesan beberapa kapal selam kelas kilo class ,lada class  dan Amur-class 1650 / amur 950 dengan VLS. Hal ini  disampaikan Direktur Rosoboronexport  sendiri. Prosesnya kita  tunggu pertemuan dengan pemerintah Indonesia  dalam waktu dekat dan kita siap memberikan apa yang diminta oleh sahabat kita Indonesia dan akan kita beri yang terbaik  untuk sahabat kami.
Ibarat   sebuah istilah yaitu  “PALUGADA” yang artinya  ” apa yang elu mau  gue ada” hal ini ditujukan  Rusia  kepada  Indonesia. Mau  cash  boleh, mau utang  boleh, mau barter  boleh. “everything you can eat” , sebuah anekdot atas gampangnya metode pembayaran yang ditawarkan oleh Rusia.
 
Sementara itu  dari Pemerintah yang diwakili oleh Kementerian Pertananan membenarkannya. Menhan Ryamizard Ryacudu pernah  menyatakan, ketertarikannya  pada kapal selam produksi  Rusia yang mampu menembak rudal dari dalam laut ke udara/daratan, serta beberapa model lainnya yang mempunyai teknologi tinggi dan menjadi idaman TNI AL. “Kita minta yang tercanggih dan barang baru” bukan  bekas. Kira kira begitu ungkapannya. Dananya sudah  kita siapkan.

 
Sumber lain dari media lokal juga membenarkan hal tersebut “Untuk rencana pengadaan kapal selam produk Rusia masih dalam tahap pengkajian. Tapi belum ada pembicaraan terkait model kapalnya  (kilo,lada atau amur)  yang akan di pilih maupun pendanaannya dan skenario pengadaannya,(pengiriman) menunggu  keputusan dari pemerintah R.I.
 
Hal ini  mungkin didasarkan atas momen gagalnya mengakuisisi (memperoleh) Kapal Selam Kilo 2 unit bekas Rusia, beberapa  waktu lalu yang saat itu delegasi dipimpin sendiri oleh Pak Ade Supandi  yang sekarang menjadi KSAL, dan alasan lain Kemenhan masih mencoba memilih milih versi apa yang akan dibeli. Yang pasti itu barang baru alias bukan bekas. Namun prosesnya  itu akan disesuaikan dengan anggaran yang ada  karena mahalnya harga kapal selam  baru  jika di banding barang bekas.

“Masih kita pelajari, yang bekas dari segi ekonomi tidak jadi pilihan. Kita bisa beli, tapi belum tentu bisa merawat, makanya kita kaji. Tapi kita sesungguhnya menginginkan itu untuk laut dalam. Tapi uang kita masih di tipe laut dangkal. Kalau ekonomi semakin membaik, diharapkan pemenuhan 12 kapal selam bisa terpenuhi,” karena kita akan beli  yang baru dan hebat karena mampu meluncurkan rudal dari dalam laut  untuk menembak kapal permukaan dan pesawat terbang. kata seorang pejabat KeMenhan  

Aspek Kawasan
Memanasnya LCS juga mengundang kehadiran kekuatan negara negara besar seperti  Amerika, Jepang, Australia ikut bermain. Lalu hal ini dilihat pemerintah Indonesia sebagai  lampu kuning yang mengharuskan kesiapan negara pada umumnya dan TNI pada khususnya  untuk bersiap sedia payung sebelum hujan. Yang artinya bersiap sebelum pecah  konflik. Jangan sampai setelah terjadi konflik baru sibuk belanja alutsista.
LCS yang 99% adalah lautan adalah medan yang cocok untuk diterjunkannya kapal selam baik untuk  pengawasan ataupun patroli. Menurut pengamat militer dari Amerika Serikat, mantan  kepala staff Armada Gabungan mengatakan, perang di LCS adalah perangnya kapal selam, kapal permukaan. Jadi  siapa  yang berkuasa di laut maka akan berkuasa di LCS.
Jadi  tidak salah jika TNI AL mengingikan alusista kapal selam  yang canggih  untuk memodernisasi alusistanya. Sehingga  keinginan untuk memiliki  kapal selam canggih adalah suatu keharusan yang tidak  bisa di tunda lagi.sebelum bom  waktu  LCS meledak.
Jadi  jika  melihat  ke depannya maka  jika boleh menebak Kapal selam apa yang akan dibeli  TNI AL, maka  kemungkinan  besar  adalah  tipe  Amur class  dengan  VLS.  Hal  ini  dilihat  dari silsilah  kapal selam  itu sendiri, di mana  kapal selam Kilo merupakan  nenek  moyang  kapal selam AIP  yang sangat sunyi, yang dijuluki  NATO “black hole” dari  Rusia, lalu dari pengembangannya lahirlah Lada class dan KS Amur class -1650  / Amur -950
Tentang Amur class -1650 dan 950
Kapal Selam kelas Amur-1650 /950 adalah versi ekspor kelas Lada yang lebih canggih atau Kapal Selam Kilo modern yang telah ditingkatkan kemampuan acoustic stealth-nya, AIP, dan sistem persenjataan dengan teknologi terbaru  untuk  laut dalam
 
Amur-  class bisa bertugas pada segala cuaca. Di laut dangkal maupun dalam selama 45 hari tanpa kembali ke pangkalan.serta mampu di persenjatai dengan  rudal taktis jarak jauh dan mematikan. karena kilo atau amur dibutuhkan oleh TNI AL untuk melakukan pengamanan di laut dalam. Sementara untuk laut dangkal kita akan pakai produk yang dari Korea Selatan.



 
Melihat wilayah laut Indonesia yang 50 persen mempunyai kedalam rata-rata di bawah 100 meter, Indonesia juga memerlukan kapal selam kecil (midget). Untuk memenuhi kapal selam kecil, tim dari BPPT dan Dislitbang TNI AL telah mengembangkannya, namun  untuk mewujudkan kedalam prototipe butuh  dukungan dana dari pemerintah.


Kapal selam yang dirancang Rubin Central Design Bureau ini memiliki panjang 66,8 meter, tinggi 6,4 meter dan bisa menyelam dengan kedalaman hingga 300 meter. Kapal selam diesel ini bisa meluncurkan hingga 18 torpedo dan menembakkan rudal jelajah tipe Club-S dengan jarak 300 km.
 
Sambil menungu kedatangan  KS Rusia,  sementara TNI AL harus tetap  tabah  sampai akhir dengan KS Cakra dan Nanggala kebanggaan bangsa Indonesia.

Terimakasih
oleh : Telik Sandi / JKGR.

(Breaking News) Indonesia Telah Putuskan Pembelian Su-35

  su-35-8

Indonesia tertarik tidak hanya membeli Su-35, tetapi juga membangun pusat layanan teknis di wilayahnya dan memperoleh transfer teknologi perakitan pesawat.

“Indonesia telah mengambil keputusan mengenai pembelian pesawat tempur Rusia Su-35, sekarang dibicarakan transfer teknologi perakitan pesawat”, ucap Kepala Departemen Kerja Sama Internasional Perusahaan “Rostech” Viktor Kladov kepada agensi berita RIA Novosti di pameran aviasi internasional Dubai Airshow-2015.

“Indonesia telah mengambil keputusan, apa langkah berikutnya? Tunggu saja “, kata Kladov, menjawab pertanyaan wartawan mengenai proses negosiasi pemasokan Su-35 ke Indonesia (08/11/2015).


Beliau menambahkan bahwa Indonesia tertarik tidak hanya membeli Su-35, tetapi juga membangun pusat layanan teknis di wilayahnya dan memperoleh transfer teknologi perakitan pesawat.

“Negosiasi menjadi lebih kompleks karena saat ini dibicarakan bukan hanya pemasokan Su-35, tetapi juga transfer teknologi”, tutur Kladov.

Pada bulan September Menteri Pertahanan Indonesia Ryamizard Ryacudu mengumumkan niatnya untuk membeli skuadron pesawat tempur Su-35 untuk menggantikan pesawat tempur F-5 Tiger milik Amerika yang usianya sudah mencapai umur empat dekade.

RBTH

Pertama kali dipublikasikan di RIA Novosti.

Minggu, 08 November 2015

TNI AL kerahkan tujuh KRI ke Natuna

TNI AL kerahkan tujuh KRI ke NatunaIlustrasi--KRI Beladau (ANTARA/Maha Eka Swasta) Jakarta (ANTARA News) - TNI Angkatan Laut mengerahkan tujuh Kapal Perang RI (KRI) untuk menjaga kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia di perairan Natuna, Kepulauan Riau.

"Ini merupakan patroli rutin yang dilakukan oleh TNI AL untuk menjaga perairan Natuna. Terlebih, di kawasan Natuna sering terjadi illegal fishing," kata Kepala Dinas Penerangan TNI Angkatan Laut (Kadispenal) Laksamana Pertama TNI M Zainudin ketika dikonfirmasi, di Jakarta, Minggu.

Ia pun membantah pengerahan tujuh kapal perang milik TNI AL itu untuk mengantisipasi memanasnya Laut China Selatan.

"Kita tidak ada konflik terkait Laut China Selatan. Kita hanya menjaga kedaulatan dan pertahanan NKRI," jelasnya.

Menurut dia, tujuh KRI yang dikerahkan itu tidak seluruhnya berada di perairan Natuna, Kepulauan Riau, namun secara bergiliran melakukan operasi atau patroli.

"Tiga KRI standby di perairan Natuna, sementara empat KRI lainnya berada di pangkalan Tanjung Uban. Mereka secara bergiliran melakukan patroli," tuturnya.

Ia mengungkapkan, dalam menjaga kedaulatan dan pertahanan negara, TNI AL selalu melakukan patroli setiap harinya, baik di wilayah Timur maupun di wilayah Barat dengan jumlah KRI sekitar 40 kapal lebih.

"Di wilayah Indonesia Timur kita kerahkan sebanyak 20 kapal lebih untuk menjaga wilayah Ambalat, Laut Arafuru dan lainnya. Di wilayah Indonesia bagian Barat, kita juga mengerahkan 20 kapal, seperti Selat Malaka, Laut Natuna dan lainnya," katanya.

Hal senada dikatakan oleh Kepala Staf TNI Angkatan Laut (KSAL) Laksamana TNI Ade Supandi, pengerahan tujuh KRI ke perairan Natuna untuk melakukan patroli.

"Itu kan operasi rutin, kita kan dalam 365 hari kegiatan patroli itu kegiatan patroli pengamanan perbatasan. Dan juga kegiatan patroli yang berkenaan dengan keadilan di laut, baik di Laut Natuna, Sulawesi, maupun Samudera Hindia. Termasuk yang sudah tergelar berkaitan dengan kerja sama bersama tetangga, patroli koordinasi," katanya.