Minggu, 08 November 2015

Veteran impikan hari pahlawan semeriah 17 Agustus


Veteran impikan hari pahlawan semeriah 17 Agustus
Dokumentasi sejumlah legiun veteran mengikuti acara peringatan hari veteran di Graha Bina Praja Pemprov Sumsel, Palembang, senin (10/8). Pemerintah provinsi Sumatera Selatan memberikan dana hibah bagi kegiatan para veteran selain tunjangan yang diterima setiap bulannya. (ANTARA FOTO/ Feny Selly) 
 
Legiun Veteran Republik Indonesia (LVRI) memimpikan Hari Pahlawan di Tanah Air dilakukan semeriah perayaan HUT Kemerdekaan Indonesia karena merupakan momentum paling bersejarah perjuangan masyarakat melawan penjajah.
"Kami ingin peringatannya bisa menggema di berbagai penjuru daerah dan tidak dilewati begitu saja," ujar Ketua LVRI Kota Surabaya, Hartoyik, kepada wartawan, Jumat.
Selama ini peringatan Hari Pahlawan tidak lebih dari kegiatan formal, seperti upacara, pemberian tali asih, diskusi, sekolah kebangsaan dan sebagainya.
Menurut dia, kegiatan itu tidak boleh dihentikan, tapi justru ditambah dengan imbauan dari pemerintah, seperti instruksi pengibaran bendera merah putih di seluruh permukiman, perkantoran, gedung hingga meramaikan kampung-kampung dengan berbagai kegiatan.
"Jadi, lomba-lomba yang biasanya Agustusan, kini ditambah November. Ini sangat penting untuk mengingatkan warga, khususnya anak-anak pada peristiwa 10 November," ucapnya.
Terkait pengibaran bendera Merah Putih, lanjut dia, sampai saat ini pihaknya merasakan kurang berkesan karena tidak dilakukan serentak.
"Saya sudah menyampaikan ke pemerintah, kalau bisa dalam rangka memperingati Hari Pahlawan kebyarnya lebih terasa, khususnya di kota Surabaya sebagai lokasi sejarah," kata pejuang yang ikut menjadi salah satu saksi sejarah 10 November 1945.
Sementara itu, upacara bendera memperingati Hari Pahlawan di Surabaya digelar di Tugu Pahlawan, Jalan Pahlawan, Selasa (10/10) mulai pukul 08.00
Sampai saat ini, direncanakan yang bertindak sebagai inspektur upacara adalah Presiden RI Joko Widodo.
"Kalau tidak ada perubahan, nantinya Presiden RI Joko Widodo yang akan menjadi inspektur upacara di Kota Pahlawan. Ini bahkan merupakan yang pertama kali dalam 70 tahun," kata Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa beberapa waktu lalu.
Sedangkan, tema peringatan Hari Pahlawan tahun ini yakni "Semangat Kepahlawanan adalah Jiwa Ragaku". 
 

Motorola SLAMMR: Dibalik Kecanggihan Radar Airborne Boeing 737 Patmar TNI AU

img_0005

Saat ini nama Motorola memang lebih kondang sebagai merek ponsel, tapi pada masa jayanya, Motorola merupakan raksasa elektronik yang amat diperhitungkan, termasuk salah satunya sebagai pemasok alutsista bagi TNI. Selain memasok jenis radio trunking bagi pasukan infanteri, debut spektakuler Motorola di Indonesia tak bisa dilepaskan dari kecanggihan pesawat intai maritim Boeing 737-200 (2X9) Camar Emas Skadron Udara 5 TNI AU.

Tentang kiprah Boeing 737-200 Surveillance tentu sudah banyak yang tahu, pasalnya pesawat ini kerap dilibatkan dalam beragam misi SAR di lautan, selain tugas esensinya sebagai peronda ZEE (Zona Ekonomi Eksklusif). Singkat kata publikasi tentang pesawat besutan awal tahun 80-an ini lumayan maksimal, maklum pada masanya pesawat ini cukup membuat bangga Indonesia, mengingat di awal 80-an baru Indonesia di Asia Tenggara yang punya pesawat patmar secanggih ini.

a659b1d916_2

Apa yang membuat Boeing 737-2X9 Skadron 5 ini begitu menarik? Jawabannya terletak dari keberadaan radar modular yang terpasang berdekatan dengan sirip tegak. Airborne radar ini lebih kondang dengan identitas SLAMMR (Side Looking Airborne Modular Multi Mission Radar) buatan Motorola. Dalam identifikasi sistem radar oleh AS, SLAMMR diberi kode AN/APS-94. Radar ini berbentuk punuk kecil dengan dua blade antenna yang mengapit sirip tegak. Masing-masing antenna radar ini punya panjang 4,87 meter. Kebisaan radar ini adalah mampu mengendus keberadaan kapal hingga ukuran kecil dalam coverage sejauh 185 km pada ketinggian 9.150 meter dari permukaan laut.

1916237
Foto: Airliners.net

Foto: Airliners.net
Foto: Airliners.net

Oleh Motorola, SLAMMR tak hanya dirancang untuk misi intai pada kapal-kapal yang mencurigakan, radar ini juga di setting untuk mendukung misi SAR. Karena kebisaannya untuk mendukung misi SAR, maka teknologi radar ini pun juga diadopsi pada pesawat penjaga pantai AS (US Coast Guard) HU-25 Falcon 20 dan HC-130 Hercules.

Foto: Airliners.net
Foto: Airliners.net

Pesawat US Coast Guard HU-25 Falcon dengan radar SLAMMR.
Pesawat US Coast Guard HU-25 Falcon dengan radar SLAMMR.

Dirunut dari sejarahnya, AN/APS-94 SLAMMR mulai dikembangkan oleh AS sejak tahun 50-an. Teknologinya pun terus dilakukan update dengan kemampuan intai dan deteksi/identifikasi kapal sipil/militer yang bergerak dengan manuver tinggi di lautan. Untuk pengembangan fitur lanjutan ini, pemerintah AS mempercayakan pada Grumman dengan nilai kontak mencapai US$55 juta untuk adopsi stand off target acquisition system sotas.

Uniknya varian radar SLAMMR yang diadopsi pada Boeing 737 hanya digunakan oleh Indonesia. TNI AU menerima tiga unit pesawat ini secara bergelombang, yakni registrasi AI-7301 datang pada 20 Mei 1982, registrasi AI-7302 datang pada 30 Juni 1983, dan registrasi AI-7303 datang pada 3 Oktober 1983. Ketiga pesawat ini resmi dipesan pada April 1981. Dengan kekuatan tiga pesawat, berarti tiap pesawat harus melakukan pengintaian sepertiga wilayah Indonesia. Pada periode yang sama, TNI AU juga tengah mendapat perrkuatan tempur dengan tibanya armada jet tempur F-5 E/F Tiger II, A-4 E/F Skyhawk, dan jet latih Hawk MK53. (Haryo Adjie)
 
 

Boeing MSA: Pesawat Intai Maritim dari Platform Jet Bisnis Challenger 605

boeingchallenger604msa_flighttesttakeoff09112014-672x372

Keberadaan tiga unit Boeing 737-200 SLAMMR (Side-Looking Airborne Modular Multi-Mission Radar) Skadron 5 Patmar TNI AU telah menjadi kebutuhan strategis dalam misi intai maritim. Di masanya, pesawat tersebut cukup mumpuni dalam meronda laut. Tapi seiring perkembangan jaman dan kondisi pesawat yang telah menua, (didatangkan pada tahun 1982), maka menjadi agenda pemerintah guna memodernisasi jenis pesawat strategis ini, khususnya yang bermesin jet dengan kecepatan dan endurance memadai.

msa_hero_lrg_01_1280x720MSA-on-a-mission-to-South-Africa

Skadron 5 yang bermarkas di Lanud Hasanuddin, Makassar, tentu punya incaran untuk pengganti Boeing 737-200 SLAMMR. Tak lain masih dari keturunan Boeing 737, yakni P-8 Poseidon yang dibangun dari platform Boeig 737-800ER (Extended Range). Tentang seluk beluk dan kecanggihan P-8 Poseidon telah kami kupas di atikel terdahulu. Namun ada yang lumayan memberatkan dari pengadaan P-8 Poseidon, lantaran harga jualnya yang kelewat mahal, yakni di rentang US$171 – US$200 juta per unit.

Nah, melihat kocek pemerintah Indonesia yang ngepas, Boeing pun tak surut menawarkan produk yang lain, yang tentunya masih berupa pesawat jet intai maritim. Dan baru-baru ini, mendaratlah Boeing MSA (Maritime Surveillance Aircraft) di Lanuma Halim Perdanakusuma, Jakarta. Tak hanya melakukan demo ke calon operator, yakni TNI AU, Boeing pada hari Rabu (4/11/2015) mengajak tamu VIP Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti bersama Menko Kemaritiman Rizal Ramli untuk joy flight. Selama 1,5 jam, kedua menteri yang populer dengan aneka gebrakan ini diajak mengitari selatan Pulau Jawa.

boeingmsa_demo_1st_flight_3boeingmsademo-fieldaviation0

Dikutip dari Detik.com (4/11/2015), Rizal memuji kecanggihan Boeing MSA yang berukuran kecil namun memiliki teknologi canggih ini. Pesawat ini bisa mengidentifikasi kapal-kapal yang menggunakan transmitter maupun tidak, sehingga bisa mendeteksi kapal pencuri ikan yang mematikan alat transmitter yang wajib aktif saat kapal beroperasi di laut. “Kita bisa pantau kapal-kapal baik yang ada identifikasi maupun yang tidak men-transmit. Yang tidak men-transmit jangan-jangan illegal fishing,” ucapnya.

Rizal menambahkan, saat ini di lautan Indonesia banyak terjadi transhipment atau bongkar angkutan ikan di tengah laut dari kapal-kapal kecil ke kapal pencuri ikan berukuran besar‎. Kapal besar tersebut biasanya mematikan transmitter dan langsung kabur dari perairan Indonesia begitu selesai menampung ikan ilegal. “Cukup banyak yang terjadi sekarang ada kapal di laut bebas, tapi ada kapal-kapal kecil yang suplai ke kapal besar itu, jadi transhipment. Nah kalau ada kapal besar tidak ada transmit-nya itu bisa dicurigai illegal fishing, bisa ditindak,” tukasnya.

11-2013-4-boeing-msa-challenger

Kedua menteri tak menampik bila tertarik dengan Boeing MSA, lebih lanjut Rizal meminta Boeing memberikan diskon khusus pada pemerintah Indonesia untuk pembelian pesawat ini. Jika tidak ada diskon yang memuaskan, Rizal menyatakan Indonesia tidak akan membeli dari Boeing. Harga per unit Boeing MSA ditaksir mencapai US$60 juta per unit.

Dari Platform Pesawat Jet Pribadi
Beda dengan P-8 Poseidon yang dibangun dari pesawat penumpang kelas medium, maka Boeing MSA punya ukuran kecil, karena platform pesawatnya dicomot dari jenis Challenger 605 buatan Bombardier. Pesawat ini terbilang populer digunakan sebagai pesawat bisnis pribadi para pejabat dan konglomerat. Resminya Boeing memilih Challenger 605 pada ajang Dubai Airshow tahun 2013. Saat itu Boeing tengah mencari kandidat pesawat untuk program Intelligence, Surveillance and Reconnaissance Aircraft.

Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti dan Menko Kemaritiman Rizal Ramli di depan Boeing MSA. (Foto: Detik.com)
Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti dan Menko Kemaritiman Rizal Ramli di depan Boeing MSA. (Foto: Detik.com)

Interior challenger 605 yang mewah.
Interior challenger 605 yang mewah.

Eksistensinya sebagai pesawat jet bisnis pribadi tak diragukan lagi.
Eksistensinya sebagai pesawat jet bisnis pribadi tak diragukan lagi.

Ilustrasi jangkauan terbang Boeing MSA, bila diterbangkan dari Singapura.
Ilustrasi jangkauan terbang Boeing MSA, bila diterbangkan dari Singapura.

Mengemban peran sebagai pesawat intai maritim, Challenger 605 yang ditenagai dua mesin General Electric CF34-B MTO ini dilengkapi seabreg sensor dan radar canggih. Salah satu wujudnya berupa penempatan radar intai dibawah perut pesawat (bawah body). Pola penempatan radar ini mengingatkan pada jenis radar Ocean Master 400 di pesawat CN-235 220 NG TNI AL. Kelengkapan yang mencakup Active Electronically Scanned Array multi-mode radar, high-definition Electro-Optical/Infrared camera, dan advanced Electronic Support. Soal data link pun tak jadi masalah, berkat adopsi interoperable data links. Sambungan akses komunikasi dengan ground ditunjang dengan teknologi high-bandwidth line-of-sight and over-the-horizon communications.

MSA+1

Oleh Boeing, pesawat ini digadang mampu beroperasi secara mandiri (standalone surveillance), bahkan jika diperkukan pesawat ini dengan mudah interiornya bisa disuap menjadi pesawat angkut VIP atau pesawat medical evacuation (medevac). Kapabilitas yang diusung mulai dari tugas anti pembajakan laut, intai ZEE, pengawasan perbatasan, dan SAR.

Punya Endurance Tinggi
Meski pesawat kecil, untuk urusan endurance Boeing MSA bisa mengudara terus-menerus selama 8 jam, cukup ideal untuk misi intai di lautan. Jangkauan terbangnya mencapai 7.408 km, atau dalam simulasi dengan enam penumpang bisa terbang non stop dari London ke New York dan Dubai ke London. Dalam menjalankan misi intai maritime, Boeing MSA di set dengan dua awak (pilot dan copilot), serta lima orang kru.

Apakah tawaran Boeing kali ini berhasil di Indonesia? Kita tunggu saja kabar selanjutnya. Mengingat Boeing telah sukses menggolkan penjualan heli tempur AH-64 Apache dan heling angkut berat CH-47 Chinook untuk TNI AD, maka bukan tak mungkin Boeing MSA nantinya mulai dilirik serius. (Gilang Perdana)

Spesifikasi Boeing MSA
– Platfom pesawat: Bombardier Challenger 605
– Panjang: 19,8 meter
– Lebar sayap: 21 meter
– Tinggi: 6,4 meter
– Max Kecepatan jelajah: Mach 0.8
– Mesin: 2x General Electric CF34-B MTO
– Endurance: 8 jam
– Ketinggian terbang max: 12.497 meter
– Max berat take off: 21.863 kg
 

Batalyon Para Raider 330 Kostrad

  11
The 330th Para Raider battalion, 17th Airborne Brigade / Kostrad.

12

IMG_4623-2

DSC02446

IMG_4651

IMG_3053

IMG_3020

IMG_0170

IMG_0193

IMG_2350


Batalyon Infanteri Para Raider 330/Tri Dharma yang berlokasi di Cicalengka, Jawa Barat, merupakan salah satu dari tiga batalyon Linud yang berada di bawah Brigade Infanteri Lintas Udara 17/Kujang I, Divisi Infanteri 1/Kostrad.

Dua batalyon lainnya, yaitu Yonif Linud 328/Dirgahayu yang berlokasi di Cilodong, dan Yonif Linud 305/Tengkorak yang berlokasi di Karawang. Yonif Linud ini Berdiri pada tanggal 25 April 1952, dengan kekuatannya meliputi 4 kompi, yaitu Kompi Senapan A, Senapan B, Senapan C, dan Kompi Bantuan. Masing-masing kompi beranggotakan rata-rata 146 prajurit.

Markas Komando (Mako) Yonif Linud 330/Kostrad berada di Desa Mandalawangi, Kec. Nagreg, Kabupaten Bandung, Jawa Barat.

IMG_2985

IMG_3019

13

Tanggal 25 Agustus 2015, Prajurit Yonif Linud 330/Tri Dharma Kostrad secara resmi dilantik sebagai Para Raider yang dilaksanakan dipantai Desa Cijeruh, Kecamatan Pamengpeuk, Kabupaten Garut Jawa Barat, dipimpin oleh Pangdivif-1 Kostrad dan turut hadir Menteri Pertahana RI Jenderal TNI (Purn) Ryamizard Ryacudu.

Sejarah lahirnya Yonif Para Raider 330/Tridharma, diawali dengan kedatangan Batalyon 718/Tengkorak Putih ke Jawa Barat, 3 April 1952. Batalyon 718/Tengkorak Putih merupakan gabungan eks KNIL Infanteri 25/Tengkorak Putih di Jawa Tengah dan Eks KNIL Infanteri I dan VIII di Jawa Barat. Selanjutnya, Batalyon 718/Tengkorak Putih direorganisasi ke satuan-satuan Teritorium III yang kemudian ditetapkan menjadi Batalyon 330 pada 25 April 1952. Pada 3 Juni 1987, ditetapkan menjadi Yonif Linud 330/Tridharma. Mereka adalah Pasukan Pemukul Reaksi Cepat TNI.

Sumber:
Wikipedia.org
pararaider330.com
brigiflinud17.mil.id / JKGR.

Kisah Pasukan Tank TNI dan Ukulele

  tank

Anda tentu masih ingat dengan film fury yang belum lama ini, diputar di bioskop-bioskop Indonesia. Akting Brad Pitt yang menjadi komandan tank saat perang dunia II mendapat pujian para penggemar film perang.

Salah satu adegan film menggambarkan empat buah Tank milik AS menggempur barisan pertahanan tentara Jerman yang diperkuat meriam antitank. Tank-tank Sherman itu menjadi ujung tombak penyerangan sementara pasukan infanteri berlindung di belakang tank.

Kisah bak Film Fury itu juga terjadi di Indonesia. Saat itu pasukan TNI tengah menghadapi pemberontakan Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia (PRRI) tahun 1958.

Dalam sebuah pertempuran, dua batalion (sekitar 1.600 orang) pasukan PRRI bertahan di dataran tinggi Lubuk Bagalung, sebelah selatan Kota Padang. Pasukan TNI diperintahkan merebut pertahanan PRRI.

Letnan Kolonel Pranoto Reksosamodra memimpin serangan tersebut. Dia mengerahkan semua kekuatan milik TNI. Dari arah laut, kapal-kapal perang TNI AL membombardir pertahanan musuh. Sementara pesawat Mustang Angkatan Udara memberikan bantuan tembakan udara menghancurkan perkubuan senapan mesin. Serangan juga dilakukan meriam-meriam artileri.

Namun serangan darat bertumpu pada serangan empat buah tank stuart. Skadron Tank itu dipimpin Letnan Satu Broery, seorang perwira asal Maluku.


Di samping tank-tank itu, pasukan baret merah dan Raider bergerak ikut menghancurkan musuh.

Letkol Pranoto sangat terkesan dengan keberanian Letnan Broery. Tanpa rasa takut sedikit pun Broery duduk di atas kubah tank sambil main ukulele atau gitar kecil. Dia terus melagukan lagu perang Hela Arumbai selama pertempuran.

“Selama ukuleleku masih bisa kalian dengar, maka skadron kita tidak boleh berhenti menyerang,” kata Pranoto menirukan perintah Broery yang jantan pada anak buahnya.

Benar saja, Tank Stuart itu terus menderum maju. Menghujani perkubuan musuh dengan senapan mesin. Hanya butuh dua jam untuk merebut Lubuk Begalung dan menghancurkan dua batalion pasukan PRRI.

Pranoto tersenyum bangga pada Letnan Broery. Dia mencatat sama sekali tak ada korban jiwa di pihak TNI dalam serangan itu.

Pengalaman pribadi Pranoto ini kemudian disunting Imelda Bachtiar dalam Buku Catatan Jenderal Pranoto dari RTM Boedi Oetomo sampai Nirbaya yang diterbitkan Kompas tahun 2014.

“Peristiwa ini sangat berkesan dan satu-satunya pertempuran yang tak pernah kulupakan dalam hidupku,” kata Pranoto sambil mengenang Letnan Broery dan lagu Hela Arumbai.
 

Rabu, 04 November 2015

Hugin 1000 AUV: Drone Bawah Laut TNI AL, Mampu Menyelam Hingga 3.000 Meter

Fig21KMHuginBM326

Tentu masih hangat dalam ingatan musibah hilangnya pesawat Malaysia Airlines (MAS) MH370 pada 8 Maret 2014 di Samudera Hinda. Beragam upaya dan kerjasama internasional menjadikan pencarian pesawat Boeing 777-200 ER ini sebagai aksi SAR terbesar sepanjang sejarah dunia. Meski hingga hari ini belum juga ditemukan titik terang keberadaan kotak hitam, usaha keras terus dilakukan. Setelah pencarian lewat udara dirasa nihil, terakhir diturunkanlah wahana AUV (Autonomous Underwater Vehicle) jenis Bluefin-21 yang dioperasikan AL AS.

Sebagai AUV, Bluefin-21 buatan Bluefin Robotics bisa diartikan sebagai robot kapal selam, atau drone bawah laut. Resminya Bluefin-21 diturunkan sejak 8 April 2014. Karena kedalaman laut di area pencarian yang mencapai ribuan meter, wahana AUV inilah yang jadi satu-satunya harapan untuk menemukan jejak MH370. Dengan kelengkapan beragam sensor pendeteksi logam, Bluefin-21 sanggup menyelam hingga 4.500 meter. Namun sampai tulisan ini diturunkan, hasil pencarian Bluefin-21 masih nihil.

Bluefin-21
Bluefin-21

Tapi yang jadi menarik tentu adalah keterlibatan AUV, ditangan angkatan laut, peran utamanya memang untuk riset dan observasi di bawah laut. Namun AUV juga moncer diserahi tugas untuk mendeksi keberadaan ranjau yang ‘tidur’ di dasar permukaan laut. Nah, Indonesia nyatanya juga punya AUV. Wahana canggih ini ikut didatangkan sebagai kelengkapan kapal hidro oseanografi terbaru TNI AL dari jenis OCEA OSV190 SC WB, yakni KRI Rigel 933 dan KRI Spica 934. Yang keduanya sudah tiba di Tanah Air belum lama ini.

hugin321022014

Norway-Kongsberg-Maritime-Delivers-HUGIN-1000-AUV-Package-to-DOF-Subsea

Sebagai kapal riset canggih, KRI Rigel 933 dan KRI Spica 934 dirancang untuk mampu mengumpulkan data di laut dalam (deep water). Untuk menunjang operasinya, kedua kapal yang juga dipersenjatai kanon Rheinmetall 20 mm ini dibekali dengan ROV (Remotely Operated Vehicle) Ocean Modules’ V8, robot bawah air yang dilengkapi kamera bawah air, sehingga dapat memberikan informasi visual kondisi di dalam laut, serta mampu mengambil contoh material dasar laut sebagai bahan penelitian. ROV dioperasikan via kabel sampai maksimal kedalaman 500 meter.

Sementara untuk misi menjelajah lebih dalam lagi, ada AUV jenis Hugin 1000 buatan Kongsberg Maritime, Norwegia. Secara umum, Hugin 100 dan Bluefin-21 punya kemampuan yang serupa, meski kedalaman maksimal Hugin 1000 adalah 3.000 meter, Bluefin-21 lebih unggul soal kedalaman hingga 4.500 meter.

Hugin1000hugin-1000-2-500x182

Sejatinya AUV tak melulu digunakan untuk misi perairan dalam, AUV dapat diperankan untuk misi buru ranjau di laut dalam dan dangkal. Deployment lebih jauh mampu mendukung peran AKS (Anti Kapal Selam), operasi surveillance and reconnaissance. Dan dalam situasi dalam, AUV lebih ditekankan untuk misi hidro oseoanografi dan beragam penelitian.

Proyek Hugin 1000 mulai dikembangkan pada awal tahun 1990, dan mulai memasuki dinas militer sejak tahun 2001. Dari sisi rancangan, Hugin 1000 punya desain yang kompak dan bentuk hidrodinamik. Materialnya terbuat dari bahan carbon fibre laminate dan syntactic foam. Hugin 1000 punya panjang 4,5 meter dan diameter 0,75 meter. Sementara bobotnya bervariasi dari 650 kg dan 850 kg, ini bergantung pada konfigurasi pada payload. Tentang payload, perangkat yang bisa dibawa Hugin 1000 mencakup multiple advanced acoustic, multi-beam echo-sounders, sub-bottom profilers, sidescan sonars, conductivity temperature density, turbidity sensor, acoustic doppler current profiler, dan fishery research sonars. Multi-beam echo-sounders digunakan untuk pemetaan topografi bawah laut.

Kongsberg-Maritime-Fugro-Orders-Hugin-AUVs-Norwayhugin-500x150

Lantas bagaimana dengan sistem kendalinya? Hugin 1000 dapat sepenuhnya dioperasikan dioperasikan secara otonom (autonomous), semi otonom, atau bisa juga dikendalikan langsung. Wahana ini menawarkan observasi penuh bagi operator di permukaan dengan akurasi data yang tinggi. Untuk integrasi sistem terdapat NavP (navigation processor) advanced real-time, inertial navigation system (AINS), doppler velocity log (DVL), ultra short base line (USBL), inertial measurement unit (IMU), depth sensor dan global positioning system (GPS). Hebatnya setelah selesai menjalankan operasi, dan AUV dinaikan ke atas dek kapal, output data dapat langsung di download lewat jaringan ethernet dan WiFi.

Fig22KMHugin3000Cartoon1l-image

Sumber tenaga Hugin 1000 dipasok dari motor propulsi bertenaga baterai pada bagian belakang. Untuk menjelajah,AUV ini dilengkapi sistem kendali kemudi dan tiga bilah baling-baling. Kecepatan Hugin 1000 ada di rentang 2 – 6 knots. Hugin 1000 dapat dioperasikan sehari penuh pada kecepatan 4 knots. Secara terori, Hugin 1000 dapat beroperasi di kondisi laut hingga sea state 5. Selain digunakan Indonesia dan Norwegia, Hugin 1000 yang berstandar NATO ini juga telah digunakan oleh AL Polandia dan Italia.

Selain memasok AUV, Kongsberg juga memasok sistem GeoAcoustics’ Sonar 2094 side-scan sonar pada sisi KRI Rigel 933 dan KRI Spica 934. Nama Kongsberg juga taka sing di lingkungan TNI AL, pasalnya vendor ini juga memasok teknologi combat management system pada kapal selam terbaru TNI AL, Changbogo Class yang tengah dibangun di Korea Selatan. (Haryo Adjie)
 

Berapa Biaya Flanker TNI AU untuk Sekali Terbang ?

  Sukhoi SU-27/30 MKI Flanker
Sukhoi SU-27/30 MKI Flanker

Dalam beberapa waktu terakhir TNI AU dipaksa melesatkan sepasang SU-30/27 untuk mencegat dan memaksa pesawat asing yang masuk ke wilayah Indonesia tanpa izin mendarat. Berapa biaya yang dihabiskan untuk menggerakkan Flanker tersebut?

Biaya operasional Sukhoi SU-27/30 MKI Flanker sekali melakukan manuver di udara sekitar Rp100 juta untuk setiap unitnya dalam satu jam. Jika dua unit tinggal dikalikan dua dan dikalikan durasi operasinya berapa jam. Untuk pencegatan pesawat asing beberapa waktu terakhir, TNI AU harus menggelontorkan tidak kurang dari Rp400 juta untuk dua pesawat dalam satu kali operasi.

Pesawat Sukhoi SU-27/30 MKI Flankers tiga kali melakukan penyergapan dan melakukan pendaratan paksa (force down) pesawat asing yang masuk wilayah udara Indonesia tanpa izin. Kasus pendaratan paksa Gulfstream IV dengan No HZ-103 milik Saudi Arabian Airlines di Lanud Eltari, Kupang, adalah contoh terakhir.

Adapun, denda untuk pesawat asing yang melintas secara ilegal berdasarkan UU Penerbangan hanya Rp 60 juta. Karena itu, TNI AU merasa tekor kalau aturan yang ada tidak diubah. Belum lagi, prajurit TNI AU tidak memiliki kewenangan untuk melakukan penyelidikan. Sehingga, hal itu selalu menyulitkan dalam menyelidiki motivasi pilot asing yang melanggar masuk wilayah NKRI.

Jika dihitung-hitung memang tidak sebanding antara biaya dan denda. Tetapi untuk menjaga kedaulatan dan kehormatan bangsa tidak ada kata mahal. Berapapun harus kita bayar daripada kita dilecehkan negara lain.