Selasa, 13 Oktober 2015

Paskhas Berencana Membeli Rantis Lapis Baja Pindad

  Sherpha0a
Rantis lapis baja Elang 4×4 buatan Pindad (ilustrasi)

Korps Pasukan Khas (Korpaskhas) TNI Angkatan Udara berencana melakukan pengadaan ratusan kendaraan taktis (Rantis) lapis baja untuk membantu pertahanan pangkalan udara sekaligus mobilisasi personel.

Terkait pengadaan ini, Direktur Utama PT Pindad Silmi Karim mendatangi Markas Komando Korpaskhas di Lapangan Udara Sulaiman, Margahayu, Bandung, beberapa hari lalu. Kunjungan ini merupakan kunjungan balasan setelah Komandan Korpaskhas Mareskal Muda TNI Adrian Wattimena berkunjung ke PT Pindad di Jalan Gatot Subroto, Bandung, awal 2015 lalu.

“Setelah kami melihat kemampuan rantis yang dipamerkan saat menyambangi Pindad, kami merasa rantis itu cocok dalam mendukung tugas Korpaskhas,” ujar Adrian, melalui keterangan tertulis yang diterima Kompas.com, Senin (12/10/2015) pagi.

150209_1479619386025_1099997681_31092540_1284379_n
Rantis Arwana buatan Pindad


Rantis lapis baja yang mirip dengan Baracuda milik Polri tersebut rencananya difungsikan untuk dua tujuan. Pertama, bantuan pertahanan serta mobilisasi personel. Kedua, antisipasi kontijensi berupa perebutan pangkalan udara.

“Standarnya, memang harus ada rantis baja untuk melindungi alutsista di pangkalan udara di seluruh Indonesia,” ujar Adrian.

Rencananya, rantis baja tersebut akan ditempatkan di sembilan batalyon TNI AU di seluruh Indonesia, yakni dua batalyon di Jakarta, sementara sisanya masing-masing satu batalyon ada di Makassar, Malang, Madiun, Pontianak, Kalimantan Utara, Medan dan Biak.

Direktur Utama PT Pindad Silmi Karim mengapresiasi rencana pengadaan rantis baja tersebut.
“Saya saya sudah menyampaikan rencana tersebut kepada Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu,” ujar Silmi

Kompas

Sabtu, 10 Oktober 2015

(Video) Kudeta sukarno dan kebohongan sejarah

Kudeta sukarno dan kebohongan sejarah #1


Kudeta sukarno dan kebohongan sejarah #2


Kudeta sukarno dan kebohongan sejarah #3


Kudeta sukarno dan kebohongan sejarah #4


Kudeta sukarno dan kebohongan sejarah #5


Youtube

Bung Karno Dihadiahi Kepala Tentara Belanda Penuh Darah

Bung Karno Dihadiahi Kepala Tentara Belanda Penuh Darah
Bung Karno dan salah satu tentara Belanda (VIVA.co.id / Dody Handoko) 
 
Suasana Indonesia pada 1948, umumnya, masih dipenuhi dengan aksi-aksi gerilya melawan Belanda yang ingin kembali menancapkan pengaruh di Indonesia.
Aksi-aksi gerilya oleh pejuang Indonesia hampir merata, termasuk di Sumatera dan pulau-pulau kecil sekitarnya, seperti Pulau Tello yang berada di sekitar kepulauan Nias Sumatera Utara. Kebetulan Bung Karno memiliki sekretaris yang berasal dari pulau tersebut. Dalam buku Total Bung Karno karya Roso Daras diceritakan, suatu ketika sekretaris dari Pulau Tello itu, tidak disebutkan namanya termasuk dalam buku Biografi Soekarno Penyambung Lidah Rakyat Indonesia karya Cindy Adams. Ia mohon pamit kepada Presiden Soekarno untuk bergabung dengan gerilyawan, masuk hutan, dan membaur dengan rakyat, melawan Belanda.
 
Saat itu, perlawanan gerilya pejuang Indonesia dikomandoi oleh Panglima Jenderal Sudirman. Bung Karno tidak bisa menolak keinginan sekretarisnya itu, maka diizinkanlah ia keluar istana bergabung bersama gerilyawan.
 
Perang terus berjalan, begitu pula pemerintahan tetap terus berjalan yang saat itu beribukota di Yogyakarta. Kebetulan saat itu, Presiden Soekarno belum ditangkap dan diasingkan Belanda (terjadi pada Agresi Militer Belanda II 19 Desember 1948).
 
Sehingga komunikasi dengan para gerilyawan tetap terjalin untuk mengetahui perkembangan perjuangan di lapangan. Perjuangan pejuang Indonesia kemudian juga menjadi perhatian dunia yang mulai mengecam tindakan Belanda.
 
Suatu ketika, sekretaris Bung Karno yang berasal dari Pulau Tello Nias itu datang secara khusus ke istana, menemui sang Presiden dengan membawa keranjang. Barangkali menurut Bung Karno keranjang tersebut berisi buah tangan.
 
Hal itu memancing rasa penasaran "Apa isi keranjang itu?" tanya Bung Karno. Sekretaris kemudian balik melontarkan pertanyaan, "Bapak betul-betul mau melihatnya?" tanyanya, yang kemudian dijawab oleh Bung Karno dengan tegas "ya mengapa tidak."
 
Mantan sekretarisnya itu kemudian membuka penutup keranjang lalu dikeluarkan kepala tentara belanda yang masih berdarah-darah. Kepala tersebut digelindingkan hingga ke dekat kaki Bung Karno, seraya berkata "Inilah tanda kemenangan saya pertama pak, oleh-oleh untuk bapak" teriaknya dengan riang.
 
Seakan ia ingin menunjukkan keberhasilannya dalam bergerilya, mengoleh-olehi Bung Karno dengan kepala tentara belanda yang ia pancung.
Bagaimana reaksi Bung Karno? Seketika ia merasa kaget dan mungkin agak sedikit jijik, "Bawa keluar...bawa keluar!!" begitulah reaksinya setelah melihat kepala digelindingkan dengan darah yang masih berdesir.

Viva. 

Bentuk 100 Juta Bela Negara Kemenhan Terhalang UU

Bentuk 100 Juta Bela Negara Kemenhan Terhalang UU
Peserta pendidikan bela negara melakukan atraksi pada upacara penutupan pendidikan pendahuluan bela negara di Kawasan Monas Jakarta, Kamis (25/9/2014). Foto: VIVAnews/Ikhwan Yanuar (VIVAnews/Ikhwan Yanuar)

Anggota Komisi I Dewan Perawakilan Rakyat Republik Indonesia, TB Hasanudin, mempertanyakan rencana Kementerian Pertahanan yang akan membentuk kader Bela Negara dengan jumlah 100 juta orang hingga 10 tahun ke depan.
Menurutnya, ada banyak masalah yang akan menghalangi rencana itu, di antaranya regulasi.

"Dasar hukum tentang Bela Negara ini belum lengkap. Bela negara baru ada dalam UUD 1945 pasal 30 ayat 1 yang menyatakan: 'Tiap tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pertahanan negara,' katanya melalui pesan elektronik yang diterima VIVA.co.id, Jumat 9 Oktober 2015.

Politisi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan ini menambahkan, dalam pasal yang sama pada ayat 5 dijelaskan. "Syarat-syarat keikut sertaan warga negara dalam usaha pertahanan dan keamanan diatur dengan Undang-undang," katanya.

Selian itu, menurutnya, undang-undang di atas diperkuat Undang-undang nomor 3 tahun 2002, tentang Pertahanan Negara. Di mana, dalam pasal 9 ayat 3 disebutkan: 'Ketentuan mengenai pendidikan kewarganegaraan, pelatihan dasar kemiliteran secara wajib dan pengabdian sesuai dengan profesi diatur dengan undang-undang'.

"Jadi, sampai sekarang kita belum memiliki Undang-undang Bela Negara, sehingga peraturan-peraturan pendukungnya, seperti Perpres (Peraturan Presiden), atau Keppres (Keputusan Presiden) masih belum jelas. Tanpa Undang-undang Bela Negara dan tanpa aturan pendukungnya, akan sulit mewujudkan kebijakan dan upaya bela negara itu," katanya.

Selin itu, purnawirawan jenderal bintang dua ini melihat kapitas yang dimiliki Tentara Nasional Indonesia tidak sesuai dengan keinginan Kemenhan.  "Dilihat dari targetnya ini, berarti 10 juta orang per tahun, atau 833 ribu orang/bulan. Jumlah ini sangat fantastis dibandingkan dengan sarana pelatihan yang dimiliki oleh Badiklat (badan pendidikan dan latihan) Kemenhan yang hanya mampu menampung 600 orang saja," katanya.

Viva.

Close Up Video] Penembakkan Roket MLRS RM70 Grad 120mm Marinir TNI AL


18932

Bila ada yang bertanya, jenis senjata apa yang punya daya rusak atau daya hancur paling tinggi dalam sekali aksi? Meski jawabannya bisa beragam, tapi salah satu yang pasti adalah (multiple launcer rocket system). Armed TNI AD dan Korps Marinir TNI AL pun tak asing mengoperasikan MLRS, terlebih self propelled MLRS. Meski ada yang terbaru ASTROS II MK6 Armed TNI AD, tapi yang sudah teruji dalam operasional dan juga sering tampil adalah RM70 Grad, MLRS pengusung roket kaliber 122 mm buatan Cekoslovakia.


BHtJRmICQAAXu5z


Dan ikut memeriahkan HUT TNI ke-70, 5 Oktober lalu di Dermaga Indah Kiat, Cilegon, Banten, baterai RM70 Armed Korps Marinir TNI AL berhasil membetot perhatian khalayak. Untuk pertama kalinya dimuka umum, 3 unit RM70 dengan platform truk Tatra 813 Kolos berpenggerak 8×8, dimuntahkan roket secara salvo dalam simulasi pertahanan pantai.


Sebagai salah satu alutsista yang tergolong lethal weapon dengan daya hancur tinggi, aturan pengoperasian RM70 Grad sangat ketat. Karena efek semburan roket yang cukup besar, saat penembakan tak seorang awak pun diizinkan berada dalam kawasan seluas 150×60 meter di dekat kendaraan. Efek dahsyatnya semburan roket memang luar biasa, bebatuan di kawasan seluas 16×25 meter bisa berhambur keras ke segala arah.

Nah, jika mau lihat betapa dahsyatnya efek tembakan RM70 Grad dari jarak dekat pada HUT TNI lalu, silahkan simak rangkaian video dibawah ini:







Waktu untuk melakukan satu kali rangkaian penembakan (salvo) sekitar 18 sampai 22 detik, dengan tempo jeda antar roket 0,5 detik.Saat dipakai untuk menghajar target dengan jarak maksimum 20,75 km, butuh waktu 77 detik untuk menghabiskan 40 roket tanpa henti. Tiap roket RM70 dapat mengubah status operasionalnya dari kondisi lintas di jalan raya ke posisi siap tembak dalam tempo 2,5 menit. Sementara proses kebalikannya sedikit lebih lama, yakni 3 menit.

Loading roket ke tabung peluncur
Loading roket ke tabung peluncur

Inilah sosok roket RM70
Inilah sosok roket RM70

Panjang roket RM70 hampir sama dengan panjang tabung peluncur. Agar gerakan stabil, setiap roket punya empat sirip ekor. Paduan sirip dan gerak putar pelan membuat tingkat akurasi pada target cukup tinggi. Ada 3 jenis roket amunisi RM70, masih dalam koridor kaliber 122mm, ada yang berhulu ledak HE (high explosive)-fragmentation, ada roket Agat berhulu ledak kargo dengan memuat bom mini, kemudian ada roket Krizna, yakni berhulu ledak kargo yang isinya ranjau anti tank.

Setiap roket punya bobot 66 kg. Komponennya terdiri dari hulu ledak seberat 18,3 kg, lalu ada motor roket dengan double base solid propellant seberat 20,5 kg. Sisanya adalah cangkang roket. Dimensi panjang roket keseluruhan adalah 2,88 meter dan lebar rantang sirip 0,226 meter. Dengan kecepatan jelajah 2.516 meter per jam, maka jarak jangkau roket bisa mencapai 20,75 km. Saat terdetonasi, hulu ledak bisa menghamburkan 3.150 serpihan kecil baja yang terserak hingga radius 28 meter. Mau tahu seberapa besar area kehancuran dari RM70? Jika diopersikan secara tepat, dipastikan area seluas 3 hektar akan luluh lantak akibat ulah roket multi laras ini. (Haryo Adjie)


Indomil.

Kontingen Garuda Tampilkan Seni Budaya dan Makanan Khas Indonesia

Kontingen Garuda/Tribunnews
Kontingen Garuda/Tribunnews

Disamping melaksanakan tugasnya sebagai pasukan perdamaian PBB, Prajurit TNI yang tergabung dalam Kontingen Garuda Unifil 2014-2015 bersama dengan para prajurit dari negara-negara yang tergabung dalam Pasukan Perdamaian di Lebanon serta keluarga besar LAF (Lebanon Armed Force) melaksanakan kegiatan ramah tamah, dengan menampilkan kesenian dan budaya asli masing-masing negara peserta pada acara Family Day yang diadakan oleh Unifil (United Nations Interim Force In Lebanon) khususnya yang bertugas dibawah Komando Sektor Timur, bertempat di Hangar Sektor Timur Unifil, Lebanon Selatan, Rabu (7/10/2015).

Kontingen Garuda melalui personel Cimic (Civilian Military Cordination) Satgas Batalyon Mekanis TNI Kontingen Garuda XXIII-I/Unifil atau Indobatt (Indonesian Battalion) turut serta di dalam kegiatan Family Day dengan menampilkan kesenian budaya Indonesia seperti Tari Topeng Ireng, Sisingaan dan Jaipong, serta menyajikan makanan tradisional khas Indonesia diantaranya Combro, Misro, Dadar Gulung dan Pisang Molen.

Selain mengundang seluruh negara-negara yang bertugas di bawah komando Sektor Timur, kegiatan yang diadakan rutin oleh Unifil setiap tahunnya, kali ini mengundang seluruh keluarga besar Lebanon Armed Force beserta seluruh anggota keluarganya yang sebagian besar terdiri dari istri, anak-anak dan orang tua para Tentara Lebanon.(Tribunnews)

Dirayu AS, TNI AU tak akan berpaling dari Sukhoi Su-35

Pesawat Jet Tempur F16 TNI AU
Pesawat Jet Tempur F16 TNI AU


Beberapa hari lalu, produsen pesawat terbang asal Amerika Serikat, Lockheed Martin secara khusus datang ke Indonesia untuk memamerkan jet tempur F-16 varian terbaru. Tanpa sungkan, mereka berharap Kementerian Pertahanan dan TNI Angkatan Udara berpaling dari Sukhoi dan membeli F-16 Viper.

Meski demikian, TNI Angkatan Udara menyatakan tak akan menghentikan rencana pembelian pesawat Su-35 dari pabrikan Rusia, Sukhoi. TNI AU beralasan, jet tempur Su-29 dan Su-30 yang sudah dimiliki adalah faktor yang membuat mereka tak mau berpaling ke produk lainnya.

“Enggak, plan (rencana) sudah Sukhoi. Mungkin alasannya apa, banyak alasan. Tapi yang pertama adalah kesinambungan dalam pemeliharaan. Sebelumnya sudah ada Su-29/30 jadi dengan punya Su-35 kan sistem berlanjut,” papar Kadispenau Marsekal Pertama Dwi Badarmanto saat dihubungi merdeka.com, Jumat (9/10).

Menurutnya, Sukhoi memiliki sejumlah keunggulan dibandingkan dengan jet tempur buatan negara-negara lainnya. Salah satunya adalah sistem persenjataan yang terpasang pada Sukhoi.

“Pada Sukhoi, sistem senjata lebih comfort (nyaman), lebih baik dibandingkan dengan yang lain. Jadi, kami lebih memilih Sukhoi,” tegas dia.

Di sisi lain, TNI AU pembelian Su-35 tersebut membuat perawatan terhadap jet tempur lainnya relatif lebih mudah. Sebab, pengadaan suku cadang dan cara merawatnya dinilainya tidak jauh berbeda.

“Tapi kalau kebijakan pemerintah lain (melirik F-16, red) kami enggak tahu, tapi TNI AU sebagai pengguna tetap pilih Sukhoi 35,” tutupnya. (Merdeka)