Kamis, 10 September 2015

Singapura Harus Diberi Pelajaran

  F-16 RSAF
F-16 RSAF

TNI menolak keras latihan tempur yang dilakukan Singapura di wilayah Indonesia lantaran belum adanya kesepakatan kerja sama militer (Defense Cooperation Agreement) antara dua negara. Indonesia masih tetap bersikeras hanya akan memberikan izin latihan militer Singapura jika Negeri Singa itu menyepakati klausul ektradisi.
“Kesepakatannya kan jadi satu dengan ekstradisi, Singapura belum setujui ya kita juga nggak setuju. Segitu kerasnya. Kami ingin jadi satu dengan ekstradisi sehingga belum ada ratifikasi (Defense Cooperation Agreement),” ujar Kepala Staf Angkatan Udara Marsekal Agus Supriatna di Istana Kepresidenan, Selasa (8/9/2015).
Singapura diketahui kerap melakukan latihan militer di wilayah Indonesia lantaran negeri itu tidak memiliki wilayah udara yang cukup luas. Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo pun memastikan akan mengusir pasukan Singapura itu lantaran belum menyampaikan izin ke pemerintah Indonesia.
Namun, upaya pengawasan teritori di Indonesia menghadapi kesulitan. Ini disebabkan Singapura menguasai sistem Flight Information Region (FIR) atau sistem pelayanan udara untuk wilayah udara Indonesia di sekitar Natuna dan perbatasan Kalimantan Utara dengan Serawak, Malaysia.
KSAU Marsekal Agus Supriatna
KSAU Marsekal Agus Supriatna
Menurut Marsekal Agus, penguasaan Singapura terhadap FIR di kawasan Indonesia itu terjadi karena semenjak merdeka Indonesia belum memiliki teknologi yang cukup untuk memberikan pelayanan udara yang bisa memberikan keselamatan arus lalu lintas penerbangan.
Akan tetapi, Marsekal Agus memastikan bahwa Indonesia akan tetap menjaga teritorinya meski pun FIR dikuasai Singapura.
“Sehingga untuk awasi kedaulatan kita, kita standby-kan pesawat tempur kita di sana. Dan ini akan segera akan dibangun lagi, terutama pangkalan di Natuna, sehingga itu seperti dulu lagi lah, pesawat tempur kita bisa stand by di sana sehingga kita bisa awasi wilayah kita,” ucap dia.

Kompas.com

Panglima: Mimpi Beli Sukhoi Su-35 Jangan Pakai Sawit

Pesawat Tempur Sukhoi Su-35.
Pesawat Tempur Sukhoi Su-35.

Usai melakukan pengecekan di beberapa markas batalion dan satuan TNI AU, TNI AD, dam TNI AL, Menteri Pertahanan Jenderal (Purn) Ryamirzad Ryacudu, memastikan akan menggelar perjanjian dengan Rusia, terkait pembelian pesawat tempur Sukhoi Su-35 pada bulan September ini.
Meski demikian, Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo mengaku pihaknya belum mengetahui hasil pertemuan tersebut.
“Tidak benar itu (Sukhoi mau datang), terkait perjanjiannya belum, sebab semua ada prosedur. TNI hanya siapkan kebutuhan,” ujar Gatot di Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, Kamis (10/9/2015).
Mantan KSAD itu menambahkan, sebagai pesawat tempur tercanggih didunia saat ini, pasti semua prajurit AU menginginkan pembelian burung besi yang acap disebut ‘Super Flanker’ tersebut.
Namun Gatot menegaskan, belanja alutsista harus dilakukan dengan cermat. Ia tidak ingin adanya barter pesawat Sukhoi dengan kelapa sawit, seperti di periode lampau.
“Ya semua mimpi AU, inginnya punya Sukhoi 35, karena tercanggih itu. Kita butuh sebanyak-banyaknya. Kalau tukar Sukhoi pakai sawit, nanti masalahnya dapat pesawat doang, tak ada pelurunya. Main-mainan dong,” imbuhnya.
Gatot pun mengapresiasi langkah Menhan yang melakukan pemeriksaan ke tiap matra. Ia menyebut, sikap sang menteri juga sekaligus sebagai nostalgia sebagai mantan prajurit. Ia pun berharap adanya penambahan alokasi anggaran ke korps militer.
“Menhan melihat keperluan apa saja yang dibutuhkan TNI. Sambil nostalgia mungkin. Harapannya kalau Menhan lihat kan, ada tambahan dana ke TNI. Dan itu tidak salah, kan? wartawan main ke angkatan, salah tidak? Kan sama saja sama Menhan,” pungkasnya. (Okezone)

Panglima Pastikan Usir Pesawat Tempur Singapura dari Natuna

panglima tni

Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo memastikan, TNI AU mengusir seluruh pesawat tempur Singapura yang menggelar latihan di udara Kepulauan Natuna, Kepulauan Riau.
Negara Singa itu diketahui menjadi pengelola navigasi udara atau Flight Information Region (FIR) di Kepulauan Natuna, sejak 1946. Padahal kawasan itu merupakan wilayah Indonesia.
“Dalam hal ini Singapura menentukan danger area (area berbahaya), saya ulangi Singapura menentukan danger area, dan danger area ini hanyalah untuk keselamatan. Tidak boleh dilakukan untuk latihan militer, saya ulangi tidak boleh untuk latihan militer,” tegas Gatot di Kantor Presiden, Jalan Medan Merdeka Utara, Jakarta, Selasa (8/9/2015).
Gatot menjelaskan, di dalam regulasi Annex 11 ayat 2 Pasal 1 poin 1, Flight Information Region (FIR) boleh diberikan kepada negara lain tetapi hanya terbatas pada operasional pengendalian navigasi udara.
“Kalau sudah melakukan latihan militer tanpa izin Indonesia karena sudah masuk wilayah Indonesia. Itu adalah melanggar Annex 11 karena tidak ada kaitannya dengan kedaulatan,” tutur dia.
Lebih lanjut, Gatot menuturkan Indonesia dan Singapura memiliki perjanjian Military Tranining Area yang rampung pada 2007. Perjanjian itu kemudian diganti dengan Defence Cooperation Agreement (DCA). DCA diteken oleh Menteri Pertahanan era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Namun, pada Pasal 10, perjanjian internasional tersebut harus diratifikasi oleh DPR.
“DPR belum menyetujui, karena itu Alfa 1 Alfa 2 Bravo, itu tidak berlaku dan masih wilayah NKRI,” ujar Gatot.
Dengan demikian, pesawat-pesawat tempur udara bisa melewati DCA, tanpa ada klausul untuk laporan ke Singapura. “Ini yang saya tegaskan karena terjadi kerancuan, ini yang perlu kami sampaikan,” pungkas dia.
Oleh sebab itu, pemerintah segera mengambilalih FIR wilayah udara sektor ABC tersebut dari Singapura. Kebijakan itu dilakukan agar pengelolaan wilayah udara RI 100 persen dikontrol otoritas Indonesia.
“Sehingga ruang udara kita dapat dikelola sendiri oleh Indonesia. Selama ini Singapura ditugaskan untuk mengelola up air Natuna yang berbatasan dengan Singapura dan Malaysia,” ujar Menteri Perhubungan Ignasius Jonan.
Sekadar untuk diketahui, ruang udara Indonesia di atas Kepulauan Riau yang selama ini dikenal dengan sektor A, B dan C adalah wilayah udara Indonesia yang dikelola Singapura. Beberapa upaya pengambil-alihan pernah dilakukan, namun belum berhasil.
Sistem FIR masih dikontrol oleh menara Air Traffic Control Singapura. Sehingga pesawat Indonesia yang terbang di area tersebut harus meminta izin kepada Singapura meskipun terbang di atas wilayah Indonesia.

Metrotvnews.com

M43 120mm: Mortir Kaliber Besar Era Operasi Trikora

13-pasmar1-apel-khusus
Keberadaan mortir memang tak bisa dilepaskan dari pergerakan tempur pasukan infanteri. Karena dinamika yang terjadi dalam pertempuran, mortir yang bertindak sebagai ‘artileri mandiri’ pada unit infanteri juga membutuhkan kaliber mortir yang memadai. Selain standar digunakan kaliber 40 mm, 60 mm, dan 81 mm, TNI juga pernah menggunakan mortir heavy barrel (kaliber besar) 120 mm yang ukuran kalibernya melampaui kaliber Howitzer TNI kebanyakan.
Mortir kaliber besar 120 mm sempat dioperasikan Korps Marinir (d/h KKO AL) pada masa operasi Trikora dan Dwikora. Sesuai jamannya, asalnya bisa ditebak, mortir 120 mm ini buatan Uni Soviet dengan label M43. Bagi mata awam, sosok mortir ini lebih menyurupai meriam tarik, pasalnya mortir M43 dilengkapi two wheel carriage. Menurut informasi, mortir kaliber jumbo ini dulu dioperasikan Resimen Bantuan Tempur Marinir TNI AL.
120130213143141
Dirunut dari sejarahnya, M43 dirancang Uni Soviet untuk menghadapi peperangan dengan NAZI Jerman. Desain terakhir dirampungkan pada akhir tahun 30-an. Sementara produksi M43 berlangsung dalam periode 1938 hingga 1960. Dari segi kemampuan, M43 dapat melepaskan tembakan antara 12 hingga 15 proyektil per menit. Untuk jarak tembak maksimum hingga 5.700 meter dan jarak tembak minimum 400 meter. Struktur M43 terdiri dari empat bagian utama, yakni laras, base plate, bipod, dan two wheel carriage. Mortir ini umumnya dioperasikan oleh enam awak. Untuk mobilitas, biasa digunakan light truck/jip.
Pada masanya, mortir ini menjadi ‘bintang’ saat berlangsung Perang Dingin. Populasi mortir ini terbilang besar, sebab tak hanya Uni Soviet yang memproduksi, M43 juga dibuat oleh Cina (Type 55) dan Mesir (UK2). Bahkan M43 juga ada yang dibuat khusus untuk pesanan Finlandia (120 Krh/38). Lain dari itu, sebabaran M43 hampir merata di negara-negara sahabat Soviet/Rusia. (Gilang Perdana)

Selasa, 08 September 2015

Menengok Corner Shot Israel, Senjata Marinir yang Bisa Dibengkokkan

Ribuan masyarakat Lampung bertumpah ruah memadati gelaran tahunan Pemerintah Provinsi Lampung Fair 2015 di PKOR Way Halim, yang diselenggarakan sejak Sabtu (5/9/2015).
Dari pantauan Tribun, masing-masing anjungan daerah menampilkan berbagai produk-produk khas unggulannya, serta ratusan pedagang kaki Lima dengan aneka jajanan yang turut memenuhi kawasan tersebut.
Camer shot
Corner Shot
Namun di antara stan yang ada, salah satu yang paling menarik dan ramai dikunjungi oleh pengunjung adalah stan Brigade Infanteri-3 Marinir Angkatan Laut.
Di sini tampak ratusan pengunjung yang asyik berfoto di kendaraan lapis baja, persenjataan tempur, maupun berpose dengan anggota marinir yang berpakaian tempur lengkap.
Beberapa yang terpajang pada stan Marinir tersebut di antaranya adalah Tank PT-76 (m) yang merupakan Tank Amfibi buatan Uni Soviet yang berfungsi sebagai misi pengintaian dan bantuan tempur.
Lalu ada Truk REO buatan Jerman tahun 1992, perahu karet (KEBO) yang dapat mengangkut sebuah kendaran militer, dan motor antik ARIEL NH 350 yang merupakan buatan Inggris produksi tahun 1940an.
Panitia Stan Marinir, Letkol Marinir Datuk Sinaga menuturkan, pada gelaran Lampung Fair 2015 ini, stan Marinir memamerkan beberapa material tempur yang dimiliki.
“Selain kendaraan tempur, kami juga memamerkan puluhan jenis senjata tempur laras panjang maupun laras pendek dari kaliber kecil sampai berkaliber besar, seperti pistol berkaliber 9mm berbagai jenis, sniper, mortir, dan banyak lagi,” ujarnya, Minggu (6/9/15).
Salah satu senjata yang paling spesial yang saat ini dipamerkan dan dimiliki oleh Marinir, lanjut Letkol Datuk Sinaga, adalah senjata Corner Shot buatan Israel, berkaliber 9 mm yang memiliki berat 3,86 kg, dengan jarak tembak maksimal 200 meter dan memiliki jarak tembak efektif sejauh 50 meter.
Senjata ini dipakai oleh Pasukan Khusus Intai Korps Marinir yang memiliki kelebihan pada ujung larasnya dapat dibengkokkan ke kiri dan kanan, serta dilengkapi kamera pula.
"Sehingga penembak dapat melihat sasaran melalui layar LCD kecil di pojok-pojok tembok tanpa terlihat oleh sasaran,” tuturnya.
Letkol Marinir Datuk Sinaga mengatakan, selain Corner Shot, Marinir juga memamerkan senjata spesial yaitu NTW, dan AGL 40mm.
“NTW merupakan senapan runduk antimaterial buatan Afrika Selatan yang menggunakan amunisi kaliber 14,5 mm dan 20 mm, yang digunakan sebagai anti personel dan anti tank. Lalu AGL 40 mm adalah, senjata berat yang dapat menghancurkan bangunan ataupun anti personel. Jadi senjata yang kita pamerkan disini ada sekitar 30 jenis dari berbagai varian kaliber,” ujar Datuk Sinaga.
Salah satu pengunjung stan Marinir, Bisma (34), mengatakan,dirinya sangat senang bisa mengunjungi Lampung Fair tahun ini.
“Saya kira pada gelaran kali ini, untuk stan-stan yang ada variasinya lebih bagus, kebetulan saya sangat suka dengan alutsista militer, saya lihat peralatan Marinir kita saat ini sangat canggih ya. Pokoknya saya gembira berkesempatan meilhat langsung perlengkapan tempur mereka,” ujarnya.

TNI minta tambahan anggaran Rp35 triliun

TNI minta tambahan anggaran Rp35 triliun
Panglima TNI Jenderal TNI Gatot Nurmantyo (tengah) bersiap mengikuti rapat dengar pendapat dengan Komisi I DPR di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Senin (7/9). Rapat perdana Jenderal Gatot dengan Komisi I itu membahas anggaran TNI serta isu-isu teraktual pertahanan di Indonesia. (ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay)
Karena dengan poros maritim, kita perlu keunggulan laut dan keunggulan udara."
Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo mengatakan institusinya meminta tambahan anggaran senilai Rp35 triliun untuk tahun anggaran 2016, yang disampaikan dalam Rapat Kerja dengan Komisi I DPR RI, Senin (7/9).

"Tahun 2016 TNI meminta tambahan anggaran sekitar Rp35 triliun," katanya di Ruang Rapat Komisi I DPR RI, Gedung Nusantara I, Jakarta, Senin.

Dia mengungkapkan ada dua faktor alasan institusinya mengajukan penambahan anggaran itu, pertama kenaikan nilai tukar rupiah terhadap dolar. Menurut dia, saat penyusunan APBN 2015, asumsi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS senilai Rp12.500.

"Saat ini nilai tukar rupiah terhadap dolar Rp14.000 lebih, sehingga bisa dihitung kenaikannya berapa persen (dibandingkan saat penyusunan APBN 2015)," ujarnya.

Kedua menurut dia, ada Peraturan Presiden nomor 87 tahun 2015 tentang Tunjangan Kinerja Pegawai di lingkungan TNI. Menurut dia, tunjangan kinerja di lingkungan TNI di tahun 2015 masih menggunakan aturan yang lama.

"Tunjangan kinerja TNI pada 2015 masih yang lama, ini salah satu faktor (alasan penambahan anggaran TNI)," katanya.

Dia menjelaskan sesuai dengan Minimum Essential Forces (MEF), setiap lima tahun atau pergantian pemerintah, program itu harus dievaluasi.

Menurut dia, evaluasi itu harus berdasarkan ancaman misalnya kebijakan pemerintah mengenai poros maritim.

"Lalu soal ancaman Laut Tiongkok Selatan dan penumpukan pasukan (AS) di Darwin. Maka hal itu perlu perlu ada evaluasi, mana yang perlu mendapatkan prioritas," ujarnya.

Dia mencontohkan TNI AU membutuhkan radar untuk deteksi udara dan perlu pesawat tempur seperti Sukhoi 35 dan pesawat angkut.

Selain itu dia mencontohkan TNI AL memerlukan kapal selam kelas kilo dan radar sehingga kebutuhan itu perlu menjadi prioritas.

"Karena dengan poros maritim, kita perlu keunggulan laut dan keunggulan udara," katanya.

Dia menilai keunggulan laut dan udara juga diperlukan untuk memperkuat penginderaan karena celah-celah wilayah Indonesia banyak berlubang dan belum terpayungi radar.

Selain itu Gatot mengatakan dalam RDP itu dirinya menjelaskan penyerapan anggaran TNI tahun 2015 hingga saat ini sebesar 56,64 persen dan itu dinilainya cukup baik.

Dia juga menjelaskan kepada Komisi I DPR RI terkait rencana institusinya agar penyerapan anggaran 2015 bisa mencapai 100 persen.

"Lalu saya jelaskan apa saja yang akan kami masukkan dalam Rencana Kerja dan Anggaran 2016," ujarnya.

Anggaran untuk Kementerian Pertahanan pada tahun 2016 direncanakan sebesar Rp95,91 triliun atau turun sekitar Rp7 triliun dari tahun 2015.
 

Apa dan Mengapa Hanggar Sukhoi Su27/30 Indonesia Vietnam

image
Hanggar Jet Tempur Sukhoi SU27/30 Vietnam
Angkatan Udara Irak di bawah Presiden Saddam Hussein hampir sepenuhnya kehilangan kekuatan udara untuk melawan Negara Multi-Nasional di hari awal Perang Teluk pecah, pada tahun 1991.
Seluruh pangkalan udara Irak serta di Kuwait (yang sudah dikuasai Irak) dilumpuhkan oleh Sekutu dengan rudal jelajah dan pesawat yang menghujani pangkalan dan hanggar pesawat sebelum perang darat dimulai.
Hanggar dengan beton bertulang yang sangat kokoh dibangun oleh Perancis di Ahmed Al Jaber Kuwait (diinvasi Irak) dihantam dengan bom yang presisi. Dengan demikian, kita dapat melihat, perang asimetris ini, Irak sebagai pihak yang lemah tidak memiliki cukup kekuatan untuk melindungi langit mereka, untuk mencegah atau menangkis, sehingga Irak harus membayarnya dengan mahal.
Apalagi kini bom presisi memiliki kontrol yang tepat dan kekuatan destruktif yang lebih mengerikan daripada awal tahun 1990. Jadi, apakah layak berinvestasi untuk membangun sesuatu yang mahal yang akan hancur sama sekali setelah pemboman atau tembakan rudal jelajah ?.
Hanggar pesawat Kuwait (yang telah dianeksasi Irak) terbuat dari beton kokoh oleh Prancis, namun hancur oleh serangan awal Multi Nasional, Perang Irak 1991
Hanggar pesawat Kuwait (yang telah dianeksasi Irak) terbuat dari beton kokoh oleh Prancis, namun hancur oleh serangan awal Multi Nasional, Perang Irak 1991
Lebih jauh lagi, sulit untuk membangun bandara militer skala modern, hanggar hanggar permanen seperti AS, Rusia, India India dan Israel, yang dilindungi oleh beberapa tingkat senjata.
Namun yang menjadi prinsip dasar, pesawat tidak bisa dibiarkan terkena hujan, sorotan matahari sepanjang tahun. Cuaca merupakan salah satu faktor yang berdampak pada senjata. Secara khusus, Vietnam dan Indonesia memiliki iklim umum tropis, dengan karakter udara panas dan lembab sangat tinggi.
Faktor ini sangat menakutkan, dan secara serius mempengaruhi kehidupan dan daya tahan pesawat, terutama akurasi peralatan elektronik canggih, jika perawatan tidak tepat, mungkin menyebabkan kerusakan, dan mengurangi kesiapan tempur dari pesawat.
Bagaimana untuk melestarikan pesawat Su-27/30 dalam kondisi terbaik, media menyimpan dan dapat dengan cepat mengevakuasi pesawat, senjata dan amunisi untuk mencegah peluang p mbalasan ketika dihadapkan dengan serangan udara?.
Jet tempur Sukhoi TNI AU, somewhere out there
Jet tempur Sukhoi TNI AU, somewhere out there
Angkatan Udara Vietnam dan Indonesia yang memiliki Su-27 / 30MK2, memilih alternatif hanggar dengan konstruksi baja prefabrikasi. Mengapa demikian?

Pertama, memenuhi persyaratan kerai penutup hujan.
Setelah terjadi perang asimetris, bandara udara militer akan menjadi tempat pertama dari penyergapan. Selain landasan pacu, apron, area penyimpanan pesawat akan menjadi prioritas dari serangan sejumlah besar amunisi lawan. Oleh karena itu, seperti dalam kasus Vietnam, hanggar belum tentu membutuhkan anti-bom, beton kokoh bertulang khusus yang harganya sangat mahal. Oleh karena itu, bangunan baja adalah pilihan yang optimal.
Shelter Jet Tempur SU 27/30 TNI AU
Shelter Jet Tempur SU 27/30 TNI AU

Kedua, memenuhi persyaratan cepat, murah.
Karena ini adalah produk murni untuk konsumen umum, perusahaan yang mengkhususkan diri dalam pembuatan bangunan baja dapat membuat dengan cepat dan harga terjangkau.
Ketiga, fleksibilitas dalam bentuk, aperture.
Kemampuan rentang bangunan yang bisa dibuat dengan mudah sesuai dengan kebutuhan dan ukuran pesawat.
Hanggar Pesawat TNI AU
Hanggar Pesawat TNI AU

Keempat, tahan gempa dan badai.
Perusahaan baja prefabrikasi membuatnya tidak ada dinding sehingga meminimalkan tekanan angin, dan juga memiliki deformasi struktural lebih baik dari beton, jadi jika perlu dibuat desain standar dan konstruksi yang akan menahan bencana apapun. Juga ketika diperlukan, bangunan baja prefabrikasi ini dapat dengan cepat dibongkar, pindah dan didirikan di lokasi lain dengan sangat mudah.
Jadi, tidak mengherankan, baik Vietnam dan Indonesia juga memilih bangunan baja sebagai solusi optimal untuk membangun hanggar yang berisi pesawat tempur Su-27SM dan Su-30MK2.

Binh Nguyen
soha.vn
Foto : Formil Kaskus