Rabu, 12 Agustus 2015

Dua Frigate Sigma 10514 Selesai 2017

  Frigate PKR Sigma 10514 PT Pal
Manajemen PT PAL Indonesia memastikan pembangunan dua unit Kapal Perusak Kawal Rudal 105 meter (PKR-10514) pesanan Kementerian Pertahanan akan selesai pada 2017, karena proses konstruksinya sudah mencapai 40%.
Demikian ditegaskan Direktur Utama PT PAL Indonesia (Persero), M Firmansyah Arifin, di Malang, seperti dilaporkan oleh LKBN Antara. Jenis kapal perang cepat pesanan Kemenhan itu, katanya, merupakan bagian dari proyek jangka panjang Badan Sarana Pertahanan (Barahanan) nasional.
“Proyek dua kapal pesanan Kemenhan itu akan selesai pada 2017. Pengerjaan proek itu dilakukan sejak akhir 2012 oleh anak negeri melalui kerja-sama dengan perusahaan perkapalan besar dari Belanda, yakni DAMEN `Schelde Naval Shipbuilding` (DSNS). Diharapkan bisa selesai sesuai jadwal, guna memperkuat alutsista Indonesia,” ucap Firmansyah.
Posisi VLS pada Maket Frigate Sigma 10514
Posisi VLS pada Maket Frigate Sigma 10514

Menurut Firmansyah, kapal itu dilengkapi persenjataan canggih bawah air yang bisa dipergunakan untuk menghancurkan kapal selam. Juga dilengkapi peralatan moderen di atasnya, sehingga mampu memperkuat persenjataan maritim nasional kita,” katanya.
Sementara itu, kerjasama dengan DAMEN `Schelde Naval Shipbuilding` (DSNS) – Belanda dalam pembuatan kapal perang cepat tersebut, kata Firmansyah, diharapkan mampu memberi manfaat besar terkait transfer teknologi kepada para ahli perkapalan nasional, khususnya yang berada di PT PAL. “Kerjasama ini dilakukan dengan teknologi tinggi, sehingga diharapkan nantinya kami bisa membangun sendiri kapal sejenisnya,” tambahnya.
SIGMA 10514 Guided Missile Frigate (photo arc.web.id)
SIGMA 10514 Guided Missile Frigate (photo arc.web.id)

Firmansyah menjelaskan, dalam membangun jenis kapal perang cepat dibagi dalam enam modul (bagian)-, empat modul di antaranya dibuat di PT PAL, sedangkan dua modul yang terdiri dari permesinan dan anjungan kapal dibangun di Belanda.
“Dua modul dari Balanda itu nantinya dibawa dan dirakit di PT PAL, untuk dijadikan satu dengan empat modul lainnya. Meski lebih banyak digarap di PT PAL, tetapi total kualitas kontrol juga dilakukan oleh pihak Belanda,” kata Firmansyah.

Kanalsatu.com

CARAT 2015 Indonesia – Amerika Serikat

image
image
image
carat-1
carat-3
carat2015-2
150804-N-MK881-147 SURABAYA, INDONESIA (Aug. 4, 2015) Gunner's Mate 1st Class Micah Lulis, assigned to Surface Warfare Mission Package, Detachment 4, embarked aboard the littoral combat ship USS Fort Worth (LCS 3), demonstrates visit, board, search and seizure drills with Indonesian navy sailors as part of Cooperation Afloat Readiness and Training (CARAT) Indonesia 2015. CARAT is an annual, bilateral exercise series with the U.S. Navy, U.S. Marine Corps and the armed forces of nine partner nations. (U.S. Navy photo by Mass Communication Specialist 2nd Class Joe Bishop/Released)
150805-N-MK881-060 SURABAYA, Indonesia (Aug. 5, 2015) Naval cadets from the Indonesian navy tour the bridge of the littoral combat ship USS Fort Worth (LCS 3) during Cooperation Afloat Readiness and Training (CARAT) Indonesia 2015. CARAT is an annual, bilateral exercise series with the U.S. Navy, U.S. Marine Corps and the armed forces of nine partner nations. (U.S. Navy photo by Mass Communication Specialist 2nd Class Joe Bishop/Released)
150804-N-TS452-005 SURABAYA, Indonesia (Aug. 4, 2015) U.S. Navy divers assigned to Explosive Ordnance Disposal Mobile Unit (EODMU) 11 conduct training on surface supplied diving with Indonesian Kopaska Naval Special Forces during Cooperation Afloat Readiness and Training (CARAT) Indonesia 2015. In its 21st year, CARAT is an annual, bilateral exercise series with the U.S. Navy, U.S. Marine Corps and the armed forces of nine partner nations including, Bangladesh, Brunei, Cambodia, Indonesia, Malaysia, the Philippines, Singapore, Thailand and Timor-Leste. (U.S Navy photo by Mass Communication Specialist 1st Class Kori Melvin/Released)
Latihan_Marinir_AS-Indonesia
image
image
image
image
carat-4
joint-exercise-carat-between-the-us-navy-and-indonesia-marines
Latihan CARAT 2015 Indonesia dan AS cukup spesial, karena unit unit Angkatan Laut Indonesia cukup lengkap, untuk mendukung digelarnya sejumlah latihan perang. Pelaut melakukan latihan anti kapal permukaan dan anti serangan udara, Kopaska melakukan latihan manuver dan taktik serangan kapal boat. Sementara marinir melakukan latihan pendaratan dan penguasaan wilayah pesisir.
Latihan operasi pendarat yang didukung USMC dilakukan di Banongan agar memiliki ruang manuver yang cukup untuk mencapai tujuan pelatihan gabungan dari kekuatan pendaratan.
Latihan berbasis Laut, dengan misi meningkatkan interoperabilitas antara amfibi Angkatan Bersenjata Indonesia dan Angkatan Bersenjata Amerika Serikat (US Navy). Latihan ini menjadi Assault Amphibious gabungan. Peningkatan interoperabilitas dicapai melalui perencanaan gabungan staf, dikombinasikan rehersals taktis, dan perilaku pendaratan amfibi gabungan.
Selain itu, pasukan USMC dan Kormar akan bertukar techinques pada AAV kerja taktis dan pemeliharaan, infanteri senjata kerja, reconaissance amfibi, pertempuran keahlian menembak, patroli, keahlian menembak presisi (sniper) dan pengawasan, 60mm kerja mortir, dan hutan operasi teknik bertahan hidup.
Angkatan Laut AS dan Korps Marinir unit berpartisipasi dalam CARAT Indonesia termasuk dipandu -rudal perusak USS Preble (DDG 88), kapal tempur pesisir USS Fort Worth (SKB 3), kapal USS Germantown dermaga pendaratan (LCD 42), menyelamatkan dan kapal USNS Safeguard penyelamatan, serangan kapal selam cepat, pesawat P – 3C Orion , Marinir [insert Unit], staf dari KKP 73 dan CDS 7, Ponsel Diving dan salvage Unit (MDSU) 1, Ordnance Disposal peledak dan Unit (EODMU) 5 , Pantai Riverine Group (CRG) 1, dan 7 Armada Band, ” Orient Express.

Sumber:
-Dispenarmatim
-Photo by US Navy / Mass Communication Specialist 1st Class Joshua Scott, Mass Communication Specialist 2nd Class Will Gaskill and Others

Komponen Pesawat N219 Siap 80 Persen

  pesawat-n219-buatan-pt-di
Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) akan meluncurkan pesawan N219 di akhir tahun ini. Menurut Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Muhammad Nasir, PT Dirgantara Indonesia (PTDI) dan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) akan berusaha menyelesaikannya tepat waktu.
Deputi Teknologi Penerbangan Antariksa LAPAN, Rika Andiarti menjelaskan, pesawat N219 akan mendapatkan sertifikat CASR 23. Dengan kata lain, kata dia, pesawat ini termasuk ke dalam kategori ringan.
“Ringan tapi bongsor,” ujar Rika saat bertemu Republika di stand LAPAN, Parkir Timur Lapangan D Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta, (7/8/2015).
Menurut Rika, pesawat ini akan diperuntukkan di daerah-daerah terpencil semisal Papua. Pasalnya, ujar dia, wilayah tersebut medannya sulit dan harga komoditi pun mahal. Dengan adanya pesawat ini, tambah dia, diharapkan masyarakat mendapatkan kemudahan nantinya.
Sejauh ini, Rika menjelaskan, seluruh komponen pesawat sudah terkumpul hingga 80 persen. Untuk selanjutnya, kata dia, pihaknya hanya perlu menintegrasikan komponen-komponen tersebut.
Mengenai anggaran untuk pembuatan ini, Rika menerangkan sekitar Rp 400 Miliar. Menurutnya, dana ini belum termasuk penelitian-penelitian yang dilakukan pada tahap awal. Ia menerangkan, kursi penumpang bisa disesuaikan dengan konsep pesawat militer maupun biasa.
Kemudian, Rika menyatakan total maksimun berat dai pesawat ringan ini berjumlah tujuh ton. Jumlah ini, kata dia, sudah termasuk dengan seluruh penumpang nantinya. Ia juga mengatakan, panjang pesawat ini berjumlah 16,5 meter dengan lebar 19,5 meter.
Selain itu, Rika mengungkapkan, 500 meter merupakan jarak yang cukup untuk melakukan landing atau take off. Bahkan pesawat ini mampu berjalan pada runaway di berbagai kondisi. Sudah ada beberapa perusahaan yang memesan pesawat ini. Menurutnya, mereka sudah memesan sekitar 20 hingga 30 pesawat.
Pemesanan ini jelas bukan dibuat secara mudah. Menurut Rika, pihaknya harus bisa meyakinkan mereka bahwa pesawat ini benar-benar bisa terbang nantinya.

Republika.co.id

Aksi Kopaska di CARAT 2015

  image
image
image
image
image
image
Pasukan Kopaska melakukan latihan taktik dan manuver menggunakan Special Boat dengan US Coastal Riverine Squadron (CRS) 3, selama Cooperation Afloat Readiness and Training (CARAT) Indonesia 2015 di Indonesia.

Photo by US Navy / Mass Communication Specialist 1st Class Joshua Scott/Released

KRI Rigel TNI AL Kapal Riset Tercanggih di Dunia

KRI Rigel
KRI Rigel

Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi M Nasir meluncurkan KRI riset Rigel 933, Baruna Jaya, dan Bawal Putih III. Ia menyebut KRI Rigel 933 milik TNI AL merupakan kapal riset tercanggih di dunia.
“Dalam hal ini, kita punya kapal riset yang dimiliki TNI AL yaitu kapal Rigel, kapal riset tercanggih di dunia,” ujar Nasir di Hari Kebangkitan Teknologi Nasional di dermaga Kolinlamil, Jakut, Senin (10/8/2015).
Nasir menilai KRI Rigel 933 memiliki sebuah robot laut yang mampu masuk ke dalam air hingga kedalaman 1000 meter dan memiliki sebuah kapal yang dapat berlayar tanpa awak. “Jadi di situ jarak kedalaman robot bisa sampai 1.000 meter dan dia sonarnya bisa sampai 10 ribu meter,” ungkapnya.
Adapun, KRI Rigel 933 merupakan kapal canggih buatan galangan kapal OCEA Les Sables d’Olonne Perancis dan merupakan jenis MPRV (Multi Purpose Research Vessel). Kapal ini masuk sejarah baru dalam jajaran kapal-kapal TNI AL, terutama kapal survei hidro-oseanografinya.
KRI Rigel 933 (OCEA dossier )
KRI Rigel 933 (OCEA dossier )
KRI dengan panjang 60,10 meter dan lebar 11,5 meter ini memiliki kemampuan dalam survei Hidrografi, Oseanografi, Geofisika dan Perikanan. Kapal ini memiliki kapasitas angkut ABK sejumlah 30 orang, peneliti 10 orang dan penumpang lainnya 6 orang.
Kapal dengan bobot 515 ton ini digerakkan oleh 2 mesin pendorong MTU Type 8V4000M53 sehingga KRI Rigel 933 mampu berlayar pada kecepatan maksimum 14.0 knot, dengan jarak jelajah 4400 nautical mile. KRI Rigel 933 memiliki keunggulan dibandingkan kapal riset jenis lainnya yakni pada peralatan survei dan pemetaannya.
KRI Rigel 933 akan mengemban tugas pokok Dishidros TNI AL dalam melaksanakan operasi survei dan pemetaan laut. KRI kelas BHO (Bantu Hidro-Oseanografi) ini akan masuk dalam jajaran Satuan Survei Dishidros TNI AL yang berpangkalan di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara.
Dengan kapal canggih tersebut, Nasir berharap ke depan hasil riset dapat dihilirkan dan dikomersialkan karena hasil riset akan menghasilkan inovasi yang bermanfaat bagi masyarakat Indonesia.
“Kami dorong untuk riset dikomersialkan karena bermanfaat untuk menghasilkan inovasi karena inovasi adalah sebuah indeks pembangunan dari suatu negara,” jelasnya.

Detik.com

KRI Spica 934, Nama Kapal OSV Kedua Untuk Dishidros TNI AL

1551209_20150313093821
Meski belum berlayar menuju Tanah Air, namun pesanan kedua kapal OSV untuk Dishidros TNI AL telah dirampungkan oleh galangan kapal OCEA di Perancis. Bila kapal OSV (Oceanographic Offshore Support Vessel) pertama diberinama KRI Rigel 933, kini kapal kedua dari dua unit yang dipesan, diberinama KRI Spica dengan nomer lambung 934 dan resmi meluncur 3 Agustus 2015 lalu di Les Sables d’Olonne. 
KRI Spica 934 dan KRI Rigel 933, masuk dalam kontrak pengadaan alutsista dengan pihak OCEA pada Oktober 2013 dengan nilai US$100 juta. Kedua kapal yang punya panjang 60 meter ini mengambil home base di fasilitas Kolinlamil (Komando Lintas Laut Militer) yang berada di Tanjung Priok, Jakarta Utara. OSV ini ditenagai dua mesin diesel 8V 4000 M53 untuk dua propeller.
Dalam hal kemampuan, kapal ini dapat melaju hingga kecepatan maksimum 14 knots. Sementara untuk jarak jelajahnya mencapai 4.400 nautical mile pada kecepatan 12 knots. Kapal ini mampu menghadapi gelombang laut sampai level sea state six. Setiap OSV dapat menampung 30 awak dan 16 personel tambahan. Secara terori, kapal anyar TNI AL ini mampu berlayar terus-menerus selama 20 hari.
Meski asasinya sebagai kapal riset dan survei, OSV juga dapat menjalankan peran sebagai kapal patroli, pasalnya kapal dibekali kanon PSU Rheinmetall kaliber 20 mm pada haluan, serta dua pucuk SMB (senapan mesin berat) M2HB kaliber 12,7 mm di geladak buritan.
Sebagai elemen inti dari fitur kapal ini adalah perlengkapan penunjang misi oseanografi. Seperti KRI Rigel 933 dilengkapi perangkat single beam echo sounder jenis Kongsberg’s EA600 dan multibeam systems EM2040 dan EM302. Lebih canggih lagi, setiap OSV dibekali autonomous underwater vehicle (AUV) tipe Kongsberg Maritime’s Hugin 1000. Perangkat yang kerap disebut ROV (remotely operated vehicle) ini sanggup mengemban misi survei bawah air hingga kedalaman 1.000 meter.
Rencananya KRI Spica 934 akan diserahkan ke TNI AL pada bulan Oktober mendatang. Saat ini KRI Spica 934 masih berada di dermaga OCEA untuk serangkaian test dan uji kelayakan layar sebelum melakukan pelayaran ke Indonesia. (Haryo Adjie)

Selasa, 11 Agustus 2015

Mengelola Persaingan Typhoon dan Su-35

  image
Empat Menteri Pertahanan negara produsen Typhoon menyurati Menhan RI sebagai endorser untuk pembelian Typhoon. Sementara Rusia menyatakan, apalagi yang bisa mereka tawarkan, agar RI beli SU-35
Penawaran Sukhoi dan Typhoon telah memasuki tahap yang jauh dan kompleks. Spektrumnya tidak sebatas jangka pendek berupa pengadaan pesawat, tapi juga jangka panjang, berupa target politik internasional.
Jika dicermati betul, Indonesia terlalu besar untuk sekedar didekati dari sisi “loe jual gue beli”. Keluarnya UU yang mewajibkan TOT sementara begitu semangatnya negara lain menawarkan produk dan penguasaan teknologi menunjukkan negara ini memang terbukti tergolong istimewa. Jika selama ini kita meyakini pentingnya negara ini, makin lama makin kelihatan bahwa secara faktual hal itu bukan sebatas keyakinan sendiri tapi sebuah kenyataan.
Oleh karena itu, pemerintah harus mengerahkan semua kemampuannya agar semua potensi kerjasama itu bisa memberikan manfaat sebesar mungkin. Bagaimana kebutuhan segera atas skuadron yang hebat bisa dipenuhi sementara kebutuhan penguasaan teknologi juga bisa diraih.
Diperlukan kecermatan dan kecerdasan luar biasa untuk mengelola ini termasuk kemampuan diplomasi yang istimewa agar semua hal bisa dicapai semaksimal mungkin.
Demikian juga diperlukan kemampuan khusus mengatur anggaran agar bisa memenuhi semua tuntutan tersebut. Kompleksitas tahapan ini begitu tinggi, yang memerlukan keterlibatan penuh semua pembantu Presiden, termasuk menyamakan visi atas perjalanan bangsa ini ke depan. Mengapa? Teknologi penerbangan/antariksa, militer, selalu merupakan yang terdepan. Jika kita mampu menangani ini dengan bagus, kekuatan teknologi akan menjadi sangat prospektif yang akan berdampak luas bagi keseluruhan kepentingan bangsa.

Roy
7 Agustus 2015