Selasa, 14 Juli 2015

Pangkostrad Letjen Mulyono Ditunjuk sebagai KSAD?

Pangkostrad Letjen Mulyono
Pangkostrad Letjen Mulyono
Anggota Komisi I DPR RI fraksis PDI Perjuangan Charles Honoris menyebut jabatan Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) akan dijabat Letjen Mulyono.
“Ya, saya dengar-dengar informasinya, KSAD itu dijabat Mulyono,” ujar dia ketika ditemui di kompleks Mabes TNI Jakarta pada Selasa (14/7/2015).
Diketahui, saat ini Mulyono masih menjabat sebagai Panglima Komando Cadangan Strategis TNI Angkatan Darat (Pangkostrad). Sebelumnya, ia menjabat sebagai Panglima Kodam Jayakarta.
Charles mengapresiasi positif jika informasi itu benar. Mulyono, lanjut Charles, mempunyai rekam jejak jabatan yang cocok dengan tugas pokok dan fungsi sebagai Kepala Staf Angkatan Darat.
“Saat ini beliau kan Pangkostrad, sebelumnya dia memimpin Jakarta sebagai Pangdam Jaya. Beliau punya pengalaman memimpin sebuah pasukan,” ujar Charles.
Charles juga memuji gaya komunikasi Mulyono. Menurut dia, seorang KSAD memang harus memiliki kemampuan komunikasi yang baik sebab jabatan itu mengharuskan terus mendampingi Panglima untuk urusan dengan instansi lain.
Saat ditanya perihal kabar tersebut, Mulyono sendiri enggan berkomentar. “Jangan tanya ke saya, saya enggak boleh berkomentar,” ujar dia.
Namun, sebagai prajurit TNI, Mulyono selalu siap untuk ditugaskan ke manapun. “Namanya prajurit TNI harus selalu siap,” ujar dia. (Kompas)

Jenderal Gatot Tiga Kali Gantikan Posisi Moeldoko

Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo
Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo
Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo mengaku sudah tiga kali menggantikan posisi (Purn) Jenderal Moeldoko.
Seperti diketahui, sebelum memegang tampuk pimpinan militer, kedua Jenderal tersebut pernah menjabat sebagai Sekretaris Pribadi (Sespri) Wakil KSAD, Komandan Brigif-1/Jaya Sakti, serta Panglima TNI.
“Saya ketiga kali ini menggantikan Pak Moeldoko,” ujar Gatot usai upacara sertijab di plaza lapangan Mabes TNI, Cilangkap, Jakarta Timur, Selasa (14/7/2015).
Dalam waktu dekat, Gatot memastikan pihaknya akan melakukan optimalisasi guna meningkatkan operasional TNI. Selanjutnya, ia akan membangun hubungan dengan negara sahabat serta membangun sinergitas TNI-Polri serta lembaga lain.
“Pertama peningkatan opersional TNI secara terpadu melalui optimalisasi, membangun negara sahabat, dan membangun hubungan kelembagaan,” imbuhnya.
Gatot mengakui, tugas kedepan akan lebih sulit. Terlebih dengan berlakunya perekonomian global. Meski demikian, dengan semangat kebersamaan, ia yakin mampu memimpin prajuritnya.
“Tugas TNI kedepan tidaklah mudah, tapi saya percaya kita bisa,” pungkasnya. (Okezone)

Moeldoko Ingatkan Tugas Berat Panglima TNI

Moeldoko Ingatkan Tugas Berat Panglima TNI
Jenderal TNI Moeldoko dan Panglima Jenderal TNI Gatot Nurmantyo usai upacara Serah Terima Jabatan Panglima Tentara Nasional Indonesia (TNI), di Mabes TNI, Cilangkap, Jakarta Timur, Selasa (14/0/2015) (VIVA.co.id/Anhar Rizki Affandi)
Jenderal Moeldoko resmi purnatugas sebagai Panglima Tentara Nasional Indonesia (TNI).

Dia telah menyerahkan tongkat komando TNI kepada Panglima baru, Jenderal Gatot Nurmantyo, di Markas Besar TNI di Cilangkap, Jakarta, pada Selasa, 14 Juli 2015.

Moeldoko berpesan kepada Gatot tentang tugas berat Panglima TNI di masa mendatang. Tugas berat itu sebagaimana telah ditetapkan dalam Rencana Strategis (Renstra) dalam program yang disebut Minimum Essential Force (MEF) atau pemenuhan kekuatan pokok minimum pertahanan/militer.

Program itu dibagi dalam tiga tahap rencana strategis (renstra) yang dimulai tahun 2011 sampai 2024, yakni renstra I (2011-2014), renstra II (2015-2019), renstra III (2020-2024).

Secara umum meliputi pembangunan dan pengembangan kekuatan, pembangunan kesejahteraan, dan pemeliharaan alat utama sistem persenjataan (alutsista).

Menurut Moeldoko, renstra itu memang wajib dijalankan oleh siapa pun yang menjadi Panglima TNI. Tetapi masing-masing Panglima wajib mencurahkan segala daya dan pemikirannya untuk mewujudkan program-program itu.

Kalau program-program itu terwujud semua, Moeldoko mengaku sangat yakin TNI bakal menjadi kekuatan pertahanan negara yang profesional dan tangguh. TNI juga bakal menjadi kekuatan penentu di kawasan, terutama Asia Tenggara.

"Dalam renstra itulah, menurut konsep saya, terletak kemampuan dan kekuatan TNI pada pelaksanaan tugas dan kemampuan menciptakan stabilitas kawasan dalam rangka memberikan kontribusi positif terhadap stabilitas keamanan maritim Indonesia," ujar Moeldoko dalam serah-terima jabatan kepada Jenderal Gatot.

Dia juga berpesan kepada para prajurit serta pegawai negeri sipil TNI agar membangun soliditas dan optimilisasi pelaksanaan tugas pokok. Soalnya prajurit sangat penting bagi organisasi TNI.

"Saya berharap kepada prajurit TNI dan PNS TNI untuk mengerahkan dedikasi dan loyalitasnya kepada Panglima TNI," kata Moeldoko.

Moeldoko meyakini Jenderal Gatot Nurmantyo sebagai Panglima bakal menciptakan TNI yang profesional, modern, solid, militan, dan lebih sejahtera serta dicintai rakyat. Semua itu adalah indikator kemajuan TNI.

Dia meminta maaf kepada semua prajurit TNI karena pasti ada kekurangan selama menjabat Panglima. Lagi pula, dia berterus terang belum berbuat banyak untuk TNI.

"Saya menyampaikan mohon maaf lahir dan batin atas segala kekurangan dan kekhilafan," ujar Moeldoko. 
 

Moeldoko cocok jadi Menko Polhukam

Tantowi sebut Moeldoko cocok jadi Menko Polhukam
Tantowi Yahya (ANTARA FOTO/Dhoni Setiawan)
 
Wakil Ketua Komisi I DPR Tantowi Yahya menilai Jenderal Moeldoko cocok menjabat sebagai Menteri Koordinator bidang Politik Hukum dan Keamanan manakala Menko Polhukam Tedjo Edhy Pudijatno terkena "reshuffle" atau perombakan kabinet oleh Presiden Joko Widodo.

"Beliau bagus, cocok dan memenuhi persyaratan," kata Tantowi kepada wartawan di Jakarta, Senin.

Perombakan atau reshuffle Kabinet Kerja kabarnya akan dilakukan Presiden Joko Widodo setelah Hari Raya Idul Fitri 2015, salah satunya yang santer dicopot Menko Polhukam Tedjo Edhy Purdijatno.

Tedjo yang membawahi sejumlah kementerian penting, disebut kurang piawai dalam melakukan koordinasi, sinergi, berwibawa, dan dituntut untuk komunikasi dengan publik secara baik.

Menurut dia, sejumlah nama cocok ditempatkan untuk menganti posisi Tedjo, salah satunya ialah mantan Panglima TNI Jenderal TNI Moeldoko.

Ia menilai mulai prajurit hingga berpangkat jenderal, Moeldoko selalu menempati posisi strategis di dalam struktur militernya.

Selain mahir ilmu kemiliteran, Moeldoko juga telah meraih gelar Doktor (S-3) jurusan Administrasi Negara dari Universitas Indonesia.Kemampuan diplomasi dengan publik atau pun dengan lembaga legislatif, tidak kalah dengan para seniornya yang pernah menjabat Menko Polhukam, seperti Widodo AS dan Djoko Suyanto.

Kedekatannya dengan Presiden Jokowi selama ini, juga bisa menambah nilai plus dari sosok Moeldoko. Secara politik, Moeldoko adalah sosok yang masih diterima oleh semua pihak. Saat menjadi Panglima TNI, ia membawa TNI bersikap netral dalam Pemilu 2014.

Moeldoko selalu bisa menempatkan diri pada posisi sesungguhnya, yang membuat para tokoh politik seperti Megawati, Jusuf Kalla dan Prabowo tak pernah mengkritiknya.

Dengan kepemimpinan Moeldoko, mereka yang kadang sensitif terhadap manuver petinggi militer, untuk kali itu merasa tenteram dan tidak merasa terusik.

Memilih Moeldoko sebagai Menko Polhukam, juga keuntungan buat Jokowi. Seorang pemimpin sipil sesungguhnya membutuhkan pendamping seorang mantan militer (Moeldoko pensiun Agustus 2015) yang cerdas dan punya wawasan kebangsaan kuat. Tanpa itu, kekuatan pemimpin sipil bak seperti macan ompong.

Hingga saat ini, Moeldoko belum terkontaminasi oleh partai, sehingga oleh Jokowi bisa dijadikan partner yang baik dalam hal mengelola urusan politik, keamanan dan hukum. Dan bukan tidak mungkin keduanya akan terus bekerja sama di Pemilu 2019.

Gatot Nurmantyo resmi Panglima TNI

Gatot Nurmantyo resmi Panglima TNI
Panglima TNI Jenderal TNI Gatot Nurmantyo (kiri) berjabat tangan komando dengan Jenderal TNI Moeldoko (kanan) pada Upacara Serah Terima Jabatan di Plaza Mabes TNI, Cilangkap, Jakarta Timur, Selasa (14/7/15). (ANTARA FOTO/Widodo S. Jusuf) 
 
Jenderal TNI Gatot Nurmantyo resmi menjabat Panglima TNI untuk menggantikan Jenderal TNI Moeldoko yang memasuki masa pensiun dalam upacara serah terima jabatan Panglima TNI di Lapangan Plaza Mabes TNI Cilangkap, Jakarta Timur, Selasa.

Berdasarkan Keppres Nomor 49/TNI/2015, Presiden Joko Widodo menunjuk Jenderal Gatot Nurmantyo sebagai Panglima TNI. Presiden pun telah melantik Jenderal TNI Gatot Nurmantyo sebagai Panglima TNI.

Jenderal TNI Gatot Nurmantyo yang lahir di Tegal 13 Maret 1960 adalah lulusan Akabri 1982.

Mantan Kepala Staf TNI Angkatan Darat ini berpengalaman di kesatuan infanteri baret hijau Kostrad. Dia pernah menjabat Komandan Kodiklat TNI, Pangkostrad, Pangdam V Brawijaya dan Gubernur Akmil, hingga KSAD, serta sederet posisi strategis lainnya di TNI.

Saat menjabat KSAD ke-30, Jenderal Gatot ditunjuk Presiden keenam RI Susilo Bambang Yudhoyono pada 25 Juli 2014. Kemudian dipilih Presiden Jokowi sebagai Panglima TNI menggantikan Jenderal Moeldoko yang memasuki masa purna.

Selama kurun waktu 30 tahun pengabdian sebagai prajurit TNI, Jenderal TNI Gatot Nurmantyo memperoleh sejumlah tanda jasa antara lain Bintang Dharma, Bintang Yudha Dharma Pratama, Bintang Kartika Eka Paksi Pratama, Bintang Yudha Dharma Nararya, Bintang Kartika Eka Paksi Nararya.

Selain itu, Satya Lencana Kesetiaan VIII tahun, Satya Lencana Kesetiaan XVI tahun, Satya Lencana Kesetiaan XXIV tahun, Satya Lencana Raksaka Dharma, Satya Lencana Seroja, Satya Lencana Widya Sista.

Sebanyak 1.664 prajurit dari Angkatan Darat, Angkatan Laut, dan Angkatan Udara, akan menjadi saksi penobatan Panglima TNI yang baru.

Selain itu, beberapa alat utama sistem perhanan (alutsista) milik ketiga matra juga akan dipamerkan dalam upacara itu.

Empat unit tank Scorpion milik AD, empat unit kerdaraan taktis (rantis) Anoa,serta empat unit tank amfibi BMB kepunyaan Marinir. Lalu dua unit RM 70 Grand milik Marinir, dua unit LVT-7 kepunyaan Marinir.

Tak hanya itu, alutsista terbaru AU, dua unit pertahanan udara Orlikon milik Paskas, serta tiga unit helikopter dari AD, AL, dan AU juga turut disertakan dalam gelar persenjataan korps militer.
 

KCR 40 TNI AL Fully Armed

image
Meriam 6 barrel 30mm NG-18 Norinco di KCR 40 TNI AL
image
image
KCR 40 TNI AL (photo: pr1v4t33r /defence.pk)
image
KCR 40 TNI AL (photo: pr1v4t33r /defence.pk)
image
KCR 40 TNI AL
KCR 40 TNI AL
KCR 40 TNI AL
KCR 40 TNI AL
KCR 40 telah dilengkapi senjata secara penuh, sesuai dengan spesifikasi awal yang ditentukan. Di belakang ada dua Launcher rudal 705, di depan terpasang meriam 6 barrel 30mm, NG-18 Norinco dan di atas kapal ada dua senjata mesin. Kapal ini terakhir dibawa TNI AL dalam pameran maritim dan udara international LIMA 2015 di langkawi, Malaysia.

Camo Baru Kendaraan Tempur Marinir

BMP 3f Marinir (photo: pr1v4t33r /defence.pk)
BMP 3f Marinir (photo: pr1v4t33r /defence.pk)
image
LVT-7A1 Marinir ( photo: pr1v4t33r / defence.pk)
image
Kendaraan tempur Marinir di Surabaya (photo: pr1v4t33r/defence.pk)
Marinir telah mengganti warna tulisan camo di kendaraan lapis baja mereka. Tulisan “Marinir” yang tadinya berwarna kuning mencolok diganti dengan warna hitam. Tulisan yang gelap ini akan lebih menyamarkan kendaraan tempur ini di medan perang.

pr1v4t33r / Defence.pk