Rabu, 01 Juli 2015

Jenderal Gatot Nurmantyo Janji Tolak Alutsista Hibah

Jenderal Gatot Nurmantyo Janji Tolak Alutsista Hibah
Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Jendral TNI Gatot Nurmantyo memberikan pemaparan saat bincang-bincang dengan aparatur negara di Gedung Lemhanas, Jakarta (VIVA.co.id/Ikhwan Yanuar) 
Calon Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo akan menjalani uji kelayakan dan kepatutan sebagai calon Panglima TNI. Jenderal Gatot mengaku akan menfokuskan pembahasan pada persoalan alat utama sistem pertahanan (Alutsista) TNI. Masalah alutsista TNI ini kembali menjadi sorotan, setelah insiden jatuhnya Pesawat Hercules TNI AU yang jatuh di Medan, Sumatera Utara, Selasa kemarin, 30 Juni 2015.
Kendati demikian, Jenderal Gatot belum bersedia memberikan pernyataan terkait jatuhnya pesawat TNI AU tersebut. Sebab, sampai saat ini, kapasitasnya adalah Kepala Staf TNI Angkatan Darat.

Namun Gatot berjanji akan menjawab soal itu, bila dalam uji kepatutan nanti ada anggota Komisi I yang mempertanyakannya.

Secara umum terkait alutsista, Jenderal Gatot mengatakan sudah seharusnya TNI tidak lagi menerima alutsista hibah dari negara lain.

"Kita inginkan baru," kata Gatot, di gedung DPR, Jakarta, Rabu 1 Juli 2015.

Pandangan ini, kata Jenderal Gatot, sejalan dengan perintah Presiden Joko Widodo yang meminta agar alutsista TNI tidak boleh lagi dari hibah. Tapi harus alat yang baru.

"Kalau sudah menjadi keputusan Presiden maka tidak bisa ditawar lagi," kata Gatot.

Selain itu, juga Gatot akan tetap melanjutkan Minimum Essential Force (MEF), yang menjadi program khusus. "Kemudian pemerintah akan meningkatkan," katanya.

Vivanews. 

Selasa, 30 Juni 2015

MK46 dan A244-S: Torpedo SUT Andalan Frigat/Korvet TNI AL

mk46mod5
Seperti telah disinggung pada artikel sebelumnya, bahwa mulai tahun 70-an, tepatnya sejak 1974, TNI AL mulai mengoperasikan alutista baru, yaitu torpedo SUT (surface and underwater target). Kedatangan torpedo SUT pada tahun tersebut merupakan bagian dari kelengkapan armada perusak kawal (destroyer escort) kelas Claud Jones (Samadikun Class). Torpedo yang dimaksud dari jenis MK (Mark) 46 yang dirancang oleh Naval Ordnance Test Station Pasadena, dan diproduksi Alliant Techsystems.
Seiring modernisasi persenjataan kapal perang yang berkiblat pada standar NATO, populasi torpedo MK46 kian bertambah pada dekade 80-an. Hal ini ditandai dengan hadirnya frigat kelas Fatahillah (KRI Fatahillah 361, KRI Malahayati 362, dan KRI Nala 363) buatan galangan kapal Wilton-Fijenoord, Schiedam, Belanda. Ketiga kapal perang yang dibeli gress ini dibekali torpedo MK46 dan torpedo A244. Kemudian masih dalam dekase yang sama, TNI AL kedatangan 6 frigat kelas Van Speijk yang juga buatan Belanda. Frigat bekas pakai AL Belanda ini (KRI Ahmad Yani 351, KRI Slamet Riyadi 352, KRI Yos Sudarso 353, KRI Oswal Siahaan 354, KRI Abdul Halim Perdanakusumah 355, dan KRI Karel Satsuit Tubun 356) juga dipersenjatai torpedo MK46 untuk misi ASW (anti submarine warfare).
Torpedo MK46 umumnya dilepaskan dari tabung peluncur Mark 32 (MK32) yang di setting dalam platform peluncur tiga tabung torpedo (triple tube) yang dapat diputar posisinya secara manual untuk diarahkan pada sasaran.
Struktur torpedo MK46
Struktur torpedo MK46
Jamaran
Memasuki millennium baru, TNI AL kedatangan tiga korvet kelas SIGMA buatan Belanda. Untuk urusan torpedo SUT, korvet canggih yang bolak balik disertakan dalam misi PBB ke Lebanon ini, mengusung jenis torpedo A244-S mod 3 buatan Italian/French EuroTorp consortium. Sebagai sista standar NATO, antara torpedo MK46 dan A244 punya dimensi yang serupa, yakni 324 mm. Namun, ada perbedaan dari tipe sistem peluncur, torpedo A244 menggunakan peluncur B515 (ILAS-3) yang juga buatan EuroTorp.
Di lini torpedo SUT yang dilepaskan dari kapal atas permukaan, masih ada lagi tipe torpedo AEG SUT. Torpedo ini punya ukuran yang jauh lebih bongsor ketimbang MK46 dan A244, lantaran kalibernya 533 mm. Torpedo ini punya panjang 6.620 mm dengan bobot mencapai 1.413 kg. Dengan pengendalian berupa kabel dan perangkat pasif aktif, maka penembakkan tak selalu harus mengarah ke target. Pada kecepatan 23 knot, torpedo ini mampu menghantam target pada jarak 28 km. Khusus untuk tipe torpedo AEG, sudah diproduksi oleh PT Dirgantara Indonesia pada divisi Sistem Senjata sejak 1986. Lisensinya diperoleh dari AEG Telefunken, Jerman. Khusus untuk torpedo AEG SUT, digunakan oleh kapal selam Type 209 dan armada KCT (Kapal Cepat Torpedo) FPB-57 TNI AL. Untuk armada KCT, tiap kapal dapat membawa dua torpedo, tanpa isi ulang.
Torpedo SUT AEG, berkaliber 533 mm, untuk kapal selam dan armada KCT TNI AL
Torpedo SUT AEG, berkaliber 533 mm, untuk kapal selam dan armada KCT TNI AL
Peluncur Mark 32, sebagai wahana peluncur torpedo MK46
Peluncur Mark 32, sebagai wahana peluncur torpedo MK46
Dalam artikel ini, penulis menganggap torpedo MK46 dan A244 punya keunikan tersendiri, pasalnya kedua torpedo punya kaliber yang serupa, 324 mm (12.75 inchi), tergolong torpedo ringan, berpeluncur triple tube,menjadi andalan di kelas frigat/korvet TNI AL, dan dapat dilepaskan dari wahana kapal permukaan dan helikopter yang berkemampuan AKS (anti kapal selam). Sedikit menyinggung soal heli AKS, sampai tulisan ini dibuat TNI AL belum punya lagi helikopter yang punya kemampuan melepaskan torpedo. Sebelum dipensiunkan, beberapa tahun lalu Penerbal TNI AL masih mengoperasikan Westland Wasp, heli buatan Inggris ini dapat membawa 1 torpedo MK46.

Torpedo Honeywell MK46
Bisa dibilang inilah jenis torpedo yang paling laris dipasaran, lebih dari 30 angkatan laut di seluruh dunia menggunakan jenis torpedo ini pada beragam kapal perangnya. Secara umum, torpedo asal Negeri Paman Sam ini punya kecepatan luncur 40 knots (setara 74 km/jam). Jangkauan luncur menuju target yakni 11 km dengan kedalaman 365 meter. Karena tergolong torpedo ringan, bobotnya hanya 231 kg dengan panjang 2,59 meter. Untuk hulu ledaknya 44 kg menggunakan PBXN-103 high explosive. Sumber tenaga MK46 berasal dari mono-propellant (Otto Fule II) dengan dua tingkat kecepatan. Untuk pemandunya mengusung homing akustif aktif dan pasif, yakni memancarkan gelombang untuk mencari pantulan dari logam di kapal target.
KRI Martadinata 342, generasi awal pengusung torpedo SUT MK46 TNI AL
KRI Martadinata 342, generasi awal pengusung torpedo SUT MK46 TNI AL
Torpedo MK46 hadir dalam beberapa versi, mulai dari mod 1, mod 5, dan mod 5A. Uniknya, Cina pun memproduksi torpedo tiruan MK46 yang diberi label Yu-7. Ceritanya, pada tahun 1978, sebuah kapal nelayan Cina ‘mendapatkan’ sebuah torpedo MK46 mod 1 di Laut Cina Selatan. Torpedo itu kemudian dikirim ke Institu 705 untuk dipelajari dan dikembangkan lebih lanjut dalam proyek 109. Prototipe MK46 jiplakan Cina pertama kali meluncur pada 1984, dan hingga kini sudah 68 kali dilakukan uji tembak. Secara resmi, Yu-7 mulai digunakan AL Cina pada tahun 90-an, dan hingga kini masih terus diandalkan.
Torpedo A244-S
Torpedo buatan Eropa (Italia/Perancis) ini punya teknologi pemandu yang relative serupa dengan MK46. Hanya saja ada tambahan pada akustik suara baling-baling atau material magnetic yang dipancarkan oleh badan kapal target. A244 punya bobot maksimum 244 kg dengan panjang 2,8 meter. Kecepatan luncurnya 39 knots dengan kedalaman maksimum 600 meter. Untuk urusan jangkauan beda-beda, Untuk A244-S mod 1 hanya sampai 6 km saja, sementara A244-S mod 3 jarak jangkaunya mencapai 13,5 km. Dan, kabar baiknya korvet SIGMA TNI AL sudah menggunakan versi mod 3.
2-a244
Peluncur B515, wahan peluncur torpedo A244-S pada korvet SIGMA TNI AL
Peluncur B515, wahan peluncur torpedo A244-S pada korvet SIGMA TNI AL
torpedo1
Mesin Pada Torpedo
Mesin torpedo menggunakan bahan bakar khusus, dimana tidak seperti pada umumnya mesin mobil atau jet yang mengambil udara disekitarnya untuk oksidizer yang dibakar bersama bahan bakarnya. Torpedo tidak bisa melakukan hal itu, sehingga torpedo memerlukan bahan bakar tanpa oksigen sebagai oxidizernya, atau mereka dirancang untuk membawa oxidizer sendiri di dalamnya. Bahan bakar ini sering disebut sebagai “otto fuel” yang mana bahan bakar ini memiliki campuran oxidizer sendiri. Hidrogen peroksida adalah salah satunya, dia tidak memerlukan oxidizer. Bahan bakar seperti ini jarang dipakai dalam kehidupan sehari-hari dikarenakan bahan bakar yang mengandung oxidizer seperti ini mudah meledak dan memiliki berat lebih dari bahan bakar umumnya. (Bayu Pamungkas)

Black Shark: Akankah Jadi Torpedo Andalan di Kapal Selam Changbogo Class TNI AL?

blackshark2
Mendengar namanya sudah terdengar garang, inilah Black Shark, torpedo heavy weight buatan Whitehead Sistemi Subacquei (WASS), Finmeccanica Company, Italia. Tak hanya garang dari nama yang disematkan, tapi Black Shark atau yang akrab diberi label IF21, juga wujud dari torpedo tercanggih di kelas kaliber 533 mm. Sejak aktif digunakan pada tahun 2004, Black Shark di dapuk sebagai sosok senjata monster bawah laut yang mampu menjangkau target long range dan multi purpose.
Dan berkaca dari rencana kedatangan kapal selam Changbogo Class pesanan TNI AL dari Korea Selatan, ditambah kutipan dari Majalah Cakrawala Dispenal TNI AL Edisi 425 Tahun 2015, maka adopsi Black Shark sangat mungkin untuk melengkapi daya deteren Changbogo Class yang akan mulai dioperasikan TNI AL tahun 2017. Black Shark sendiri bukan senjata yang asing di dengar, pasalnya AL Malaysia dan AL Singapura sudah lebih dulu menggunakan Black Shark. Malaysia memasang Black Shark untuk kapal selam Scorpene Class. Sementara Singapura memasang torpedo ini untuk kapal selam Archer Class. Selain Malaysia dan Singapura, hingga kini 100 unit lebih Black Shark telah diproduksi untuk AL Chile, Ekuador, Italia, dan Portugal.
IDEF-2009-Defense-Show741328564_-_main
original_Black_Shark_gBLACKSHARK_02wf
Lalu apa yang menjadikan Black Shark terasa special? Pertama adalah kemampuannya yang dual purpose, Black Shark asasinya untuk mengahajar kapal selam dan kapal permukaan, torpedo ini juga mampu manjalankan misi antiship torpedo. Dari segi operasional, Black Shark ideal untuk digunakan di perairan dalam dan perairan dangkal. Agar sukses menghantar maut ke sasaran yang dituju, Black Shark punya kemampuan full stealth, dalam artian tingkat emisi suara yang dipancarkan nyaris tidak terdeteksi. Sebagai alutsista berstandar NATO, Black Shark mengusung STANAG 4405, dengan interface yang punya kompabilitas dengan semuan CMS (Combat Management Systems) modern.
4-1024x496
Sebagai ujung tombak penginderaan pada sasaran, Black Shark mengusung teknologi advanced acoustic homing, jenis ASTRA (Advanced Sonar Transmitting and Receiving Architecture) besutan terbaru dari WASS. Perangkat sonar bekerja pada homing menggunakan akustif aktif dan pasif yang mendukung kapabilitas multi target secara simultan. Agar misi penghancuran sukses, Black Shark juga telah adaptif dengan kebutuhan melawan perang elektronik.
Dibekali dual propeller.
Dibekali dual propeller.
Beragam tipe torpedo di kaliber 533 mm.
Beragam tipe torpedo di kaliber 533 mm.

Bagaimana dengan daya jangkau? Black Shark punya kemampuan long range dengan jarak luncur ideal hingga 50 km dengan kecepatan maksimum 50 knots. Namun, sesuai kebutuhan operasi dan jenis sasaran yang ingin dihantam, Black Shark dapat di setting meluncur hingga kecepatan 52 knots untuk jarak luncur 22 km. Sementara bila dibutuhkan, jarak luncur bisa di setting sampai 90 km, namun kecepatan melorot jadi 12 knots. Black Shark dibekali dua bilah propeller yang masing-masing bergerak secara berlawanan, pola gerakan propeller ini menghasilkan tingkat kesenyapan yang tinggi, selain laju kecepatan tinggi pada torpedo.
original_BLACK_SHARK_HEAVYW
Sumber pasokan tenaga Black Shark berasal dari desain baru advanced lithium polymer rechargeable battery. Sistem propulsi listrik, didasarkan pada baterai oksida perak dan aluminium. Baterai ini punya kepadatan energi yang tinggi dan konduktivitas elektrolit tinggi menawarkan keamanan maksimum dan penyimpanan energi hingga 12 tahun. Dengan sistem pasokan energi yang berlaku, maka wajar bila Black Shark dapat menghemat biaya maintenance.
Untuk urusan hulu ledak dibekali powerful explosive charge, meski pihak pabrikan merahasiakan berat hulu ledaknya. Pada prinsipnya, hulu ledak dapat diaktifkan oleh pengaruh dari gelombang akustik dan efek tabrakan. Amunisi yang diusung bersifat sensitif dengan standar STANAG 4439 dan MURAT-2.
Agar laris manis di pasaran, torpedo dirancang untuk dapat digunakan di beragam tipe kapal selam. Dalam rilis, disebutkan Black Shark kompatibel dengan jenis kapal selam U209 (Type 209), U214, U212, dan Scorpene Class. Tidak ada batasan kedalaman untuk meluncurkan torpedo ini, dan guna memudahkan adopsi ke beragam kapal selam, WASS menyediakan TBI (Torpedo Board Interface) yang menjadi jembatan antara platform kapal selam dan CMS. (Gilang Perdana)

Spesifikasi Black Shark Torpedo
– Produksi : WASS, Italia
– Diameter : 533 mm (21 inchi)
– Panjang : 6,3 meter
– Berat : 1.483 Kg
– Kecepatan luncur max : 50 knots
– Jarak luncur max : 50 Km
– Mesin : contra-rotating direct-drive brushless motor
– Propellant : advanced lithium polymer rechargeable battery (Al-AgO battery)

Sabtu, 27 Juni 2015

Peresmian Markas Baru Yon Taifib-2 Marinir

Pasukan Taifib TNI AL
Pasukan Taifib TNI AL

Setelah melakukan pengintaian, pasukan Batalyon Intai Amfibi (Yon Taifib) 2 siap menyerbu sebuah gedung yang dikuasai gerombolan teroris. Setelah kegelapan malam mulai pekat, sekelompok prajurit melakukan penerjunan ke lokasi yang telah ditentukan.
Usai mendarat, mereka segera melakukan pengintaian titik-titik yang dijaga. Pasukan mulai mengendap dengan senyap, seorang teroris segera dibungkam dalam sekejap dan hanya bisa melakukan perlawanan kecil.
Setelah meledakkan pos jaga, pasukan bergerak cepat. Dibantu pasukan mobile dari dua sisi. Sejumlah teroris berhasil dilumpuhkan, serangan singkat pun selesai hanya dalam 10 menit.
Itulah rangkaian demonstrasi yang diperagakan Yon Taifib-2 dalam rangka peresmian markas Yon Taifib-2 Mar di Marunda, Jakarta Utara. Sebagai pasukan khusus di lingkungan TNI AL, keberadaan markas sangat penting untuk melakukan rangkaian pelatihan strategis, terutama di laut, maupun pantai.
“Ini merupakan program TNI AL untuk memindahkan kesatuan dari Cilandak ke Utara di Marunda. Kami akan mengembangkan terus kompleks 1.000 hektare, terutama fasilitas perumahan bagi anggota,” ujar Komandan Korps Marinir Mayor Jenderal TNI (Mar) Buyung Lalana di Mako Yon Taifib-2, Jakarta, Jumat (26/6).
image
Sebagai kesatuan khusus, prajurit Yon Taifib dituntut untuk memiliki kemampuan daya tahan fisik, keterampilan, teknik dan taktik yang berbeda dari pasukan reguler. Mereka senantiasa ditempatkan di garis depan untuk memberikan jalan bagi pasukan pendukung yang berada di belakang.
Komandan Korps Marinir Mayjen TNI (Mar) Buyung Lalana memindahkan sekaligus meresmikan markas baru Batalyon Intai Amfibi-2 Korps Marinir (Yontaifib-2 Mar) dari Kesatrian Marinir Cilandak, Jakarta Selatan ke Kesatrian marinir Baroto Sardadi, Jalan Sungai Tiram Marunda, Jakarta Utara, Jumat.
“Ini merupakan program pengembangan Korps Marinir TNI AL, salah satu kesatuan kita pindahkan dari Jakarta Selatan ke Jakarta Utara di Marunda, agar lebih segar lagi satuan ini sekaligus menjaga aset TNI AL yang berada di wilayah ini,” ujar Dankormar.
Menurut Dankormar, markas yang memiliki luas 101 hektare ini akan dilengkapi berbagai fasilitas pendukung bagi peningkatan kemampuan personel diantaranya, lapangan tembak jarak pendek dan akan dikembangkan hingga jarak 1.000 meter.
image
Fasilitas lainnya, perumahan anggota sarana olah raga dan kemarkasan seperti, Markas Pasmar-2 yang sementara ini ada Jakarta Pusat. Setelah dipindah ke Marunda, Markas Pasmar-2 akan dibangun museum sejarah perjalanan Korps Marinir dari sejak lahir 15 November 1945 sampai saat ini.
Kepala Dinas Penerangan Kormar Letkol Marinir Suwandi mengatakan, Yontaifib-2 Mar merupakan salah satu komando pelaksana (Kolaks) Pasmar-2, dituntut mampu memelihara dan meningkatkan kemampuan prajurit dalam melaksanakan tugas pengintaian amfibi, pengintaian darat, dan operasi tempur darat maupun operasi khusus dalam membantu satuan tempur lainnya.
Kesatuan ini juga memiliki tugas pokok membina dan menyediakan kekuatan serta kemampuan unsur amfibi maupun pengintaian darat guna pelaksanaan tugas-tugas operasi khusus seperti pendaratan amfibi, operasi TNI AL dan sebagainya.
image
Oleh karena itu, Yontaifib-2 Marinir dituntut memiliki kemampuan yang mencakup daya tahan fisik, keterampilan teknik dan taktik serta prosedur dasar kemiliteran perorangan sampai tingkat kompi/detasemen.
Termasuk kemampuan perencanaan dan pelaksanaan pengintaian amfibi pada operasi tingkat BTP/Brigat dan pengintaian darat pada operasi tempur darat tingkat batalyon atau brigade serta kemampuan pengamanan objek vital dan VVIP, operasi SAR dan Combat SAR.
Sebagai pasukan khusus, Yontaifib-2 Mar tidak melaksanakan tugasnya dengan jumlah pasukan yang besar karena menyangkut kerahasiaan, disiplin lapangan yang tinggi serta mempunyai keahlian khusus di tiga media baik di darat, laut dan udara.

Merdeka.com dan ANTARA

Indonesia Harus Tegas Menghadapi Malaysia

blok ambalat dan sebatik

Hubungan Indonesia dengan Malaysia terkait permasalahan perbatasan selalu naik turun, dimana disatu sisi Malaysia menjadi pihak yang memicu masalah, memancing konflik dengan melakukan pelanggaran batas wilayah (laut dan udara) dengan alutsista militer. Pada era pemerintahan Presiden Soekarno yang mencanangkan Operasi Dwikora (1962), beberapa konflik bersenjata terjadi di pulau Kalimantan antara Indonesia dengan Malaysia. Saat itu dengan dukungan pasukan Australia, Malaysia yang dilindungi dalam Pakta Pertahanan FPDA (Five Power Defence Arrangements) merasa tegar dan tidak takut menghadapi Indonesia.

Apakah dengan terjadinya beberapa kasus pelanggaran batas wilayah, Malaysia bertujuan memancing timbulnya konflik? Ataukah mereka hanya memancing dan menjebak agar kedua negara kembali mencari penyelesaian melalui Mahkamah Internasional. Mereka punya pengalaman menang dalam kasus Sipadan Ligitan. Inilah yang perlu kita perhatikan bersama. Penulis mengajak pembaca, mari kita cermati apa potensi konflik antara Malaysia-Indonesia dan bagaimana seharusnya kita bersikap. Semoga tulisan ini bermanfaat menambah cakrawala pandang kita bersama.

Holsti, K.J. (Kalevi Jaakko), seorang pemikir hubungan internasional dalam bukunya, Internasional Politics ; Frame for Analysis, mengklasifikasikan sumber-sumber konflik antar negara ke dalam beberapa bagian. Di bukunya dia menyebutkan tujuh klasifikasi konflik internasional, dimana tiga diantaranya adalah; 1) konflik wilayah terbatas, 2) konflik yang disebabkan suatu negara berusaha mempertahankan hak teritorial atau hak istimewa untuk melindungi kepentingan keamanan dan kelangsungan hidup negara. 3) konflik kehormatan nasional (prestise). Dalam beberapa waktu terakhir, Panglima TNI Jenderal Moeldoko menyatakan terkait pelanggaran batas oleh pesawat dan kapal perang Malaysia (15/6/2015) akan melayangkan protes kepada Malaysia yang telah melanggar perbatasan. Apalagi, kedua negara telah sepakat menjadikan Ambalat sebagai wilayah dengan status quo.

su_30mk2

SU-30MK2 TNI AU Disiagakan di Blok Ambalat Dengan Senjata Penuh


Satuan TNI AU (Lanud Tarakan) menyatakan, hingga saat ini sudah sembilan kali pesawat perang milik Malaysia tersebut masuk ke wilayah udara Indonesia tanpa izin. Dan Lanud Tarakan Letkol Penerbang Tiopan Hutapea mengatakan adanya pesawat asing yang memasuki wilayah udara Ambalat dan terpantau Satuan Radar 225 Kosek II, Kohanudnas di Tarakan, Kalimantan Utara. Dikatakan oleh Dansat Radar Mayor Lek M Suarna, pelanggaran wilayah di perbatasan memang seringkali dilakukan oleh pesawat tempur Malaysia.

Menurut Laksamana Tedjo Pudjiatno, saat menjabat sebagai Kasal pada tahun 2009, pelanggaran perbatasan laut juga sering dilakukan Malaysia. TNI AL telah menyiagakan enam kapal perangnya untuk menjaga kawasan blok Ambalat. Menurutnya, memang belum ada batas yang jelas antara RI-Malaysia di Ambalat dan masing-masing pihak memiliki landasan hukum yang kuat. "Malaysia bepegang pada peta 1979 yang memasukkan Ambalat sebagai bagian wilayahnya, sedangkan Indonesia juga berpegang pada ketentuan internasional. Jadi, semua punya landasan hukum," katanya. Seperti diketahui batas negara Indonesia dan beberapa negara Asean paling banyak memang bersinggungan dengan Malaysia. Selain Malaysia, perbatasan lainnya dengan Vietnam, Thailand, Timor Leste, dan Filipina. Batas wilayah perbatasan dengan Malaysia tercatat lima segmen perbatasan, yakni Selat Malaka, Selat Malaka Selatan, Singapura Timur, Laut Cina Selatan di sekitar Tanjung Datu yang berbatasan dengan Serawak, dan Laut Sulawesi.

Pesawat tempur Malaysia sejak awal 2015 ini telah melakukan provokasi berupa pelanggaran udara di blok Ambalat. Menteri Pertahanan, Ryamizard Ryacudu Kamis, (4/6/2015) saat berkunjung ke daerah perbatasan di Pulau Sebatik, mengatakan membangun serambi perbatasan adalah salah satu upaya berupa memperkuat penjagaan demi kedaulatan bangsa di gerbang negara. Hal ini merupakan sebuah kewajiban yang tak bisa ditawar-tawar lagi. Menanggapi pelanggaran wilayah, Menhan menyatakan, “Kalau masih terobos baru kami serang. Ini masih lewat saja. Saya sudah pantau ke sana. Kami tahu bagaimana jaga rumah,” tegasnya. Ryamizard mengatakan manuver Malaysia di Ambalat merupakan masalah kecil. Sehingga publik tak perlu risau, karena pemerintah sudah mengambil langkah waspada terhadap wilayah udara yang kerap disusupi Malaysia.

Menurutnya, untuk mencegah terulangnya pelanggaran batas wilayah, TNI AU dan TNI AL kini menggelar Operasi Perisai Sakti di kawasan Ambalat dengan melibatkan penggelaran alutsista lima pesawat tempur TNI AU terdiri dari 2 Sukhoi SU-27/30, 3 F-16 dan 3 KRI (Kapal Perang TNI AL). Pulau Sebatik merupakan pulau dimana terdapat perbatasan Indonesia dan Malaysia. Secara administratif, bagian Selatan Sebatik dimiliki Indonesia, bagian Utara milik Malaysia. Mengapa Malaysia bersikeras mencoba menguasai Ambalat? Blok Laut Ambalat memiliki luas wilayah sekitar 15.235 KM persegi dan terletak di Laut Sulawesi atau Selat Makassar, dekat perbatasan antara Sabah, Malaysia, dan Kalimantan Timur. Diketahui pada blok ini terdapat kekayaan tambang laut, utamanya minyak, meski tidak semua wilayah di blok ini kaya akan minyak mentah.

Sejak dekade 1960-an, Indonesia dan Malaysia kerap bersitegang mengenai Blok Ambalat. Puncak perseteruan terjadi pada Tahun 2002 ketika Mahkamah Internasional memenangkan Malaysia dalam sengketa kepemilikan Pulau Sipadan dan Ligitan yang terletak di Blok Ambalat. Direktur Politik, Keamanan dan Kewilayahan Direktorat Jenderal Hukum dan Perjanjian Internasional Kemlu Oktaviano Alimudin, di Jakarta, mengatakan Kemlu telah mengirim nota protes ke Malaysia terkait 7 pelanggaran wilayah yang terjadi pada bulan Januari 2015. Dua nota protes yang dikirimkan oleh pemerintah Indonesia kepada pemerintah Malaysia itu merupakan nota protes yang telah ditandatangani oleh Panglima TNI dan dikirimkan oleh Kemlu RI.

Menurut Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, penyebab pelanggaran batas wilayah yang dilakukan oleh negara tetangga itu karena batas wilayah antara Indonesia dan Malaysia masih cenderung abu-abu. Oleh karena itu, Pemerintah Indonesia dan Pemerintah Malaysia telah sepakat untuk segera melakukan perundingan untuk membahas masalah perbatasan, baik wilayah darat, laut, maupun udara. Nota protes yang dikirimkan pemerintah Indonesia ternyata tidak dijawab oleh Malaysia. “Sudah ada 7 nota protes pelanggaran wilayah, semuanya udara, sejak januari 2015. Tapi mereka belum merespon,” kata Octavino Alimudin, dalam jumpa pers di kantor Kementerian Luar Negeri, Jakarta, Kamis (25/6).

Malaysia Harusnya Sadar

Hubungan Indonesia dengan Malaysia beberapa kali terganggu. Sikap mereka sering menyebabkan rasa jengkel rakyat Indonesia. Sebagai contoh misalnya mereka ada yang menjuluki warga kita di Malaysia 'Indon.' Julukan yang merendahkan, terlebih dalam beberapa kasus TKI, yang juga direndahkan. Dengan tanpa peduli dan rasa malu mereka mengakui budaya Indonesia, juga beberapa hasil seni. Malaysia merasa sebagai negara Islam yang kental, tetapi tetap saja masuk dalam persatuan Negara-Negara Persemakmuran Inggris (Commonwealth of Nations), bergabung pada 16 September 1963, Singapura (15 Oktober 1965). Kelompok ini adalah suatu persatuan yang secara sukarela melibatkan negara-negara berdaulat yang didirikan atau pernah dijajah oleh pihak Britania Raya (Inggris) dalam sebuah persatuan. Karena itu Malaysia masih dilindungi dalam Pakta Pertahanan FPDA. Apabila Malaysia dan Singapura diserang, maka Inggris, Australia dan Selandia Baru akan membela dengan kekuatan militer, itulah inti Pakta FPDA. Oleh karena itu tidak heran apabila Malaysia selalu tampil gagah berani menantang Indonesia pada kasus-kasus perbatasan dan kasus-kasus lainnya. Secara politis dan diplomatis dia akan didukung negara-negara persemakmuran lainnya. Hidung Malaysia menjadi lebih tinggi (nose up) setelah memenangkan kasus Sipadan dan Ligitan, nah kini mereka mencoba memainkan kartu Ambalat. Mengapa Indonesia bisa dikalahkan sebelumnya? Jawabannya satu, para pejabat Indonesia kurang terkordinasi, masing-masing tidak yakin dan berjalan sendiri-sendiri. Dapat dikatakan kurang siap menghadapi mahkamah internasional.
Malaysia_MH370_2859611k

Kasus Malaysia Airlines MH-370 (malaysia.chronicle.com)

Mengapa penulis menyatakan, "Malaysia harusnya sadar." Rupanya Malaysia selama ini tidak membaca adanya ancaman perang proksi (Proxy War) dimana mereka telah diserang dua kali. Kasus Malaysia Airlines MH-370 dan MH-17 bukankah menjadi sebuah pelajaran sebuah ancaman serius dan yang tidak mampu mereka baca? Penulis berani mengatakan bahwa ada sebuah kekuatan clandestine yang sengaja menyerang Malaysia, dengan target khusus Malaysia Airlines System (MAS). Kini MAS menuju ke kebangkrutan, dimana citranya hancur, penumpang takut naik MAS karena khawatir tidak akan sampai ketujuan. (Baca : Malaysia Airlines Korban Serangan “Clandestine Proxy War”, http://ramalanintelijen.net/?p=9675). Lantas siapa sebenarnya musuh Malaysia itu? Dalam perang proxy, apabila dua negara berperang dan tidak ingin terlibat langsung, maka akan digunakan pihak ketiga, bisa negara lain, LSM, dan bahkan kelompok teroris. Dalam kasus hilangnya pesawat Boeing 777, MH370, penulis banyak menelitinya, kesimpulannya, pelaku adalah kemungkinan besar Captain Pilotnya sendiri.

Ini bisa disimpulkan sebagai aksi teror yang hingga kini tidak jelas motifnya. Ini aksi teror tataran tertinggi, pesawat dilenyapkan sehingga motif tidak terbaca. Efek psikologisnya sangat besar, diberitakan media se dunia dalam beberapa bulan tanpa kejelasan dan bukti, pesawat lenyap begitu saja. Inti serangan adalah ketidak jelasan, dimana manusia sangat takut dan tidak nyaman menghadapi sesuatu yang tidak jelas. Mestinya Malaysia sadar, bahwa itu adalah serangan awal, penulis pernah membuat artikel, kemungkinan adanya serangan kedua? Ternyata terjadi pada pesawat yang sama Boeing777 (MH-17), yang hancur ditembak peluru kendali di Ukraina yang sedang konflik. Lantas sispa penembaknya? Hingga kinipun tidak jelas, para penumpang hanya mati sia-sia. Apakah penembak pemberontak atau justru Ukraina?

Menurut teori perang modern, pemberontak ataupun pemerintah Ukraina bisa saja menjadi pelaku dalam proxy war yang disebut unstate actor. Di Ukraina ada dua kekuatan besar yang bermain yaitu Rusia dan AS. Pemerintah AS menuduh pelakunya adalah pemberontak yang didukung Rusia, sementara Rusia menyanggahnya. Kasus hingga kini tidak dapat dibuktikan, dan Malaysia tetap tidak berdaya. Efak psikologis kembali menghantam MAS berupa kehancuran citra aman. Apakah ini disadari oleh Malaysia? Nah, apabila ditelusuri lebih jauh, nampaknya ada konflik terbuka antara Malaysia dengan Amerika Serikat. Terkait hilangnya MH-370, Mantan PM Malaysia Mahathir menyatakan pada hari Senin (19/5/2014) seperti dikutip laman IB Times, kecelakaan pesawat itu janggal dan menyatakan bahwa badan intelijen Amerika Serikat CIA (Central Intelligence Agency) telah menyembunyikan informasi penting terkait hilangnya MH370. (Klik link ; http://ramalanintelijen.net/?p=8404

Mahathir juga menyatakan bahwa pencarian pesawat itu di pantai Barat Australia (Samudera Hindia) adalah pekerjaan sia-sia, membuang uang dan waktu saja. Mahathir menegaskan kemungkinan pesawat itu berada disuatu tempat tanpa inisial Malaysia. Dikatakannya, "The plane is somewhere, maybe without MAS (Malaysia Airlines) markings,” katanya. “It is a waste of time and money to look for debris or oil slick or to listen for pings from the black box.” Menurut Mahathir, seseorang atau badan pemerintah AS menyembunyikan sesuatu dalam kasus ini dan rasanya tidak adil apabila Malaysia yang harus disalahkan, begitu dia menuliskan dalam blognya. Mahathir juga meminta agar CIA membagi informasi kepada Malaysia. Mahathir juga menyatakan bahwa media tanpa alasan yang jelas telah membatasi pemberitaan tentang Boeing dan CIA. “For some reason, the media will not print anything that involves Boeing or the CIA,” tegasnya.

Pernyataan mantan PM Malaysia tersebut tidak/belum mendapat tanggapan baik dari CIA, Boeing maupun pemerintah AS. Pernyataan resmi pernah keluar dari Kepala CIA John Brennan pada tanggal 12 Maret 2014, bahwa teori hilangnya pesawat karena pilot MH370 melakukan aksi bunuh diri atau kemungkinan adanya aksi teroris tidak dapat diabaikan. (Untuk lengkapnya baca atikel penulis "Mantan PM Malaysia Mahathir Mohamad Menyatakan CIA Menutupi Masalah MH370", http://ramalanintelijen.net/?p=8404). Seperti diketahui, selama memerintah pada masa lalu, Mahathir dikenal sering mengkritisi negara-negara Barat. Bahkan mantan PM Malaysia itu mengeluarkan pernyataan sensitif, mengatakan bahwa serangan ke WTC adalah sebuah rekayasa agar ada alasan AS untuk melakukan serangan terhadap dunia muslim. Mahathir menegaskan, “But whether real or staged, the 9/11 attacks have served the United States and Western countries well. They have an excuse to mount attacks on the Muslim world.”

Selanjutnya Mahathir juga menyerang Presiden Barack Obama, saat berpidato pada menyampaikan pidatonya di Konferensi Umum untuk Dukungan Al-Quds untuk membantu Palestina, di Kuala Lumpur pada Rabu (20/1/2010). Dia menyatakan ,"It is quite easy to promise during election time but you know there are forces in the United States which prevent the President from doing some things. One of the forces is the Jewish lobby, AIPAC.” Dari fakta diatas, apakah Malaysia tidak dapat membaca bahwa mereka dengan gagah berani menyentuh hal prinsip yang paling membuat alergi AS, yaitu soal ancaman terorisme. Kasus runtuhnya WTC pada peristiwa 911 telah merubah politik luar negeri AS dalam mengejar teroris. Bagaimana AS tidak marah dengan perkataan Malaysia bahwa runtuhnya WTC serta meninggalnya 3.000 lebih pada peristiwa 911 itu sebuah rekayasa.

Disinilah mestinya Malaysia harusnya sadar, keberanian dan kenekatannya menentang AS akan berakibat luas, nerupa tekanan besar dan terbukti mereka menjadi target penyadapan oleh NSA. Sementara Singapura yang sama-sama negara yang dilindungi FPDA menjadi agen penyadap jaringan serat optik yang dikendalikan oleh NSA. Dengan demikian Malaysia berada pada posisi yang dimonitor oleh pemerintah AS. Sebagai negara yang besar dan kuat (super power) AS pernah marah dan dengan tegas mengeluarkan Selandia Baru dari Pakta ANZUS karena persoalan kebijakan kapal bertenaga nuklir yang dilarang berlabuh di pelabuhan Selandia Baru.. Jelas sudah kini dan juga dimasa mendatang, AS tidak suka dengan Malaysia, terlebih kini kepentingan militer AS dalam perebutan wilayah Laut China Selatan dengan Tiongkok, menjadi fokus Presiden Obama dengan kebijakan rebalancing. Dalam pengalaman operasi di Irak, AS pernah mengalami kesulitan memperoleh pangkalan depan untuk operasi udara yang ditolak oleh Pakistan. Demikian juga AS pernah ditolak oleh Turki dalam operasi di Irak dan Syria. Kini AS menurut penulis sangat tidak senang dengan Malaysia yang tidak bersahabat. Walau Malaysia masuk dalam FPDA, AS bukan bagian pakta tersebut, hanya bergabung dengan Inggris di NATO serta Australia di ANZUS.

Suatu saat Malaysia mungkin akan ditinggalkan oleh para pelindungnya demi sebuah kepentingan yang jauh lebih besar. Oleh karena itu, sebaiknya memang Malaysia harus menilai ulang dan memperbaiki hubungan dengan negara-negara Asean lainnya, terutama Indonesia yang luas wilayah serta jumlah penduduknya 40 persen dari gabungan negara-negara Asean. Dalam hal ini pemerintah Indonesia tidak perlu segan-segan apabila berurusan dengan Malaysia yang sering tidak jujur dan seenaknya. Jangan kita terlalu jauh berurusan/bekerjasama dengan Malaysia, khususnya dalam melakukan kerjasama militer. Penulis pernah menemukan adanya ketidak jujuran dalam latihan militer. (Baca : Pengalaman Berlatih, Kostrad Dan Ranger Malaysia, http://ramalanintelijen.net/?p=1544). Jangan justru kita memberikan pekerjaan terkait militer kepada perusahaan Malaysia. Mereka bisa menyusupkan agen intelijennya melalui proyek militer. Yang kurang banyak diketahui, Malaysia sudah cukup lama menyiapkan dua divisi pasukannya termasuk lapis baja di wilayah Malaysia Kalimantan menhadap ke wilayah Indonesia. Dengan kata lain, Indonesia harus cerdik dan tegas menghadapi diplomasi memancing konflik Malaysia yang sering menggunakan kekuatan militernya untuk memrovokasi berupa pelanggaran wilayah. Jangan terpancing seperti dahulu, terlalu cepat membawa kasus Blok Ambalat atau Pulau Sebatik ke meja perundingan Mahkamah Internasional. Mari dukung Menhan dan TNI, seperti ditegaskan Menhan, kalau militernya menerobos kita serang, Itu namanya pemimpin besar dan berani Indonesia. Kita bangga dengan Menhan Ryamizar yang berani dan tidak segan dengan negeri jiran ini. Penulis : Marsda TNI (Pur) Prayitno Ramelan, Analis Intelijen www.ramalanintelijen.net

Jumat, 26 Juni 2015

Kisah TNI AU Mau Bom Pangkalan Jet Tempur Inggris di Singapura

B-26 Invader. ©repro buku Baret Jingga
B-26 Invader. ©repro buku Baret Jingga
Tahun 1965, Inggris membangun pangkalan utama di Singapura. Pangkalan Udara Militer Tengah Air Force Base menjadi markas jet tempur Inggris.
Saat itu hubungan Indonesia dan Malaysia sedang memburuk. Malaysia meminta bantuan Inggris, Australia dan Selandia Baru. Bantuan langsung datang. Pesawat jet, kapal perang, hingga pasukan elite mereka disiagakan di perbatasan dengan Indonesia.
TNI AU melihat Pangkalan Udara Inggris di Singapura sebagai ancaman. Komando Mandala Siaga (Kolaga) merancang rencana untuk mengebom pangkalan tersebut.
Panglima Komando Operasi Komodor Leo Watimena memimpin briefing di Pangkalan Udara Halim Perdanakusuma.
“Pangkalan Udara Militer Tengah Air Force Base dijaga dengan radar dan misil anti serangan udara. Bukan tugas mudah untuk menyerang dan menghancurkannya,” kata Komodor Leo Watimena.
Dia melihat para komandan skadron di depannya. “Siapa di antara kalian yang siap berjibaku menghancurkan tengah ABF?” tanya Leo.
“Saya siap Panglima!” teriak seorang perwira senior.
Tantangan itu dijawab dengan gagah oleh Komandan Skadron I Pembom Taktis Kolonel (Oedara) Pedet Soedarman. Dia merasa perlu mengobarkan semangat anak buahnya dalam konfrontasi melawan Malaysia dan sekutunya.
Pedet Soedarman pilot berpengalaman. Dia kenyang pengalaman menerbangkan pesawat jenis B-25 Mitchel dan B-26 Invander dalam menumpas berbagai penumpasan pemberontakan yang terjadi di tanah air.
Maka saat merencanakan mengebom Tengah ABF, 2 pesawat itu juga yang akan digunakannya. Demikian dikisahkan Pedet Soedarman dalam buku Pengalaman Heroik Penerbang Bomber tahun 2003.
“Direncanakan 50 persen bom yang dijatuhkan dari pesawat itu akan mampu menghancurkan landasan sekaligus mencegah musuh melakukannya,” kata Pedet.
Rencana dan persiapan terus dilakukan. Moril para anggota TNI AU tinggi untuk melaksanakan tugas itu.
Namun angin berubah cepat. Peristiwa G30S mengubah peta politik Indonesia. Presiden Soekarno jatuh dan penggantinya, Presiden Soeharto memutuskan untuk mengakhiri konflik dengan Malaysia.
Dalam waktu singkat pula TNI AU menderita akibat pemerintah Orde Baru memutus semua kerja sama dengan Rusia dan China. Pesawat-pesawat paling canggih milik TNI AU tak bisa terbang gara-gara kekurangan suku cadang. Berakhirlah era Macan Terbang Asia.
Misi mengebom pangkalan jet tempur itu tak pernah digelar. (Merdeka)

Di luar Rusia, Indonesia bakal jadi negara pertama pengguna SU-35

Sukhoi Su-35.  Wikipedia.org
Sukhoi Su-35. Wikipedia.org
TNI AU berencana membeli Sukhoi SU-35 sebagai pengganti pesawat tempur F-5 tiger. Jika rencana ini terealisasi, Indonesia bakal tercatat sebagai negara pertama di luar Rusia yang menggunakan pesawat Sukhoi SU-35.
Selain Indonesia, yang kini sedang bernafsu untuk membeli Sukhoi adalah China. Mereka merasa perlu menambah kekuatan udaranya terkait ketegangan di Laut China Selatan.
Sementara 2012 lalu, Venezuela sudah hampir menandatangani kontrak. Namun belakangan dikabarkan mereka akhirnya memilih Sukhoi SU-30.
Malaysia juga tengah melirik Sukhoi SU-35 untuk memperkuat Tentara Udara Diraja Malaysia. Sukhoi memang bukan produk asing bagi Malaysia. Mereka sudah memiliki Sukhoi SU-30 MKM.
Saat ini baru Rusia yang mengoperasikan Sukhoi SU-35. Pesawat ini memang tidak murah, satu unitnya dibanderol dengan harga sekitar Rp 844 miliar. Harga yang diklaim Rosoboron sebanding dengan kemampuan tempur dan manuver pesawat yang dijuluki pembunuh di angkasa ini.
Harga itu sebenarnya jauh lebih murah dari F-16 tipe terbaru yang ditawarkan AS sebesar Rp 2 triliun lebih.
Jika Indonesia menjadi negara pertama di luar Rusia yang menggunakan Sukhoi SU-35, maka ini mengingatkan kita pada era 1960. Saat itu banyak alutsista yang dijual eksklusif hanya kepada Indonesia di luar Uni Soviet.
Pesawat bomber TU-16 misalnya. Hanya Indonesia yang diperbolehkan menggunakannya. Pesawat inilah yang bikin takut Blok Barat tahun 1960an.
Begitu juga dengan kapal selam kelas kilo. Cuma Indonesia yang diberi hak istimewa untuk membelinya. Tak tanggung-tanggung Rusia menjual 12 kapal selam sekaligus. Menjadikan Indonesia adalah pemilik kapal selam di bumi bagian selatan ini.
Duta Besar Rusia untuk Indonesia Mikhail Galuzin menjelaskan bila hal tersebut sudah masuk tahap yang lebih serius. Kendati begitu, soal kapan kesepakatan pembelian SU-35 bisa terjalin, dia sedikit menghindari dengan alasan isu tersebut bersifat internal.
“Jika ditanya sejauh mana, hal itu belum bisa diungkap ke publik, namun kerjasama seputar hal tersebut terus menuju ke arah yang positif,” kata Galuzin ketika ditemui di kediamannya, Jakarta, Kamis, (25/6).
“Dalam pameran Aerospace dan Army exhibition yang dibuka 16 Juni lalu di Moskow, TNI AU diketahui turut menghadiri dan terus berkonsultasi seputar hal itu,” lanjutnya.
Kita tunggu saja, akankah si pembunuh di udara ini akan masuk barisan pesawat buru sergap TNI AU. (Merdeka)