Jika tak ada aral melintang, nantinyaTNI AU akan memiliki 33 unit
F-16 Fighting Falcon, terdiri dari varian generasi F-16 A/B yang sejak
tahun 90-an memperkuat Skadron Udara 3 dan 24 unit F-16 C/D Block 25
yang di upgrade ke Block 52ID. Bertambahnya populasi Elang Penempur
sudah pasti membutuhkan beberapa kesiapan, selain urusan logistik dan
perawatan, yang juga penting adalah bekal persenjataan yang melengkapi
armada multirole fighter tersebut.
Selain bekal kanon internal Gatling Vulcan M61A1 kaliber 20 mm,
pasangan paling serasi F-16 adalah rudal udara ke udara jarak pendek
AIM-9 Sidewinder. TNI AU pun tak asing dengan rudal buatan Raytheon
Company ini. Sejak era hadirnya F-5 E/F Tiger II di
awal tahun 80-an, TNI AU mulai mengenal sosok rudal pemburu panas lewat
jenis AIM-9 P2 Sidewinder. Berlanjut pada kedatangan 12 unit F-16 A/B
Fighting Falcon di awal tahun 90-an, TNI AU mulai menggunakan versi yang
lebih maju, AIM-9 P4 yang dapat ditembakkan dari beragam sudut. AIM-9
P4 juga dipasang pada jet tempur Hawk 200/209 TNI AU.
Dua varian Sidewinder TNI AU yang disebut diatas tentu kini sudah
usang. Sebagai gantinya kini ada varian tercanggih AIM-9X Sidewinder. Di
kawasan Asia Tenggara, rudal ini memang lebih dulu digunakan Singapura
dan Malaysia. Nah, kabar dari situs airforce-technology.com
(6/5/2015) menyebutkan US State Department telah menyetujui potensi
penjualan rudal AIM-9X ke Indonesia dalam program FMS (Foreign Military
Sale). Potensi penjualan yang disetujui mencakup penjualan sistem rudal
utama, peralatan pendukung, suku cadang, dan logistik. Pihak Defense
Security Cooperation Agency telah mengabarkan ke pihak kongres AS
tentang potensi penjualan ini, nilai penjualan yang ditaksir mencapai
US$47 juta.
AIM-9X Sidewinder, menjadi rudal andalan F-15SG dan F-16 AU Singapura
Paket penjualan AIM-9X Sidewinder ke Indonesia mencakup pengiriman 30
unit rudal AIM-9X-2 Sidewinder Block II, 20 unit AIM-9X-2 captive air
training missiles (CATM), 2 unit CATM-9X-2 Block II tactical missile
guidance units, 4 unit CATM-9X-2 Block II guidance units, dan dua dummy
air training missile. Pembelian ini lumayan komplit, karena mencakup ke
aspek rudal dummy untuk keperluan latihan. Sebagai perbandingan,
Singapura setidaknya empat tahun lalu telah memiliki 200 rudal AIM-9X.
Termasuk dalam paket US$47 juta adalah container rudal, perangkat
test sets, peralatan pendukung, suku cadang, perbaikan, dokumen teknis,
pelatihan personil, dan peralatan latihan. Hadirnya rudal ini
memungkinkan Indonesia untuk meningkatkan kemampuan penangkalan ancaman
serta menangani stabilitas regional dan memperkuat pertahanan teritori.
Dengan adopsi rudal yang telah digunakan Singapura, Malaysia, dan
Australia, juga akan membantu Indonesia meningkatkan upaya koalisi
dukungan pertahanan di masa kini dan masa depan. AS pun punya
kepentingan lebih jauh, seperti interoperabilitas persenjataan dengan
kekuatan militer AS.
AIM-9X merupakan versi termutakhir dari Sidewinder yang mampu
menghancurkan target di jarak 20 Km, mulai dikembangkan pada tahun 1996.
AIM-9 memppunyai kemampuan first shot dan first kill yang lebih
responsif. Rudal ini dilengkapi thrust vectoring yang terhubung
ke guidance fins, artinya rudal dapat menguber target yang berbelok
sekalipun. Radius putar AIM-9X mencapai 120 meter, dengan kemampuan ini,
saat penembakan pesawat peluncur tidak lagi harus melakukan manuver
untuk menyesuaikan dengan target. Cukup lepas AM-9X, selanjutnya rudal
akan menguber target sendiri.
AIM-9X mulai dioperasikan jajaran militer AS pada tahun 2003, dan
kini sudah digunakan oleh 40 negara. Untuk mengoperasikannya rudal ini
diintegrasikan dalam joint mounted helmet mounted cuing system
(JHMCS) buatan Boeing yang dikenakan pilot. Tak heran, AIM-9X menjadi
rudal andalan untuk jet-jet tempur mutakhir AS, seperti F-22 Raptor dan
F-15 Strike Eagle. (Bayu Pamungkas)