Prestasi Kopassus sangat banyak.
Discovery Channel Military menobatkannya sebagai pasukan elit terbaik
ketiga di dunia setelah Special Air service (SAS) Inggris dan Mossad
Israel pada tahun 2008. Di pertemuan Elit Forcesin Tactical, Deploymen, and Assault di Wina, Austria, Kopassus dinilai sebagai pasukan terbaik kedua di dunia dalam hal keberhasilan operasi intelijen, setelah Delta Force As.
“Prestasi Kopassus banyak, tapi tidak
kami ungkap. Sebab, begitu berhasil kopassus langsung sembunyi. Dia
seperti angin. Kalaupun terlihat hanya bayang-bayang saja.” Jelas Kepala
Staf TNI Angkatan Darat Jenderal TNI Gatot Nurmantyo.
Mengapa tak mau mengumumkan kehebatan Kopassus kita?
Dalam menjankan tugas, motto Kopassus,
janganlah mengharapkan pujian, tapi harus mencari pengabdian. Kalau ada
Kopassus yang minta dipuji, itu kopassus-kopassusan. Kopassus yang
sebenarnya saat berhasil menyelesaikan tugas, dia bersembunyi. Prajurit
Kopassus bermain di sarang musuh, tidak melempar senjata, sebab
senjatanya adalah otak. Inilah mengapa, prestasinya tidak kita buka.
Kemampuannya unggul. Mereka harus mampu melipatgandakan kekuatan. Dari
10 prajurit Kopassus, bisa menjelma menjadi 1.000 prajurit. Saat
melaksanakan tugas jumlah Kopassus tidak perlu banyak, hanya tiga,
empat, atau 10 orang. Tapi bisa. menghancurkan musuh.
Di wilayah mana saja Kopassus menjalankan operasi? Dan apa prestasi terbaiknya?
Operasi terakhir di Aceh ada, di Papua
juga ada. Prestasi yang paling gemilang adalah saat operasi di Bandara
Don Muong, Thailand Saat itu Kopassus melakukan operasi di negara lain,
dan berhasil. Operasi Don Muang dilakukan pada 1981 untuk membebaskan 48
penumpang dalam pesawat Garuda Indonesia GA 206 yang dibajak teroris.
Kopasandha (cikal bakal Kopassus) berhasil membebaskan sandera. Selain
itu, ada sederet prestasi Kopassus lainnya. Di antaranya, berhasil
membebaskan awak Kapal MY Sinar Kudus yang disandera di Somalia pada
2011, tujuh kali berturut turut menang lomba tembak tingkat Asia
Tenggara, dan memecahkan rekor Asia untuk terjun payung susun sebanyak
18 orang.
Jenderal Gatot diangkat menjadi warga
kehormatan Kopassus September 2014. Dia satu-satunya bintang empat yang
mengikuti seluruh prosesi pembaretan seperti yang dijalani prajurit
Kopassus. Gatot mengikuti proses latihan selama lima hari. Mulai dari
senam pagi pukul 2 dini hari, jalan kaki, berkubang, mendaki gunung,
menerobos hutan, berendam, sampai berenang tengah malam dari Cilacap
sampai Nusakambangan.
Danjen Kopassus Mayjen Doni
Monardo merumuskan ciri khas prajurit Kopassus yaitu 3S (senyum, sapa
dan salaman) serta menghindari 3M (melotot, marah, memukul). Bagaimana
tanggapan Anda?
Tugas Kopassus itu melipat gandakan
kekuatan dan bertempur di belakang musuh, jadi, apa harus melotot?
Kopassus harus memahami keinginan orang lain, lalu membawa keinginan
tersebut menjadi keinginan kita Jadi, tegur sapa sudah mendarah daging
di Kopassus. Memang, tampilan Kopassus itu gagah dan sepertinya galak.
Tapi, saat menjalankan tugas apa harus seperti itu? Tidak Dia harus
memahami keinginan musuh dan mengubah keinginannya. Yang tadinya musuh
marah, mengajak bertempur maka prajurit Kopassus harus bisa membunuh
kemauan itu.
Saat ini, perang tradisional atau
melawan musuh di lapangan nyaris tak pernah terjadi. Ancaman global
adalah perang era modern, seperti cyber war. Begaimana kesiapan Kopassus dan cara mengedukasi prajuritnya untuk menghadapi hal ini?
Itu perang kekinian, terjadi di berbagai kehidupan bangsa dan negara. Di
dalam keluarga aja ada perang, Misalnya, ada anak yang izin kepada
ibunya mau mengerjakan tugas di warnet, Ibunya bangga. Tapi, sampai di
warnet anak itu malah membuka situs-situs berbahaya. Kopassus harus
menyesuaikan diri dengan perang di era seperti itu. Kopassus saat ini
sudah bergerak di dunia cyber war. Itu khusus. Dan kami harus bersiap menghadapinya.
Dalam sebuah kesempatan, Jenderal Gatot
mengatakan, saat ini dunia menghadapi perang proxy. Proxy war adalah
sebuah konfrontasi antara dua kekuatan besar menggunakan pemain
pengganti untuk menghindari konfrontasi secara langsung. Alasannya
mengurangi resiko konflik yang berpotensi kehancuran fatal, perang yang
mahal dan berdarah. Perang proxy biasanya digunakan pihak ketiga, dan
yang bertindak sebagai pemain pengganti adalah negara kecil, namun
kadang bisa “non state actors” berupa LSM, Ormas, kelompok masyarakat
atau perorangan. Saat perang proxy, tidak dapat dikenali siapa kawan dan
siapa lawan. Bagaimana menghadapi Proxy War? Menurut Jenderal Gatot,
upaya terbaik dan paling sederhana adalah back to basic. Cinta dan
peduli terhadap kepentingan negara dan menempatkannya tertinggi di atas
segala-galanya. Semua pemimpin dari semua strata harus banyak berbuat
dan beraksi, bukan hanya berbicara.
Apa Kopassus dilibatkan dalam penanganan terorisme dan gerakan-gerakan radikalisme?
Sejak 1981 TNI AD membentuk satuan
khusus anti teror. Komandan pertamanya Pak Luhut Panjaitan (saat ini
Kastaf Kepresidenan), Satuan itu didesain untuk menghadapi terorisme.
Lalu, seiring perkembangannya, dan aturan undang-undang, tugas teroris
ditangani lembaga khusus. (Saat ini ada Densus 88 Polri dan BNPT atau
Badan Nasional Penanggulangan Terorisme). Namun demikian kami terus
melatih diri. Kami selalu siap. Diminta tidak diminta, kami siaga. Kami
terus mengamati jenis teror-teror yang terjadi saat ini. Kami latihan,
kami simulasikan. Belajar, berlatih, belajar dan berlatih.
Apakah ada ketentuan, kapan Kopassus diterjunkan untuk membantu menangani suatu aksi terorisme?
Itu yang menentukan panglima tertinggi
(Presiden). Yang jelas kami selalu siap, Kami haus tugas. Dikasih tugas
apa saja kami senang. Bahkan, menjalankan tugas pertanianpun senang.
Menghadapi teroris juga kami senang, Kalau Kepolisian memerlukan bantuan
dan panglima tertinggi memerintahkan, kami siap bantu polisi. Karena
tugas itu berarti kehormatan bagi kami.
Untuk acara syukuran HUT ini, Kopassus mengundang mantan petinggi GAM, OPM, dan Falintil, Bagaimana anda menyikapi ini?
Begini, tentara sejati itu cinta damai.
Saking cinta damainya, di rela berperang untuk mewujudkan perdamaian.
Jadi, berperang bukan kemauan tentara sendiri, tapi kemauan negara untuk
mewujudkan perdamaian. Begitu perang selesai, maka selesailah semua.
Tidak boleh lagi ada dendam antara kami. Kita sama-sama patriot, maka
saat berperang ya perang, tapi ketika selesai y selesai. Dulu memang
bermusuhan, tapi sekarang, berdasarkan keputusan politik, kita sudah
berdamai. Masak, kita mau perani terus. Tujuan mengundang mereka tentu
merupakan bagian diplomasi. Yaitu mengutamakan soft diplomacy.
Harapan Anda untuk Kopassus di usianya yang ke-63 ini?
Saya berharap Kopassus lebih
profesional, lebih disiplin, lebih hebat dan lebih termotivasi untu
maju. Kopassus tidak mencari pujian tapi harus haus dengan pengabdian. (tniad.mil.id)