Jumat, 10 April 2015

5 Pesawat Tempur Terbaik Dunia, Pernah Dimiliki TNI AU

  image
Mig 17 AURI (Merdeka.com)

Setelah Perang Dunia II berakhir ditandai dengan menyerahnya Jepang membuat Indonesia bergerak cepat membangun pertahanan untuk menghadang kembalinya Belanda ke bumi pertiwi. Usai proklamasi, Indonesia segera menyita sejumlah pesawat tempur milik Jepang yang ditinggalkan.
Sejak itu, Indonesia menjadi negara kedua di Asia Tenggara yang memiliki kekuatan pertahanan udara. Saat itu, Indonesia memiliki sejumlah pesawat tempur, yakni Mitsubishi A6M Zero-Sen, Mitsubishi J2M Raiden, Nakajima Ki-43 Hayabusa, Nakajima Ki-44 Shoki dan Nakajima Ki-84 Hayate. Indonesia juga menyita pesawat Curtiss P-36 Mohawk, Curtiss P-40E Warhawk, Supermarine Spitfire, Vought F-4U Corsair milik AU Belanda.
Penarikan mundur tentara KNIL dari Nusantara membuat Indonesia memiliki penambahan kekuatan.TNI AU mengambil alih P-51 Mustang, B-25 Mitchell, T-6 Texan, Douglas A-26 Invader, Douglas C-47 Dakota. Indonesia juga menerima De Havilland DH-115 Vampire dari Inggris dan sempat dipakai selama beberapa dekade berikutnya.
Kedekatan Indonesia dengan blok timur di bawah Uni Soviet membuat negeri ini menerima sejumlah pesawat baru dan paling modern. Pesawat sejenis Mikoyan-Gurevich MiG-15, hingga MiG 21 dimiliki TNI AU hingga disebut sebagai Macan Asia.
Berikut pesawat tempur terbaik dunia yang pernah dimiliki TNI AU:
Mig 17
Mig 17

MiG-17 Fresco
Mikoyan-Gurevich MiG-17 merupakan salah satu pesawat tempur modern yang dimiliki TNI AU. Kedekatan hubungan membuat Uni Soviet tak keberatan ketika Indonesia berniat membeli 66 unit pesawat ini.
Pesawat ini pertama kali terlibat dalam pertempuran udara di Selat Taiwan dan Perang Vietnam. Dalam kedua pertempuran itu, pesawat ini membuat pesawat-pesawat tempur yang diterbangkan pilot AS waspada.
MiG-17 Fresco semula dibuat sebagai pesawat tempur serbaguna dengan pengoperasian siang hari. Pesawat ini juga dapat digunakan sebagai pesawat tempur-bomber, tetapi daya angkut bom-nya relatif kecil jika dibandingkan dengan pesawat lain saat itu, dan biasanya membawa tangki bahan bakar tambahan selain bom.
MiG-17 memiliki panjang 11,26 meter dan lebar sayap 9,63 meter. Pesawat berbobot kosong 3.919 kg dan bobot maksimal 5.350 kg ini dilengkapi mesin Klimov VK-1F. Kecepatan pesawat mencapai 1.145 km per jam pada ketinggian 10.000 kaki dan melesat sampai 2.060 km.
Pesawat varian ini dipersenjatai dua senapan 23mm NR-23 dan satu senapan 37mm N-37, yang terpasang di bawah intake-udara. TNI AU sendiri memiliki dua varian pesawat jenis ini, yakni MiG-17F, MiG-17PF. Semua varian dapat membawa 100 kg bom hingga 250 kg bom. MiG-17PF TNI AU dilengkapi radar Izumrud-5 (RP-5).
Mig 21
Mig 21

MiG-21 Fishbed
Tak kalah dengan pendahulunya, MiG-21 memiliki panjang 14,5 meter dan lebar sayap 7.154 meter ini memiliki bobot bersih 8.825 kg. Pesawat ini dilengkapi sebuah mesin Tumansky R25-300 yang membuatnya melesat hingga 2.175 km per jam dengan jarak tempuh 1.210 km.
Pesawat ini menjadi pesawat yang paling sukses dibuat Mikoyan, jet supersonik ini paling banyak populasinya dan banyak digunakan sejumlah negara dunia. Salah satu fitur yang menonjol adalah biaya produksinya yang rendah.
NATO, memberikan julukan khusus untuk MiG-21 yakni ‘fishbed’, yang berarti fosil ikan. Sedangkan pilot Soviet menyebut pesawat ini ‘balalaika’ karena sayapnya yang berbentuk segitiga.
Seperti MiG-17, MiG-21 juga sukses dalam perang Vietnam. Bodinya yang ramping membuat jet ini mampu bergerak dengan gesit dan lincah. Kondisi ini membuat armada AS membuat taktik khusus guna menghadapinya, namun tindakan itu tak membuat MiG-21 kalah dalam pertempuran udara.
TU-16 Badger
TU-16 Badger

Tu-16 Badger
TNI AU menerima 25 unit pesawat bomber Tu-16 Badger dengan varian Tu-16KS-1 pada 1961. Pesawat-pesawat ini sedianya bakal digunakan untuk Operasi Trikora dalam merebut kembali Irian Barat dari Belanda.
Salah satu targetnya adalah Kapal Hr Ms Karel Doorman, sebuah kapal induk AL Belanda yang berlayar dekat Irian Barat. Kapal ini menggunakan rudal anti-kapal AS-1 Kennel,
14 Unit Tu-16 ditempatkan dalam Skadron 41 dan sisanya di Skadron 42. Kedua skadron ini bermarkas di Pangkalan Udara AURI Iswahyudi, di Madiun, Jawa Timur. Semua unit Tu-16 tidak diterbangkan lagi pada tahun 1969 dan keluar dari armada AURI pada tahun 1970.
Tu-16 ini memuat 7 orang kru mulai diperkenalkan pada 1954 dan berhenti diproduksi tahun 1993. Pesawat berbobot kosong 37.200 kg ini dilengkapi 2 mesin Mikulin AM-3 M-500 dan mampu melesat hingga 1.050 km per jam, serta mampu menjelajah sampai 7.200 km.
Pesawat ini dilengkapi 6-7 meriam Afanasev Makarov AM-23 23 mm, dan rudal jenis Raduga KS-1 Komet (AS-1 Kennel), Raduga K-10S (AS-2 Kipper) anti-kapal, atau Raduga KSR-5 ( AS-6 Kingfish ) anti-kapal. Dalam misi pengeboman, Tu-16 mampu membawa 9.000 kg bom menuju target. Pesawat inilah yang dulu sempat membuat Australia ketar-ketir.
North American B-25 Mitchell
North American B-25 Mitchell

North American B-25 Mitchell
Pesawat pembom bermesin kembar kelas menengah ini dibuat North American Aviation dan banyak digunakan sejumlah angkatan udara sekutu. Pesawat ini sering digunakan dalam berbagai misi pemboman udara selama berlangsungnya Perang Dunia II dan tetap digunakan selama dua dekade.
TNI AU mendapatkan pesawat ini secara gratis dari tangan Angkatan Udara Belanda (RNLAF). Bersama 26 Invader, keduanya menjadi kekuatan inti dari Skadron 1 AURI.
Di bawah Skadron 1, kedua pembom B-25 dan B-26 bertugas sebagai pembom taktis. Tugasnya adalah membantu operasi darat dan Taut. Karena semakin meningkatnya intensitas konflik horizontal di dalam negeri, permintaan dukungan dari Skadron 1pun semakin meningkat.
Tidak lama setelah diterima AURI, B-25 langsung ditugaskan untuk menjalani sejumlah operasi militer di seluruh Tanah Air. termasuk pemberontakan Republik Maluku Selatan (RMS), PRRI/Permesta hingga mendukung Operasi Seroja yang berlangsung pada 1975.
Secara spesifikasi, pesawat ini diawaki enam orang kru. Bermesin Wright R-2600-92 Twin Cyclone 14-silinder air-cooled radial engine, B-25 mampu melesan hingga 272 mph, atau 438 km per jam.
Pesawat ini dilengkapi senapan mesin kaliber 12.7 mm dan kanon T13E1 kaliber 74 mm, serta high velocity aircraft rockets (HVAR) kaliber 127 mm. Bom yang dapat dibawa mencapai 1.360 kg.
A-4 Skyhawks
A-4 Skyhawks

A-4 Skyhawks
Pembelian pesawat ini bermula dari memburuknya hubungan Indonesia dengan Uni Soviet di era Orde Baru, alhasil spareparts untuk memperbaiki Il-28 Beagles dan Tu-16 Badgers disetop. Untuk menggantikannya, TNI AU mengincar A-4 Skyhawks dari Amerika Serikat, namun ternyata negara ini hanya mampu memberikan sedikit, sedangkan kebutuhan armada sangat banyak.
Indonesia lantas memutuskan untuk membeli pesawat tersebut dari Israel meski tak memiliki hubungan diplomatik sekalipun. Alhasil, pesawat ini berdinas sejak 1982 hingga dipensiunkan pada 2003. Pada tahun itu, TNI AU menggantinya dengan dua unit Su-27SK dan dua unit Su-30MK dari Rusia.
Dengan mengandalkan mesin Pratt & Whitney J52-P8A turbojet, pesawat ini mampu melesat dengan kecepatan 1.077 km per jam dan menempuh jarak hingga 3.220 km. Tak heran jika TNI AU sempat menampilkan kecanggihan pesawat ini dalam serangkaian acara aerobatik udara.
Dalam pertempuran, A-4 Skyhawk dapat mengangkut 2 unit kanon Colt Mk 12 kaliber 20 mm yang mampu menembakkan 100 peluru, menembakkan roket Mk 32 Zuni. Pesawat ini juga dapat membawa AIM-9 Sidewinder, AGM-12 Bullpup, AGM-45 Shrike anti-radiation missile, AGM-62 Walleye TV-guided glide bomb, dan AGM-65 Maverick.
Sedangkan bom yang dapat diangkut jet tempur ini antara lain Rockeye-II Mark 20 Cluster Bomb Unit (CBU), Rockeye Mark 7/APAM-59 CBU, Mark 80 series of unguided bombs, B43 nuclear bomb, B57 nuclear bomb dan B61 nuclear bomb. (Merdeka.com).

Hawk MK.53: Perjalanan dari Jet Latih, Penempur Taktis Hingga Andalan Tim Aerobatik TNI AU

1
Pasca berakhirnya pengabdian singkat jet latih Aero L-29 Delfin pada masa revolusi 1965, praktis TNI AU kehilangan sosok jet latih lanjut untuk melatih kader penerbang tempurnya. Dan seiring berubahnya haluan politik di Indonesia, maka poros pengadaan alutsista pun bergeser dari Eropa Timur ke AS dan Eropa Barat (NATO).
Kekosongan di lini jet latih lanjut nyatanya mendapat perhatian serius di era Soeharto. Lewat kontrak yang ditandatangani oleh KSAU Marsekal TNI Ashadi Tjahjadi dan wakil pabrik British Aerospace pada 1978, Indonesia resmi memesan 20 unit jet latih lanjut Hawk MK.53 dari Inggris.
Dua unit perdana Hawk MK.53 tiba dari Inggris tahun 1980, dan memperkuat Skadron Pendidikan (Skadik) 103 Lanud Adisutjipto, Yogyakarta. Dua pesawat ini bernomer ekor LL-5301 dan LL-5302. Kedua pesawat mendarat dengan mulus di Lanud Halim Perdanakusuma pada 29 September 1980. Kode LL di ekor pesawat menyiratkan “Latih Lanjut.” Kemudian seiring reorganisasi TNI AU pada Januari 1985, Hawk MK.53 mendapat ‘promosi’ dengan masuk di jajaran Wing Tempur 300 yang berkedudukan di Lanud Iswahjudi, Madiun. Rumah baru Hawk MK.53 pun berganti menjadi Skadron Udara 15. Selain tetap mengemban peran latih lanjut bagi calon penerbang tempur, Hawk MK.53 juga mengemban peran sebagai pesawat berlabel TT (Tempur Taktis).
81113
Meski menyandang label TT, sejatinya kemampuan tempur Hawk MK.53 amat terbatas, maklum kodrat aslinya memang sebagai pesawat latih. Meski begitu, Hawk MK.53 mampu dipasangi kanon eksternal ADEN 30 mm di bawah body, roket FFAR dan bom ringan pada sayapnya. Singkat kata, Hawk MK.53 lumayan untuk misi serang darat terbatas. Perlu dicatat, varian Hawk MK.53 tidak dipersiapkan untuk membawa rudal udara ke udara sekelas AIM-9 Sidewinder.
Sebagai pesawat latih, keluarga Hawk dikenal memberikan kenyamanan kepada para penerbang. Hawk amat cocok digunakan untuk pengenalan basic training di jet tempur. Desain sayapnya yang swept wing, menambah fleksibilitas dalam melakukan manuver di udara. Untuk menunjang keselamatan, pesawat dilengkapi zero zero rocket boosted ejection seat Martin Baker MK.10, dan dapat digunakan saat pesawat masih ada di landasan. Kanopinya dibekali Miniatur Detonating Cord (MDC) sebagai pemecah kanopi, menjadikan proses penyelamatan lebih sempurna. Sementara untuk urusan mesin, Hawk mengusung Rolls Royce Adour Turbofan dengan sistem modular, alhasil untuk pemeliharaan jadi lebih ringan.

Berikut beberapa warna yang pernah digunakan pada Hawk MK.53 TNI AU
Warna khusus ini pernah digunakan pada pembuatan film IMAX (Indonesia Indah).
Warna khusus ini pernah digunakan pada pembuatan film IMAX (Indonesia Indah).
Warna Hawk MK.53 saat digunakan untuk peran Latih Lanjut.
Warna Hawk MK.53 saat digunakan untuk peran Latih Lanjut.
Hawk MK.53 dengan kamuflase fungsi Tempur Taktis (TT). Warna ini juga yang digunakan oleh JAT.
Hawk MK.53 dengan kamuflase fungsi Tempur Taktis (TT). Warna ini juga yang digunakan oleh JAT.
Teknisi sedang memasang drag chute.
Teknisi sedang memasang drag chute.

Andalan Tim Aerobatik TNI AU
Keberadaan Hawk MK.53 juga mewarnai kebangkitan tim aeroabatik TNI AU. Dimulai dengan “Spirit 85” yang tampil perdana pada HUT ABRI 1985 di Kemayoran. Kemudian formasi tim aerobatic melebur dan kembali hidup kembali pada dekade 90-an dengan nama JAT (Jupiter Aerobatic Team). Kini JAT tetap eksis melakukan atraksi aerobatk, namun tak lagi mengandalkan pesawat jet, melainkan dengan pesawat turbo propeller KT-1B Wong Bee buatan Korea Selatan.
4512
Hingga tahun 2011, dari 20 unit Hawk MK.53 yang dibeli Indonesia, hanya tinggal beberapa unit saja yang beroperasi. Dalam keseharian, hanya satu atau dua pesawat saja yang terbang akibat suku cadang yang sudah langka, dan masa pakai pesawat yang sudah mendekati purna tugas. Kemudian pada Kamis, 12 Maret 2015 menjadi momen bersejarah dan mengharukan. Dalam cuaca yang sejuk, 2 unit Hawk MK.53 yang tersisa akan melakukan penerbangan terakhir (last glight) dari Lanud Iswahjudi ke Lanud Adisutjipto. Dimana nantinya Hawk MK.53 akan menjadi penghuni baru bagi Museum Dirgantara Mandala, menambah semarak heterogen koleksi museum, Hawk MK.53 akan berdampingan bersama A4-Skyhawk dan pembom Tu-16 Badger. (Bayu Pamungkas)

Spesifikasi Hawk MK.53
– Pabrik : British Aerospace
– Awak : 2 orang
– Panjang : 11,85 meter
– Rentang sayap : 9,39 meter
– Tinggi : 4,10 meter
– Berat kosong : 3.628 Kg
– Berat maksimum : 7.750 Kg
– Mesin : Rolls Royce/Turbomeca Adour
– Kecepatan max : 1.2 Mach
– Ketinggian max : 13.565 meter
– Jarak jelajah : 2.520 Km
– Kecepatan menanjak : 47 meter per detik

Rabu, 08 April 2015

Pindad PM-2: Generasi Sub Machine Gun dengan Sentuhan Senapan Serbu

LU012192
Meski sebagian besar berstatus prototipe, PT Pindad terbilang gigih dalam meluncurkan berbagai inovasi alutsista, salah satu segmen yang cukup kentara adalah pengembangan senjata perorangan, terkhusus di lini Sub Machine Gun (SMG). TNI dan Polri memang familiar dengan beragam SMG besutan luar negeri, sebut saja Daewook K7 dan keluarga H&K MP5 yang melegenda. Namun sebagai BUMN strategis, adalah keharusan bagi Pindad untuk terus menciptakan terobosan-terobosan baru.
Setelah kurang berhasil dalam pemasaran PM-1, karena paling banter hanya dibuat ke versi PM-1A1 ‘forest guard gun’ untuk para penjaga hutan (Korps Jagawarna), masih di kaliber 9 mm, Pindad kemudian bangkit dengan merilis desain orisinil untuk generasi SMG keduanya. Sesuai tren, SMG generasi baru yang diberi label PM-2 dibangun dengan memanfaatkan receiver SS-2, bahkan Pindad sentuhan Daewook K7 pada desain final PM-2. Pada awalnya muncul tiga prototipe PM-2, yakni mulai dari PM-2V1, PM-2V2, dan PM-2V3. Untuk PM-2V1 dan PM-2V2 terlihat mengadopsi bentuk receiver konvensional, sementara PM-2V3 menggunakan pengokang depan ala HK MP5, hingga varian ini RIS (Rail Interface System) Picatinny, mirip dengan yang digunakan pada SS-1 R5. Dengan adanya RIS, maka senjata ini dapat dipasangi perangkat optical sight.

Pindad PM-1 yang digunakan Korps Jagawana.
Pindad PM-1 yang digunakan Korps Jagawana.
PM-2V1
PM-2V1
PM-2V2
PM-2V2 dengan peredam terintegrasi

Pindad juga menawarkan beragam jenis popor untuk PM-2. Mulai dari popor lipat besi ala SS-1 yang diperpendek, hingga model popor teleskopik empat posisi yang mencomot carabine M4. Karena menggunakan kaliber 9 mm, Pindad melakukan perubahan minor, diperlihatkan dengan mengubah ukuran lubang magasin 5,56 mm. Ini memberi pengaruh positif pada rigiditas magasin, meski bibir lubang magasin lebih dipertebal agar penembak dapat memasukan magasin lebih mudah.
DSC_9889DSC_9891DSC_9896
Lebih detail, pada bagian tiang pejera dilinndugi cincin alias ghost ring, sementara pisirnya menganut model diopter biasa. Pada komponen dalam, PM-2 masih menganut mekanisme blowback yang sederhana. Menganut prinsip low velocity, Pindad merancang PM-2 dengan beberapa pilihan amunisi, diantaranya:
MU-1TJ : Peluru standar NATO tipe 9 x 19 mm FMJ
MU-1M : Peluru high accuracy, dibuat dengan kontrol kualitas yang lebih baik.
MU-1S : Peluru subsonic, dibuat khusus untuk operasi senyap.
MU-1H : Peluru hampa, dibuat berbentuk crimp (bintang) dilapisi lilin untuk menahan mesiu di dalamnya.
MU-1K : Peluru karet, untuk operasi anti huru hara.
PM2DANVARIAN

Spesifikasi Pindad PM-2
– Tahun rilis : 2007
– Kaliber : 9 x 19 mm
– Sistem operasi : blowback
– Panjang total : 625 mm (popor terentang), 417 mm (popor terlipat)
– Panjang laras : 195 mm
– Bobot kosong : 2,9 Kg
– Jarak tembak efektif : 150 meter
– Kecepatan tembak : 550 peluru per menit
– Kecepatan proyektil : Peluru MU-1TJ (380 meter/detik), MU-S (300 meter/detik)
– Magasin : 32 peluru

Fasilitas Produksi Kapal Selam Indonesia Dibangun

 
image
Pemenuhan Kapal Selam oleh Pemerintah Indonesia untuk pengamanan batas wilayah laut Indonesia terlaksana dengan pembelian 3 kapal selam dari Daewoo Shipbuilding and Marine Engineering, Korea Selatan (DSME) oleh Kementerian Pertahanan RI. Pembelian kapal selam turut disertai Transfer of Technology yang melibatkan sekitar 206 personil PT PAL INDONESIA, untuk mempelajari produksi kapal selam di Korea. Hal ini sejalan dengan implementasi Undang-Undang 16 Tahun 2012 tentang Industri pertahanan, dimana PT PAL INDONESIA diberikan mandat untuk dapat secara mandiri memproduksi kapal selam bagi Indonesia.
Groundbreaking Pembangunan Fasilitas produksi Kapal Selam dihadiri Wakil Ketua Komisi I DPR RI, Asisten Deputi Usaha Industri Agro dan Industri Strategis Kementerian BUMN, Kapusada Baranahan Kementerian Pertahanan, Tim Pelaksana KKIP, Perwakilan Daewoo Logistics, Direktur Utama PT Waskita Karya (Persero), Jajaran Dewan Komisaris dan Direksi PT PAL INDONESIA, serta para Insan PAL yang mengikuti TOT kapal selam. Pemancangan tiang pancang pertama (Groundbreaking) fasilitas produksi kapal selam ini, sebagai tanda dimulainya pekerjaan konstruksi di lokasi proyek pembangunan fasilitas kapal selam yang letaknya di area sekitar dermaga divisi Pemeliharaan dan Perbaikan (Harkan) PT PAL INDONESIA.
Direktur Utama PT PAL INDONESIA, M. Firmansyah Arifin menyampaikan, sesuai amanah yang diberikan oleh pemerintah melalui keputusan KKIP No. SKEP/04/KKIP/XII/2012 tanggal 20 Des 2012 tentang penguasaan teknologi kapal selam, maka PAL INDONESIA telah melakukan 2 kegiatan yakni penyiapan SDM melalui TOT dan juga pembangunan fasilitas produksi kapal selam. Tak lupa juga disampaikan terima kasih kepada Komisi 1 dan komisi 6 DPR RI, Kementerian Pertahanan, Kementerian BUMN, Kementerian Keuangan, dan partner-partner strategis yang turut serta.
Pada kesempatan ini, Laksamana TNI (Purn) Sumardjono selaku Ketua Pelaksana KKIP menyampaikan beberapa kajian penting ; ”Kita berharap program ini dapat memberikan dampak positif baik dalam aspek ekonomi, aspek politik, pengembangan kekuatan TNI, maupun bagi pengembangan industri pertahanan di Indonesia,” ucapnya lantang. Acara ini bukan sekedar ceremonial biasa tetapi harus dapat kita jadikan sebagai momentum kebangkitan industri pertahanan dalam pemenuhan alutsista terutama untuk kapal kombatan.
image
Kapusada Baranahan Kementerian Pertahanan, Laksamana Pertama Listyanto memberikan arahan agar proyek pembangunan kapal selam ini dapat berjalan tepat waktu. Disampaikan juga mengenai permenhan yang sedang tahap finalisasi, bahwa seluruh kegiatan harus mengacu pada kebutuhan gelar di lapangan. Jadi akan ditarik mundur sejak kapan penyiapan dokumen, dana dari dimulainya proses pembangunan. Hal ini dirasa penting, agar proyek-proyek yang akan dikerjakan dapat dimulai dan selesai tepat waktu.
Pembangunan ini bersinergi dengan BUMN Karya, yakni PT Waskita Karya (Persero) yang siap membangun fasilitas produksi kapal selam dengan luas area 170 m x 110 m yang terdiri dari Bengkel utama dan Bengkel Pendukung dengan kapasitas 2.000 ton. Selain untuk pembangunan kapal selam, bengkel ini juga akan digunakan sebagai tempat pemeliharaan dan perbaikan nantinya. Pembangunan fasilitas produksi Kapal Selam selain perwujudan dari pemenuhan rencana strategis pertahanan, juga sebagai pusat riset dan pengembangan teknologi untuk penguasaan sumber daya kelautan.
Produksi kapal selam akan menandai penguasaan teknologi termodern oleh putra-putri bangsa dalam pembangunan kapal bawah air sebagai wujud kebangkitan program kemandirian bangsa dalam mempertahankan dan mengamankan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Produksi ini akan menjadi kapal pertama karya putra-putri bangsa sebagai hasil dari kerjasama teknologi dengan Korea Selatan.
Acara diakhiri dengan peninjauan lokasi fasilitas produksi kapal selam, yang kemudian dilanjutkan dengan laporan progress pembangunan kapal selam oleh PT PAL INDONESIA pada Tim Pelaksana KKIP yang dilaksanakan di gedung PIP lantai IV. (pal.co.id)

Tahun ini, Kodam XVIII Kasuari Terbentuk

 
alfian kartono Pangdam asih, Mayjen TNI Fransen G. Siahaan didampingi Asintel Kasdam XVII Cenderawasih, Kol Inf Immanuel Ginting dalam keterangan pers di Makodam Cenderawasih, Kamis (29/1/2015) sore.
Pangdam XVII Cendrawasih, Mayjen TNI Fransen G. Siahaan didampingi Asintel Kasdam XVII Cenderawasih, Kol Inf Immanuel Ginting dalam keterangan pers di Makodam Cenderawasih, Kamis (29/1/2015) (Alfian Kartono)

Dalam waktu dekat Pemerintah Pusat membentuk Komando Daerah Militer (Kodam) yang baru di Provinsi Papua Barat, terpisah dari Kodam XVII Cenderawasih Papua. Panglima Kodam XVII/ Cenderawasih, Mayjen TNI Fransen G Siahaan mengatakan pembentukan Kodam Papua Barat sudah mendapat persetujuan dari Presiden Joko Widodo.
Menurut Fransen, pembangunan Markas Kodam sedang dibangun dan diperkirakan selesai akhir 2015.
“Kodam Papua Barat, akan diberi nama Kasuari dan harapannya Panglima Kodam XVIII/ Kasuari nantinya berasal dari putra asli Papua. Saat ini ada 2 putra Papua yang berpangkat jenderal TNI dan seorang lagi berpangkat Kolonel,” jelas Fransen dihadapan peserta Musrembang Provinsi Papua Barat di Manokwari, Papua Barat, Selasa (7/4/2015).
Dijelaskan Fransen, setelah terbentuk Kodam XVIII/ Kasuari akan membawahi Komando Resor Militer (Korem) 171/ Praja Wira Tama yang berkedudukan di Sorong dan Korem 173/ Praja Wira Braja yang berkedudukan di Biak.
“Untuk pembentukan Kodim dan Koramil akan mengikuti Kodam baru ini. Saat ini kami pun sedang menyiapkan personil yang akan bertugas di Kodam Papua Barat,” ungkap Fransen.
Saat kunjungan Kepala Staf TNI Angkatan Darat Jendral TNI Gatot Nurmantyo ke Manokwari, Papua Barat, beberapa waktu lalu, mengungkapkan rencana pembangunan Markas Kodam Papua Barat di lokasi Markas Kompi C dan D Kodim 1703 Manokwari di Kelurahan Arfai, Distrik Manokwari Selatan, Kabupaten Manokwari. Sementara untuk Markas Kompi C dan D Kodim 1703 Manokwari akan dipindahkan ke Distrik Warmare, Kabupaten Manokwari yang sebelumnya merupakan lahan yang diperuntukkan untuk pembangunan Markas Kodam dari Pemerintah Provinsi Papua Barat. (Kompas.com).

KSAD : Australia Dorong Timor Timur Merdeka, Incar Minyak

 
KSAD Jenderal Gatot Nurmantyo
KSAD Jenderal Gatot Nurmantyo

Kepala Staf TNI Angkatan Darat (KSAD), Jenderal Gatot Nurmantyo, mengungkapkan motif di balik sikap Australia yang membantu Timor Timur merdeka dari Indonesia dan kemudian menjadi negara Timor Leste pada 20 Mei 2002.
Australia, kata Gatot Nurmantyo, mengincar cadangan minyak dan gas di lepas pantai Laut Timor atau dikenal dikenal dengan Celah Timor. Australia ingin menguasai cadangan minyak yang melimpah di Celah Timor.
“Itu adalah bentuk proxy war (perang dengan memanfaatkan pihak ketiga). Australia saat itu membantu Timor Timur untuk lepas dari Indonesia. Itu diakui Xanana Gusmao (Perdana Menteri Timor Leste), bahwa Australia ada di balik lepasnya Timor Timur,” ujar Gatot dalam acara pertemuan Forum Pimpinan ?Daerah Pemerintah Provinsi Jawa Timur di Malang, Selasa, 7 April 2015.
Celah Timor adalah istilah yang digunakan untuk menyebut kawasan perairan antara Pulau Timor, Indonesia dan Australia. Batas laut antara Australia dan Indonesia dinegosiasikan pada tahun 1972. Namun bagian batas itu masih dalam perselisihan karena Portugal yang waktu itu mengklaim wilayah atas Timor Leste memutuskan untuk membatalkan mengikuti negosiasi.
Namun Timor Leste belum menentukan batas perairannya dengan negara tetangganya, Indonesia dan Australia. Negosiasi dimulai sejak tahun 2002. Meski sejumlah persetujuan interim, batas-batas perairan yang permanen belum ditentukan.
Australia dan perusahaan minyak internasional dituduh menekan Timor Leste untuk menerima formula bagi-hasil minyak. Timor Leste dan Australia menandatangani traktat pada Januari 2006 namun belum diratifikasi oleh negara lain hingga delapan bulan ke depan. (Viva.co.id).

Selasa, 07 April 2015

Daeng Koro Tewas, Kasad Berterima Kasih kepada Polisi

Daeng Koro Tewas, Kasad Berterima Kasih kepada Polisi
Kepala Staf Angkatan Darat TNI AD, Jenderal Gatot Nurmantyo. (VIVA.co.id/ Dyah Ayu Pitaloka.)

Kepala Staf Angkatan Darat, Jenderal TNI Gatot Nurmantyo, mengungkapkan rasa terima kasihnya pada aparat kepolisian yang berhasil menewaskan Sabar Subagio alias Daeng Koro di Pegunungan Sakina Jaya, Desa Pangi, Kecamatan Parigi Utara, Kabupaten Parimo, Sulawesi Tengah pada Jumat 3 April 2015. Detasemen Khusus 88 Antiteror melepaskan timah panas ke tubuh Daeng Koro dan menyebabkan mantan anggota TNI AD tersebut tewas.

"Kita bersyukur dan berterima kasih kepada polisi. Kalau ada yang seperti itu habisin saja," kata KASAD TNI AD, Jenderal TNI Gatot Nurmantyo di GOR Ken Arok Kota Malang, Selasa 7 April 2015.

Gatot menuturkan Daeng Koro dulunya adalah anggota TNI AD yang sudah dipecat belasan tahun lalu lantaran berbagai pelanggaran berat. Pria kelahian Jepara tahun 1963 itu dipecat dari kesatuan tahun 1992.

Anggota kelompok Santoso itu diduga banyak terlibat dalam berbagai kegiatan kerusuhan di Poso dan ikut menjadi dalang dalam pembunuhan dua personel polisi, Briptu Andi Sapa dan Brigadir Sudirman di Pegunungan Tamanjeka, Poso.

"Dia bukan tentara itu, sudah dipecat karena pelanggaran berat," ujarnya.

Menurut Gatot, berbagai kelompok radikal tidak akan bisa hidup langgeng di Indonesia asalkan warganya kembali melaksanakan kearifan lokal, seperti bergotong royong, anjang sana dan menerapkan wajib lapor. KASAD juga meminta setiap perumahan untuk membuat ruang publik tempat untuk berdiskusi atau sekedar silaturahmi bagi masyarakatnya melibatkan Babinsa, Babinkabtibmas, RT dan RW.

"Jika seperti itu apakah ada tempat bagi ISIS untuk bersembunyi dan berkembang? Saya rasa tidak akan bisa," imbuhnya.

Gatot pun menambahkan, hingga saat ini, tak ada satu anggota mereka yang terlibat atau menjadi pengikut ISIS. Namun, jika diketahui ada yang terlibat organisasi radikal itu maka akan diberikan sanksi dan diproses sesuai hukum yang berlaku.

"Sampai saat ini tidak ada. Kalau ada langsung dipecat,” tegas dia.