Selasa, 24 Maret 2015

Mengenang Bandung Lautan Api & heroiknya perjuangan rakyat Bandung

Bandung Lautan Api. (ist)
Bandung, 24 Maret 1946. Dua orang pemuda Republik merayap perlahan-lahan mendekati gudang mesiu Jepang. Misi mereka satu: Membumihanguskan kota Bandung, kota tercinta mereka sendiri.
Berbekal granat tangan, mereka bermaksud meledakkan 1.100 ton bubuk mesiu di gudang persenjataan yang dulu dimiliki Jepang di daerah Dayeuh Kolot, Bandung Selatan. Dua pemuda itulah yang kemudian diabadikan sejarah dengan nama Mohamad Toha dan Mohamad Ramdan.
Saat itu usia Mohamad Toha baru 19 tahun. Dia adalah Komandan Seksi I Bagian Penggempur Barisan Banteng Republik Indonesia (BBRI). Sementara Mohammad Ramdan adalah anggota barisan tersebut.
Pada hari itu Majelis Persatuan Perjuangan Priangan (MP3) telah memutuskan Kota Bandung akan dibumihanguskan supaya tentara sekutu tidak bisa memanfaatkan fasilitas kota yang ditinggalkan warga dan tentara Republik.
Keputusan musyawarah diumumkan oleh Kolonel Abdul Haris Nasution selaku Panglima Divisi III/ Priangan. Beliau juga meminta sekitar 200 ribu warga Bandung ketika itu untuk meninggalkan kota.
Sebelumnya pada 21 November 1945, tentara sekutu menyampaikan ultimatum pertama agar Bandung utara dikosongkan oleh Indonesia selambat-lambatnya pada 29 November 1945.
Ancaman itu membuat pejuang Republik geram. Sejak itu sering terjadi insiden baku tembak antara pasukan sekutu dan pejuang Republik. Karena kalah persenjataan, tentara republik akhirnya tidak berhasil mempertahankan Bandung utara.
Hingga pada 23 Maret 1946, dua hari sebelum peristiwa Bandung Lautan Api, tentara sekutu menyampaikan ultimatum kedua dengan menuntut Tentara Republik Indonesia (TRI) mengosongkan Bandung selatan.
Pada saat itu Menteri Keamanan Rakyat Amir Sjarifuddin mendatangi Bandung dan memerintahkan TRI untuk mengosongkan kota. Meski dengan berat hati perintah itu dipatuhi. Namun sebelum meninggalkan Bandung, TRI melancarkan serangan ke pos-pos tentara sekutu.
Di tengah pertempuran hebat pejuang Republik melawan tentara sekutu itulah sosok pemuda 19 tahun, Mohammad Toha dan teman seperjuangannya Mohammad Ramdan berhasil menjalankan misi meledakkan gudang mesiu sehingga menjadikan kota Bandung diselimuti api berkobar.
Peristiwa itu disebut Bandung Lautan Api. Keduanya rela mengorbankan nyawa ikut gugur dalam ledakan dahsyat itu.
Langkah kedua pemuda itu diikuti oleh seluruh warga Bandung. Mereka membakar sendiri rumah-rumah mereka. Bandung benar-benar menjadi lautan api. Rakyat mengungsi ke daerah aman yang masih dikuasai Republik Indonesia.
Iin (75), mengenang peristiwa itu. Dia ingat ayahnya sendiri yang membakar rumah mereka di kawasan Kebon Kalapa.
“Supaya tidak jatuh ke tangan Belanda. Bapak bakar rumah, saya masih kecil waktu itu. Mengungsi ke Bale Endah,” kata Iin.
Ribuan warga Bandung lainnya melakukan hal sama. Lebih baik membakar rumah daripada membiarkannya jatuh ke tangan sekutu.
Saksi mata yang melihat dari ketinggian melihatnya seperti lautan api karena Bandung terbakar di mana-mana. Istilah itu yang kemudian menjadi populer hingga menjadi lagu perjuangan.
Halo-halo Bandung
Ibukota periangan
Halo-halo Bandung
Kota kenang-kenangan
Sudah lama beta
Tidak berjumpa dengan kau
Sekarang telah menjadi lautan api
Mari bung rebut kembali
Nama Mohamad Ramdan dan Mohamad Toha diabadikan menjadi nama jalan di Pusat Kota Bandung. Monumen Bandung Lautan Api dibangun di Tegalega. (Merdeka)

Anak Buah Diculik dan Dibunuh, Ini Reaksi Pangdam

Anak Buah Diculik dan Dibunuh, Ini Reaksi Pangdam
Pangdam Iskandar Muda, Mayjen Agus Kriswanto (Kodam-Im.mil.id)

Pangdam Iskandar Muda, Mayor Jenderal, Agus Kriswanto menyesalkan aksi penculikan yang berujung tewasnya dua anggota Kodim 0103 Aceh Utara. Karena insiden ini hanya akan merusak kedamaian yang sudah terbina di Aceh. 

Menurut dia, aksi penculikan dan penembakan anggota TNI di Aceh merupakan akumulasi dari aksi bersenjata di Aceh yang terjadi sebelumnya, di mana korbannya adalah warga sipil.
"Sasarannya sudah TNI, kami tetap patuh hukum dan kita serahkan kepada kepolisian," kata Mayjen Agus di Media Centre Kodam IM, Selasa, 24 Maret 2015.

Agus menegaskan, TNI menyerahkan proses penyelidikan tewasnya dua anggota Kodim Aceh Utara kepada kepolisian. Dia mengaku tidak akan mencampuri tugas kepolisian dalam mengungkap kasus ini. Namun bila diperlukan, TNI siap membantu kepolisian.

"Kami akan siap sedia jika polisi meminta bantuan TNI untuk mengungkap motif penembakan terhadap dua personel kodim tersebut," ujarnya.

Sementara itu, terkait dengan pelaku yang merupakan kelompok bersenjata, mantan Panglima Divisi 2 Kostrad ini enggan menduga-duga dari kelompok mana pelaku berasal. Dia meminta semua pihak menunggu penyelidikan polisi untuk diproses secara hukum.

"Biar hukum yang bertindak dan jika saatnya memang TNI butuh bertindak, maka akan bertindak," tegasnya.

Agus mengimbau kepada para prajuritnya untuk menahan diri dan tetap menjaga hubungan baik dengan masyarakat. Dia meminta kepada warga sipil yang masih menyimpan senjata untuk diserahkan kepada pihak berwajib demi kedamaian dan ketentraman Aceh.

Dua anggota Intel Kodim 0103 Aceh Utara ditemukan tewas di Desa Alue Mbang, Kecamatan Nisam Antara, Aceh Utara, Selasa, 24 Maret 2015, sekitar pukul 08.30 WIB. Kedua anggota TNI yang tewas itu atas nama Serda Hendriyanto dan Serda Indra Irawan.

"Betul, positif sudah ditemukan hari ini pukul 08.30 WIB," kata Kepala Penerangan Kodam Iskandar Muda, Letkol Mahfud kepada VIVA.co.id.
Dua anggota Kodim Aceh Utara itu sebelumnya diculik kelompok bersenjata di Aceh Utara pada Senin, 23 Maret 2014. Saat itu Serda Hendri dan Serda Indra sedang melakukan pengumpulan informasi tentang keberadaan kelompok bersenjata di daerah Aceh Utara.


Dua Rafale Prancis pamer terbang di Halim besok

Dua Rafale Prancis pamer terbang di Halim besok
Jet tempur Dassault Rafale Prancis di atas Korsika, Prancis (REUTERS/Jean-Paul Pelissier)
 
Dua pesawat tempur milik Angkatan Udara Perancis, Dassault Rafale, akan unjuk udara di hadapan para pejabat TNI esok Rabu.

Kepala Dinas Penerangan TNI Angkatan Udara Marsekal Pertama TNI Hadi Tjahjanto, di Jakarta, Selasa, mengatakan, pesawat Squall (pesawat tempur serbaguna) generasi 4.5, bermesin dua dan bersayap delta buatan Dassault Aviation Perancis telah tiba di Lanud Halim Perdamakusuma dengan didukung satu pesawat A-400 kemarin.

Selain demo udara, kata Hadi, para penerbang Rafale akan menunjukkan kemampuan pesawat tersebut kepada para penerbang TNI AU.

Ia mengatakan, dua pesawat Rafale terbang dari Bandara Langkawi usai mengikuti Pameran Kedirgantaraan dua tahunan Langkawai International Maritime and Aerospace (LIMA) 2015, pada 17-21 Maret lalu.

Akhir-akhir ini Dassault Aviation gencar berpromosi ke Indonesia sehubungan dengan akan digantinya pesawat tempur F-5 Tiger milik TNI AY yang sudah tua usia pakainya.

Dassault Rafale didesain bersayap delta dipadukan dengan kanard aktif terintegrasi untuk memaksimalkan kemampuan manuver (+9 g atau -3 g) untuk kestabilan terbang. Maksimal 11 G dalam keadaan darurat. Kanard juga mengurangi laju pendaratan hingga 115 knot.

Pesawat ini dapat dioperasikan dari landas pacu hanya sepanjang 400 meter.
 

Dua Intel TNI Tewas di Aceh dengan Banyak Luka Tembak

TNI (ist)
Kepala Pusat Penerangan TNI Fuad Basya mengkonfirmasi tewasnya dua anggota unit intelijen Komando Distrik Militer 013 Aceh Utara. Keduanya sebelumnya dikabarkan diculik pukul 16.00 WIB, Senin (23/3). Mereka didatangi kelompok bersenjata dan dinaikkan ke mobil yang kemudian melaju ke arah Desa Sido Mulyo, Kuta Makmur.
“Betul keduanya diculik. Saat ini jenazah mereka telah ditemukan dengan luka tembak cukup banyak. Aparat sedang memburu pelakunya,” kata Fuad Basya seperti dilansir CNN Indonesia, Selasa (24/3).
Menurut Fuad, kedua anggota unit intelijen tersebut diculik oleh “Kelompok yang telah diperkirakan.” Namun ia belum bisa memberikan keterangan lebih lanjut karena pengejaran terhadap para penculik dan penembak itu masih berlangsung.
Dua intel Aceh yang ditemukan tewas tersebut bernama Sertu Indra dan Serda Hendri. Jenazah mereka ditemukan pagi ini sekitar pukul 09.00 WIB di Desa Batee Pila, Nisam Antara, Aceh Utara. Daerah ini jauh dari wilayah permukiman penduduk.
Sertu Indra dan Serda Hendri diculik saat sedang menggelar tugas rutin di wilayah operasi mereka. Saat itu mereka usai bersilaturahmi dari rumah Kepala Mukim Desa Alumbang. Mereka tengah berpakaian sipil, dan diculik tak jauh dari rumah sang Kepala Mukim. (CNN Indonesia)

TNI cari 2 prajurit yang diduga diculik kelompok bersenjata Aceh

ilustrasi (ist)
Kodam Iskandar Muda (IM) Banda Aceh menyelidiki dugaan penculikan dua anggota TNI Satuan Unit Intelkam Kodim 0103 Aceh Utara. Sampai saat ini pihaknya belum mengetahui keberadaan kedua anggotanya yang hilang tersebut.
Kepala Penerangan Kodam Iskandar Muda, Letkol Inf Machfud, sudah mendapat laporan ada dua anggotanya diculik di Aceh Utara. Pihaknya mengaku mengetahui sejak tadi malam ada penculikan, namun hingga saat ini belum mendapatkan kepastiannya.
“Informasi yang kita peroleh belum ada kepastian, namun kita terus mencari dan mengecek keberadaan anggotanya yang diduga diculik, belum tau pasti apakah anggotanya atau masyarakat,” kata Machfud kepada wartawan, Aceh, Selasa (24/3).
Sementara itu Kodim 0103 Aceh Utara sejak diterima ada dugaan dua anggotanya diculik tadi malam, pihaknya langsung mulai dilakukan pelacakan keberadaan anggotanya.
“Kita baru tahu, itupun masih dugaan dan belum dapat dipastikan. Namun kita terus berupaya untuk melacak informasi penculikan ini,” kata Kepala Penerangan Korem 011 Lilawangsa Lhokseumawe, Mayor Inf Nasrun Nasution.
Sebagaimana diberitakan sebelumnya, dua anggota TNI Satuan Unit Intelkam Kodim 0103 Aceh Utara diculik oleh sekelompok orang bersenjata, Senin sore (23/3) sekitar pukul 17.00 WIB. Korban penculikan masing-masing Serda Hendri, dan Sertu Indra.
Keduanya diculik saat sedang bersilaturahmi ke rumah Mukim Daud di Gampong Alue Mbang, Nisam Antara, Aceh Utara. Silaturahmi ini dilakukan untuk melacak keberadaan kelompok bersenjata Din Minimi yang kerap membuat kekerasan di Aceh. (Merdeka)

Minggu, 22 Maret 2015

Infrastruktur kapal selam dibangun 2016

Infrastruktur kapal selam dibangun 2016
Dokumentasi anggota TNI AL melakukan fast rope di atas kapal selam KRI Nanggala-402 saat peringatan HUT ke-69 TNI yang digelar di Dermaga Ujung, Koarmatim, Surabaya, Jawa Timur, Selasa (7/10). Peringatan Hari TNI ini diharapkan dapat menjadi momentum dalam upaya meningkatkan profesionalisme, disiplin, dan semangat juang prajurit TNI. ANTARA FOTO/Suryanto)
... bangun dulu infrastrukturnya, sebab kita belum punya dan hanya punya landasannya kapal selam...
Direktur Utama PT PAL Indonesia (Persero), M Firmansyah Arifin, mengatakan, pembangunan infrastruktur kapal selam di Indonesia direncanakan pada 2016, untuk menindaklanjuti penunjukkan perusahaan plat merah itu dalam memproduksi kapal selam dari Kementerian Pertahanan.

TNI AL memproyeksikan memiliki enam kapal selam baru, melengkapi dua kapal selam saat ini, KRI Cakra-401 dan KRI Nanggala-402, yang merupakan Tipe-209 dari Jerman. Korea Selatan menjadi salah satu alternatif penting sumber pengadaan keenam kapal selam baru itu selain kelas Kilo dari Rusia.

"Kita bangun dulu infrastrukturnya, sebab kita belum punya dan hanya punya landasannya kapal selam. Sehingga dengan ada infrastruktur, ke depan bisa lebih banyak produksi kapal selam," ucap Arifin, di Malang, Sabtu.

Ia mengatakan, keperluan Indonesia terhadap kapal selam sangat tinggi karena wilayahnya mayoritas adalah laut, sehingga kekuatan alutsista berupa kapal selam sangat dibutuhkan.

"Kalau kita melihat akan kebutuhan kapal selam sebenarnya Indonesia membutuhkan sebanyak 12 kapal selam. Sementara saat ini kita hanya mempunyai sedikit, itu pun produksi lama," katanya.

Terkait dengan rencana pembuatan kapal selam, Arifin menjelaskan saat ini sedang dalam proses produksi tiga unit, di antaranya satu unit akan dibangun di Indonesia, dua lainnya sedang dalam proses pembuatan di Korea Selatan.

"Sebanyak dua unit kapal selam dalam proses dibuat di Daewoo Shipbuilding and Marine Engineering (DSME), Korea Selatan. Lalu, satu unit dibangun di PT PAL Indonesia," katanya.

Untuk itu, sebelum memulai produksi satu unit kapal selam pihaknya akan membangun sejumlah infrastrukturnya terlebih dahulu, sehingga ke depan bisa dilanjutkan dengan produksi secara mandiri.

Sebelumnya, untuk merealisasi kapal selam PT PAL Indonesia mendapatkan kucuran penyertaan modal negara sebesar Rp1,5 triliun untuk membangun tiga unit kapal selam dengan nilai Rp500 miliar perunit.

Pembangunan itu, telah mendapat dukungan dari Komisi VI dan Komisi I DPR, dan alokasi biayanya juga menyangkut pengiriman tenaga ahli ke Korea Selatan untuk belajar pembuatan kapal selam.

Arifin berharap, ketika PT PAL Indonesia sudah memulai produksi kapal selam, akan memperkuat persenjataan Indonesia, khususnya di wilayah laut.
 
 

Martin Baker: Sang Penyambung Nyawa Pilot Pesawat Tempur

3
Ibarat pepatah, “Mujur tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak,” pada Minggu, 15 Maret 2015, untuk kesekian kali, TNI AU mengalami total lost pada dua unit pesawat latih. Musibah ini terjadi saat latihan akrobat tim aerobatik Jupiter dalam rangka persiapan acara LIMA (Langkawi International Maritime & Aerospace) Exhibition. Kedua pesawat kehilangan kendali setelah saling menyerempet saat latihan pada pukul 14.00 waktu setempat.
Meski TNI AU mengalami kerugian material, tapi harus disyukuri insiden maut tersebut tidak merenggut nyawa pilot di kedua pesawat. Dari pantauan di beberapa media, empat pilot dari kedua pesawat dikatakan hanya luka ringan, dan berhasil mendarat dengan parasut sebelum pesawat menghujam ke Bumi. Pasca pilot kehilangan kendali atas pesawat, memang hanya tersedia waktu hitungan detik untuk membuat keputusan penting, mendaratkan pesawat secara darurat, atau keluar dengan kursi lontar (ejection seat). Salah perhitungan, maka nyawa bisa melayang.
Terkait keberadaan kursi lontar, tak serta merta menjawab persoalan saat pesawat hilang kendali. Semisal pesawat tak tekendali hingga berpilin di ketinggian rendah, bisa jadi kursi memang terlontar, tapi posisi luncurnya tidak pas. Ini pernah terjadi pada kecelakaan yang menimpa pesawat anti gerilya OV-10F Bronco TNI AU Skadron 21 Lanud Abdulrachman Saleh, Malang – Jawa Timur. OV-10F Bronco TT-1014 yang diawaki Mayor Pnb. Danang Setyabudi dan Letda Pnb. Eliseus Quintarumiarsa, mengalami gagal take off, sebelum jatuh pesawat sempat berputar dan berpilih, lalu menghujam ke area perkebunan tebu di ujung landasan. Mayor Pnb. Danang Setyabudi selamat dalam kecelakaan tesebut, namun Letda Pnb. Eliseus tidak tertolong, kursi yang diduduki Eliseus rupanya tercabut saat pesawat berpilin dengan kokpit menghadap ke Bumi.
KT-1B Wong Bee TNI AU.
KT-1B Wong Bee TNI AU.
Sesaat setelah pilot Wong Bee Jupiter TNI AU berhasil lepas dari kursi pelontar dalam insiden di Langkawi.
Sesaat setelah pilot Wong Bee Jupiter TNI AU berhasil lepas dari kursi pelontar dalam insiden di Langkawi.

Begitu pun, dengan beberapa musibah yang menimpa penerbang latih dan tempur TNI AU, ada saat dimana momen aksi kursi lontar sudah tepat digunakan, tapi ada juga peristiwa pilot sudah kehilangan kesadaran akibat spin di udara. Nah, kembali ke tema kursi lontar, nama besar Martin Baker tak bisa dilepaskan di pasar ejection seat, terutama bagi pesawat-pesawat latih/tempur yang berafiliasi ke standar NATO. Dalam insiden di Langkawi, pesawat yang digunakan adalah KT-1B Wong Bee buatan Korea Aerospace Industries (KAI). Pesawat ini masuk segmen Latih Dasar yang dipersiapkan bagi pilot untuk terampil menerbangkan jet tempur supersonik.
KT-1B Wong Bee yang dapat dilengkapi senjata ringan ini nyatanya terkait dengan produk keluaran Martin Baker. Setelah ditelusuri, Wong Bee mengadopsi kursi lontar Martin Baker MK.16. Kursi lontar ini dapat melemparkan kursi pilot hingga ketinggian 70 meter. Di generasi kursi lontar ini mengandalkan microprocessor controlled dengan tenaga dari baterai thermal. Sebagai perbandingan, OV-10F Bronco yang berteknologi tahun 70-an, untuk kursi lontarnya mengalkan tenaga roket yang dikemas dalam cartridge pelontar.
457
Seperti halnya pesawat, penggunaan kursi lontar pun ada beberapa syarat yang wajib diperhatikan, ambil contoh di jet Hawk 100/200 TNI AU yang menggunakan Martin Baker MK.10. Batas tertinggi saat kursi lontar digunakan adalah 15.200 meter, karena pilot juga dilengkapi oksigen cadangan. Bobot pilot pun harus terpantau, Martin Baker MK.10 mensyaratkan bobot penerbang antara 70 kg sampai 112,2 kg. Untuk mekanisme lontaran menggunakan ejection gun and multi-tube rocket pack. Kehandalan Martin Baker MK.10 jelas sudah banyak teruji, pada 16 Oktober 2012, Hawk 200 TNI jatuh di Pekanbaru, sebagai pilot pesawat adalah Letda Reza Yori Prasetyo yang berhasil menyelamatkan diri dengan menggunakan kursi lontar.
Di lingkup TNI AU, ternyata tak hanya KT-1B Wong Bee dan Hawk 100/200 yang mengadopsi produk Martin Baker. Dari pantaua di situs martin-baker.com, pesawat tempur F-5 E/F Tiger II dan Embraer EMB-314 Super Tucano juga menggunakan Martin Baker MK.10.
Aksi lontar zero-zero altitude pilot Harrier RAF (AU Inggirs) di Kandahar, Afghanistan.
Aksi lontar zero-zero altitude pilot Harrier RAF (AU Inggirs) di Kandahar, Afghanistan.
Pilot tim aerobatik Thunderbirds dengan F-16-nya setelah kehilangan kendali atas pesawatnya.
Pilot tim aerobatik Thunderbirds dengan F-16-nya setelah kehilangan kendali atas pesawatnya.

Dirunut dari sejarahnya, Kursi lontar pertama diterapkan pada pesawat Heinkel He-119. Kursi lontar ini ditekan oleh udara. Pesawat ini memang populer pada penerbangan uji coba, namun karena jumlahnya sedikit, prestasi kursi lontarnya tidak diketahui. James Martin dari Inggris merancang sistem pengaman yang lain. Dalam konsepnya, pilot dilontarkan keluar kokpit oleh lengan panjang yang digerakkan oleh pegas yang dipasangkan pada harnas parasutnya.
Peluncuran kursi lontar pertama, tercatat pada tanggal 24 Juli 1946, oleh Bernard Linch, salah seorang karyawan Martin-Baker. Linch dilontarkan secara sukarela dengan kursi lontarnya pada ketinggian 2600 meter dengan kecepatan 253 km/jam dari pesawat tempur Gloster Meteor. Sejak itu, kursi lontar Martin-Baker menjadi populer di seluruh dunia.
8
Kursi lontar didesain untuk bisa digunakan melontarkan pilot pada ketinggian dan kecepatan nol, artinya kursi lontar bisa diaktifkan saat pesawat dalam keadaan diam di darat sampai kecepatan 600 knot dengan ketinggian sampai 50.000 kaki. Kursi lontar pesawat tempur ini bisa di operasikan dengan tiga tipe kecepatan dan ketinggian saat pesawat mengudara.
Metode pertama untuk kecepatan dan ketinggian rendah. Pada metode ini kursi lontar bisa melontarkan pilot pada kecepatan pesawat kurang dari 250 knot dan ketinggian kurang 15.000 kaki. Metode kedua untuk kecepatan dan ketinggian sedang. Pada metode ini kecepatan pesawat lebih 250 knot dan ketinggian kurang 15.000 kaki. Sedangkan metode ketiga untuk kecepatan pesawat lebih 250 knot dan ketinggian lebih dari 15.000 kaki. (diolah dari berbagai sumber)