Rabu, 18 Maret 2015

TNI Tempatkan 6 Meriam Howitzer di Perbatasan Malaysia

Penyerahan Meriam Howitzer KSAD Jenderal TNI Budiman (kedua kiri) didampingi Komandan Pusat Kesenjataan Artileri Medan (Danpussenarmed) Brigjen TNI Sonhadji (kiri) meninjau meriam Howitzer KH 179 berdiameter 155mm buatan Korea Selatan pada serah terima meriam tersebut di Lapangan Mabesad Jakarta, Selasa (6/5). KSAD menyerahkan 18 meriam senilai 944 juta dolar AS itu untuk memperkuat alutsista TNI AD yang akan ditempatkan di Batalyon Armed Aceh, Kalimantan Barat dan Kalimantan Timur. (ANTARA FOTO/Wahyu Putro A)
Penyerahan Meriam Howitzer
Mantan KSAD Jenderal TNI Budiman (kedua kiri) didampingi Komandan Pusat Kesenjataan Artileri Medan (Danpussenarmed) Brigjen TNI Sonhadji (kiri) meninjau meriam Howitzer KH 179 berdiameter 155mm buatan Korea Selatan pada serah terima meriam tersebut di Lapangan Mabesad Jakarta, Selasa (6/5). KSAD menyerahkan 18 meriam senilai 944 juta dolar AS itu untuk memperkuat alutsista TNI AD yang akan ditempatkan di Batalyon Armed Aceh, Kalimantan Barat dan Kalimantan Timur. (ANTARA FOTO/Wahyu Putro A)

Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat menambah alat utama sistem persenjataan (alutsista) baru berupa meriam Howitzer 155 mm KH-179 sebanyak 18 unit.
“Meriam ini buatan Korea tahun 2011. Termasuk baru, kami belum pernah memakai,” kata Komandan Pusat Persenjataan Artileri Medan Brigadir Jenderal Sonhaji, Selasa siang, 17 Maret 2015.
Meriam-meriam buatan Korea ini akan ditempatkan di tiga daerah untuk memperkuat pertahanan Indonesia. “Enam unit meriam kami tempatkan di Berau, Kalimantan Timur; enam di Ngabang, Kalimantan Barat; dan enam di Aceh,” kata Sonhaji.
Menurut Sonhaji, TNI AD memiliki meriam dengan keunggulan masing-masing. Howitzer 155 mm, misalnya, mempunyai daya jangkau hingga 30 kilometer karena kalibernya besar. TNI, kata dia, juga punya beberapa jenis meriam yang dapat dipakai di segala medan.
“Tergantung lapangannya. Kalau untuk medan seperti ini (pantai berbukit) bagusnya meriam tarik,” katanya. Howitzer sendiri, kata dia, sangat berguna digunakan untuk latihan bersama atau latihan gabungan. “Meriamnya di atas kendaraan, dipakai di medan yang lebih sulit, butuh kecepatan.”
TNI Angkatan Darat menggelar uji coba meriam Howitzer siang ini di Pantai Watu Godek, Kecamatan Tempursari, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur. Uji coba meriam ini dilakukan dengan menembakkan amunisi ke tiga sasaran dengan jarak jangkau yang berbeda.
Ada dua jenis amunisi yang ditembakkan, yakni high explosive dan rocket assisted projectile. Sasaran penembakan meriam adalah Dampar, yang berjarak 11 kilometer dari lokasi penembakan; Pandan Arum (18 kilometer); serta Pandan Wangi (30 kilometer). (TEMPO.CO)

TNI AD Uji Coba Meriam Howitzer 155 mm Buatan Korsel

TNI AD kembali melakukan uji coba alat utama sistem pertahanan (alutsista) di wilayah pesisir Kabupaten Lumajang Jawa Timur. Setelah sebelumnya mengujicobakan peluru Munisi Kaliber Besar (MKB) 105 mm, kini diujicobakan lagi Meriam Howitzer 155 mm KH-179 buatan Korea Selatan.
Ujicoba yang dilaksanakan dalam bentuk demo alutsista ini, digelar Dirpalad TNI AD di areal pesisir Pantai Watu Godek, Kecamatan Tempursari. Brigjend Sonhaji Komandan Pusat Artileri Medan TNI AD hadir langsung di acara ini bersama Brigjend Basuki Abdullah Dirpalad TNI AD.
Uji coba meriam keliber besar ini pun membuat sepanjang areal pesisir pantai selatan menjadi gegap gempita. Meriam ini berulang kali menembakkan amunisinya menuju target sasaran, dengan suara yang memekakkan telinga.
Brigjend Sonhaji Komandan Pusat Artileri Medan TNI AD kepada Sentral FM mengatakan, demo uji-coba alutsista ini merupakan kegiatan dari Dirpalad TNI AD. Dan, meriam yang diuji-cobakan merupakan alutsista terbaru yang diberi dari Korea Selatan.
“Kalau kita (TNI AD) membeli alutsista, pasti akan diuji prima untuk menguji presisisnya, jarak capainya. Komponen yang ada di meriam itu sendiri, bagaimana mekaniknya, ada perubahan nggak atau ada kerusakan tidak,” katanya.
Uji coba ini, masih kata Jenderal berbintang satu ini, dilakukan dengan tahap pertama berjarak 11 kilometer. Dalam jarak ini, meriam tersebut dinilai lulus uji presisi.
“Kita memberikan satu toleransi 1 persen maksimal presisinya. Setelah diujicoba, ternyata kurang dari 1 persen sehingga lulus,” paparnya.
Sedangkan untuk uji coba tahap kedua dan ketiga, akan dilaksanakan uji jarak dengan jarak tembak 18 kilometer dan 30 kilometer. Dengan jarak sejauh ini, apakah amunisi yang ditembakkan dari meriam Howitser baru ini sampai ke sasaran atau tidak.
“Dalam uji jarak ini, nyampai apa nggak dengan jarak sejauh itu. Kalau kemudian di jarak itu amunisi melebihi dari jarak tembak yang telah ditentukan, maka lebih bagus. Akan tetapi kalau jangkauan tembaknya kurang dari target jarak yang telah ditentukan, maka belum lulus,” terangnya.
Meriam Howitzer 155 mm KH-179 Buatan Korsel yang diuji-cobakan hari ini, masih menurut Brigjend TNI Sonhaji, merupakan alutsista baru buatan Tahun 2011. Dan sebelumnya TNI AD belum pernah mempergunakan meriam tersebut dalam sistem persenjataannya. ?Meriam ini masih baru dan TNI belum pernah mempergunakannya,? ujarnya.
Kelebihan dari meriam ini, ungkap Perwira Tinggi TNI AD dengan satu bintang ini, dari sisi jarak lebih jauh dibandingkan meriam yang sudah dimiliki. Selain itu, karena kalibernya lebih besar, maka jarak tembaknya akan lebih jauh. Kemudian, TNI memiliki beberapa jenis meriam yang menjadi alutsista andalannya.
“Sehingga, TNI punya banyak pilihan. Kalau meriam Howitzer 155 mm KH-179 ini bagus untuk medan seperti di pesisir selatan Lumajang ini. Karena meriam ini bisa ditarik. Kita juga punya meriam kaliber 155 mm lainnya. Namun, operasionalnya gerak sendiri. Jadi, meriamnya diatas kendaraan dan dipakai di medan yang lebih sulit dan membutuhkan kecepatan,” paparnya.(suarasurabaya.net)

2000 Pasukan TNI Siap Tangkap Santoso Cs

image
Terlebih Dahulu Digelar Latihan Perang Dipimpin Langsung Panglima TNI Moeldoko
Poso – Belum tertangkapnya kelompok sipil bersenjata pimpinan Santoso alias Abu Wardah dan Daeng Koro yang konon desersi pasukan elit membuat pasukan TNI gerah. Dalam waktu dekat, 2000 pasukan elit TNI gabungan akan didatangkan ke Kabupaten Poso guna latihan sekaligus menangkap kelompok Santoso Cs. Saat ini, kelompok Santoso Cs menguasai Pegunungan hutan yang ada di Kabupaten Poso.
Rencana kedatangan pasukan elit TNI gabungan ke Kabupaten Poso, diungkapkan langsung Komandan Komando Distrik Militer (Dankodim) 1307 Poso, Letkol Infanteri Eron Firmansyah bahwa, sebanyak 2000 pasukan gabungan TNI akan didatangkan ke Poso dalam waktu dekat.
Sebelum melakukan penangkapan terhadap kelompok sipil bersenjata pimpinan Santoso Cs, terlebih dahulu kata Dandim Eron, akan digelar latihan perang selama tiga pekan sejak, sejak 22 Maret hingga 15 April mendatang. Lokasi perang adalah pegunungan Tambarana kecamatan Poso Pesisir Utara hingga ke hutan Gunung Biru desa Tamanjeka kecamatan Poso Pesisir. “Latihan perang nanti merupakan uji protap pasukan. Juga sebagai persiapan TNI, jika sudah ditugaskan untuk menjadi yang terdepan memburu dan menangkap pelaku teror yang selama ini masih buron,” jelas Dandim Letkol Eron Firmansyah kepada Radar Sulteng, Jum’at (13/3) petang.
Untuk menggelar latihan perang gabungan di Poso tegas Dandim Eron, jumlah pasukan yang akan datang dan berlatih tempur sebanyak dua ribu personel. Latihan perang sendiri dilakukan guna memantapkan kesiapan tentara memburu dan menangkap kelompok sipil bersenjata Poso pimpinan Santoso alias Abu Wardah yang saat ini masih bertahan di Hutan Pegunungan di Poso.
Masih menurut Dandim Eron, pasukan yang akan turun berlatih perang merupakan pasukan elit dari tiga angkatan TNI. Yaitu Kopassus , Kostrad (TNI-AD), Marinir dan Kopaska (TNI-AL), dan Kopaskhas (TNI AU). Latihan perang akan dipimpin langsung Paglima TNI Jenderal Moeldoko. “Tiga kepala Staf TNI juga akan datang pada latihan perang TNI di Poso nanti,” sebut Dandim Eron.
Selain di gunung Biru dan Tambarana yang dikenal sebagai sarang aksi dan persembunyian kelompok Santoso dan Daeng Koro, pasukan elit TNI juga mengambil posisi laut sebagai tempat latihan. “Seluruh kekuatan pasukan yang datang nanti akan ditempatkan sesuai dengan bidang keahliannya. Kalau di gunung pasti kita pakai angkatan darat. Begitu juga di laut dan udara. Ada angkatan atau kesatuan masing-masing. Kita gunakan fungsinya masing-masing,” tukas perwira dua melati di pundak ini.
“Yang berlatih perang merupakan pasukan khusus yang dipersiapkan untuk memberantas tindak kejahatan khususnya para kelompok bersenjata yang sampai saat ini masih buron. Kita akan sisir tempat-tempat persembunyian mereka (sipil bersenjata). Lokasi mereka akan kita jadikan sebagai tempat latihan perang,” tutupnya.
Perlu diketahui, beberapa waktu lalu Polda Sulteng membeberkan temuan video kelompok Santoso Cs saat berada di hutan. Dengan persenjataan lengkap Santoso Cs terlihat mengikrarkan diri sebagai anggota ISIS wilayah Poso. Dari tanyangan video yang diperlihatkan kepada sejumlah pimpinan media cetak dan elektronik, Santoso alias Abu Wardah terlihat mandi di sebuah sungai di tengah hutan dengan penjagaan ketat kelompok bersenjata. Dalam tanyangan tersebut juga terlihat warga asing yang bergabung dengan Santoso Cs. Terlihat juga, Basri alias Bagong yang kabur dari Lapas Ampana, Kabupaten Touna.
Video tersebut menurut Kapolda Sulteng, Brigjen Pol Drs Idham Azis MSi diperoleh pasukan elit Brimob saat terjadi kontak senjata di Pegunungan Ipo, Kecamatan Poso Pesisir, Kabupaten Poso, beberapa waktu lalu. “Saat terjadi kontak senjata dengan kelompok Santoso Cs, ditemukan sejumlah barang bukti diantaranya handycam yang isinya seperti tayangan tersebut,” kata Jenderal bintang satu saat memberikan penjelasan kepada para pimpinan media di Aula Torabelo Polda Sulteng, belum lama ini. (radarsulteng.co.id).

Panhard CRAB Cocok untuk Paspampres

 
image
TNI dengan program MEF I yang telah berakhir memang telah melaju kencang dan boleh dikatakan berhasil memodernisasi alutsista TNI yang telah ketinggalan jaman. TNI AD kebagian cukup banyak, namun dari sekian alutsista yang dibeli, Paspampres sebagai kesatuan yang ditugasi mengamankan Presiden RI tampaknya masih tertinggal dalam hal kebutuhan pengadaannya.
Walaupun Dronkavser (Eskadron Kavaleri Panser) sudah kedatangan ranpur buatan dalam negeri Anoa, namun kehadirannya dipandang belum memadai untuk melakukan operasi matan. Anoa dipandang hanya mampu menggantikan Commando Ranger milik Dronkavser, namun belum untuk Commando Scout. Ranpur ringan buatan Cadillac Gage ini andal karena lincah, ukurannya kecil, dan enak digeber pada kecepatan tinggi. Lalu apa kira-kira ranpur yang sanggup didapuk menggantikan Commando Scout?
Tiga tahun yang lalu untuk pertama kalinya pabrikan Panhard memamerkan CRAB, kendaraan lincah 4×4 yang didapuk untuk menggantikan Panhard VBL sesuai dengan spek program SCORPION (Synergie du Contact RenforcĂ© par la Polyvalence et l’Infovalorisation) yang bertujuan untuk membuat sistem manajemen pertempuran yang mengarah pada sistem tempur berbasis jaringan – semuanya terhubung.
Salah satu komponen yang masih dicari oleh pemerintah Perancis adalah program VBAE (Vehicule BlindĂ© d’Aide a l’Engagement – Kendaraan tempur pembantu pertempuran). VBAE bertujuan untuk membuka jalan, melakukan pengintaian, pengamanan, screening, dan kalau perlu, operasi penghancuran lawan.VBAE adalah program yang secara khusus memang ditujukan untuk menggantikan VBL yang dianggap sudah kehabisan ruang untuk tumbuh – mengadopsi sistem komunikasi atau persenjataan baru.
CRAB memiliki sistem gerak permanen 4×4, namun keistimewaannya terletak pada kedua sumbu roda yang dapat disetir secara independen. Artinya, gerak roda depan dan belakang bisa berbeda. Fitur ini sangat berguna saat CRAB harus berbelok, sehingga radius putarnya sangat kecil, cocok sekali untuk bermanuver di jalan-jalan sempit, sesuatu yang jamak ditemui di Indonesia khususnya Jakarta.
image
Keistimewaan lain dari CRAB terletak pada kabinnya. Desain kabin dibuat dalam bentuk sel dengan nama Citadel, yang independen dari kulit luar kendaraan. Barisan tempat duduk dibuat unik: Tiga kursi disediakan pada baris depan, dengan pengemudi di tengah. Pengemudi mengendalikan CRAB melalui setir kemudi yang tak beda dengan kemudi pada mobil sport. Seluruh cluster meter sudah ditampilkan secara digital, melalui layar LCD.Di baris belakang duduk juru tembak yang mengendalikan sistem kubah CPWS buatan CMI Defense Belgia.
Perlindungan terhadap ranjau dijamin dengan membuat sistem lantai berlapis dengan rongga di antara, sehingga ledakan ranjau tidak mampu mencapai Citadel. CRAB sendiri memiliki kemampuan menahan impak ranjau sampai STANAG level 3a/b, jadi sangat pantas untuk menggantikan Commando Scout.
Sistem kubah CPWS 20-25-30 dikontrol dengan menggunakan joystick dan membidik melalui layar LCD yang tersaji di depannya. CMI menyediakan tiga macam opsi kanon untuk CPWS: 20mm Rh202, 25mm M242 Bushmaster, atau 30mm M230 seperti milik heli serang AH-64 Apache. Peluru 20mm sama dengan milik Marder, dan 30mm tentu nantinya akan dibeli bersama dengan kedatangan AH-64E Guardian, jadi soal logistik peluru tentu bukan merupakan suatu masalah.
Selain sistem senjata kanon, tersedia beberapa opsi untuk sistem senjata di atap kendaraan dan setidaknya Panhard sudah siap dengan tiga alternatif: kubah CPWS 20-25-30, sistem rudal anti pesawat Mistral, atau kubah dengan laser designator untuk kendaraan pengarah artileri. Satu fitur ajaib yang mungkin tidak ada pada kendaraan lain adalah sistem catu daya berbasis alternator. Artinya, saat CRAB perlu mengintai di garis depan, kendaraan bisa dibuat senyap dengan mengandalkan motor listrik.
Musuh dijamin susah mendengar kedatangan CRAB sehingga unsur kejutan dapat dipertahankan. Sumber tenaga untuk alternator ini dipasok oleh panel tenaga surya dengan efisiensi tinggi yang terpasang di punggung atas CRAB. Walaupun belum ada kepastian untuk pengadaannya, ARCinC mendengar bahwa CRAB merupakan salah satu kandidat utama yang akan dievaluasi untuk menggantikan Commando Scout. Kita ikuti terus perkembangannya!. (arc.web.id).

Boeing 707 TNI AU: Legenda Jet Angkut Jarak Jauh, Dari Pesawat Kepresidenan Hingga Operasi Klandestin

Foto: Airliners.net
Foto: Airliners.net

Bagi TNI AU, keberadaan pesawat jet Boeing 707 terbilang fenomenal, dengan kemampuan terbang jarak jauhnya, pesawat era tahun 50-an ini pernah bertugas sebagai pesawat kepresidenan, pernah juga mengemban misi angkutan logistik saat bencana alam, hingga mendukung operasi klandestin. Lebih unik lagi, pesawat ini hanya ada satu unit yang dahulu menjadi arsenal Skadron Udara 17 VIP/VVIP.
Boeing 707 dalam klasifikasi pesawat komersial masuk ke dalam segmen narrow body aircraft, atau pesawat penumpang dengan lorong tunggal. Prototipe pertamanya meluncur pada 1954, dan first flight komersial pada 1957. Dikutip dari anggerabiyyu.blogspot.jp, TNI AU mengoperasikan jenis Boeing 707-3M1C, pesawat ini asalnya di dapat dari hibah pada Januari 1990. Namun sebelum proses hibah, TNI-AU sudah mengoperasikan pesawat ini melalui cara menyewa sejak 1980-an. Saat masih menjadi milik Pelita Air Service (PAS), identitas registrasi PK-PJQ Pelita.
Di lingkungan TNI AU, Boeing 707 merupakan pesawat satu-satunya yang punya kemampuan terbang jauh serta antar negara & benua. Ditempatkan di Skadron Udara 17 dan diberi registrasi militer A-7002 (A=Angkut). Seharusnya diberi registrasi A-7001 karena pesawat ini pesawat pertama juga semata wayang, namun karena dorongan psikologis diberi registrasi A-7002. Untuk misi angkutan manusia, pesawat dapat di setting dengan kapasitas kursi 104 (VVIP), 164 (VIP), 188 (Ekonomi).
satu
Saat masih menjadi pesawat Pelita Air Service.
Saat masih menjadi pesawat Pelita Air Service.
Saat masih menjadi pesawat Pelita Air Service.
Saat masih menjadi pesawat Pelita Air Service.
Boeing 707 TNI AU setelah di scrap.
Ex-Boeing 707 TNI AU setelah di scrap.

Diantara banyak penugasan, Boeing 707 pernah mengantar atlit Sea Games 1999, pemulangan TKI/TKW dari Arab Saudi akibat Perang Teluk 1991, serta misi kemanusiaan mengantar obat-obatan dan makanan saat bencana alam ke Iran dan Rusia. Boeing 707 TNI AU juga pernah dilibatkan dalam Operasi Babut Mabur, yakni operasi klandestin pengiriman bantuan berupa senjata kepada gerilyawan Mujahidin Afghanistan, yang sedang berperang melawan Uni Soviet waktu itu. Sementara perannya sebagai pesawat kepresidenan, pernah digunakan Presiden RI Gus Dur ke Australia. Ada yang menarik dari perjalanan mengantar Gus Dur ke Australia, dimana mesin dalam penerbangan mengalami kebocoran oli (oil leak) dan terpaksa harus mendarat di Darwin.
Mengutip dari Tempo.co (25/6/2001), “Keputusan pilot mendaratkan pesawat di Darwin, selain merupakan bandara terdekat, di Darwin juga terdapat fasilitas lengkap untuk pendaratan darurat,” ujar Kadispen TNI AU, Marsekal Pertama TNI Imam Wahyudi, dalam siaran pers tersebut. Bila tidak ada gangguan, pesawat dengan nomor registrasi A-7002 itu sedianya dijadwalkan akan tiba di Sidney pukul 05.05 WIB atau 08.05 waktu Sydney.
Boeing 707 Merpati Nusantara Airlines.
Boeing 707 Merpati Nusantara Airlines.
Merpati Nusantara Airlines Cargo
Merpati Nusantara Airlines Cargo
Bouraq Indonesia Airlines
Bouraq Indonesia Airlines

Pesawat Boeing 707 TNI AU dari skadron udara 17 (VVIP/VIP) Lanud Halim Perdana Kusumah itu merupakan pesawat yang dirancang dan dipersiapkan untuk penerbangan jarak jauh. Menjelang lepas landas ke Australia, pesawat Boeing 707 itu dinyatakan laik terbang. Menurut Kadispen, dalam hal pemeliharaan pesawat, khususnya pesawat VVIP/VIP, TNI AU menganut empat langkah pemeliharaan. Pertama, “Check A” yang dilakukan setiap 30 hari sekali, kedua “Check B” dalam setiap 120 hari sekali, “Check C” dalam setiap kurun waktu setahun sekali, dan “Check D” yang dilakukan sekali dalam delapan tahun.
Suasana kokpit.
Suasana kokpit.

Dari spesifikasi, Boeing 707 yang diawaki 3 orang (pilot, kopilot dan navigator) dapat terbang sejauh 10.650 km dengan bahan bahar maksimum. Sementara kapasitas bahan bakarnya hingga 90.000 liter. Panjang badan pesawat 46,61 meter, panjang rentang sayap 44,42 meter dan tinggi 12,93 meter yang digerakkan oleh 4 mesin EA Pratt & Whitney JT 3D-7 yang mampu melakukan terbang non-stop selama 12,5 jam dengan kecepatan maksimum 890 km per jam. Tahun 2003 pesawat ini dinyatakan tidak operasional, dan 2005 pesawat ini dijual ke Omega Air untuk di scrap. Di Indonesia, Boeing 707 nyatanya pernah digunakan maskapai Bouraq Indonesia Airlines, Merpati Nusantara Airlines Cargo, Merpati Nusantara Airlines, dan Pelita Air Service.
Hingga 1979, produksi Boeing 707 telah menembus angka 1.010 unit. Meski pamornya sebagai pesawat komersial sudah surut, tapi cita rasa pesawat ini terus lestari hingga kini, tercatat platform Boeing 707 hadir pada versi VIP C-137 Stratoliner untuk USAF, versi VC-137 untuk kepresidenan AS Air Force One. Bahkan juga di wujudkan dalam varian tanker KC-135 Stratotanker dan E-3 Sentry AWACS. (Sam)

Selasa, 17 Maret 2015

Cobaan The Jupiters di Langit Malaysia

Cobaan The Jupiters di Langit Malaysia
Pesawat KT-1B Wong Bee Jupiter Aerobatic Team milik TNI AU (ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan)
 
Dua pesawat KT-1 Wong Bee milik TNI AU saling bersenggolan di langit Langkawi, Malaysia, Minggu siang 15 Maret 2015. Pesawat jatuh dan terbakar. Untungnya, empat awak dari masing-masing pesawat itu selamat setelah berhasil melontarkan diri.
Dua pesawat ini merupakan bagian dari tim akrobat kebanggaan TNI Angkatan Udara, Jupiter Aerobatic Team (JAT) atau sering disingkat The Jupiters. Mereka saat itu bersiap turut memeriahkan pameran dirgantara di Langkawi, Malaysia, dengan menyajikan aksi akrobatik pesawat udara.
Namun kemalangan menimpa JAT saat gladi resik Minggu kemarin. Akibat kecelakaan itu, Indonesia dipastikan tidak akan ikut ambil bagian dalam ajang Langkawi International Maritime and Aerospace (LIMA) Exhibition 2015 di Malaysia. Pameran LIMA digelar selama 17-21 Maret.

"Kita sudah putuskan, tim jupiter kembali ke Jakarta. Akibat musibah itu kita harus cooling down," ujar Kepala Dinas Penerangan TNI AU Marsekal Pertama, Hadi Tjahjanto, kepada VIVA.co.id, Senin 16 Maret 2015.

Dijelaskan Kadispen TNI AU, akibat kejadian senggolan dua pesawat itu, pimpinan memutuskan untuk menarik seluruh tim Jupiter Aerobatic Team ke Jakarta.

Mengenai eksistensi katanya, tim Jupiter akan tetap memenuhi undangan-undangan dari luar negeri. Namun, penyebab kejadian ini masih belum bisa disampaikan karena tim masih bekerja. Tim TNI AU berada di lokasi kejadian untuk mengumpulkan data-data dan puing pesawat yang jatuh di arah yang berlawanan.
"Eksistensi tetap ada, undangan luar negeri banyak sekali. Tapi soal LIMA sudah diputuskan pimpinan, kita kembali saja ke Jakarta karena ada musibah itu. Satu tahun saya kira sudah diketahui penyebabnya," ujarnya.
Peristiwa tabrakan ini bermula saat enam pesawat memulai latihan akrobatik sekitar pukul 12.00 waktu setempat. Pada pukul 14.00, kedua pesawat kemudian terlibat senggolan saat melakukan manuver di atas udara.

Pesawat mengeluarkan api dan langsung menukik ke darat. Satu pesawat jatuh di areal pegunungan tak jauh dari Bandara Internasional Langkawi. Satu pesawat lagi jatuh di permukiman warga di Kampung Gelam.

Dua rumah dan satu kendaraan roda empat ikut terbakar. Tak ada korban jiwa dari warga sipil di lokasi kejadian. Hanya ada satu orang yang pingsan karena ketakutan.

Meski terjadi insiden, empat pilot selamat. Mereka memutuskan untuk keluar hanya sepersekian detik dari pesawat dengan menggunakan kursi pelontar. Pilot akrobatik itu kemudian mengaktifkan parasut untuk selanjutnya mendarat. Mereka hanya mengalami luka gores.

Dubes RI di Malaysia, Herman Prayitno menambahkan, Danlanud Adisucipto, Marsekal Pertama TNI Yadi Indrayadi Sutanandika, merupakan satu dari empat pilot yang ada di pesawat yang mengalami insiden senggolan.

Dalam misi ke LIMA ini, Yadi Indrayadi Sutanandika, bertindak sebagai Mission Comander dibantu Kadispers Lanud Adisutjipto Letkol Pnb Arief Hartono sebagai Coordinator, dan Mayor Pnb HM Kisha sebagai Flight Director. 
Pesawat KT-1B Wong Bee Jupiter Aerobatic Team milik TNI AU

Panglima TNI Jenderal Moeldoko yang dimintai keterangan saat membuka Pendidikan Reguler (Dikreg) XLII Sekolah Staf dan Komando (Sesko) di Bandung, Jawa Barat mengatakan, ada faktor non teknis yang menyebabkan dua pesawat buatan Korea Selatan itu mengalami senggolan.

Dari hasil investigasi awal yang dilakukan tim TNI AU, dua dari enam pesawat yang menggelar gladi bersih sempat masuk dalam ruang hampa. Saat bermanuver jarak pesawat hanya sekitar 10 sampai 20 centimeter.

"Mereka bukan gagal, tapi ada faktor non-teknis. Ini akan dicermati untuk dievalusi. Tim investigasi sudah dikirim," kata Moeldoko.

Dikutip dari New Strait Times, setelah kecelakaan dilaporkan, helikopter penyelamat dari Angkatan Udara Malaysia dikirim untuk mencari pilot. Pemadam kebakaran setempat ikut dikerahkan guna memadamkan api pesawat maupun bangunan yang tertimpa badan pesawat.

Enam Pesawat Kembali ke Tanah Air
Satu hari setelah insiden senggolan, enam pesawat KT-1 Wong Bee langsung ditarik pulang ke tanah air. Pada Senin siang, 16 Maret 2015, enam pesawat itu mendarat di Landasan Udara Soewondo, Medan.

Komandan Lanud Soewondo, Kolonel Pnb Surya Chandra Siahaan, mengatakan tim Jupiter hanya beristirahat sebelum melanjutkan perjalanan ke Pekanbaru, Riau. Setelah mengisi bahan bakar, mereka langsung kembali melanjutkan perjalanan.

Kata Soewondo, seluruh pilot tetap menerbangkan enam pesawat. Sementara empat pilot yang alami kecelakaan masih berada di Malaysia karena masih butuh perawatan.

Dengan kembalinya enam pesawat ini, maka tim JAT dipastikan tidak melakukan unjuk kebolehan dalam ajang LIMA 2015 yang merupakan pameran dirgantara dan kelautan yang juga diikuti berbagai industri penerbangan dan kelautan dari sejumlah negara.

Dalam pameran ini, The Jupiters Aerobatik Team (JAT) akan menampilkan manuver akrobatik udara dengan formasi, antara lain, Jupiter Roll, Loop, Clover leaf, Leader Benefit, Loop & Break Off, Jupiter Wheel, Tango to Diamond, Mirror, Screw Roll, Heart Manouver,  Roll Slide, Solo Spin& Knife Edge, Five Card Loop, Jupiter Roll Back, Loop & Bomb Burst.

Formasi JAT dipimpin oleh  Mayor Pnb Feri Yunaldi sebagai Leader di Jupiter 1. Sementara masing-masing pesawat diawaki oleh Kapten Pnb Idam Satria Utomo sebagai Right Wing di Jupiter 2, Kapten Pnb Made Yogi Indra sebagai Left Wing di Jupiter 3, Mayor Pnb Putu Sucahyadi sebagai Slot di Jupiter 4, Mayor Pnb Sri Raharjo sebagai Lead Synchro di Jupiter 5, dan May Pnb Humaidi Syarief Romas di Jupiter 6.

Mengenal Jupiter Aerobatic Team
***
Jupiter Aerobatic Team (JAT) dibentuk berdasarkan inisiatif dari para instruktur penerbang di lingkungan Skadron Pendidikan 103 yang mengawaki pesawat MK 53 HS Hawk untuk membentuk suatu team aerobatic.

Dari laman TNI AU, nama Jupiter berasal dari sebutan bagi para instruktur penerbang yang mengajar di Lanud Adisutjipto. Tim ini tampil pertama kali pada HUT TNI tanggal 5 oktober tahun 1997 dengan menggunakan 4 pesawat MK 53 HS Hawk. Kegiatan tim ini sempat dihentikan pada 2002.
The Jupiters, usai latihan terakhir jelang ke Malaysia

Setelah vacum selama beberapa tahun, pada awal 2008, TNI AU mulai merintis kembali team aerobatic dengan menggunakan pesawat KT 1 Woongbee buatan Korea yang memperkuat Skadik 102.

Tim ini tampil lagi pertama kali dengan empat pesawat pada 4 Juli 2008 pada upacara wingday sekolah penerbang. Mereka kemudian tampil lebih menawan dengan manuver yang lebih bervariasi pada 2011 dengan menggunakan enam pesawat.

Keahlian tim JAT tak lepas dari tiga instruktur utama mereka. Pertama adalah Kolonel Pnb Anang "Morgan" Nurhadi yang merupakan lulusan Akademi TNI AU angkatan tahun 1987. Instruktur kedua adalah Mayor Pnb James "Octopus" Singal. Pria kelahiran Airmadidi Sulawesi Utara ini adalah alumnus AAU 1996.

Instruktur ketiga adalah Mayor Pnb Feri " Mirage" Yunaldi yang merupakan penerbang asal Pariaman Sumatera Barat, merupakan ex Jupiter 2 dan alumnus AAU 1997.

The Jupiters telah mengukir banyak prestasi hingga ke luar negeri. Sebelum insiden Malaysia terjadi, tim ini sukses mengikuti Singapore Air Show 2014. Pada 2012, tim ini menunjukkan kebolehannya pada ajang Centervial of RTAF Founding Fathers Aviation atau 100 tahun penerbangan Thailand.

Pada Februari 2013, JAT sukses memukau publik di Malaysia dalam ajang Langkawi International maritime and Aerospace Exhibition (LIMA) 2013. Pada akhir tahun yang sama, The Jupiters juga sukses menjalankan misinya di Brunei Darusalam dalam rangka mengikuti Bridex 2013, Brunei Darussalam International Defence Echibition 2013.

Sepulangnya dari misi di LIMA 2015, The Jupiters rencananya akan menyelesaikan misi dengan 174 sorties atau 222 Jam terbang dan akan melaksanakan display atau airshow di Lanud Suwondo, Medan, Lanud Roesmin Nuryadin, Pakanbaru, Lanud Padang, Lanud Palembang, dan Bandara Inten  Lampung.

Spesifikasi Pesawat
Selama ini, Tim Jupiter Aerobatik TNI AU menggunakan delapan pesawat jenis KT-1B Woong Bee buatan Korean Aerospace Industries (KAI),  di mana hanya enam yang digunakan untuk bermanuver di udara. Sementara dua lainnya digunakan sebagai cadangan.

Pesawat KT-1B ini merupakan pesawat latih dan tempur ringan berkapasitas dua kru. Pesawat ini dirancang untuk pelatihan dasar penerbangan akrobatik dan sistem penerbangan kontrol komputer. Produsen asal Korsel mengumumkan KT-1 sebagai pesawat latih dasar dengan nama kode Woong-Bee pada November 2000.

KT-1 dilengkapi mesin turboprop Pratt&Whitney Canada PT6A-62 dengan tenaga 950 tenaga kuda yang mampu mendorong pesawat sampai kecepatan 648 kilometer per jam serta dapat menjelajah sejauh 1.700 kilometer tanpa mengisi ulang bahan bakar dengan ketinggian 11.580 meter.

Panjang pesawat KT-1 Woong Bee ini mencapai 10,26 meter dengan lebar rentang sayap 10,6 meter, dan tinggi 3,7 meter. Pesawat ini memiliki berat kosong 1.910 Kg dan berat maksimal takeoff 2,540 Kg. KT-1 Woong-Bee bisa berubah menjadi pesawat tempur dengan disematkan senjata ringan atau peluncur roket.

KT-1 memiliki karakteristik pesawat latih modern dengan performa yang luar biasa dalam melakukan manuver akrobatik dalam kecepatan rendah seperti formasi Loop, Hard Run maupun Roll. Pesawat ini juga mampu lepas landas dalam jarak pendek dan melakukan pendaratan dengan stabil.

Indonesia kini memiliki belasan KT-1 Wong Bee. Satu di antaranya jatuh di Bali pada Juni 2010 lalu. Indonesia mulai membeli Wong Bee berikut suku cadangnya pada April 2003 senilai US$ 60 juta. Pada 2006 TNI AU kembali membeli 12 pesawat KT-1B.


Minggu, 15 Maret 2015

Konspirasi “The Bali-Nine”: Mereka Sengaja Dijebak Polisi dan Intelijen Australia Sendiri!

On April 8, the same day Rush flew out of Australia, the AFP (Australian Federal Police) sent a letter to the Indonesian National Police, headed “Subject: Heroin couriers from Bali to Australia.” (theaustralian.com.au).
Tahukah anda, bahwa kasus “Bali Nine” dan Corby sengaja dijebak oleh pihak kepolisian Australia dan intelijen Australia sendiri? Pada artikel ini, mari kita awali dulu dari kasus Corby.
Schapelle Leigh Corby (lahir 10 Juli 1977) adalah seorang mantan pelajar sekolah kecantikan dari Brisbane, Australia yang ditangkap membawa ganja dalam tasnya yang tak begitu terlarang di Autralia, namun sangat terlarang di Indonesia saat ia berada di Bandara Ngurah Rai, Denpasar, Indonesia pada 8 Oktober 2004 lalu.
Dalam tas Corby ditemukan 4,2 kg ganja, yang menurut Corby, bukan miliknya. Dia mengaku tidak mengetahui adanya ganja dalam tasnya, sebelum tas tersebut akhirnya dibuka oleh petugas bea cukai di Bali, namun pernyataan ini ditentang oleh petugas bea cukai yang mengatakan bahwa Corby mencoba menghalangi mereka saat akan memeriksa tasnya.
https://indymedia.org.au/files/corby-5801194.jpgBapak kandung Schapelle Corby, Michael Corby, sebelumnya pernah tertangkap basah membawa ganja pada awal tahun 1970-an.
Corby ditemukan bersalah atas tuduhan yang diajukan terhadapnya dan divonis hukuman penjara selama 20 tahun pada 27 Mei 2005. Selain itu, ia juga didenda sebesar Rp.100 juta.
Pada 20 Juli 2005, Pengadilan Negeri Denpasar kembali membuka persidangan dalam tingkat banding dengan menghadirkan beberapa saksi baru.
Kemudian pada 12 Oktober 2005, setelah melalui banding, hukuman Corby dikurangi lima tahun menjadi 15 tahun. Pada 12 Januari 2006, melalui putusan kasasi, MA memvonis Corby kembali menjadi 20 tahun penjara, dengan dasar bahwa narkotika yang diselundupkan Corby tergolong kelas I yang berbahaya.

Corby Merasa Dijebak, Tasnya Ditukar Milik Orang Lain
Corby dijanjikan akan menerima hukuman jauh lebih ringan jika mengakui bahwa ganja yang berada di dalam tasnya adalah memang miliknya. Namun hal itu ditolak Corby. Mengapa? Karena Corby merasa telah dijebak!
Corby tetap tak pernah mau mengakui bahwa tas dan ganja yang berada di dalamnya, adalah miliknya. Jadi menurut Corby, tas itu bukan kepunyaannya, alias ditukar, dan ganja didalamnya juga bukan miliknya.
Keputusan Corby tak bergeming, walau dijanjikan hukuman lebih ringan. Dengan keyakinannya ia tetap menolak dan selalu menolak, bahwa tas itu bukan miliknya, namun telah ditukar dengan tas orang lain yang sama dengan tasnya.
Jika benar bahwa tasnya telah ditukar dengan tas orang lain yang sama, lalu muncul pertanyaan, siapa yang telah menukarnya? Siapakah yang menjebaknya?

Ada Pihak Ketiga Yang Ingin Mengadu Domba
Di Australia pada 3 Juni 2005 lalu, sebuah paket berisikan serbuk mencurigakan, yang akhirnya dinyatakan tidak berbahaya, dikirimkan ke Gedung Parlemen Australia dan dialamatkan ke Menlu Australia, Alexander Downer.
Paket tersebut ditemukan dalam pemeriksaan rutin. Akibat insiden ini, tempat penerimaan barang di Gedung Parlemen Australia ditutup untuk sementara waktu.
https://i0.wp.com/upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/8/85/KerobokanPrison.jpg/320px-KerobokanPrison.jpg
Lapas Krobokan, Denpasar, Bali, tempat Corby dipenjara (wukupedia).

Pada tanggal dan hari yang sama pula, sebuah surat berbau menyengat dikirimkan ke Pengadilan Negeri Denpasar, Bali, Indonesia.
Akibatnya, Kepala Pengadilan Negeri Denpasar, Nengah Suryadi, yang menerima surat tersebut, mengaku merasa pusing-pusing.
Setelah diperiksa lebih lanjut oleh Laboratorium Forensik (Labfor) Polri Denpasar, tidak ditemukan zat beracun dalam surat tersebut.
Jika anda teliti, itu baru satu contoh kasus saja dari beberapa hal ganjil lainnya pada kasus ini, dalam hal ini ada pihak ketiga, yang ingin memancing dalam kekeruhan air, lalu memanfaatkan momen ini.

Kronologi Peristiwa Kasus Corby
• 8 Oktober 2004: Schapelle Corby lepas landas dari Brisbane International Airport, Brisbane, Australia dengan pesawat Qantas QF501, kemudian transit di Sydney, naik pesawat Australian Airlines AO7829 menuju Denpasar, dan mendarat di Bandara Ngurah Rai, Denpasar. Setelah mendarat di Denpasar, Corby ditahan karena petugas bea cukai Bandara Ngurah Rai menemukan ganja seberat 4,2 kg dalam tas milik Corby.
• ? – 2005: Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) di Perth, Australia menerima surat ancaman pembunuhan yang disertai sebutir peluru.
• 27 Mei 2005: Corby diputuskan harus menjalani hukuman penjara 20 tahun serta ditambah denda sebesar Rp 100.000.000, karena melanggar pasal 82, ayat 1a, UU nomor 22 tahun 1997 tentang Narkotika. Sidang putusannya disiarkan langsung di dua stasiun televisi di Australia.
• 1 Juni 2005: Sebuah amplop berisikan serbuk putih, yang dikirimkan dari negara bagian Victoria, Australia, tetapi akhirnya dinyatakan tidak berbahaya, dikirimkan ke Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Canberra, Australia, sehingga mengakibatkan seisi gedung kedutaan harus dikosongkan dan kedutaan ditutup selama beberapa hari. Perdana Menteri Australia, John Howard, segera meminta maaf kepada pemerintah Indonesia dan mengatakan akan segera mengusut kasus tersebut serta mencari siapakah pelakunya.
• 3 Juni 2005: Sebuah paket berisikan serbuk mencurigakan, yang akhirnya dinyatakan tidak berbahaya, dikirimkan ke Gedung Parlemen Australia dan dialamatkan ke Menlu Australia, Alexander Downer. Paket tersebut ditemukan dalam pemeriksaan rutin. Akibat insiden ini, tempat penerimaan barang di Gedung Parlemen ditutup untuk sementara waktu.
• 3 Juni 2005: Sebuah surat berbau menyengat dikirimkan ke Pengadilan Negeri Denpasar. Akibatnya, Kepala Pengadilan Negeri Denpasar, Nengah Suryadi, yang menerima surat tersebut, mengaku merasa pusing-pusing. Setelah diperiksa lebih lanjut oleh Laboratorium Forensik (Labfor) Polri Denpasar, tidak ditemukan zat beracun dalam surat tersebut.
• 7 Juni 2005: Lagi, sebuah amplop berisikan serbuk putih, yang diperkirakan juga dikirimkan dari negara bagian Victoria, Australia, tetapi diperkirakan tidak berbahaya, dikirimkan ke KBRI. Akibat insiden ini, KBRI ditutup untuk sementara sampai waktu yang belum ditentukan.
• 9 Juni 2005: Paket-paket mencurigakan kembali dikirimkan ke kedutaan-kedutaan besar di Australia. Kali ini, Kedutaan Besar Amerika Serikat, Inggris, Jepang, dan Korea Selatan di Australia dikirimi paket-paket mencurigakan. Selain itu, Gedung Parlemen Australia juga kembali dikirimi bungkusan mencurigakan. Akibat kejadian ini, sebagian gedung kedutaan-kedutaan tersebut dan sebagian Gedung Parlemen Australia ditutup untuk umum.
• 12 Oktober 2005: Hasil banding di pengadilan mengurangi jumlah hukuman menjadi 15 tahun.
• 12 Januari 2006: Hasil kasasi di MA mengembalikan hukuman menjadi 20 tahun.

Perspektif Warga Australia: Corby sial, kopernya diisi ganja oleh orang lain
Kasus Corby menarik perhatian yang besar di Australia akibat liputan media yang luas. Banyak dari warga Australia yang bersimpati dengan Corby yang digambarkan oleh media di sana sebagai orang yang “sial”, karena kopernya diisi ganja oleh orang lain. Beberapa orang bahkan sampai mengeluarkan pernyataan bahwa mereka akan memboikot Bali dan menyarankan agar warga Australia tidak berkunjung ke sana.
Selain itu, ada pula yang meragukan kemampuan sistem pengadilan di Indonesia yang berbeda dari Australia. Di Indonesia, terdakwa harus membuktikan bahwa dia tidak bersalah sedangkan di Australia, pihak penuntutlah yang harus membuktikan bahwa terdakwa bersalah. Sistem Indonesia ini merupakan warisan dari zaman Belanda dan karena itu, dianggap “ketinggalan zaman” dan “tidak adil”.
Ada pula yang menganggap bahwa ganja hanyalah tumbuhan dan karena efek merusaknya pun lebih rendah, seharusnya tidak digolongkan bersama dengan psikotropika tingkat I lainnya, seperti heroin, dan lainnya. Bahkan di beberapa negara lain, ganja sudah dilegalkan karena manfaatnya bagi kesehatan yang tak dipunyai oleh tumbuhan lain, walaupun dengan aturan yang ketat.
Meskipun begitu, ada juga warga Australia yang mendukung agar Corby dihukum. Mereka berpendapat bahwa hal tersebut perlu dilakukan agar menjadi peringatan bagi warga sana yang berniat menyelundupkan obat-obatan terlarang ke luar negeri.

Perspektif Warga Indonesia: mengecam keras tindakan teror terhadap KBRI di Australia
Awalnya, kebanyakan rakyat Indonesia dingin-dingin saja dalam menanggapi kasus ini. Kalaupun ada protes, kebanyakan terjadi di media-media massa dalam bentuk (artikel) protes, di mana para tokoh mengecam keras tindakan teror terhadap KBRI di Australia, selain juga mengecam pandangan ekstrem minoritas warga Australia tersebut (atau warga Australia sendiri). Selain itu, ada juga beberapa tokoh yang menyarankan Pemerintah Indonesia untuk memutuskan hubungan diplomatik dengan Pemerintah Australia.
Selain kecaman di media, ada juga yang melakukan aksi unjuk rasa secara damai, misalnya menuntut dihukum matinya Corby, menuntut pemutusan hubungan diplomatik dengan Australia, dsb. Selain hal-hal di atas, tidak ada aksi anarkis dan teror terhadap aset Australia di Indonesia.
Selain itu, beberapa pakar hukum Indonesia seperti Indriyanto Seno Adji, Guru Besar Ilmu Hukum Universitas Indonesia, dalam opininya di Kompas mempertanyakan pendekatan hukum atas kasus ini. Menurutnya, pembuktiannya tidaklah sekadar memiliki atau menguasai ganja/marijuana tersebut, tetapi bagaimana dan dengan cara apa marijuana itu bisa berada dalam penguasaan Corby sebagai alas bukti ada tidaknya unsur tanpa hak dan melawan hukum.
Artinya, kalau tidak ada bukti tentang bagaimana dan dengan cara apa marijuana itu berada dalam penguasaan Corby, tidaklah ada kesalahan dan melawan hukum pada diri Corby. Inilah pendekatan ajaran dualistis yang menghendaki adanya kebenaran materil dengan mempertanyakan bisa tidaknya seseorang dipertanggungjawabkan secara pidana.
Hal lainnya adalah, kasus ini sudah bergulir sedemikian rupa, namun kenapa media-media lokal ‘titipan politikus dan titipan asing’ tetap membahasnya? Seharusnya yang dibahas adalah mengenai cacatnya hukum di Indonesia, bukan lagi membahas tentang sebuah keputusan yang justru memang berada di rel hukum itu sendiri.

Remisi untuk Corby
Secara keseluruhan, Corby mendapatkan remisi selama 27,5 bulan untuk masa kurungan awal selama 20 tahun.
• Agustus 2006: Dua bulan pada Hari Kemerdekaan Indonesia.
Desember 2006: Satu bulan pada hari Natal.
• 2007: Corby tidak mendapatkan remisi Hari Kemerdekaan dan Natal setelah ketahuan memiliki telepon genggam. Peraturan kunjungan tiperketat setelah muncul sebuah operator wisata abal-abal beriklan bahwa wisatawan bisa mengambil foto bersama Corby dengan membayar sejumlah uang.
• Agustus 2008: Tiga bulan pada Hari Kemerdekaan.
• Agustus 2009: Empat bulan pada Hari Kemerdekaan.
• Agustus 2010: Lima bulan pada Hari Kemerdekaan.
• Desember 2010: 45 hari.
• Agustus 2011: Lima bulan pada Hari Kemerdekaan.
• Agustus 2012: Enam bulan pada Hari Kemerdekaan.
• Februari 2014: Bebas bersyarat.
Corby mendapatkan pembebasan bersyarat pada 7 Februari 2014 dan dibebaskan tanggal 10 Februari 2014 setelah menjalani masa hukuman sembilan tahun di Lembaga Pemasyarakatan Kerobokan.
Putusan ini mewajibkan Corby tinggal di Bali dan mengikuti peraturan lain yang ditetapkan pihak lembaga pemasyarakatan serta wajib lapor kepada pihak berwenang setiap bulannya sampai benar-benar dibebaskan bulan Juli 2017.
Kasus “The Bali Nine”
https://i1.wp.com/resources1.news.com.au/images/2009/08/16/1225762/119861-corby-lawrence-039-out-of-jail-sooner-039-.jpg
Renae Lawrence (kiri) salah satu anggota Bali Nine dan Corby (kanan) bertemu di lapas Krobokan (news.com.au)

Kini kita masuk ke kasus Bali Nine. Masih ingatkah anda tentang ‘the Bali Nine’?
Bali Nine adalah sebutan yang diberikan media massa kepada sembilan orang Australia, yang ditangkap pada 17 April 2005 di Bali.
Mereka, kesembilan anggotanya ditangkap dalam usahanya untuk menyelundupkan heroin seberat 8,2 kilogram! Dari Indonesia ke Australia.
Kesembilan orang dalam sindikat perdagangan heroin yang dikenal dengan julukan “the Bali Nine” tersebut adalah:
1. Andrew Chan – disebut pihak kepolisian sebagai “godfather” kelompok ini
2. Myuran Sukumaran
3. Si Yi Chen
4. Michael Czugaj
5. Renae Lawrence
6. Tach Duc Thanh Nguyen
7. Matthew Norman
8. Scott Rush
9. Martin Stephens

Perbedaan Antara kasus Corby dan The Bali Nine
Ada beberapa perbedaan kasus diantara keduanya, diantaranya adalah:
1. Kasus Corby:
- Menyelundupkan ganja atau marijuana seberat 4,2 kg dari Australia ke Indonesia.
- Dijatuhi hukuman penjara 20 tahun dan didenda Rp.100 juta, akhirnya bebas namun bersyarat.
2. Kasus Bali Nine:
- Menyelundupkan heroin seberat 8.3 kg dari Indonesia ke Australia.
- Dijatuhi hukuman mati dan dua diantaranya hukuman penjara seumur hidup.

Para Bandar Narkoba Sengaja Dijebak Pihak Kepolisian dan Intelijen Australia Sendiri!
Beberapa pihak dan “orang dalam” dari Australia yang tak mau disebutkan namanya mengatakan bahwa para bandar narkoba yang tergabung dalam Bali Nine tersebut sengaja dijebak oleh pihak Australia karena di negara itu tak ada hukum yang kuat untuk membuat para pengedar narkoba itu merasa jera.
Bahkan pihak AFP telah mengetahui bahwa para kurir heroin itu sedang terbang menuju ke Bali. Hal itu juga masuk dalam tulisan di media Autralia:
On April 8, the same day Rush flew out of Australia, the AFP (Australian Federal Police) sent a letter to the Indonesian National Police, headed “Subject: Heroin couriers from Bali to Australia.” – (theaustralian.com.au, August 27, 2010).
Pada tanggal 8 April, dihari yang sama Rush terbang dari Australia, AFP (Kepolisian Federal Australia) mengirimkan surat kepada Kepolisian Negara Republik Indonesia, berjudul “Subjek: Kurir heroin dari Bali ke Australia” – (theaustralian.com.au, 27 Agustus 2010, lihat berita versi JPEG).
Selain itu, masih melalui suratnya, AFP juga meminta kepda Polri agar mengawasi gerak-gerik para penyelundup heroin itu dan mencegatnya.
The AFP (Australian Federal Police) letter requested the INP (Indonesian Noational Police) to attempt to keep the group under surveillance, identify the source of the drugs, and obtain as much evidence and intelligence as possible to help the AFP nail the organisers in Australia, other than Chan. The most crucial paragraph of the AFP letter advised the INP: “should they suspect that Chan and/or the couriers are in possession of drugs at the time of their departure, that they take what action they deem appropriate.” – (theaustralian.com.au, August 27, 2010).
Surat AFP (Kepolisian Federal Australia) meminta Polri mencoba untuk menjaga kelompok itu dibawah pengawasan, mengidentifikasi sumber narkotika, dan mendapatkan banyak barang bukti dan dapat memungkinkan intelijen (Indonesia -red) untuk membantu AFP menangkap gembongnya di Australia, selain Chan. Paragrap yang paling penting dari surat AFP menyarankan Polri: “mengharuskan tersangka mereka bahwa Chan dan / atau kurir berada dalam kepemilikan narkoba pada saat keberangkatannya, bahwa mereka (kepolisian Indonesia -red) mengambil tindakan apa yang mereka anggap tepat.” - (theaustralian.com.au, 27 Agustus 2010, lihat berita versi JPEG).
How the AFP trapped the Bali Nine zoomed
Salah satu terpidana “Bali Nine”, Scott Rush, saat berada diruang pengadilan Bali. Kepolisian Australia (AFP) sudah tahu tentang kurir-kurir heroin itu dan sengaja menangkapnya di wilayah Indonesia agar tak kembali ke Australia dan dapat diadili dengan lebih berat. Klik pada lnik untuk melihat seluruh artikelnya: lihat berita di weblihat berita versi JPEG (sumber: theaustralian.com.au)
Empat hari kemudian, pada tanggal 12 April 2005, surat kedua dikirim oleh AFP kepada rekan-rekan mereka yaitu kepolisian Indonesia, komplit dengan memberikan tanggal, waktu dan rincian penerbangan dari kelompok yang akan kembali ke Australia. Chan dan empat kurir lainnya akan terbang kembali ke Australia pada tanggal 14 April, sementara Rush, Nguyen dan Czugaj akan terbang dua hari kemudian, pada hari Sabtu tanggal 16 April.
Surat ini dari petugas penghubung senior AFP di Bali, Paul Hunniford, menyarankan:
“If arrests are made [in Indonesia] on 14 April, it is likely that Nguyen, Czugaj and Rush will become suspicious of the arrest and decide not to attempt to board the Saturday flight with narcotics. I therefore request that you consider searching Nguyen, Czugaj and Rush soon after the first group are intercepted.” - How the AFP trapped the Bali Nine, August 27, 2010 (theaustralian.com.au).
“Jika penangkapan dibuat [di Indonesia] pada 14 April, ada kemungkinan bahwa Nguyen, Czugaj dan Rush akan menjadi curiga terhadap penangkapan itu dan memutuskan untuk tidak naik pada penerbangan dihari Sabtu dengan membawa narkotika. Karena itu saya meminta Anda mempertimbangkan mencari Nguyen, Czugaj dan Rush setelah kelompok pertama dicegat.” - – How the AFP trapped the Bali Nine, August 27, 2010.
Surat AFP tersebut disegel, dan mengubah nasib para penyelundup heroin oleh para warga Australia itu, yang akhirnya dikenal hingga kini sebagai kelompok “The Bali Nine”.
Orang tua Rush dan Lawrence kemudian juga mengkritik pihak kepolisian Australia yang ternyata telah mengetahui rencana penyelundupan itu.
“The parents of Rush and Lawrence criticised the AFP (Australia Federal Police) for allowing the Indonesian police to arrest the nine rather than allowing them to fly to Australia and arresting them in Sydney upon their return.” (wikipedia).
Ayah terpidana Lawrence, Bob Lawrence, mengatakan pada bulan Oktober 2005 lalu menyatakan bahwa ia ingin bertemu muka dengan Keelty setelah belajar dari komentar yang dibuat oleh Lee Rush.
“As far as I’m concerned, and excuse the expression, [Keelty] is an arsehole. These kids were forced into this … they should have been either arrested at the airport here or followed to get the big guys. I don’t know how they can sleep at night … even if [the Bali Nine] were guilty of doing it willingly, it still doesn’t deserve the death penalty.” — Bob Lawrence, father of Renae Lawrence, October 2005. (theage.com.au).
“Sejauh yang saya ketahui, dan alasan ekspresi, [Keelty] adalah bandit sialan. Anak-anak ini dipaksa melakukannya … mereka seharusnya lebih baik ditahan di bandara sini atau diikuti, untuk mendapatkan ‘orang-orang besar’ (gembongnya -pen). Saya tidak tahu bagaimana mereka bisa tidur di malam hari … bahkan jika [Bali Nine] bersalah dan rela melakukannya, masih tidak layak hukuman mati. ” - Bob Lawrence, ayah dari Renae Lawrence, Oktober 2005.
bali-nine-trial-bob-lawrence-father-of-bali
Bob Lawrence, ayah dari Renae Lawrence beserta istrinya, tampak sedang menjenguk anaknya di penjara Bali. (Sydney Morning Herald, via: gettyimages).

Pada tanggal 13 Februari 2006, giliran orang tua Scott Rush memberikan wawancara kepada TV ABC Australia pada program acara Australian Story, ia berbicara menentang tindakan AFP (Australian Federal Police). Ibu Scot Rush mengatakan:
“I feel very let down by our Australian Federal Police – we tried to lawfully stop our son leaving the country, it wasn’t done….. “The Federal Police can do, go wherever they want, do anything, anytime without supervision from the Australian Attorney-General or from the Justice Minister.”…..”This is not good for Australians and our laws need to be changed to protect our citizens and this must not happen to any Australian citizen again.” — Christine Rush, mother of Scott Rush, February 2006. (theguardian.com)
“Saya merasa sangat dikecewakan oleh Polisi Federal Australia kita – kami telah mencoba untuk menghentikan anak kami untuk meninggalkan negara itu, namun hal itu tidak dilakukan ….. “Polisi Federal bisa melakukannya, pergi ke mana pun mereka mau, melakukan apa pun, kapan saja tanpa pengawasan dari Jaksa Agung Australia atau dari Menteri Kehakiman. “…..” Ini tidak baik untuk Australia dan hukum kita perlu diubah untuk melindungi warga negara kita dan ini tidak harus terjadi pada setiap warga negara Australia lagi.” — Christine Rush, ibu Scott Rush, Februari 2006.
Dari pernyataan mereka maka bisa disimpulkan bahwa pihak kepolisian Australia sudah mengetahuinya, dan lebih memilih untuk mengabari Polri dan menangkap serta menghukum mereka di Indonesia daripada menangkap mereka di Australia, di mana tidak ada hukuman mati disana sehingga kesembilan orang tersebut dapat selalu menghindari hukuman mati tersebut.
Mereka adalah pengedar kambuhan dan profesional. Sebenarnya bandar-bandar narkoba kelas international trafficking itu telah lama diketahui oleh pihak berwajib yang terkait di Australia. Mereka adalah bandar-bandar narkoba pesakitan dan tak akan pernah mau berubah, alias sudah masuk dalam daftar hitam (blacklist) di negara itu.
bali nine Scott Rush
Gambar atas: Kedua orang tua Scott Rush, ayahnya Lee Rush (kiri) dan ibunya Christine Rush (kanan). Gambar bawah: Scott Rush. (smh.com.au)

Namun jika mereka dihukum di Autralia, maka mereka akan tetap menjadi bandar dan selalu kembali mendapatkan jaminan keuangan.
Apalagi dengan tidak adanya hukuman mati di Australia, menyebabkan pihak berwajib dinegara itu justru memiliki dilema dan merasa serba salah.
Bagaimana cara “melenyapkan” para bandar itu dari Australia, agar tak ada lagi drugs trafficing yang membuat pusing pemerintahnya? Maka skenario pun dijalankan, dan tak jauh dari ranah hukum Australia sendiri, yaitu tetangganya, Indonesia, karena Indonesia masih menganut hukuman mati bagi para bandar narkoba.
Maka, pihak intelijen Australia lagi-lagi mengikuti perjalanan para gembong narkoba dari sindikat yang masuk dalam ‘The Bali Nine’ tersebut, yang selama ini menyusahkan pihak Australia sendiri.
Suatu saat jika mereka sedang berada di ranah tanah hukum Indonesia, pihak kepolisian Australia akan mengontak pihak kepolisian Indonesia agar menangkap mereka beserta barang bukti.
Setelah dinanti-nanti, para bandar narkoba itu akhirnya masuk ke Indonesia melalui Denpasar, pihak intelijen Australia yang telah mengendusnya, langsung mengontak kepolisian Denpasar agar menahan dan memeriksa barang bawaan mereka.
Dan benar saja, heroin dengan berat total 8,2 kilogram senilai US$. 3,1 juta dollar berhasil ditemukan. Karena mereka berada di dalam ranah hukum Indonesia, maka hukum di Indonesialah yang akan dijalani oleh mereka, yaitu melalui pengadilan Indonesia.
BALI NINE is a trap
Empat dari sembilan orang tersebut, Czugaj, Rush, Stephens, dan Lawrence ditangkap di Bandara Ngurah Rai saat sedang menaiki pesawat tujuan Australia.
Keempatnya ditemukan membawa heroin yang dipasang di tubuh. Andrew Chan ditangkap di sebuah pesawat yang terpisah saat hendak berangkat, namun pada dirinya tidak ditemukan obat terlarang.
Empat orang lainnya, Nguyen, Sukumaran, Chen dan Norman ditangkap di Hotel Melasti di Kuta karena menyimpan heroin sejumlah 350g dan barang-barang lainnya yang mengindikasikan keterlibatan mereka dalam usaha penyelundupan tersebut.

Vonis Pengadilan Kepada “The Bali Nine”
Berikut kronologi vonis, yang dijatuhkan kepada kelompok Bali Nine:
13 Februari 2006, Pengadilan Negeri Denpasar memvonis Lawrence dan Rush dengan hukuman penjara seumur hidup. Sehari kemudian, Czugaj dan Stephens menerima vonis yang sama. Sukumaran dan Chan, dua tokoh yang dianggap berperan penting, dihukum mati.
• 15 Februari 2006, Nguyen, Chen, dan Norman juga divonis penjara seumur hidup oleh para hakim.
26 April 2006, hukuman Lawrence, Nguyen, Chen, Czugaj dan Norman dikurangi menjadi 20 tahun penjara melalui banding, sementara hukuman seumur hidup Stephens tetap bertahan.
https://i2.wp.com/cdn4.wn.com/ph/img/b7/4c/6fb94832b165387058cb7fd11ddf-grande.jpg
Bali Nine (wn.com)

6 September 2006, diketahui bahwa Mahkamah Agung telah mengabulkan kasasi yang diajukan Kejaksaan Agung. Hukuman Czugac tetap menjadi hukuman seumur hidup, sementara hukuman Lawrence, Rush, Nguyen, Chen, dan Norman menjadi hukuman mati. Chan dan Sukumaran tetap dihukum mati, dan Stephens tetap dihukum seumur hidup.
13 Januari 2011, diketahui bahwa Mahkamah Agung menolak upaya hukuman luar biasa PK yang diajukan oleh Stephens, sehingga keputusan dikembalikan kembali kepada keputusan Pengadilan Negeri Denpasar, yaitu hukuman seumur hidup.

Keputusan Sidang Terhadap  “The Bali Nine”
Maka keputusan pengadilan telah secara final menentukan nasib mereka:
1. Andrew Chan (hukuman mati oleh regu tembak)
Ia berasal dari Enfield, New South Wales, dan dipenjara di Kerobokan, Bali.
2. Myuran Sukumaran (hukuman mati oleh regu tembak)
Ia berasal dari Auburn, New South Wales, Australia, dan dipenjara di Kerobokan, Bali.
3. Si Yi Chen (hukuman seumur hidup)
Ia berasal dari Doonside, New South Wales, Australia, dan dipenjara di Kerobokan, Bali.
4. Michael Czugaj (hukuman seumur hidup)
Berasal dari Oxley, Queensland, Australia, dan dipenjara di Kerobokan, Bali.
5. Tach Duc Thanh Nguyen (hukuman penjara seumur hidup)
Berasal dari Brisbane, Queensland, Australia, dan dipenjara di Malang, Jawa Timur.
6. Matthew Norman (hukuman penjara seumur hidup)
Berasal dari Sydney, New South Wales, Australia, dan dipenjara di Kerobokan, Bali.
7. Scott Rush (hukuman penjara seumur hidup)
Berasal dari Chelmer, Queensland, Australia, dan dipenjara di Karangasem, Bali.
8. Martin Stephens (hukuman penjara seumur hidup)
Berasal dari Towradgi, New South Wales, Australia, dan dipenjara di Malang, Jawa Timur.
9. Renae Lawrence (hukuman penjara 20 tahun)
Berasal dari Newcastle, New South Wales, Australia, dan dipenjara di Bangli, Bali.
Namun apapun yang terjadi terhadap para terdakwa tersebut, sebagai pemerintah sebuah negara, dalam hal ini Australia, mereka harus tetap berkewajiban melakukan segala upaya untuk dapat memperingan atau membebaskan warga negaranya walau sebagai terdakwa. Karena itulah salah satu strategi cari muka, dari sebuah permainan politik oleh para politikus.
(icc, created 11-02-2014, disclsfd)

Pustaka:

Sabtu, 14 Maret 2015

TNI Berani Bangun Jalan di Tengah Konflik Brutal di Afrika

TNI Berani Bangun Jalan di Tengah Konflik Brutal di Afrika
Pasukan TNI bangun jalan di Afrika, Sabtu 14 Maret 2015. (Istimewa)

Prajurit TNI nekat membuka jalur alternatif  untuk jalur pengungsi dan logistik di tengah konflik bernuansa agama yang menelan ribuan korban jiwa di Afrika.

Dengan bermodal alat berat, prajurit dari satuan tugas Kompi Zeni (Satgas Kizi) TNI Kontingen Garuda (Konga) XXXVII-A/Minusca yang tergabung dalam pasukan keamanan PBB, nekat membangun ruas jalan alternatif di Bangui, Ibu Kota Central African Republic (CAR).

Jalan yang dibangun prajurit TNI memiliki panjang sekitar 2,1 kilometer mulai dari Bandara Mpoko hingga pusat Kota Bangui.

Jalur itu sangatlah penting fungsinya, karena jalur itu adalah jalur alternatif jika jalur utama di negara itu sedang lumpuh karena ditutup para demonstran yang belakangan semakin giat berunjukrasa jelang pemilihan umum Juli 2015 nanti.

Jika jalur itu rampung dibangun, dipastikan, arus pengungsian penduduk dan distribusi bantuan kemanusian bisa masuk ke pusat kota tanpa terhambat oleh penutupan di jalur utama.

"Posisi jalan akan memutar menuju kota, diharapkan akan menjadi jalur alternatif dan menjadi jalur evakuasi jika jalan utama mengalami penutupan oleh demonstran ataupun saat terjadi peningkatan eskalasi keamanan. Pengerjaan jalan ini akan menggunakan laterit sebagai bahan utama," kata Dansatgas Kizi TNI Konga XXXVII-A/Minusca Letkol Czi Alfius Navirinda, Sabtu 14 Maret 2015.

Alfius menuturkan, jalan yang berada di Avenue d’France itu sebelumnya merupakan jalan penghubung antar desa di sekitar Bandara M’Poko.

Selama ini, jalan ini sudah ada tetapi hancur dan hanya dapat dilalui kendaraan roda dua.

"Dengan selesainya perbaikan jalan ini, selain disiapkan sebagai alternatif jalur evakuasi, diharapkan dapat juga digunakan oleh masyarakat sekitar bandara serta badan kemanusiaan yang akan menyalurkan bantuan kepada pengungsi yang berada di sekitar runway bandara," ujar Letkol Czi Alfius.