Sekali lagi saya bukan tidak menyukai Su-35. Justru Su-35 adalah
pesawat tempur kesukaan saya. Ausairpower.net – website Australia ini
sudah memberikan banyak iklan gratis untuk Su-35.
Walaupun website ini sudah lama tidak lagi di-update, karena tujuan
utama website ini, Australia membeli F-22 sudah tumpul. Analisa
Ausairpower juga menurut saya terlalu meremehkan pilihan-pilihan Eropa.
Sebenarnya saya berharap di masa depan (tidak tahu kapan?), komposisi
armada TNI-AU yang akan sesuai dengan kebutuhan Indonesia adalah
sebagai berikut:
- 2 Skuadron berat: 32 Su-35 SKI atau 32 Su-30 MKID (versi canard mirip Su-30 SM atau Su-30 MKI yang sudah dimodernisasi lebih lanjut).
- Su-30 SM adalah pilihan yang lebih aman, karena sudah ada ratusan
unit operasional. Su-35 lebih hebat, tetapi jumlah di dunia sedikit,
jadi faktor ongkos support bisa lebih mahal.
Lebih baik pilih salah satu tipe saja, dan beli langsung 32 pesawat. Jangan setengah-setengah. Biaya perawatan dan support akan lebih mahal.
Sistem Network terintegrasi dengan Gripen-E dan AWACS.
Fungsi Utama: Serangan target strategis jarak jauh, mengamankan lokasi-lokasi tertentu yang bisa menjadi target, dan membantai F-35.
- Su-27/30 di Skuadron-11 lebih baik dijual saja agar kita hanya memakai 1 variant Flanker saja yang lebih modern. Lagipula secara teknis, kekurangan radar AESA/PESA di Su-27/30 membuatnya agak ketinggalan jaman.
- 4 Skuadron tempur ringan: 64 Gripen-E
Fungsi utama: Patroli udara yang ekonomis, dan (di kala konflik) pertahanan udara strategis – bisa dipangkalkan secara darurat di manapun juga di Indonesia, akan membuat lawan kesulitan mencari lapangan udara utama untuk dibom. Kalau ternyata Flanker kita dihancurkan di lanud Hassanudin, TNI-AU tetap bisa terus berjuang dengan Gripen-E yang mereka pangkakan darurat dimana-mana.
Gripen-E yang RCS-nya kecil juga akan memberi kombinasi yang bagus dgn Flanker yang lebih besar.
Skenario Pertempuran dari komposisi ini:
- 4 F-35 yang dipandu AWACS berkonsentrasi untuk mengalahkan 2 Su-35 yg mereka liat jelas di radar, dan bersiap untuk menembakkan AMRAAM. Mereka tidak melihat formasi supercrusing Gripen-E bersembunyi dibelakang formasi Flanker.
- F-35 membuka tempat senjata di perut, AMRAAM ditembakkan, dan membelok. Radar IRBIS-E sekarang bisa melihat F-35, mungkin lebih dulu drpd Selex AESA di Gripen E. IRST OLS-35 juga melihat bahwa AMRAAM sudah ditembakkan.
- Sistem Network antar pesawat dari Su-35 memberi signal ke Gripen-E lokasi dan jarak target.
- Su-35 menembakkan RVV-AEE dengan infra-red seeker dan radar-seeker, dan membelok untuk menghindari AAMRAM.
- Gripen-E juga menembakkan Meteor ramjet BVRAAM dari belakang, SELEX AESA memberikan update sasaran melalui 2-link signal ke Meteor.
- Su-35 bisa mengalahkan AMRAAM dengan electronic countermeasure, and kinematis yang bagus. Pesawat dengan +9G manuver, akan mudah menghindari AMRAAM yang terlalu cepat dan kurang kontrol di saat akhir.
- 2 F-35 kewalahan menghadapi RVV-AE dan dihancurkan. 2 sisanya berhasil menghindar, tapi tidak menyangka juga harus menghadapi Meteor yang menggunakan sistem ramjet dan mempunyai kemampuan manuever lebih bagus. Keempat F-35 hancur.
- Atau, semua pesawat berhasil menghindari BVRAAM, Su-35 bisa menangkap F-35 yang sedang terbang pulang (dan sekarang tidak bersenjata), dan menembak jatuh dengan R-73/R-74 SRAAM. Kalau ada yang lolos, Gripen-E dengan perpaduan aferburner dan supercruise mengejar sisanya, dan menembak jatuh dengan IRIS-T.
- Sekarang AWACS lawan yang sendirian itu juga menjadi sasaran empuk. Tembak saja dgn Gsh-30 cannon atau Mauser K-27 agar menghemat biaya pemakaian missile.